Anda di halaman 1dari 8

KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036

Vol.3 No.1 2018: 9-16

Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid


(Surya-Bayu) di Banda Aceh Menggunakan Metode
Jaringan Syaraf Tiruan
Teuku Syaufi Hayu#1, Suriadi#2, Ramdhan Halid Siregar#3
#
Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
1t.syaufihayu@gmail.com

2suriadimali@unsyiah.ac.id
3ramdhan@unsyiah.ac.id

Abstrak— Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat menggabungkan kedua energi tersebut menjadi satu keluaran
menyebabkan kondisi listrik di Indonesia semakin lama akan daya yaitu pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH).
memerlukan listrik yang lebih besar untuk memenuhi PLTH merupakan gabungan dua atau lebih pembangkit
permintaan konsumen dan untuk menghindari pemadaman listrik. Pembangkit tipe ini sangat efesien jika dibandingkan
bergilir. Tugas akhir ini membahas tentang potensi dengan pembangkit listrik yang hanya menggunakan satu
pembangunan pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-bayu) di sumber energi. Contoh jika hanya menggunakan angin
Banda Aceh. Dua tipe simulasi akan dilakukan dalam studi ini. sebagai sumber energi, angin ini bersifat tidak konstan atau
Pertama: simulasi intensitas matahari menggunakan variabel-
variabel cuaca yang berdampak pada intensitas matahari yang
tidak menentu. Jadi daya yang dihasilkan mungkin hanya
di dapat pada hari tersebut, kedua: simulasi kecepatan angin tergantung dari angin. Namun jika menggunakan sumber
yang dapat memutar turbin menggunakan variabel-variabel energi lain seperti energi matahari, ini akan sangat efesien
cuaca yang berpengaruh terhadap kecepatan angin. Kedua tipe karena PLTS sendiri diketahui menghasilkan daya yang
simulasi dilakukan dengan menggunakan metode jaringan cukup besar di setiap satu modulnya, walaupun itu juga
syaraf tiruan (JST). Metode simulasi yang dikembangkan tergantung pada radiasi matahari yang di dapat oleh modul
dalam studi ini untuk menjadi acuan perencanaan tersebut. Dan juga kekurangan dari PLTS ini adalah sistem
pembangunan pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-bayu) ini tidak akan efektif apabila cuaca sedang mendung atau
di Banda Aceh. Pada penelitian ini dihasilkan data potensi malam hari. Jadi PLTB juga membantu apabila PLTS kurang
pembangunan pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-bayu)
di Banda Aceh, untuk potensi energi surya di Banda Aceh
efektif di hari itu. Digunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan
adalah berpotensi baik, sedangkan energi angin di Banda Aceh (JST) karena untuk memudahkan memprediksikan data-data
juga berpotensi, namun masih kurang karena kecepatan angin yang diperlukan seperti data intensitas radiasi matahari dan
rata-rata di Banda Aceh terbilang masih rendah. kecepatan angin tanpa perlu mengukur langsung, cukup
dengan memberikan masukan data yang dibutuhkan oleh
Kata Kunci— Potensi PLTH, PLTS , PLTB, JST, Energi jaringan syaraf.
Wilayah pesisir pantai merupakan salah satu daerah yang
Terbarukan
berpotensi untuk dibangun PLTH (Surya-Bayu), karena
I. PENDAHULUAN kecepatan angin di daerah tersebut bisa dibilang sangat baik,
dan juga di daerah tersebut juga tidak banyak pohon atau
Energi listrik merupakan energi yang paling dibutuhkan bangunan-bangunan yang menghalangi cahaya matahari, jadi
oleh masyarakat sekarang ini karena semua alat atau mesin sinar matahari yang di dapat bisa maksimal. Sehingga
yang memudahkan manusia membutuhkan energi listrik penulis akan melakukan studi potensi pembangunan
untuk menjalankannya. Kebutuhan masyarakat akan listrik pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-bayu) di Banda
sangat besar sehingga menyebabkan sering terjadi Aceh.
pemadaman karena tidak mampunya pembangkit listrik yang
ada dalam mencukupi kebutuhan pemakaian listrik yang II. DASAR TEORI
terus meningkat tiap harinya. Maka dari itu banyak inovasi-
inovasi baru dalam membangun sebuah pembangkit listrik A. Pembangkit Tenaga Hybrid (PLTH)
yang menggunakan energi terbarukan seperti angin dan Pembangkit listrik tenaga hybrid merupakan gabungan atau
matahari. Jika menggunakan angin sebagai sumber energi integrasi antara beberapa jenis pembangkit listrik yaitu
biasanya disebut pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Sistem
sedangkan jika menggunakan energi matahari sebagai pembangkit yang biasanya digunakan untuk PLTH yaitu
sumber energi biasanya disebut pembangkit listrik tenaga pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan pembangkit
surya (PLTS). Namun ada satu teknologi yang listrik tenaga bayu (PLTB). Kedua jenis pembangkit ini

