Anda di halaman 1dari 42

REFERAT ANASTESI

HEMODINAMIK

Disusun oleh:

Qattrunada Nadhifah // 1102015184

Pembimbing:

dr. Rizki Ramadhana, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI


RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan
dynamis yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang
aliran darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi dari sirkulasi adalah untuk
melayani kebutuhan jaringan tubuh, untuk mengangkut nutrisi ke jaringan tubuh,
untuk mengalirkan sisa-sisa pembuangan dari sel, untuk mengangkut hormon dari
satu bagian tubuh ke bagian lain, serta mempertahankan lingkungan yang tepat di
setiap cairan jaringan tubuh demi kelangsungan hidup dan fungsi sel yang optimal.

Aliran darah di dalam tubuh dikendalikan berdasarkan kebutuhan nutrisi


jaringan. Pada beberapa organ, misalnya ginjal, terdapat fungsi tambahan dari
sirkulasi. Aliran darah ke ginjal jauh melebihi kebutuhan metabolisme karena
berhubungan dengan fungsi ekskretoris yang memerlukan volume darah yang banyak
disaring setiap menit. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantung dan pembuluh
darah bekerja secara sistematis untuk menyediakan cardiac output dan tekanan
arterial yang mencukupi untuk memastikan aliran darah ke jaringan cukup. Fungsi
hemodinamika yang paling penting adalah untuk memastikan aliran oksigen ke setiap
jaringan atau oxygen delivery ke jaringan dapat terjadi secara optimal.

Hemodinamika dari tubuh sangat penting karena pemantauan daripada hasil


hemodinamika tubuh badan dilakukan bagi memastikan kondisi pasien stabil dan
tidak memerlukan perawatan kritis. Tekanan dan variasi pada aliran darah dalam
kompartemen vena berpotensi mengakibatkan perubahan pada kompartemen arterial
dan sebaliknya. Pengukuran hemodinamika bukanlah suatu perhitungan absolut
tentang keadaan norma pada suatu jaringan, malah ia merupakan perubahan tekanan
dan variasi aliran darah yang berlangsung secara terus menerus dalam dan antara
kompartemen-kompartemen pembuluh darah dari menit ke menit.

2
Secara umumnya, terdapat tiga prinsip yang mendasari fungsi dari sistem
sirkulasi sehingga dapat memberi akibat terhadap hemodinamika sistem sirkulasi:

a) Aliran darah ke setiap jaringan dalam tubuh selalu dikendalikan sehingga


berkorelasi secara langsung dengan kebutuhan nutrisi jaringan.
b) Cardiac output dikendlikan oleh jumlah aliran darah ke semua jaringan.
c) Regulasi tekanan arterial secara umumnya bersifat independen dan tidak
bergantung pada aliran darah lokal maupun pengendalian cardiac output.

Sirkulasi sendiri dipertahankan oleh jaringan pembuluh darah yang luas di


tubuh dan tekanan darah yang dapat dikendalikan oleh volume darah di dalam tubuh.
Aliran darah di dalam tubuh dikendalikan oleh dua faktor:
a) Perbedaan tekanan pada dua hujung pembuluh darah atau juga dikenal sebagai
daya yang mendorong darah di dalam pembuluh darah.
b) Penghalang aliran darah yang juga dikenal sebagai resistensi vaskuler.

Konsep-konsep yang harus diketahui karena berhubungan secara langsung


hemodinamika termasuklah cardiac output (yang terdiri dari heart rate, preload,
afterload, dan kontraktilitas), hukum Frank-Starling, komplians, konten oksigen
arterial, pengantaran oksigen, konsumpsi oksigen, dan saturasi oksigen gabungan
pada vena dan yang paling penting adalah anatomi serta fisiologi jantung dan
pernapasan. Refrat ini akan mendiskusikan konsep hemodinamika serta menerangkan
semua konsep yang berhubungan dengan hemodinamika serta cara hemodinamika
dapat dipergunakan dalam pemantauan pada pasien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung


2.1.1 Anatomi Jantung
Jantung normal dibungkus oleh perikardium terletak pada mediastinum
medialis dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan dibatasi oleh
sternum dan iga 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri
garis media sternum. Jantung terletak diatas diafragma, miring ke depan kiri dan
apeks kordis berada paling depan dari rongga dada. Apeks ini dapat diraba pada
ruang sela iga 4-5 dekat garis medio-klavikuler kiri. Batas kranial dibentuk oleh aorta
asendens, arteri pulmonal dan vena kava superior. Ukuran atrium kanan dan berat
jantung tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan
nutrisi seseorang.

Anatomi jantung dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu anatomi luar dan anatomi
dalam. Anatomi luar, atrium dipisahkan dari ventrikel oleh sulkus koronarius yang
mengelilingi jantung. Pada sulkus ini berjalan arteri koroner kanan dan arteri
sirkumfleks setelah dipercabangkan dari aorta. Bagian luar kedua ventrikel
dipisahkan oleh sulkus interventrikuler anterior di sebelah depan, yang ditempati oleh

4
arteri desendens anterior kiri, dan sulkus interventrikularis posterior disebelah
belakang, yang dilewati oleh arteri desendens posterior.

Perikardium, adalah jaringan ikat tebal yang membungkus jantung. Perikardium


terdiri dari 2 lapisan yaitu perikardium visceral (epikardium) dan perikardium
parietal. Epikardium meluas sampai beberapa sentimeter di atas pangkal aorta dan
arteri pulmonal. Selanjutnya jaringan ini akan berputar-lekuk (releksi) menjadi
perikardium parietal, sehingga terbentuk ruang pemisah yang berisi cairan bening
licin agar jantung mudah bergerak saat pemompaan darah.

