Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA

Disusun untuk memenuhi tugas


Keperawatan Medikal Bedah III
Penanggung Jawab: Anis Murniati S.Kep,Ners,M.Biomed

Disusun oleh :
RISKA ASMAUL HIDAYAH (A2R17068)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TINGKAT III-B/ SEMESTER V

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

2020/2021

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUCOMA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG


Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat
berat.Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang menderita glaukoma. Di
antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan penglihatan, dan
hampir 70.000 benar – benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang buta tiap
tahun.
Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar,
kebutaan hampir selalu dapat dicegah.Namun kebanyakan kasus glauma tidak
bergejala sampai sudah terjadi kerusakan ekstensif dan ireversibel.Maka
pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran penting dalam mendeteksi
penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko menderita
glaukoma dan yang berusia diatas 35 tahun menjalani pemeriksaan berkala pada
oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang, dan kaput nervi optisi.
Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai
bertambahnya usia, mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko
lainya adalah diabetes, orang Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai
riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka yang pernah mengalami
trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi kortikostreroid
jangka panjang.
Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol
dengan obat..kadang diperlukan pembedahan laser atau konvensional
(insisional). Tujuan penanganan adalah untuk menghentikan atau memperlambat
perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang baik sepanjang
hidup.Dapat dilakukan dengan menurunkan TIO. (Suzanne C. Smeltzer, 2001 :
2004-2005)

1.2  RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari glaucoma?
2.      Apa penyebab dari glaucoma?
3.      Apa saja tanda dan gejala glaucoma?
4.      Bagaimana pencegahan dan penatalaksaaan glaucoma?
5.      Bagimana konsep asuhan keperawatan dengan glaucoma?

1.3  TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Persepsi Sensori dan
memberikan penjelasan tentang teori dan konsep Asuhan Keperawatan
glaucoma.

2.TUJUAN KHUSUS
1.      Mengetahui definisi dari glaucoma
2.      Mengetahui penyebab dari glaucoma
3.      Mengetahui saja tanda dan gejala glaucoma
4.      Mengetahui pencegahan dan penatalaksaaan glaucoma
5.      Mengetahui konsep asuhan keperawatan dengan glaucoma

1.4  MANFAAT
1. Mampu memberikan pengetahuan tentang penyakit glaukoma kepada
masyarakat.
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien penderita
glaukoma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI GLAUKOMA
Glaukoma adalah Sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokular.(Barbara C Long, 2000 : 262 )
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik(neoropati
optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil
saraf optik. Yang menyebabkan defek lapang pandang dan hilangnya tajam
penglihatan jika lapang pandang sentral terkena.. (Bruce James.  et al , 2006 : 95)
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.(Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N
= 15-20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan
abnormal tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin,
2009 : 382)
Glaukoma adalah kelainan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan didalam
bola mata sehingga lapang pandangan dan visus mengalami ganggauan secara
progresif. (Vera H . Darling, 1996 : 88 ).
2.2 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI GLAUKOMA
Glukoma diklasifikasikandalam 2 kelompok sudut terbuka dan sudut
tertutup.Pada glaucoma sudut terbuka, humor aquos mempunyai akses bebas ke
jaringan trabekula dan ukuran sudut normal.Pada glaucoma sudut tertutup iris
menutup jaringan trebekula dan membatasi aliran humor aquos keluar kamera
anterior.Kategori ini dibagi lebih lanjut menjadi glaucoma primer (penyebab tak
diketahui, biasanya bilateral dan mungkin diturunkan) dan glaukoma sekunder
(penyebab diketahui).
Klasifikasi glaucoma meliputi yang berikut:

I. Glaucoma sudut terbuka


a. Primer
b. Tegangan normal
c. Sekunder

II.  Glaucoma tertutup


a. Primer
1. Dengan sumbatan pupil
a. Akut
b. Sub akut
c. Kronik
2.   Tanpa sumbatan pupil
b.      Sekunder
1.    Dengan sumbatan pupil
2.    Tanpa sumbatan pupil
III.  Glaucoma dengan mekanisme kombinasi
IV.  Glaucoma pertumbuhan/kongenital