Vol.3 No.1 2018 9 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

dioperasikan bersamaan dan dihubungkan pada satu rel/busbar


untuk memikul beban seperti yang terlihat pada gambar 1
berikut.[1]

Gambar 3 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu [3]

D. Konversi Intensitas Radiasi Matahari dan Kecepatan


Angin Menjadi Daya
1) Konversi Intensitas Radiasi Matahari: Tahapan
yang akan dijelaskan berikut ini hanya bisa digunakan pada
Gambar 1 Konfigurasi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (Surya-Bayu). [1] panel surya yang posisinya tetap. Berikut adalah tahapan-
tahapannya.[4]
B. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
• Tentukan luas dari array panel surya yang terpasang
Pembangkit listrik tenaga surya merupakan sebuah • Tentukan sudut kemiringan dari panel surya yang
teknologi pembangkit listrik yang mengkonversi energi dipasang yaitu sesuai dengan garis lintang lokasi
foton dari radiasi matahari menjadi energi listrik. Konversi tersebut. Jika berada di lintang utara maka, kemiringan
ini dilakukan pada panel surya yang terdiri dari sel - sel menghadap ke selatan. Begitupun sebaliknya.
fotovoltaik. Sel - sel ini merupakan lapisan - lapisan tipis • Tentukan besar radiasi matahari berdasarkan letak
dari sebuah silikon (Si) murni atau bahan semikonduktor geografis dari tempat pemasangan sel surya.
lainnya yang dirancang sedemikian rupa, sehingga apabila
• Tentukan besar efisiensi konversi dari sebuah panel
bahan tersebut mendapat energi foton dari radiasi matahari
surya. Besarnya efisiensi tergentung kepada jenis dan
maka bahan ini akan mengeksitasi elektron dari ikatan
produk panel surya yang ingin digunakan.
atomnya menjadi elektron yang bergerak bebas, yang
• Tentukan efisiensi dari inverter yang digunakan, yang
kemudian akan mengeluarkan tegangan listrik arus searah.
pada umumnya efisiensinya diatas 95%.
• Untuk mendapatkan daya keluaran panel surya setelah
dikonversi dan sudah diubah menjadi tegangan AC,
maka dapat menggunakan rumus berikut.[4]
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝐼. 𝐴 . 𝐸𝑝. 𝐸𝑖 (1)
Keterangan :
Pout = Daya keluaran PV setelah dikonversi (Watt)
I = Radiasi matahari (W/m2)
A = Luas daerah pemasangan array sel surya (m2)
Ep = Efisiensi panel surya
Ei = Efisiensi inverter.
• Jika operating temperature lebih besar dari suhu
Gambar 2 Pembangkit Listrik Tenaga Surya. [2]
nominal sel surya beroperasi (NOCT) yaitu 25 ºC
C. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) maka akan mengurangi daya keluaran modul sel surya,
akan tetapi jika operating temperature lebih kecil dari
Pembangkit listrik tenaga bayu merupakan pembangkit
NOCT maka akan menambah daya keluaran modul sel
energi listrik yang mengubah energi kinetik angin menjadi
surya.
energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi menjadi energi
listrik oleh generator dengan memanfaatkan kecepatan angin • Untuk mendapatkan besar suhu permukaan modul sel
yang menggerakkan turbin. Pembangkit listrik tenaga bayu surya saat beroperasi (operating temperature) dapat
merupakan pembangkit listrik yang nonkonvensional di menggunakan persamaan berikut ini :
Indonesia yaitu masih dalam tahap riset sehingga belum 𝑁𝑂𝐶𝑇−20
𝑇𝑐𝑒𝑙𝑙 = 𝑇𝑎𝑖𝑟 80
𝑆 (2)
dapat dikomersilisasikan.[3]