Kerangka jantung, jaringan ikat tersusun pada bagian tengah jantung yang
merupakan tempat landasan ventrikel, atrium dan katup-katup jantung. Bagian tengah
badan jaringan ikat tersebut disebut trigonum fibrosa dekstra, yang mengikat bagian
medial katup trikuspid, mitral, dan anulus aorta. Jaringan ikat padat ini meluas ke
arah lateral kiri membentuk trigonum fibrosa sinistra. Perluasan kedua trigonum
tersebut melingkari katup trikuspid dan mitral membentuk anuli fibrosa kordis
sebagai tempat pertautan langsung otot ventrikel, atrium, katup trikuspid, dan mitral.
Salah satu perluasan penting dari kerangka jantung ke dalam ventrikel adalah
terbentuknya septum interventrikuler pars membranasea. Bagian septum ini juga

5
meluas dan berhubungan dengan daun septal katup trikuspid dan sebagian dinding
atrium kanan.
Anatomi dalam, jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri,
serta ventrikel kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. Atrium kanan, darah vena
mengalir kedalam jantung melalui vena kava superior dan inferior masuk ke dalam
atrium kanan, yang tertampung selama fase sistol ventrikel. Secara anatomis atrium
kanan terletak agak ke depan dibanding dengan ventrikel kanan atau atrium kiri. Pada
bagian antero- superior atrium kanan terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk
daun telinga disebut aurikel. Permukaan endokardium atrium kanan tidak sama; pada
posterior dan septal licin dan rata, tetapi daerah lateral dan aurikel permukaannya
kasar dan tersusun dari serabut-serabut otot yang berjalan paralel yang disebut otot
pektinatus. Tebal rata-rata dinding atrium kanan adalah 2 mm.

Ventrikel kanan, letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu tepat
dibawahmanubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan
ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Perbedaan bentuk kedua ventrikel dapat
dilihat pada potongan melintang. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit atau setengah
bulatan, berdinding tipis dengan tebal 4-5 mm. Secara fungsionalventrikel kanan
dapat dibagi dalam alur masuk dan alur keluar. Ruang alur masuk ventrikel kanan
(right ventricular inflow tract) dibatasi oleh katup trikuspid, trabekula anterior dan
dinding inferior ventrikel kanan. Sedangkan alur keluar ventrikel kanan (right
ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin terletak
dibagian superior ventrikel kanan yang disebut fundibulum atau konus arteriosus.
Alur masuk dan alur keluar dipisahkan oleh krista supraventrikuler yang terletak tepat
di atas daun katup trikuspid.

Atrium kiri, menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada
dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena kanan
dan kiri. Letak atrium kiri adalah di posterior-superior dari ruang jantung lain,

6
sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal dindingnya 3 mm, sedikit
lebih tebal daripada dinding atrium kanan.

Ventrikel kiri, berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya


mengarah ke antero-inferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar ventrikel
tersebut adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2-3 kali lipat diding
ventrikel kanan. Tebal dinding ventrikel kiri saat diastol adalah 8-12 mm.

Katup jantung terdiri atas 4 yaitu katup trikuspid yang memisahkan atrium
kanan dengan ventrikel kanan , katup mitral atau bikuspid yang memisahkan antara
atrium kiri dengan ventrikel kiri serta dua katup semilunar yaitu katup pulmonal dan
katup aorta. Katup pulmonal adalah katup yang memisahkan ventrikel kanan dengan
arteri pulmonalis. Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dengan
aorta.

7
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis. Serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan ventrikel
termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama memberikan
persarafan pada nodus sinoatrial, atrioventrikular dan serabut-serabut otot atrium,
dapat pula menyebar ke ventrikel kiri.

Persarafan simpatis eferen preganglionik berasal dari medulla spinalis torakal


atas, yaitu torakal 3-6, sebelum mencapai jantung akan melalui pleksus kardialis
kemudian berakhir pada ganglion servikalis superior, medial, atau inferior. Serabut
post ganglionik akan menjadi saraf kardialis untuk masuk ke dalam jantung.
Persarafan parasimpatis berasal dari pusat nervus vagus dimedulla oblongta; serabut-
serabutnya akan bergabung dengan serabut simpatis di dalam pleksuskardialis.
Rangsang simpatis akan dihantar oleh asetilkolin.

Pendarahan jantung, berasal dari aorta melalui dua pembuluh darah koroner
utama yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus valsalva
aorta. Arteri koroner kiri bercabang menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus
sirkumfleks dan ramus interventrikularis anterior. Arteri koroner kanan bercabang
menjadi ramus nodi sinoatrialis, ramus marginalis dan ramus interventrikularis
posterior.

8
Aliran balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan
melalui sinuskoronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut vena
Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan.

Pembuluh limfe pada jantung terdiri dari 3 kelompok pleksus yaitu


subendokardial, miokardial dan subepikardial. Penampungan cairan limfe dari
kelompok pleksus yang paling besar adalah pleksus subepikardial, dimana pembuluh-
pembuluh limfe akan membentuk satu trunkus yang berjalan sejajar dengan arteri
koroner kemudian meninggalkan jantung di depan arteri pulmonal dan berakhir pada
kelenjar limfe antara vena kava superior dan arteri inominata.

2.1.2 Fisiologi Jantung


Kontraksi otot jantung untuk mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi
yang menyebar melalui membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara
berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkan sendiri, suatu sifat yang dikenal
dengan otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung yaitu 99% sel otot
jantung kontraktil yang melakukan kerja mekanis, yaitu memompa. Sel-sel pekerja

9
ini dalam keadaan normal tidak menghasilkan sendiri potensial aksi. Sebaliknya,
sebagian kecil sel sisanya adalah, sel otoritmik, tidak berkontraksi tetapi
mengkhususkan diri mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang
bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel pekerja.

Kontraksi otot jantung dimulai dengan adanya aksi potensial pada sel otoritmik.
Penyebab pergeseran potensial membran ke ambang masih belum diketahui. Secara
umum diperkirakan bahwa hal itu terjadi karena penurunan siklis fluks pasif K+
keluar yang langsung bersamaan dengan kebocoran lambat Na+ ke dalam. Di sel-sel
otoritmik jantung, antara potensial-potensial aksi permeabilitas K+ tidak menetap
seperti di sel saraf dan sel otot rangka.