1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara
lambat.Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular.Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan.Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.Glaukoma Sudut
terbuka primer ditandai dengan atrofi saraf optikus dan kavitasi mangkuk
fisiologis dan defek lapang pandang yang khas.Glaukoma sudut terbuka,
tekanan normal ditandai dengan adanya perubahan meskipun TIO masih
dalam batas parameter normal.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm.
Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia
tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya
TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat,dan penglihatan yang kabur.
Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Dilatasi pupil dapat terjadi saat berada diruangan gelap atau obat
yang menyebabkan dilatasi akut pupil. Dilatasi bias pula terjadi akibat rasa
takut atau nyeri, pencahayaan yang kurang terang, atau berbagai obat topical
atau sistemik (vasokontriktor ,bronkodilator, penenang, anti Parkinson).
Aktifitas seperti membaca yang memerlukan gerakan ensa
kedepan dan terapi miosis juga dapat merupakan factor presipitasi.
2. Glaukoma sekunder
a. Glaukoma sudut terbuka
Peningkatan TIO disebabkan oleh peningkatan tahanan aliran
keluar humor akuos melalui jarring-jaring trabekuler,kanalis schlemm, dan
system evissklerar.pori-pori trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis
debri,darah ,pus atau bahan lainnya.peningkatan tahanan tersebut dapat
diakibatkan oleh penggunaan kortikosteroid jangka lama,tumor intra okuler
uveitis akibat penyakit seperti herpes simplek atau herpes zoster,atau
penyumbatan jarring-jaring trabekula oleh material lensa,bahan fispo
elastis(digunakan pada pembedahan katarak),darah atau pigmen.pennggian
tekanan vena episklelar akibat keadaan seperti luka bakar kimia,tumor
retrobulber,penyakit teroid,fistula arteriovenosa,jugularis superior vena kava
atau sumbatan vena pulmonal juga dapat mengakibatkan peningkatan
TIO.selain itu,glaucoma sudut terbuka dapat terjadi setelah ekstraksi
katarak,implantasi TIO (khususnya lensa kamera anterior,)penguncia
sclera,viterktomi,kapsulotomi posterior,atau trauma.
b. Glaucoma sudut tertutup
Peningkatan tahanan aliran humor akuos disebabkan oleh
penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh iris perifer.kondisi ini biasanya
disebabkan oleh perubahan aliran humor akuos setelah menderita penyakit
atau pembedahan.keterlibatan anterior terjadi setelah terbentuknya
membrane pada glaucoma pada neuro vaskuler,trauma,aniridia,dan penyakit
endotel.penyebab posterior terjadi pada penyumbatan pupil akibat lensa atau
IQL menghambat aliran humor akuos ke kamera anterior.
Berdasarkan  lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh
tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata,
atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun
atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian
obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan
emosional.Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/
subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis
dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan
intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1).  Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala
glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4).  Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5).  Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6).  Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7).  Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8).  Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9).  Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan
media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11).   Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e.   Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan
tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f.  Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi.Dievaluasi
tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata.Bila TIO tetap tidak turun,
lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500
ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan
berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan
medikamentosa.
2. GLAUKOMAKRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata
yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian
kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti
normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada
stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena
pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan
permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri
menunjukkan peningkatan.Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan
dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan
dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat
perdarahan papil.Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang
pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma
busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata
dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun
hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi
ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

2.3 MANIFESTASI KLINIK GLAUKOMA


a. Glaukoma Primer
1. Glaukoma Sudut Terbuka
a.       Mata tampak normal
b.      Penderita pun merasa matanya normal
c.       Kecuali pada stadium lanjut  Lapang pandang sudah sangat sempit
2.   Glaukoma Sudut Tertutup
a.       Hiperemia silier + konjungtiva  mata merah ++
b.      Kornea suram  visus 
c.       Halo disekitar cahaya
d.      Atrofi iris sekitar pupil  reflek pupil –
e.       Pupil lebar (paralise otot sfingter pupil)
f.       Nyeri mata dan sekitarnya
g.      Mual, muntah
b. Glukoma Sekunder
a.       Pembesaran bola mata
b.      Gangguan lapang pandang
c.       Nyeri didalam mata

2.4     PATOFISIOLOGI
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor
aquelus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar
humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal
Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila
kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti).Jika
terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi
lebih lanjut.
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke
jaringan trabekular.Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.Perubahan saraf optik juga
dapat terjadi. Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke
depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO.