Vol.3 No.1 2018 10 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

Keterangan : keperluan estimasi sementara dan sangat kasar, dapat


Tcell = Suhu permukaan modul sel surya (ºC) digunakan formula berikut [5]:
Tair = Suhu lingkungan (ºC)
𝑃 = 0,1 . 𝑣 3 (8)
NOCT = suhu nominal sel surya beroperasi (ºC)
S = radiasi matahari (mW/cm2). [4] Keterangan :
2) Konversi Kecepatan Angin: Energi Untuk v : Kecepatan angin (km/det)
memanfaatkan energi angin menjadi energi listrik maka Untuk mendapatkan daya efektif dari angin yang mungkin
langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung dihasilkan dari suatu kincir adalah :
energi angin dengan formula[5] : 1
𝐸𝑎 = 2 . 𝐶. 𝜌 . 𝑣 3 . 𝐴 (9)
1 2
𝐸= 2
.𝑚 .𝑣 (3)
Keterangan :
Keterangan : Ea = Daya efektif yang dihasilkan kincir angin (watt)
E = Energi kinetik (Joule) C = Konstanta Betz 16/27 (= 59,3%) – batas Betz).
M = Massa udara (kg) A = Luas sapuan rotor (dianggap 1 m2)
v = Kecepatan angin (m/det) v = Kecepatan angin (m/det).
Untuk mendapatkan massa udara dimisalkan suatu blok 𝜌 = Kerapatan udara (kg/m3). [5]
udara mempunyai penampang dengan luas A (m2), dan Untuk mendapatkan daya pembangkit listrik tenaga bayu
bergerak dengan kecepatan v (m/det), maka massa udara yang lebih optimal, maka perlu diperhatikan ketinggian
adalah yang melewati suatu tempat adalah : pemasangan turbin pembangkit tersebut, kecepatan angin
sangat terpengaruh pada suatu ketinggian, semakin tinggi
𝑚 = 𝐴. 𝑣. 𝜌 (4) dari permukaan maka kecepatan angin akan semakin
besar/cepat. Untuk menghitung kecepatan angin pada
2
𝐴 = 𝜋𝑟 (5) ketinggian tertentu (hub height) dapat digunakan
Keterangan : persamaan.[5]
m = Massa udara yang mengalir (kg/det) ln (𝑍ℎ𝑢𝑏/𝑍0)
A = Penampang (m2) 𝑉ℎ𝑢𝑏 = 𝑉𝑎𝑛𝑒𝑚 ln (𝑍𝑎𝑛𝑒𝑚/𝑍0)
(10)
v = Kecepatan angin (m/det)
𝜌 = Kerapatan udara (kg/m3) Keterangan :
Dengan persamaan (3) dan (4) dapat dihitung besar daya Vhub = Kecepatan angin pada hub height (m/s).
yang dihasilkan dari energi angin yaitu : Vanem = Kecepatan angin ketinggian anemometer (m/s)
1
Zhub = Hub height turbin angin (m).
𝑃 = 2 . 𝜌 . 𝑣 3. 𝐴 (6) Zanem = Tinggi anemometer (m).
Z0 = Panjang kekasaran permukaan tanah (m).
Keterangan : Adapun untuk menentukan besar dari Z0 dapat dilihat
P = Daya yaitu energy per satuan waktu (watt) nilai-nilai untuk area yang berbeda pada tabel 1 berikut
A = Luas penampang (m2) ini.[5]
v = Kecepatan angin (m/det) TABEL I
𝜌 = Kerapatan udara (kg/m3) NILAI Z0 UNTUK AREA YANG BERBEDA
Untuk keperluan praktis sering digunakan rumus
Terrain Description Z0
aproksimasi yang sederhana, yaitu hanya dengan
memperhatikan besaran kecepatan angin dan luas Very smooth, ice or mud 0,00001 m
penampang sudu, maka didapatkan formulanya : Calm open sea 0,0002 m
Blown sea 0,0005 m
𝑃 = 𝑘 . 𝐴 . 𝑣3 (7) Snow surface 0,003 m
Lawn grass 0,008 m
Keterangan :
Rough pasture 0,010 m
P = Daya (watt)
k = konstanta (1,37x10-5) Fallow field 0,03 m
A = Luas penampang (m2) Crops 0,05 m
v = Kecepatan angin (km/det). Few trees 0,10 m
Pada persamaan (7) besaran k dan A sebagai konstanta. Many trees, few building 0,25 m
Pada prinsipnya besaran k mewakili suatu faktor seperti Forest and woodlands 0,5 m
geseran dan efisiensi sistem, yang juga bergantung dari Suburbs 1,5 m
kecepatan angin v. Luas penampang sudu A bergantung dari City center, tall buildings 3,0 m
bentuk sudu yang sementara dapat diprediksi. Untuk