Permeabilitas membran terhadap K+ menurun antara potensial-potensial aksi,


karena saluran K+ diinaktifkan, yang mengurangi aliran keluar ion kalium positif
mengikuti penurunan gradien konsentrasi mereka. Karena influks pasif Na+ dalam
jumlah kecil tidak berubah, bagian dalam secara bertahap mengalami depolarisasi dan
bergeser ke arah ambang. Setelah ambang tercapai, terjadi fase naik dari potensial
aksi sebagai respon terhadap pengaktifan saluran Ca2+ dan influks Ca2+ kemudian;
fase ini berbeda dari otot rangka, dengan influks Na+ bukan Ca2+ yang mengubah
potensial aksi ke arah positif. Fase turun disebabkan seperti biasanya, oleh efluks K+
yang terjadi karena terjadi peningkatan permeabilitas K+akibat pengaktifan saluran
K+. Setelah potensial aksi usai, inaktivasi saluran-saluran K+ ini akan mengawali
depolarisasi berikutnya. Sel-sel jantung yang mampu mengalami otortmisitas
ditemukan pada nodus SA, nodus AV, berkas His dan serat purkinje.
Kecepatan normal pembentukan potensial aksi di jaringan otoritmik jantung

Jaringan Potensial aksi per menit

Nodus SA ( pemicu normal) 70 - 80

Nodus AV 40 - 60

10
Berkas His dan serat - serat purkinje 20 - 40

Sebuah potensial aksi yang dimulai di nodus SA pertama kali akan menyebar
ke atrium melalui jalur antar atrium dan jalur antar nodus lalu ke nodus AV. Karena
konduksi nodus AV lambat maka terjadi perlambatan sekitar 0,1 detik sebelum
eksitasi menyebar ke ventrikel. Dari nodus AV, potensial aksi akan diteruskan ke
berkas His sebelah kiri lalu kanan dan terakhir adalah ke sel purkinje.

Potensial aksi yang timbulkan di nodus SA akan menghasilkan gelombang


depolarisasi yang akan menyebar ke sel kontraktil melalui gap junction.

11
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari
denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistol dan diastol. Sistol
adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah akan dikeluarkan dari jantung.
Diastol adalah periode relaksasi dari ventrikel, dimana terjadi pengisian darah.

12
Diagram Wigger

Hukum Frank-Starling menyatakan, energi kontraksi sebanding dengan


panjang awal serat otot jantung. Sehingga dengan diregangnya otot, timbul
peningkatan tegangan sampai maksimal dan kemudian menurun dengan makin
bertambahnya regangan. Pada keadaan fisiologis semakin besar volume ventrikel
selama diastolik, semakin teregang serat jantung sebelum stimulasi, dan akan
semakin besar pula kekuatan kontraksi berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa,
peningkatan ventricular output berhubungan dengan preload (peregangan serat-serat
miokardium sebelum kontraksi). Cardiac output dipengaruhi oleh stroke volume dan
frekuensi jantung. Ventricular stroke volume dipengaruhi oleh preload, afterload dan
kontraktilitas miokardium. Stroke volume akan meningkat bila terjadi peningkatan
preload, penurunan afterload, atau peningkatan kontraktilitas.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau
keseluruhan proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah dan antara darah

13
dengan sel-sel tubuh ( Kozier; 1991 ). Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen
(O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas
dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung,
faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus,
dan paru-paru.

Saluran Nafas Bagian Atas

14
Hidung
 Hidung adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses pernafasan
berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani
tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban.
Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah
yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis
superior.
 Di antara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus
superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati
oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan
dengan tekak yang disebut koana.
 Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung
berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus
maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis
pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.
 Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut
terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman ( nervus olfaktorius ).
 Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat
satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga
pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang

15
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.
 Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara
terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung
dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Faring
 Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
 Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania
dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian
depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba
eusthacius membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap sisi.
Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada
dinding posteriosuperior nasofaring.
 Orofaring merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat
pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan
pencernaan, makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring
dan paru.
 Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di
belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

Laring (tenggorok)
 Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri

16
dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan
menutup laring.
 Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas
esopagus.
 Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis
yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.
 Kartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:
 Kartilago thyroidea 1 buah di depan jakun dan sangat jelas terlihat pada
pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun.
Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat
melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang
lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar Kartilago krikoid.
 Kartilago epiglottis 1 buah. Kartilago yang berbentuk daun dan menonjol
keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian
belakang kartilago thyroideum. Plica aryepiglottica terdapat kebelakang
dari bagian samping epiglottis menuju kartilago arytenoidea sehingga
membentuk batas jalan masuk laring.
 Kartilago krikoid 1 buah yang berbentuk cincin. Kartilago berbentuk
cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
Kartilago tyroidea, dihubungkan dengan Kartilago tersebut oleh
membrane cricotyroidea. Cornu inferior kartilago thyroidea berartikulasi
dengan kartilago tyroidea pada setiap sisi.
 Kartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua kartilago kecil
berbentuk piramid yang terletak pada basis kartilago krikoid. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang
menonjol kedepan

17
Saluran Nafas Bagian Bawah

Trakea atau Batang tenggorok

 Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5


cm. trakea berjalan dari kartilago krikoid ke bawah pada bagian depan leher
dan di belakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus.

 Trakea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.

Bronkus

 Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh.jenis sel yang sama.

18
 Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.

 Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di
bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang
berjalan kelobus atas dan bawah.

 Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara).

 Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkiolus


tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah.

 Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut


saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru yaitu alveolus.

Paru-Paru

 Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-
gelembung kecil ( alveoli ). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus
terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong
udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya
dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-
paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5

19
s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari Trakea sampai
Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori
kohn.

 Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3
lobus ( lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo
dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra
superior dan lobus sinistra inferior).

 Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen.
Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior
dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.

 Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada /


kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.

 Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura . Pleura dibagi
menjadi dua yaitu pleura visceral ( selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput
yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat
rongga kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum
pleura ini vakum/ hampa udara.

 Suplai Darah

Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan


jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-cabang

20
untuk lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir dalam
sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini
mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar, yang akhirnya
membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah
yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang
lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah yang
teoksigenasi.

Respirasi dibagi menjadi 2 bagian , yaitu respirasi eksternal dimana proses


pertukaran O2 & CO2 ke dan dari paru ke dalam O2 masuk ke dalam darah dan CO2
+ H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan dari tubuh dan respirasi
internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O2 & peristiwaCO2 di tingkat sel
biokimiawi untuk proses kehidupan.

Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :


 Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan
alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi)

21
sehingga terjadi disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan
kapiler pulmonal serta ransport O2 & CO2 melalui darah ke dan dari sel jaringan.
 Mekanik pernafasan yaitu masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke dalam
paru-paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik pernafasan yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm
jalan nafas. Dalam inspirasi pernafasan perut, otot diafragma akan berkontraksi
dan kubah diafragma turun ( posisi diafragma datar ), selanjutnya ruang otot
intercostalis externa menarik dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-
paru membesar, tekanan dalam paru-paru akan menurun dan lebih rendah dari
lingkungan luar sehingga udara dari luar akan masuk ke dalam paru-paru.
Ekspirasi (ekspirasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan
nafas. Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi
semula ( melengkung ) dan muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya
tekanan dan ruang didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke
dalam udara keluar dari paru-paru karena tekanan paru-paru meningkat.
Komplians paru memainkan peranan penting pada bagian ini. Komplians
merujuk kepada volume paru-paru berdasarkan unit tekanan dalam alveoli yang
dapat menentukan kemampuan paru-paru untuk mengembang, misalnya
elastisitas jaring. Komplians itu sendiri ditentukan oleh jaringan penunjang
(seperti kolagen dan elastin) dan tegangan permukaan alveoli uang dikontrol oleh
surfaktan.

Transportasi gas pernafasan

1. Ventilasi
Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi sebaliknya
yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam alveoli mempunyai suhu
dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan uap air dan
mempunyai suhu sama dengan tubuh.

22
2. Difusi
Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara dengan
darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena
permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara
difusi. Tekanan parsial O2 (PaO2) dalam alveolus lebih tinggi dari pada dalam darah
O2 dari alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus
sehingga perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding
alveolus. Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan
dan CO2 harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg
mempengaruhi dari difusi oksigen dari paru ke jaringan yaitu curah jantung dan kadar
hematokrit darah

3. Perfusi pulmonal
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O 2 diangkut dalam
darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihemoglobin (98,5%) sedangkan dalam
eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). CO2
dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit sebagai natrium
bikarbonat, dalam plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung
dengan Hb dan protein plasma. CO2 larut dalam plasma sebesar 5 - 7 % , HbNHCO3
Carbamoni Hb (carbamate) sebesar 15 - 20 % , Hb + CO 2 HbCO bikarbonat sebesar
60 - 80% .

Pengukuran volume paru

Fungsi paru, yang mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan
kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi :
1. Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan
setiap kali bernafas.

23
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yg
dapat dihirup setelah inhalasi normal.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah ekspirasi normal.
4. Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah
ekspirasi maksimal.

Sedangkan kapasitas paru dibagi menjadi:


 Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal.
 Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi
normal.
 Kapasitas residual fungsional (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-
paru setelah ekspirasi normal.
 Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi
maksimal.

Dua jalur mekanisme saraf yang berbeda berfungsi untuk mengatur sistem
respirasi pada manusia. Satu sistem berperan mengatur pernafasan volunter dan
sistem yang lain berperan mengatur pernafasan otomatis. Pernapasan dikendalikan
oleh saraf pusat dan dikendalikan secara kimia. Pengendalian oleh saraf pusat terletak
di medula oblongata yang langsung mengatur otot-otot pernafasan. Pusat respirasi
terdapat pada medullary rhythmicity area yaitu area inspirasi & ekspirasi yang
mengatur ritme dasar respirasi dan dibantu oleh pneumotaxic area yang terletak di
bagian atas pons dan berfungsi untuk membantu koordinasi transisi antara inspirasi &
ekspirasi serta mengirim impuls inhibisi ke area inspirasi sekiranya paru-paru terlalu
mengembang, dan apneustic area yang berfungsi membantu mengkoordinasi transisi
antara inspirasi & ekspirasi dan mengirim impuls exhibisi ke area inspirasi.
Pengendalian pernapasan secara kimia dipengaruhi oleh PaO2, pH, dan PaCO2. Pusat

24
kemoreseptor terletak di medula dan berespon terhadap perubahan kimia dalam
cairan serebrospinal akibat perubahan kimia dalam darah. Kemoreseptor perifer
terdapat pada arkus aortik dan arteri karotis.

2.2 Hemodinamika

Hemodinamika berasal dari istilah Yunani haima yang berarti darah dan
dynamis yang berarti tenaga atau kekuatan. Hemodinamika menjelaskan tentang
aliran darah atau sirkulasi di dalam tubuh badan. Fungsi yang paling penting yang
dijalankan secara bersama oleh sistem sirkulasi dan sistem respirasi adalah untuk
menghantar oksigen ke jaringan-jaringan tubuh supaya dapat digunakan untuk proses
metabolisme dan kelangsungan hidup jaringan-jaringan tersebut. Kebanyakan sel
masih dapat menghasilkan energi walaupun tidak ada oksigen (metabolisme
anaerobik) tapi hanya buat waktu yang singkat dan proses ini tidak begitu efisien.
Beberapa organ, seperti otak, terbuat daripada sel-sel yang hanya dapat memproduksi
energi yang mereka membutuhkan sekiranya adanya suplai oksigen secara konstan.
Kemampuan untuk menahan anoksia berbeda dari organ ke organ, namun otak dan
jantung paling sensitif terhadap anoksia. Kekurangan oksigen akan mempengaruhi
fungsi organ-organ ini, dan kalau terjadinya anoksia pada waktu yang lama, akan
menyebabkan terjadinya kerusakan yang permanen.