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.  PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk
glaukoma.
a.   Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat
cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
o      Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
o      Indentasi dengan tonometer schiotz
o      Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
·         Nonkontak pneumotonometri
                                                  Portable electronic applanation (co: Tonopen)
}  TIO Normal
◦      Berkisar :10,5 – 20,5 mmHg
◦      Rata-rata :15,5+ 2,75 mmHg
}  TIO Tinggi
◦      > 21 mmHg
}  Hipotoni
◦      < 6,5 – 7 mmHg
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras
pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu
memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengann palpasi : dimana satu jari
menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
N : normal
N + 1 : agak tinggi
N + 2 : untuk  tekanan yang lebih tinggi
N – 1 : lebih rendah dari normal
N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

2.  GONIOSKOPI
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
3.  OFTALMOSKOPI
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.Papil
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi.Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
4.  PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah
lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan
ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang
meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum. (Sidarta Ilyas,
2002 : 242-248)
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan glaucoma adalah menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bias berbeda
bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi. Terapi obat,
pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat dipergunakan untuk mengontrol
kerusakan progresif yang diakibatka oleh glaucoma. (Suddart & Brunner,2002)
1.      Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penanganan
glaucoma sudut terbuka primer.Meskipun program ini dapat diganti, terapi
diteruskan seumur hidup.Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan adekuat,
pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah trabekuloplasti laser dengan
pemberian obat tetap dilanjutkan.
Glaucoma sudut tertutup dengan sumbatan pupil biasanya jarang
merupakan kegawatan bedah.Obat digunakan untuk mengurangi TIO sebelum
iridektomi laser.
Penanganan glaucoma sekunder ditujukan untuk kondisi yang
mendasarinya begitu pula untuk menurunkan.Misalnya glaucoma yang
disebabkan oleh terapi kortikosteroid ditangani dengan menghentikan
pengobatan kortikosteroid.Uveitis dengan glaucoma diterapi dengan bahan anti
inflamasi.Penggunanan obat dilator pupil (midriatikum) merupakan
kontraindikasi pada pasien glaucoma.
Kebanyakan obat mempunyai efek samping, yang biasanya menghilang
setelah satu sampai dua minggu.Namun pada beberapa kasus obat perlu
dihentikan karena pasien tidak dapat mentoleransinya.Efek samping yang biasa
terdapat pada pemakaian obat topical adalah pandangan kabur, pandangan
meremang, khususnya menjelang malam dan kesulitan memfokuskan
pandangan.Kadang-kadang frekuens denyut jantung dan respirasi juga
terpengaruh.
Obat sistemik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari dan jari kaki,
pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan terkadang terjadi
batu ginjal.Pasien harus diberitahu mengenai kemungkinan efek samping
tersebut. Antagonis Beta adrenergic merupakan obat topical yang paling banyak
digunakan karena efektifitasnya pada berbagai macam glaucoma dan tidak
menyebabkan efek samping yang biasa disebabkan oleh obat lain. Antagonis
Beta adrenergic menurunkan TIO dengan menguragi pembentukan humour
aquous. Bahan kolinergik topical (missal pilokartin hidroklorida, 1%-4%,
asetilkolin klorida, karbakol) digunakan dalam penanganan glaucoma jangka
pendek dengan penyumbatan pupil akibat efek langsungnya pada resptor
parasimpatis iris dan badan silier. Sebagai akibatnya, sfingter pupil akan
berkontriksi, iris mengencang, volume jaringan irisan pada sudut akan
berkurang. Dan iris perifer tertarik menjauhi jarring-jaring trabekula. Perubahan
ini memungkinkan humour aquous mencapai saluran keluar dan akibatnya
terjadi penurunan TIO.
Pada glaucoma sudut terbuka digunakan obat golongan agonis
adrenergic topical yang berfungsi menurunkan IOP dengan meningkatkan aliran
keluar humour aquous, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan produksi
humour aquous, dan menyebabkan kontriksi pembluh darah konjungtiva.
Contoh bahan perangsang adrenerik adalah epinefrin dan fenileprin hidriklorida.
Tetes mata epinefrin (larutan 0,1%) banyak digunakan untuk menangani
glaucoma sudut terbuka. Fenileprin (1%,2,5%) sering digunakan untuk
mendilatasi mata sebelum pemerikasaan fundus ovuli dan menangani uveitis.
Inhibitor anhydrase karbonat missal asetalzolamid (Diamox) diberikan
secara sistemik untuk menurunkan IOP dengan menurunkan produksi humour
aquos. Digunakan untuk menangani glaucoma sudut terbuka jangka panjang dan
menangani glaucoma sudut tertutup jangka pendek dan glaucoma yang sembuh
sendiri, seperti yang terjadi setelah tauma.Juga dibutuhkan setelah iridektomi
untuk mengontrol glaucoma residual.Dapat diberikan secara oral atau intravena
selama serangan akut glaucoma.
Diuretika osmotic.Bahan osmotic oral (gliserol atau intravena) misal
manitol dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolaritas plasma dan
menarik air dari mata ke dalam pembuluh darah.Obat hiperosmotik sangan
berguna penanganan jangka pendek glaucoma akut.Digunakan untuk
menurunkan TIO preoperative sehingga pembedahan dapat dilakukan dengan
tekanan mata yang lebih normal.Juga dapat menghindari perlunya pembedahan
pada glaucoma transien. (Suddart & Brunner,2002)
2.   Bedah Laser
Pembedahan laser untuk memperbaiki aliran humour aquous dan
menurunkan TIO dapat diindikasikan sebagai penanganan primer untuk
glaucoma, atau bias juga dipergunakan bila terapi obat tidak bisa ditoleransi,
atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat. Laser dapat digunakan pada
berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaucoma. (Suddart &
Brunner,2002)
3.   Bedah Konvesional
Prosedur bedah konvesional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil
atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk dilakukan
bedah laser (misal pasien yang tak dapat duduk diam atau mengikuti
perintah).Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan keberhasilan penurunan
TIO pada 80-90% pasien.
Iridektomi perifer atau sektoral dilakukan untuk mengangkat sebagaian iris
untuk memungkinkan aliran humor aqueus dari kamera prosterior ke kamera
anterior di indikasikan pada penanganan glaucoma dengan penyumbatan pupil
bila pembedahan laser tidak berhasil atau tidak tersedia.
Trabulectomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran
pengaliran baru melalui sclera. Dilakukan dengan melakukan diseksi flap
ketebalan setengah (half-tickness) sclera dengan engsel di limbus. Satu sekmen
jaringan trabekula diangkat, flap sclera ditutup kembali, dan konjungtiva dijahit
rapat untuk mencegah kebocoran cairan aqueus.Trabulectomi meningkatkan
aliran keluar humor aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.
Ketika cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb
(gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan konjungtiva.Komplikasi
ditengah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal),
hifema (darah dikamera anterior mata), infeksi kegagalan filtrasi.
Prosedur seton meliputi penggunaan berbagai alat pintasan aqueus sintesis
untuk menjaga kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka diimplementasikan
ke kamera anterior dan menhubungkan ke mean pengaliran episklera. Alat ini
sering digunakan pada TIO tinggi, pada mereka yang prosedur filtrasi gagal.
Kemungkinan komplikasi implant meliputi pembentukan katarak, hipotoni,
diskompensasi kornea, dan erosi alparatus. (Suddart & Brunner,2002)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
§  Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
§  Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
·      Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
2  Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata menjadi
kabur
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan matanya kabur dan sering menabrak, gangguan saat
membaca
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu, riwayat penggunaan
antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan
Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang mengenai mata),
penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit glaucoma sudut terbuka
primer.
E. Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara
cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka
karena kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
b.   Pemeriksaan Fisik
A. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak),
tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan
perifer, fotfobia (galukoma akut) bahan kaca mata/ pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
- Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan,
peningkatan air mata.
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena anterior
dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
- Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)
B. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: ketidaknyamanan ringan atau mata berair ( glaucoma kronis).
Nyeri tiba-tiba atau berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaucoma akut)
C. Aktivitas
gejala: perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
D. makanan atau cairan
gejala:mual atau muntah
c. Pemeriksaan Penunjang
(1)  Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2)   Lapang penglihatan :    Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3)   Pengukuran tonografi :  Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4)   Pengukuran gonioskopi: Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
(5)   Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
(6)  Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7)  Darah lengkap, LED : Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8)  EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
(9)   Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
prognosis.
3.  Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular.
4. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi.
5. Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan,
kehilangan vitreus
6. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi
7. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,
pembatasan