Vol.3 No.1 2018 11 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

E. Jaringan Syara Tiruan (JST) berdasarkan parameter tertentu dan jaringan dimodifikasi
Jaringan Syaraf Tiruan merupakan sistem komputasi sesuai dengan ukuran parameter. [6],[7]
dimana arsitektur dan operasi diilhami dari pengetahuan 3) Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation:
tentang sel syaraf biologi di dalam otak. Suatu jaringan Arsitektur Backpropagation memiliki beberapa unit yang
syaraf tiruan ditentukan oleh 3 yaitu pola-pola hubungan ada di dalam satu atau lebih layar tersembunyi. Gambar 6
antar neuron yang disebut arsitektur jaringan, metode adalah arsitektur backpropagation dengan n buah masukan
penentuan bobot penghubung dan fungsi aktivasi yang (ditambah sebuah bias), sebuah layar tersembunyi yang
digunakan. [6] terdiri dari p unit (ditambah semua bias), serta m buah unit
1) Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan: Berdasarkan keluaran[8].
jumlah layar, arsitektur jaringan syaraf tiruan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelas yang berbeda, yaitu
jaringan layar tunggal dan jaringan layar jamak. Semua unit
input yang ada pada jaringan ini akan dihubungkan dengan
semua unit output, meskipun dengan bobot nilai yang
berbeda-beda. Jaringan layar tunggal ditunjukkan pada
gambar 4.

Gambar 6 Contoh Arsitektur Jaringan Backpropagation.[7]

Pelatihan backpropagation meliputi tiga fase. Pertama


adalah fase maju. Pada fase ini pola masukan dihitung maju
Gambar 4 Jaringan Layar Tunggal [6] mulai dari layar masukan hingga layar keluaran
Jaringan layar jamak merupakan perluasan dari jaringan menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Kedua adalah
layar tunggal. Jaringan layar jamak memperkenalkan satu fase mundur, yaitu selisih antara keluaran jaringan dengan
atau lebih layar tersembunyi (hidden layer) yang mempunyai target yang diinginkan merupakan error yang terjadi. Error
simpul yang disebut neuron tersembunyi (hidden neuron). yang terjadi tersebut di propagasikan mundur, dimulai dari
Jaringan layar jamak ditunjukkan pada gambar. garis yang berhubungan langsung dengan unit-unit di layar
keluaran. Fase yang ketiga adalah modifikasi bobot nilai
untuk menurunkan error yang terjadi. [8]

III. METODE PENELITIAN


Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam
penelitian ini meliputi :
A. Pengumpulan Data Penelitian
Pada tahapan ini penulis akan melakukan survei untuk
mengumpulkan data lokasi seperti suhu lingkungan,
kelembaban, tekanan udara, intensitas matahari dan
kecepatan angin. Data suhu, kelembaban, tekanan udara,
kecepatan angin akan diperoleh dari website forecast
Gambar 5 Jaringan Tiga Layar [6]
(ramalan cuaca), sedangkan data intensitas radiasi matahari
2) Pengaturan Bobot : Secara umum ada dua macam dan indeks kecerahan langit diukur secara manual oleh
metode pelatihan yang digunakan, yaitu pelatihan terbimbing penulis.
dan pelatihan tak terbimbing. Dalam pelatihan terbimbing ini,
terdapat sejumlah pasangan data (masukan – target keluaran) B. Simulasi Intensitas Radiasi Matahari dan Kecepatan
yang akan dipakai untuk melatih jaringan hingga Angin Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan
memperoleh bobot yang diinginkan. Pasangan data tersebut Setelah data intensitas matahari, kecepatan angin, indeks
bisa dikatakan berfungsi sebagai “guru” untuk melatih kecerahan langit, suhu lingkungan, tekanan udara, dan
jaringan hingga diperoleh bentuk yang terbaik sesuai dengan kelembapan didapatkan maka tahapan selanjutnya adalah
yang diinginkan. Dalam pelatihan tak terbimbing, tidak ada merancang atau melakukan training metode Jaringan Syaraf
“guru” yang akan mengarahkan proses pelatihan. Dalam Tiruan yang dibuat dengan software MATLAB R2015a.
pelatihannya, perubahan bobot jaringan dilakukan Untuk pemilihan arsitektur jaringan digunakan metode