Untuk memahami bagian sistem sirkulasi yang berperan dalam stabilitas dan
instabilitas hemodinamik, telah ditentukan tujuh loci yang khusus, termasuk:
a. Aliran kembali vena pada jantung kanan atau preload
b. Miokardium dan fungsi kontraktilitas miokardia, termasuk kadar denyut
jantung dan ritma jantung (yang brfungsi sebagai penentu stroke volume
dan curah jantung)
c. Resistensi arteriol prekapiler yang berperan pada afterload

25
d. Rangkaian kapiler penukaran yang berperan sebagai tempat penukaran
substrat, termasuk kontingen pertukaran cairan pada tekanan hidrostatik
kapiler
e. Resistensi vena post kapiler yang mengendalikan tekanan hidrostatik
kapiler
f. Kapasitas vena yang dapat berkembang pada kondisi syok tertentu
sehingga dapat menyebabkan penurunan kritis pada aliran kembali vena
atau preload dan sejurus menurunkan curah jantung.
g. Aliran darah sistemik berkurang apabila terdapat obstruksi aliran darah
pada arus utama yang disebabkan oleh emboli pulmonari atau aneurisma
diseksi pada aorta.

Menggunakan klasifikasi dan mekanisme hemodinamik ini, dokter-dokter


mencari metode diagnosis kegagalan perfusi akut yang lebih disempurnakan.
Tekanan darah arterial, denyut dan ritma jantung, kadar pengisian kapiler pada kulit,
saturasi oksigen, kadar respirasi, pengeluaran urin, status kesadaran pasien, efek
posisi pada tekanan darah dan temperatur badan.

2.3 Pemantauan Hemodinamik


Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan
tersebut merupakan suatu teknik untuk pengkajian pada pasien kritis, mengetahui
kondisi perkembangan pasien serta untuk antisipasi kondisi pasien yang memburuk.
Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah
dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. Pengkajian secara
noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan
vena jugularis (jugular venous pressure). Pemantauan hemodinamik secara invasif,

26
yaitu dengan memasukkan kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga
tubuh.

2.2.1 Tujuan Pemantauan Hemodinamik


Pemantauan hemodinamik dapat membantu mengidentifikasi kondisi pasien,
mengevaluasi respon pasien terhadap terapi, menentukan diagnosa medis,
memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh
dan kemampuan jantung untuk memompa darah.

2.2.2 Faktor Penentu Hemodinamik


1. Pre load
Menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic
digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre load
ventricle kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility
Menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh.
3. After load
Menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular
resistance.

2.2.3 Indikasi Pemantauan Hemodinamik


 Shock
 Infark Miokard Akut (AMI), yg disertai: Gagal jantung kanan/kiri, Nyeri dada
yang berulang, Hipotensi/Hipertensi
 Edema Paru
 Pasca operasi jantung

27
 Penyakit Katup Jantung
 Tamponade Jantung
 Gagal napas akut
 Hipertensi Pulmonal
 Sarana untuk memberikan cairan/resusitasi cairan, mengetahui reaksi pemberian
obat.

2.2.4 Parameter Hemodinamik

Parameter hemodinamik dapat dibagi kepada parameter makrovaskuler dan


mikrovaskuler. Parameter makrovaskuler untuk perfusi global termasuk denyut
jantung, tekanan darah, curah jantung dan saturasi oksigen vena sentral serta saturasi
oksigen tercampur. Parameter mikrovaskuler termasuk saturasi oksigen jaringan pada
thenar (StO2) serta refil kapiler perifer.

Denyut Jantung

Denyut jantung merujuk kepada kadar jantung memompa darah per menit.
Denyut jantung ditentukan oleh kadar depolarisasi spontan yang terjadi pada nodus
sinoatrial. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung termasuk innervasi autonomik
(persarafan simpatetik dan parasimpatetik ke miokardium), refleks kardiak, tonus
autonomik, efeknya pada nodus sinoatrial, refleks atrial, hormone (seperti
epinephrine dan norepinephrine) dan aliran vena kembali. Nervus vagus bertindak
pada reseptor untuk mengurangkan denyut jantung, sedangkan serabut kardiak
simpatetik menstimulasi reseptor beta-adrenergik untuk meningkatkan denyut jantung
(dengan mengubah permeabilitas membran sel pada sistem konduksi). Pusat kardiak
ini menerima input dari pusat lain serta dari baroreseptor dan kemoreseptor. Dengan
informasi yang didapatkan, daya kerja jantung diatur ulang, dengan berespon

28
terhadap perubahan tekanan darah dan konsentrasi oksigen arterial yang larut dan
karbon dioksida yang larut.

Penurunan kadar denyut jantung atau kehilangan kontraktilitas dapat


menyebabkan terjadinya bendungan aliran darah pada sirkulasi vena sehingga
menyebabkan peningkatan volume vena. Ini disebabkan oleh pengurangan jumlah
darah yang dipompa dalam sirkulasi arterial. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
peningkatan volume darah intra torasik sehingga meningkatkan tekanan vena sentral.
Peningkatan tekanan vena sentral dapat dinaikkan melalui aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron maupun melalui aktivasi simpatetik vena dan substans
vasokonstriktor yang bersirkulasi dalam darah.

Obat vasodilator arterial menyebabkan peningkatan aliran darah dari sistem


arterial ke sistem vena. Ini akan menyebabkan peningkatan volume vena dan sejurus
dengan itu, akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga terjadi sekiranya tonus
simpatetik berkurang.

Setiap orang bisa mengukur denyut jantungnya sendiri tanpa perlu


menggunakan stetoskop. Untuk mengukur denyut jantung di rumah bisa dengan cara
memeriksa denyut nadi. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan
tangan atau tiga jari pada sisi leher. Saat merasakan denyut nadi, lihatlah jam untuk
mneghitung jumlah denyut selama 1 menit.

Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan elastisitas pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume darah atau elastisitas
pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan
darah.
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong kearah

29
jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat dengan dua alasan. Pertama, tekanan
tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup;
tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat
seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut
yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga menimbulkan
beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh
serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001).
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah jantung dan
tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi jantung dan isi
sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di arteri kecil tubuh, yang
disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil inilah yang memberikan tahanan
terbesar pada aliran darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil
dari erteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang lebih
besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler yang tersusun
paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat sejumlah lintasan alternatif
bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole ke vena, dan karena inilah maka
jaringan kapiler ini tidak memberikan tahanan terhadap aliran darah seperti yang
diberikan oleh arteriol.
Metode standar dalam pengukuran tekanan darah memakai teknik yang
dikembangkan oleh Korotkov pada tahun 1905. Suatu manset tangan yang dapat di isi
udara diletakan melingkari lengan atas, tidak terlalu erat, dengan jarak 3 cm antara
bagian bawah manset dan fossa kubiti di situ. Manset tersebut diisi udara dengan
pompa tangan kecil dan tekanan di dalam magnet diukur dengan manometer merkuri.
Alat ini disebut sfigmomanometer. Nadi arteri brakialis yang terletak di fosa kubiti
pada siku dapat ditemukan dengan palpasi. Arteri ini terletak dibagian medial dari
tendon bisep dan denyut arteri ini sering sekali dapat dilihat bila tangan dalam
keadaan ekstensi total. Perlu diperhatikan bahwa stetoskop tidak dapat digunakan

30
untuk menentukan lokasi arteri brakialis, karena aliran arteri ini bersifat laminar dan
tidak akan terdengar suara sebelum manset diisi udara. Kemudian dilakukan palpasi
pada nadi radialis di pergelangan tangan dan sambil jari-jari tangan kita melakukan
palpasi, tangan yang lain memompa mengisi manset sampai suatu tekanan di atas
tekanan dimana nadi radialis menghilang. Kemudian stetoskop diletakan di atas arteri
brakialis dan tekanan didalam manset di turunkan perlahan-lahan. Guna
mempertahankan penurunan tekanan secara terus menerus, maka katup pengeluaran
harus dibuka makin lebar dengan menurunnya tekanan. Dengan menurunnya tekanan,
tidak akan terdengar suara sampai tekanan darah sistole tercapai, yaitu bila suara yang
seirama dengan denyut jantung terdengar lewat stetoskop. Ini menandakan tekanan
darah sistole. Dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suar menjadi
semakin keras, tetapi pada saat terciptanya tekanan darah diastole, suara tersebut
berubah sifatnya menjadi suara tertutup. Sedikit lebih bawah suara-suara itu akhirnya
menghilang dan tidak muncul lagi. Titik dimana suara menjadi tertutup dianggap
sebagai tekanan darah
diastole.
Penilaian fungsi hemodinamik yang umum digunakan termasuk dari
pengantaran oksigen (DO2), konsumsi oksigen (VO2), kebutuhan oksigen dan
ekstraksi oksigen (SvO2).

Pengantaran oksigen (DO2) merupakan jumlah oksigen yang terikat kepada


hemoglobin yang diantar ke jaringan. Kemampuan sel untuk memproduksi energi
dengan menggunakan metabolisme seluler yang aerobik merupakan suatu proses
fisiologis yang sangat penting. Pengantaran oksigen merupakan nilai yang dihitung
dari aliran darah yang keluar dari bagian kiri jantung (curah jantung) dikali dengan
konten oksigen dalam darah arteri.

Konsumsi oksigen (VO2) merujuk kepada jumlah oksigen yang diekstraksi


dari hemoglobin dan diutilisasi oleh semua sel badan. Konsumsi oksigen dapat

31
berkurang dengan kondisi tertentu, seperti pada syok sepsis, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya 'hutang oksigen' dan selanjutnya menyebabkan kerusakan
pada organ.

Kebutuhan oksigen berhubung erat dengan konsumsi oksigen suatu organ.


Kedua istilah ini digunakan secara bersinambungan karena kebutuhan oksigen
menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme sel sedangkan
konsumpsi menggambarkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel untuk
metabolisme. Pada waktu di mana kebutuhan oksigen meningkat, jantung harus
mengekstraksi lebih banyak oksigen sehingga sistem saraf bereksi dengan
meningkatkan pengantaran oksigen. Hubungan antara konsumsi oksigen otot kardiac,
aliran darah koroner dan jumlah oksigen yang diektraksi dari darah bersifat unik dan
mengaplikasikan prinsip Fick. Prinsip Fick menyatakan bahwa cardiac output
sebanding dengan konsumsi oksigen oleh jaringan dan berbanding terbalik dengan
perbedaan kandungan oksigen antara arteriovenus. Kadar Hb merupakan faktor
penentu dari perbedaan kandungan oksigen arteriovenus. Pada saat kadar Hb rendah,
cardiac output akan meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen jaringan.

Ekstraksi oksigen (SvO2) merujuk kepada saturasi oksigen pada vena dan
menggambarkan aliran darah kembali ke jantung kanan. Normalnya saturasi ini
berada dalam jangkauan 60% ke 80%. Apabila tubuh berada pada keadaan istirahat,
600ml/min per m2 diantar ke jaringan dan konsumsi jaringan terjadi sebanyak
150ml/min per m2, yang menggambarkan kadar metabolisme basal. Seelah itu, aliran
darah kembali ke jantung dengan kadar 450 ml/min per m2. Maka dapat ditentukan
bahwa pengantaran oksigen 4 kali lebih banyak dari konsumsi oksigen; dengan
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan adalah 4:1, dengan ekstraksi oksigen
sebanyak 25%.

 Tekanan vena sentral (CVP)

32
Tekanan vena sentral (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena
kava. Ini merujuk kepada tiga parameter; volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskuler. Tekanan vena sentral dibedakan dari tekanan
vena perifer, yang hanya memberi gambaran tentang tekanan lokal.
 Tekanan arteri pulmonalis
Tekanan arteri pulmonalis merupakana tekanan di ventrikel kiri pada akhir
diastolik.
 Tekanan atrium kiri
 Tekanan ventrikel kanan
 Curah jantung
Curah jantung (CO) adalah jumlah darah yang dipompakan ke sirkulasi perifer
oleh jantung per menit. Curah jantung sama dengan stroke volume (SV) dikalikan
laju jantung (HR)
CO = SV × HR
Laju jantung dipengaruhi oleh sistem saraf sentral dan otonom, dan isi sekuncup
dipengaruhi oleh "preload","afterload", dan kontraktilitas miokard. Faktor-faktor
yang mengontrol curah jantung meliputi curah balik, resistensi vaskuler,
kebutuhan oksigen jaringan perifer, volume darah, posisi tubuh, pola respirasi,
laju jantung dan kontraktilitas miokard.
 Tekanan arteri sistemik

2.2.5 Pemantauan Tekanan Non Invasif


Pengkajian non invasif sangat tergantung dari keadaan klinik dan pada kondisi
tertentu tidak dapat menjelaskan kondisi pasien secara spesifik dan akurat.
Pemantauan hemodinamik non invasive dapat dilakukan dengan cara :
 Pengukuran tekanan vena sentral / CVP : Mengukur tekanan vena jugularis
. Memposisikan pasien berbaring setengah duduk

33
. Perhatikan denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba
tetapi hanya bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium),
gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup),
gelombang v (pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup)
. Normalnya terjadi penggembungan vena setinggi manubrium sterni
. Apabila ditemukan penggembungan vena yang lebih tinggi dari
manubrium sterni, maka terjadi peningkatan tekanan hidrostatik atrium
kanan
 Pengukuran tekanan arteri sistemik secara manual menggunakan manometer.