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan yang berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.
Subyektif :        
Menyatakan penglihatan kabur, tidak jelas, penurunan area penglihatan.
Objektif :
-   Pemeriksaan lapang pandang menurun.
-   Penurunan kemampuan identifikasi lingkungan (benda, orang, tempat)
Tujuan :
Klien melaporkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang penglihatan dan
mengomunikasikan perubahan visual.
Kriteria Hasil :
-   Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.
-   Klien mengindentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan
Intervensi Rasional
         Kaji ketajaman penglihatan klien. 1. Mengidentifikasi kemampuan
         Dekati klien dari sisi yang sehat. visual klien.
2.Memberikan rangsang
         Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sensori, mengurangi rasa
sumber rangsangan. isolasi/terasing.
4. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi 3. Memberi keakuratan
penglihatan : penglihatan dan perawatannya.
-   Orientasikan klien terhadap ruang rawat. 4. Meningkatkan kemampuan
-   Letakkan alat yang sering digunakan di dekat persepsi sensori.
klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.
-  Berikan pencahayaan cukup.
-   Letakkan alat ditempat yang tetap.
-   Hindari cahaya menyilaukan.
5. Anjurkan penggunaan alternatif rangsang
lingkungan yang dapat diterima : auditorik,
taktil.
5. Meningkatkan kemampuan
respons terhadap stimulus
lingkungan.
2.Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
prognosis.
Subyektif :
Klien mengatakan takut tidak akan dapa melihat lagi setelah dilakukan tindakan
operasi.
Obyektif :
-  Klien terlihat kebingungan dan selalu bertanya perihal tindakan operasi.
-  Tingkat konsentrasi klien berkurang.
-  Terdapat perubahan pada tanda vital, tekanan darah meningkat.
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan.
Kriteria Hasil :
-  Klien mengungkapkan kecemasan berkurang atau hilang.
-  Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan.
Intervensi Rasional
1.   Kaji derajat kecemasan, faktor yang1.   Umumnya faktor yang
menyebabkan kecemasan, tingkat menyebabkan kecemasan adalah
pengetahuan, dan ketakutan klien akan kurangnya pengetahuan dan ancaman
penyakit. aktual terhadap diri. Pada klien
glaukoma, rasa nyeri dan penurunan
lapang pandang menimbulkan
2.   Orientasikan tentang penyakit yang ketakutan utama.
dialami klien, prognosis, dan tahapan
perawatan yang akan dijalani klien. 2.   Meningkatkan pemahaman klien
akan penyakit. Jangan memberikan
keamanan palsu seperti mengatakan
penglihatan akan pulih atau nyeri
akan segera hilang. Gambarkan
3.   Berikan kesempatan pada klien untuk secara objektif tahap pengobatan
bertanya dengan penyakitnya. harapan proses pengobatan, dan
4.   Berikan dukungan psikologis. orientasi pengobatan masa
berikutnya.