Vol.3 No.1 2018 12 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

backpropagation. Pelatihan selesai jika besar regresi target saja karena ketika langit cerah maka kondisi intensitas
sudah mendekati 1. Setelah jaringan syaraf sudah selesai radiasi matahari semakin tinggi.
dilatih maka jaringan sudah siap untuk melakukan simulasi
data-data yang diinginkan.
C. Konversi Intensitas Radiasi Matahari dan Kecepatan
Angin Menjadi Potensi Daya Keluaran.
Setelah didapatkan data hasil simulasi intensitas radiasi
matahari dan kecepatan angin dari jaringan syarat tiruan
maka selanjutnya disesuaikan dengan spesifikasi dari PV dan
Wind turbine. Sehingga dikonversi simulasi intensitas
matahari dan kecepatan angin menjadi daya keluaran dengan
menggunakan persamaan 1 sebelumnya. Sebagai contoh
perhitungan PLTS, intensitas radiasi matahari yang
digunakan yaitu pada tanggal 11 Desember 2017 pukul
12.00 WIB yaitu 1040 W/m2 . Luas Panel Surya 6,52m2
dengan efesiensi 13% dan efesiensi inverter umumnya yaitu Gambar 7 Hasil Pelatihan JST Untuk Simulasi Intensitas Radiasi Matahari
95%.
Pada pelatihan JST yang dilakukan ini, pelatihan dianggap
selesai apabila hasil pelatihan dan target yang diinginkan
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 1040 𝑊/m2 . 6,52m2 . 13% . 95% sudah memiliki korelasi yang tinggi yaitu nilai R yang
= 837,43 𝑊𝑎𝑡𝑡 mendekati 1. Sehingga pada gambar 7 diatas dapat dilihat
besar regresi yang didapatkan 0,95 yang menandakan bahwa
kecocokan antara input dan target sudah tinggi.
Kemudian contoh perhitungan PLTB dengan persamaan 6,
kecepatan angin yang digunakan yaitu pada pada tanggal 11 2) Hasil Dari Pelatihan JST Untuk Simulasi
Desember 2017 pukul 12.00 WIB yaitu 3,821 m/s. Diameter Kecepatan Angin: Pada pelatihan simulasi kecepatan angin
turbin 3,5m2 dengan efesiensi generator 86% dan kerapatan ini data masukannya adalah waktu (per jam), suhu
udara pada umumnya yaitu 1,225 kg/m3 . lingkungan, kelembaban, dan tekanan udara dari pukul 01.00
WIB hingga 24.00 WIB. Digunakan data suhu, kelembaban
1 dan tekanan udara karena data-data tersebut sangat berkaitan
𝑃𝑜𝑢𝑡 = . 1,225 . (3,821)3 . 9,616 . 86%
2 dengan kecepatan angin, karena Angin terjadi karena
= 284,37 𝑊𝑎𝑡𝑡 perbedaan tekanan udara , angin akan bergerak dari daerah
yang bertekanan maksimum ke daerah bertekanan
D. Analisa Potensi Pembangunan Pembangkit Listrik minimum. Tekanan udara maksimum adalah daerah yang
Tenaga Hybrid (Surya-Bayu) di Banda Aceh. suhunya dingin (rendah) sedangkan tekanan udara minimum
adalah daerah yang suhunya panas (tinggi), jadi
Setelah didapatkan konversi masing-masing pembangkit kesimpulannya, udara akan bergerak dari daerah yang
menjadi daya output maka selanjutnya di analisa potensi suhunya dingin ke daerah yang suhunya panas.
pembangunan pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-bayu)
di Banda Aceh. Sehingga didapatlah potensi untuk
membangun sebuah pembangkit listrik tenaga hybrid (surya-
bayu) di Banda Aceh.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
1) Hasil Pelatihan JST Untuk Simulasi Intensitas
Radiasi Matahari: Pada pelatihan simulasi intensitas radiasi
matahari data masukannya adalah waktu (per jam), suhu
lingkungan, kelembaban, indeks kecerahan langit dari pukul
07.00 WIB hingga 18.00 WIB. Alasan digunakan suhu,
kelembaban, indeks kecerahan langit sebagai input karena
intensitas radiasi matahari sangat berkaitan dengan data-data Gambar 8 Hasil Pelatihan JST Untuk Simulasi Kecepatan Angin
karena ketika nilai suhu tinggi maka intensitas radiasi
matahari juga ikut tinggi, sedangkan ketika kelembaban B. Hasil dan Analisis
tinggi, maka intensitas radiasi matahari dalam keadaan 1) Hasil Simulasi Intensitas Radiasi Matahari: Data
rendah. Sedangkan untuk data indeks kecerahan langit tentu diperoleh dari hasil simulasi Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Vol.3 No.1 2018 13 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