2.2.6 Pemantauan Tekanan Invasif


Pemantauan tekanan invasif dilakukan dengan tujuan untuk mengukur dan
mengetahui gelombang tekanan dalam ruang-ruang jantung. Kelebihan teknik invasif
yaitu dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam pengambilan sampel darah,
pemeriksaan laboratorium, pemberian obat-obatan/cairan dan pemasangan pacu
jantung. Beberapa teknik pengukuran hemodinamik invasif yaitu:

2.2.6.1 Pemantauan Tekanan Darah Arteri


Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel
kiri ke aorta dan ke sistemik arteri (Debra et al, 2001).
Tekanan arteri sistemik terdiri dari:
 Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari
ventrikel kiri. Range normal berkisar 100-130 mmHg
 Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi, tekanan
diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh
jantung. Range normal berkisar 60-90 mmHg
 Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung. MAP
dapat diformulasikan dengan rumus :

34
Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan perfusi aliran darah ke
jaringan
Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan dengan
memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke
sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi menjadi
sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada osciloskope,
kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar
monitor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan arteri :
 Curah jantung  Volume darah  Umur
 Resistensi perifer  Viskositas darah  Aktivitas
 Elastisitas pembuluh arteri  Berat badan  Emosi

Indikasi pemantauan tekanan darah arteri secara invasif


 Pemantauan tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis
atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi bedah mayor sehingga
apabila ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya
dideteksi dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang
telah diberikan
a) prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax, bedah saraf,
bedah laparotomy, bedah vascular
b) pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
c) pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d) pasien yang terpasang IABP
e) pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
f) pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma aorta
 Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah
a) pasien dengan gagal napas

35
b) pasien yang terpasang ventilasi mekanik
c) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
d) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri secara rutin

Kontra indikasi relatif pada pemantauan tekanan darah arteri secara invasif
 Pasien dengan perifer vascular disease
 Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik
 Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif pada area yang mudah terjadi
infeksi, seperti area kulit yang lembab, mudah berkeringat, atau pada area yang
sebelumnya pernah dilakukan bedah vascular

2.2.6.2 Pemantauan Tekanan Vena Sentral


Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang
menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria Darovic, 2002).
Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena
kava (Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Pada umumnya jika venous return turun,
CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.

Indikasi pemantauan tekanan vena sentral


 Mengetahui fungsi jantung
Pengukuran CVP secara langsung mengukur tekanan atrium kanan (RA) dan
tekanan end diastolic ventrikel kanan. Pada pasien dengan susunan jantung dan
paru normal, CVP juga berhubungan dengan tekanan end diastolik ventrikel kiri.
 Mengetahui fungsi ventrikel kanan
CVP biasanya berhubungan dengan tekanan (pengisisan) diastolik akhir ventrikel
kanan. Setelah ventrikel kanan terisi, maka katup tricuspid terbuka yang
memungkinkan komunikasi terbuka antara serambi dengan bilik jantung. Apabila
tekanan akhir diastolik sama dengan yang terjadi pada gambaran tekanan ventrikel

36
kanan, CVP dapat menggambarkan hubungan antara volume intravascular, tonus
vena, dan fungsi ventrikel kiri.
 Menentukan fungsi ventrikel kiri
Pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung, CVP berhubungan
dengan tekanan diastolik akhir ventrikel kiri dan merupakan sarana untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
 Menentukan dan mengukur status volume intravaskuler.
Pengukuran CVP dapat digunakan untuk memeriksa dan mengatur status volume
intravaskuler karena tekanan pada vena besar thorak ini berhubungan dengan
volume venous return.
 Memberikan cairan, obat obatan, nutrisi parenteral
Pemberian cairan hipertonik seperti KCL lebih dari 40 mEq/L melalui vena
perifer dapat menyebabkan iritasi vena, nyeri, dan phlebitis. Hal ini disebabkan
kecepatan aliran vena perifer relatif lambat dan sebagai akibatnya penundaan
pengenceran cairan IV. Akan tetapi, aliran darah pada vena besar cepat dan
mengencerkan segera cairan IV masuk ke sirkulasi. Kateter CVP dapat digunakan
untuk memberikan obat vasoaktif maupun cairan elektrolit berkonsentrasi tinggi.
 Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker
sementara.

Kontraindikasi pemasangan kateter vena sentral


Adapun kontraindikasi termasuk adanya :
 infeksi pada tempat insersi,
 renal cell tumor yang menyebar ke atrium kanan, atau
 large tricuspid valve vegetatious (sangat jarang).

2.2.6.3 Pemantauan Tekanan Arteri Pulmonal

37
Pemantauan hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan
menggunakan sistem tranduser tekanan yang digunakan untuk mengetahui tekanan di
arteri pulmonal.
Memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah pulmonal dan
ventrikel kiri. Pemantauan hemodinamik menggunakan kateter arteri pulmonal
diperkenalkan oleh Swans dan Ganz tahun 1970, sejak menggunakan dobel lumen,
balon/ tipped, sampai lima lumen ditambah dengan kawat pacu jantung dan optikal
kateter arteri pulmonal yang sekarang dikenal sebagai kateter arteri pulmonal Swan
Ganz, yang dapat dikerjakandi tempat tidu r pasien tanpa bantuan fluoroskopi.
Dengan kateter ini dimungkinkan dapat memonitor secara intermiten curah jantung,
menentukan RVEV dan EDV, secara kontinyu dapat memonitor RAV, saturasi
oksigen vena campuran, pacing atrium dan ventrikel, juga dapat digunakan
mengkalkulasi SVR, PVR, oksigen transport dan konsumsi, perbedaan arterio-venous
oksigen dan fraksi shunt intra pulmonal.
Kateter arteri pulmonal yang tersedia untuk pediatric dan dewasa ukuran 60 -
110 cm panjangnya, kaliber 4.0 - 8.0 Fr, volume balon dari 0.5 - 1.5 ml, diameter
balon dari 8 -13 mm setiap 10 cm panjang kateter ditandai dengan garis hitam kecil,
yang membantu lokasi ujung kateter yang dimasukkan melalui sirkulasi sentral.

