FAKULTAS EKONOMI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa yang telah memberikan rahmad serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“PAJAK PENGHASILAN PASAL 26” dengan tepat waktu. Selain itu kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Untuk itu
semoga makalah yang kita buat ini dapat menjadi dasar dan acuan agar kita menjadi
lebih kreatif lagi dalam membuat makalah.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah salah satu sumber pendapatan Negara yang hasilnya dapat
dipergunakan untuk membangun Negara, untuk fasilitas umum, yang pada intinya
dana pajak tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat secara merata, baik itu
dalam bidang pendidikan, insfrastruktur, dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan
karena negara ingin masyarakatnya hidup makmur merasa terayomi. Pemungutan ini
dilakukan oleh pemerintah, karena pajak merupakan sumber utama dari g suatu
negara. Namun di IndonesGgggfg7a masih banyak masyarakat yang belum
menyadari akan kewajibannya dalam membayar pajak.1
Dalam pembayaran pajak, ada golongan tersendiri dalam pembagiannya. Ada Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah,
Pajak Bumi dan Bangunan, dan lain sebagainya. Melihat kondisi masyarakat yang
masih belum mengerti begitu dalam mengenai pajak yang paling dasar, yaitu pajak
penghasilan. Maka dengan hal tersebut, Kami akan membahas mengenai Pajak
Penghasilan Pasal 26, agar masyarakat mengetahui apa saja pajak yang harus mereka
2 Qikmia J, Priono H. 2021. Penerapan PPH Pasal 26 Atas Dividen WPLN Pada PT. BPD Jawa
Timur.Vol. 1 No. 1.1 Mei 2021, hal. 183 – 191.
bayar, selain itu agar masyarakat juga mengetahui bagaimana tahapan dalam
membayar pajak. dimana membayar pajak, dll. Pajak Penghasilan Pasal 26
merupakan Pajak yang dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap
(BUT) di Indonesia. Jadi subjek pajak PPh Pasal 26 ini adalah wajib pajak luar negeri
selain BUT. Yang selanjutnya akan dibahas lebih jelas dalam makalah kami.
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26? ( Pengertian, bukan wajib,
pemotong, hak dan kewajiban pemotong, tata cara penyetoran)
1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 26.
4. Untuk mengetahui bagaimana tarif dan dasar perhitungan pajak penghasilan pasal
26.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
A. Definisi pajak
1. Menurut Rochmat Soemitro “Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara
berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama
untuk membiayai public investment.”.
2. Menurut P.J.A Adriani “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut
peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan
tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan”.
3 Rahmawati M. 2020. Pengertian, fungsi dan jenis-jenis pajak. Jurnal Pendidikan. Jakarta.
3. Menurut Soeparman Soemahamidjaja Pajak adalah iuran wajib berupa uang
atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum
guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
PPh Pasal 26 merupakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari modal dalam
bentuk dividen, bunga termasuk premium, diskonto, premi swap, imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalty, sewa, dan penghasilan lain
yang sehubungan dengan penggunaan harta, jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan
penghargaan dengan nama dalam bentuk apapun. Bentuk usaha tetap merupakan
subjek pajak yang perlakuannya perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak
badan. Negara domisili dari wajib pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di indonesia, adalah
negara tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak luar negeri yang
sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (benefical owner). Menurut
ketentuan pph pasal 26, tarif umum yang dikenakan adalah 20% dan bisa berubah jika
wajib pajak Mengikuti Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 26
1. Badan pemerintah.
3. Penyelenggara kegiatan.
Pemotongan pajak atas wajib pajak luar negeri bersifat final, namun atas
penghasilan sebagaimana di maksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c UU
PPh, dan atas penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang
berubah status menjadi wajib pajak dalam negeri atau BUT, pemotongan pajaknya
tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat di kreditkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan pajak penghasilan.
3. Pemotong wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh untuk
masing-masing penerima penghasilan dan wajib menyimpan catatan atau
kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan meskipun jumlah pajak yang dipotong pada
bulan yang bersangkutan nihil.
4. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
Pasal 26 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan
dengan PPh terutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan
Masa.
6. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 26 dan batas waktu
pelaporan PPh Pasal 26 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau
hari libur nasional, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.(4)
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26:
Apabila jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh pasal 26
bertepatan dengan hari libur, termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran
atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3.2 Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 26
⮚ Dividen.
⮚ Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan.
⮚ Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta.
⮚ Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
⮚ Imbalan dan penghargaan.
⮚ Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
⮚ Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya.
● Dividen.
3. Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Laba Bersih Penjualan atau
Pengalihan Saham Perusahaan
4. Tarif PPh 26 sebesar 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak Sesudah
Dikurangi Pajak dari BUT di Indonesia
Tarif PPh 26 dari penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari
BUT di Indonesia ini adalah yang dipungut dari penghasilan kena pajak
setelah dikurangi dengan pajak, suatu BUT di Indonesia. Pengenaan tarif ini
dikecualikan atas penghasilan tersebut jika penghasilan itu ditanamkan
kembali di Indonesia dengan syarat:
● Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah
dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta
Pendiri
● Dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut
● Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
sebagaimana dimaksud pada angka, harus secara aktif melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan akte pendiriannya paling lama 1 tahun sejak
perusahaan tersebut didirikan
● Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-
kurangnya 2 tahun sesudah perusahaan tempat penanaman dilakukan,
mulai berproduksi komersial
5. Tarif PPh 26 sebesar 0% hingga kurang dari 20%
Pada prinsipnya pemotongan pajak atas penghasilan Wajib Pajak luar negeri
adalah bersifat final, namun atas penghasilan berikut ini pemotongan pajaknya tidak
bersifat final, sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Penghasilan yang dimaksud
(pemotongannya tidak bersifat final) adalah:
a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia.
c. Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah
status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Penghasilan berikut ini terutang Pajak Penghasilan Pasal 26 pada akhir bulan
dilakukannya pembayaran atau terutangnya penghasilan yang bersangkutan:
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 26 adalah:
c. Pemotong PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal
26 kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar Pajak
Penghasilan yang dipotong.
3.5 sidyi
3.6 souo
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Harapan Kami bagi para Pihak yang berwenang dalam pemungutan pajak
agar dapat mengelola dana pajak sebagaimana mestinya atau tidak
disalah gunakan, selain itu untuk menyadarkan masyarakat terhadap
kewajiban membayar pajak, sebaiknya pemerintah melakukan sosialisasi
secara langsung terhadap masyarakat terutama masyarakat desa yang
dimana masyarakat desa cenderung dapat dikatakan jauh dari kemajuan
teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Edy Supriyanto, Perpajakan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm.63
2. Qikmia J, Priono H. 2021. Penerapan PPH Pasal 26 Atas Dividen WPLN Pada PT. BPD Jawa
Timur.Vol. 1 No. 1.1 Mei 2021, hal. 183 – 191.
3. Fitriandi dkk. 2010. Hlm 178-179
4. Kurniawan MNR. 2020. Analisis Perhitungan Pajak Peghasilan Pasal 21 & 26 Pada PT. X.
Surabaya