yang sudah dilatih sebelumnya pada software MATLAB Pada gambar 10 diatas terlihat bahwa data simulasi yang
R2015a. Data simulasi intensitas radiasi matahari yang didapatkan mampu mengikuti bentuk dari data sebenarnya,
didapatkan dari hasil simulasi, selanjutnya dibandingkan ini menunjukkan bahwa simulasi kecepatan angin yang
dengan data sebenarnya (aktual). Perbandingan data aktual dilakukan berhasil. Pada gambar 9 dan gambar 10 diatas
dan data simulasi intensitas radiasi matahari dilakukan pada dapat dilihat bahwa perbedaan yang terjadi disebabkan
tanggal 25 Desember 2017 hingga 27 Desemeber 2017 karena cuaca yang memiiki sifat berubah-ubah tiap waktu,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 9 dibawah ini. yaitu walaupun dengan data masukan sama namun bisa jadi
data target berbeda, sehingga jaringan syaraf sulit untuk bisa
Perbandingan Data Aktual dan Simulasi Pada Tanggal 25 menghasilkan data yang benar-benar sama.
Desember 2017 hingga 27 Desember 2017
Intensitas Radiasi Matahari (W/m2)

1200 C. Analisa Potensi Pembangunan Pembangkit Listrik


Tenaga Hybrid (Surya-Bayu) di Banda Aceh
1000
1) Potensi Daerah Banda Aceh: Potensi energi
800 matahari dan energi angin di Banda Aceh dapat dilihat pada
gambar 4 dan gambar 5 dibawah ini. Gambar 11 dibawah ini
600 merupakan intesitas radiasi matahari hasil simulasi JST dan
hasil pengukuran, pada gambar 11 dapat dilihat intensitas
400 radiasi matahari harian yang diterima Banda Aceh selama 43
hari. pada tanggal 25 Desember 2017 hingga 27 Desemeber
200 2017.
8000
0

Radiasi Matahari Harian (Wh/m2/hari)


Data Aktual Data Simulasi
7000

Gambar 9 Perbandingan Data Aktual dan Data Simulasi Intesitas Radiasi 6000
Matahari pada tanggal 25 Desember 2017 hingga 27 Desember 2017
5000
Pada gambar 9 diatas terlihat bahwa grafik hasil data
aktual dan data simulasi tidak berbeda jauh. Ini 4000
memperlihatkan bahwa data simulasi yang didapatkan
mampu mengikuti bentuk dari data sebenarnya, ini 3000
menunjukkan bahwa simulasi intensitas radiasi matahari
2000
yang dilakukan berhasil.
2) Hasil Simulasi Kecepatan Angin: Data simulasi 1000

kecepatan angin yang didapatkan dari hasil simulasi


0
selanjutnya dibandingkan dengan data sebenarnya (aktual).
Perbandingan data aktual dan data simulasi kecepatan angin Gambar 11 Intensitas Radiasi Matahari di Banda Aceh selama 43 Hari.
dilakukan pada tanggal 25 Desember 2017 hingga 27
Desemeber 2017 seperti yang ditunjukkan pada gambar 10 Pada gambar 11 diatas dapat dilihat bentuk grafik data
dibawah ini. dari intensitas matahari selama 43 hari. Rata-rata intensitas
radiasi matahari harian selama 43 hari yang didapat adalah
Perbandingan Data Aktual dan Simulasi Pada Tanggal 25 4434, 88 Wh/m2/hari. Potensi daerah Banda Aceh untuk
8 Desember 2017 hingga 27 Desember 2017 memanfaatkan energi matahari adalah baik. Ini karena Banda
Aceh (Indonesia) terletak di daerah khatulistiwa yaitu daerah
7
Kecepatan Angin (m/s)

yang mengalami pemanasan lebih lama dari matahari


6 dibanding daerah lainnya di Bumi. Dan juga rata-rata
5 intensitas radiasi matahari tahunan yang diterima Banda
Aceh seperti tercatat pada website solargis yaitu 1550
4
kWh/m2 setiap tahunnya. Pada hasil simulasi dan
3 pengukuran yang dilakukan, terlihat pada hari-hari yang
2 cerah intesitas radiasi matahari di Banda Aceh mendapatkan
radiasi sekitar 1000 W/m2 lebih, ini berarti potensi
1
pemanfaatan energi matahari adalah baik karena standar
0 pengetesan panel surya (PV) pada laboratorium dalam
Data Aktual Data Simulasi
menghasilkan energi listrik intensitas radiasi mataharinya
adalah 1000 W/m2.
Gambar 10 Perbandingan Data Aktual Dan Data Simulasi Kecepatan Angin
pada tanggal 25 Desember 2017 hingga 27 Desember