Indikasi pemasangan kateter arteri pulmonal


 Pasien dalam resiko tinggi: EF rendah, gagal jantung akut, hipertensi pulmonal
dan instabilitas hemodinamik.
 Paska operasi bedah jantug secara konservatif.
Kontraindikasi
 Tidak ada kontraindikasi absolute
 Kontraindikasi realtif misalnya dengan gangguan koagulasi, prostetik jantung
kanan, pace maker endokardial, penyakit vaskuler berat.

38
BAB III
KESIMPULAN

Hemodinamika adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan tekanan


intravaskuler dan aliran darah yang terjadi apabila otot jantung berkontraksi dan
memompa darah ke setiap bagian tubuh. Hemodinamika itu penting karena ia dapat
menunjukkan sekiranya tubuh badan itu berada dalam keadaan hemostatik atau
bukan. Terdapat banyak sinyal-sinyal yang dapat ditunjukkan oleh tubuh untuk

39
menggambarkan kualitas fisik seperti aliran, volume, tekanan, voltase, cas, bunyi,
absorpsi dan elastisitas. Sinyal ini dapat terdiri dari sinyal bioelektrik yang spontan
seperti modulasi energi (oximetri) dan elektrokardiogram (ECG) atau bioelektrik
seperti perubahan pada kanal voltase atau kanal kimia, pompa dan imbalansi pada ion
seperti yang terjadi pada aksi potensial.
Sistem sirkulasi memainkan peranan penting dalam memastikan
hemodinamika dapat mempertahankan kondisi hemostatik pada tubuh. Secara
ringkas, dapat disimpulkan bahwa sistem kardiovaskuler merupakan suatu sistem
tertutup yang memastikan aliran darah terjadi pada setiap detik sehingga
memperbolehkan pengantaran darah terjadi secara terus menerus. Struktur dan fungsi
sistem ini dapat membantu dalam pemantauan pada pasien yang berada dalam kondisi
kritis.
Sistem kardiovaskuler terdapat beberapa faktor yang menentukan keadaan
hemodinamika. Antara faktor penentu tersebut adalah preload, kontraktilitas dan
afterload. Preload merujuk kepada jumlah tekanan pada otot kardiak sebelum
permulaan kontraksi. Kontraktilitas merujuk kepada kemampuan miokardium untuk
berkontraksi apabila tiada perubahan pada preload dan afterload. Afterload merujuk
kepada tekanan yang harus dicapai oleh ventrikel sehingga tekanannya sama dengan
tekanan aorta. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada curah
jantung, khususnya stroke volume dan denyut jantung.

Curah jantung merujuk kepada jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel
setiap menit, sedangkan stroke volume adalah jumlah darah yang dipompa dari
ventrikel pada setiap denyut jantung. Denyut jantung sendiri dapat dipengaruhi oleh
innervasi autonomik, refleks kardiak, tonus autonomik, efek pada nodus sinoatrial,
refleks atrial, hormon dan aliran balik vena. Secara keseluruhan, curah jantung, stroke
volume dan denyut jantung yang bekerja secara sinergis sehingga terjadinya
optimalisasi dari pengantaran oksigen yang merupakan tujuan utama dari

40
hemodinamika tubuh. Hemodinamika juga mempertimbangkan konsumsi oksigen
dan kebutuhan oksigen pada setiap sel dalam tubuh.
Hemodinamika digunakan pada pemantauan pasien pada setiap tingkat
anestesi, dari fase praanestesi, perianestesi maupun postanestesi. Pemantauan tanda-
tanda hemodinamika sangat penting terutama untuk perbaikan pasien postoperatif
karena dapat memastikan perfusi jaringan masih terjadi. Penantauan tanda-tanda
hemodinamika mempunyai keuntungan yang signifikan pada jangka waktu singkat
dan jangka waktu lama. Penekanan diberikan pada identifikasi awal pasien yang
beresiko tinggi terjadinya imbalans suplai oksigen dan kebutuhan oksigen serta
kegagalan sistem kardiovaskuler secara total karena waktu dan kualitas resusitasi
merupakan pertimbangan penting untuk menyelamatkan nyawa pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Bersten, Andrew D. Et al. Oh's intensive Care Manual. Fifth Edition. Elsevier Limited
Health Science. 2003.
Bongard, Frederic S. Et al. Current Critical Care : Diagnosis & Treatment. Second
Edition. Lange Medical Books. 2002

41
Darovich, Gloria O. Haemodynamic Monitoring : Invasive and Noninvasive Clinical
Application. WB Saunders Company. 2002.
Fawcett J.A.D. Hemodynamic Pemantauan Made Easy. Elsevier Saunders. 2006. Pg
5-68.
Guyton A.C. Hall J.E. Textbook Of Medical Physiology. 12th Edition. Elsevier
Saunders. 2010. Pg 156-260.
Hodges RK, et al. Real World Nursing Survival Guide Haemodynamic Monitoring. St
Louis : Elsevier Saunders 2005 : 150 - 168.
Kadir, A. 2007. Sirkulasi Cairan Tubuh: FK UKWS
Kee, Joyce L. et al. Pharmacology and Pharmacology Guide: A Nursing Process
Approach. Elsevier Science Health Science Division. 2008.
Perry, Potter. 2002. Fundamental Keperawatan Konsep Proses Praktik. Jakarta: EGC
Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat
RS Jantung Harapan Kita
Woods, Susan L, et al. Cardiac Nursing. Seventh Edition. Lippicot, William and
Wilkins. 2005

42

Anda mungkin juga menyukai