Vol.3 No.1 2018 14 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

3.5 Pada tabel II diatas adalah potensi energi listrik hasil


konversi dari intensitas radiasi matahari dengan asumsi
3 PLTS 1kWp luas 6,52𝑚2 . Daya yang dihasilkan bisa lebih
Kecepatan Angin Harian (m/s)

baik atau lebih optimal apabila PLTS yang dipakai


2.5
menggunakan alat pendukung seperti solar tracker. Karena
2
sudut kemiringan matahari menuju panel akan berada pada
titik maksimal jika menggunakan alat tersebut. Kemudian
1.5 pemilihan lokasi untuk dibangun PLTS juga harus tepat,
seperti dibangun di lingkungan yang tidak terdapat banyak
1 bangunan ataupun pohon-pohon yang dapat menghalangi
sinar matahari menuju panel surya.
0.5
TABEL III
0 POTENSI DAYA RATA-RATA PERJAM SELAMA 43 HARI YANG BISA
DIHASILKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (1KWP)
Gambar 12 Rata-Rata Kecepatan Angin di Banda Aceh Selama 43 Hari
Waktu (Jam) Potensi Daya (W)
Pada gambar 12 diatas dapat dilihat bentuk grafik data 1 24.99614 W
dari kecepatan angin selama 43 hari, terlihat pada gambar 4. 2 20.17299 W
diatas di hari ke-33 hingga hari ke-40 kecepatan angin yang 3 17.51571 W
diperoleh meningkat. Potensi daerah Banda Aceh untuk 4 17.13501 W
memanfaatkan energi angin juga berpotensi namun masih 5 14.94647 W
kurang. Jika dilihat dari gambar 12 diatas rata-rata kecepatan 6 14.2268 W
angin di Banda Aceh sekitar 2,27 m/s. Ini menunjukkan 7 18.71597 W
bahwa kecepatan angin di Banda Aceh berada pada
8 38.50573 W
kecepatan terendah untuk dimanfaatkan energinya.
9 71.74137 W
Menurut para pakar energi angin, potensi energi yang
berpotensi untuk dimanfaatkan energinya yaitu dengan rata- 10 114.426 W
rata kecepatan angin daerah tersebut minimum 2 m/s dan 11 200.6128 W
maksimumnya yaitu 17 m/s. Sedangkan rata-rata kecepatan 12 233.6082 W
angin yang didapat selama 43 hari hanya 2,27 m/s yang 13 276.7742 W
merupakan kecepatan terendah untuk dimanfaatkan 14 260.0187 W
energinya. 15 272.7244 W
2) Potensi Daya Yang Dapat Dihasilkan Masing- 16 236.5906 W
Masing Pembangkit Setiap Jamnya: Potensi energi listrik 17 179.2953 W
yang bisa dihasilkan dari masing-masing pembangkit dapat 18 108.4882 W
dilihat pada tabel II dan tabel III dibawah ini. 19 66.4596 W
20 46.07481 W
TABEL II 21 47.24607 W
POTENSI DAYA RATA-RATA PERJAM SELAMA 43 HARI YANG BISA
DIHASILKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (1KWP) 22 44.20032 W
23 41.55069 W
Waktu (Jam) Potensi Daya (W) 24 28.66231 W
7 46.79718 W Pada tabel III diatas adalah hasil konversi kecepatan angin
dengan asumsi PLTB 1kW ketinggian 10 meter dengan
8 133.5867 W
diameter baling-baling turbin 3,5𝑚2 . Daya yang dihasilkan
9 242.3692 W
akan lebih baik apabila ketinggian dari PLTB ditambahkan,
10 356.0825 W karena semakin tinggi maka kecepatan angin yang didapat
11 506.3437 W akan semakin besar/cepat. Pada persamaan 10 pada bab
12 524.7156 W sebelumnya, dijelaskan bahwa dengan menggunakan
13 527.4365 W persamaan tersebut bisa didapat kecepatan angin pada
14 474.2328 W ketinggian tertentu hanya dengan memasukkan data
kecepatan angin yang sudah diukur dan memasukkan nilai
15 377.7579 W
kondisi permukaan tanah pada daerah tersebut.
16 218.5493 W Potensi daya yang dapat dihasilkan oleh PLTS dan PLTB
17 109.7791 W selama 43 hari setiap jamnya dapat dilihat pada gambar 13
18 53.40815 W dibawah ini. .

Vol.3 No.1 2018 15 @2018 kitektro


KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.3 No.1 2018: 9-16

600 4. Berdasarkan hasil penelitian potensi daerah Banda Aceh


untuk memanfaatkan energi angin adalah berpotensi
500 namun masih kurang karena kecepatan angin rata-rata di
Banda Aceh berada pada tingkatan terendah untuk
400 dimanfaatkan energinya, rata-rata kecepatan angin di
Potensi Daya (W)

Banda Aceh selama 43 hari sebesar 2,27 m/s.


300 5. Berdasarkan hasil penelitian potensi daya yang bisa
dihasilkan oleh PLTS 1kWp selama 43 hari dari pukul
200 07.00 WIB hingga 18.00 adalah rata-rata setiap jamnya
bisa menghasilkan daya sebesar 297,58 W, sementara
100 PLTB 1kWp dari pukul 01.00 WIB hingga 24.00 WIB
rata-rata setiap jamnya bisa menghasilkan daya sebesar
0 99,77 W.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
WAKTU (JAM)
REFERENSI
DAYA PLTS DAYA PLTB [1] Susandi, A. Potensi Energi Angin dan Surya di Indonesia. Bandung:
Meteorologi ITB, 2006.
Gambar 13 Potensi Daya Perjam Hari ke-1 hingga Hari ke-43 [2] Buresh, M, “Photovoltaic Energy System Design and Installation”.
United States of America. McGraw Hill Book Company, 1983.
Dari tabel II, tabel III dan gambar 13 diatas dapat dilihat [3] Quaschning, Volker. Understanding Renewable Energy Systems.
potensi daya yang bisa dihasilkan tiap jamnya selama 43 hari London, Sterling, VA: Earthscan, 2005.
yaitu pada tanggal 11 Desember 2017 hingga 22 Januari [4] Rexel Worldwide, How to Calculate the Output of a Solar
Photovoltaic System - A Detailed Guide, TheGrid. [Online]. Avaible:
2018. Potensi daya yang didapat hanya gambaran umum saja http://thegrid.rexel.com/en-us/energy_efficiency/ w/solar_renewable_
dengan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 6, and_ energy_efficiency/72/how-to-calculate-the-output-of-a-solar-
persamaan tersebut digunakan hanya untuk mengasumsikan photovoltaic-system---a-detailed-guide [Accessed: 4 May 2017]
potensi daya yang dapat dihasilkan oleh masing-masing [5] Sam, Alimudin dan Patabang Daud, Studi Energi Angin Di Kota Palu
untuk Membangkitkan Energi Listrik. Jurnal SMARTek, Vol.3 No.1.
pembangkit. Karena masih banyak faktor-faktor lainnya Palu : Tadulako, Februari 2015.
yang dapat mempengaruhi keluaran daya dari kedua [6] Kusumadewi, Sri, Membangun Jaringan Syaraf Tiruan
pembangkit tersebut. Pada gambar 13 diatas dapat dilihat (Menggunakan MATLAB & Excel Link ). Yogyakarta: Penerbit Graha
bahwa, PLTS dan PLTB akan saling melengkapi yaitu ketika Ilmu, 2004.
[7] Nurbaqin, Sistem Peramalan Beban Satu Jam ke Depan
kondisi malam hari PLTS tidak menghasilkan daya, maka Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan, Tugas Akhir, Teknik Elektro
PLTB yang berperan besar walaupun daya yang dihasilkan Fakultas Teknik UNDIP, Semarang, 2003.
tidak besar, sedangkan ketika siang hari, PLTS dan PLTB [8] J.J. Siang, Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemogramannya
akan bekerja secara bersamaan sehingga daya yang Menggunakan Matlab. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005.
dihasilkan lebih maksimal. PLTH yang dibangun baiknya
adalah pembangkit on-grid karena ketika siang hari energi
bisa disuplai seluruhnya dari PLTH untuk konsumen dan
jika energi berlebih bisa disimpan di baterai untuk
pemakaian pada malam hari, sedangkan ketika malam hari
hanya PLTB yang bekerja, suplai energi menjadi lebih
sedikit, jadi perlu energi tambahan dari PLN. Generator set
juga perlu ditambahkan pada PLTH, karena ada kondisi
dimana PLTH tidak bekerja sempurna, maka generator set
akan membantu menyuplai kekurangan energi yang bisa
terjadi.

V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian jaringan syaraf tiruan yang
digunakan bekerja dengan baik, data hasil simulasi
mampu untuk mengikuti bentuk dari data sebenarnya.
2. Potensi pembangunan PLTH (Surya-Bayu) di Banda Aceh
bisa dilihat dari bagaimana potensi energi matahari dan
energi angin pada daerah tersebut.
3. Berdasarkan hasil penelitian potensi daerah Banda Aceh
adalah baik untuk memanfaatkan energi matahari pada
daerah tersebut, setiap harinya selama 43 hari rata-rata
Banda Aceh menerima intesitas radiasi matahari sebesar
4,44 kWh/𝑚2 /hari.

Vol.3 No.1 2018 16 @2018 kitektro

Anda mungkin juga menyukai