3.   Menimbulkan rasa aman dan


5.   Terangkan setiap prosedur yang perhatian bagi klien.
dilakukan dan jelaskan tahap perawatan4.   Dukungan psikologis dapat berupa
yang akan dijalani, seperti riwayat penguatan tentang kondisi klien,
kesehatan, pemeriksaan fisik, foto peran serta aktif klien dalam
toraks, EKG, diet, sedasi operasi dll. perawatan maupun mengorientasikan
6.   Bantu klien mengekspresikan bagaimana kondisi penyakit yang
kecemasan dan ketakutan dengan sama menimpa klien yang lain.
mendengar aktif.
5.   Mengurangi rasa ketidaktahuan dan
7.   Beri informasi tentang penyakit yang kecemasan yang terjadi.
dialami oleh klien yang berhubungan
dengan kebutaan.
6.   Memberi kesempatan klien untuk
berbagi perasaan dan pendapat dan
menurunkan ketegangan pikiran.
7.   Mengorientasikan pada penyakit
dan kemungkinan realistik sebagai
konsekuensi penyakit dan
menunjukan realitas.

3.  Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular.


Subyektif :
Mengatakan mata tegang.Nyeri hebat, lebih sakit untuk melihat.
Objektif :
-  Meringis, menangis menahan nyeri.
-  Sering memegangi mata.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
-  Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri.
-  Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri.
-  Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
Intervensi Rasional
1.Kaji derajat nyeri setiap hari atau 1.Nyeri glaukoma umumnya sangat
sesering mungkin, jika diperlukan. parah terutama pada glaukoma
2.Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ sudut tertutup.
tindakan yang dapat memicu nyeri. 2.Penyebab munculnya nyeri
adalah peningkatan tekanan
intraokular, yang dapat meningkat
akibat dipicu oleh :
-        Mengejan (valsalva
maneuver)
-        Batuk
-        Mengangkat benda berat
-        Penggunaan kafein (rokok,
kopi, teh)
-        Gerakan kepala tiba-tiba
-        Menunduk/ kepala lebih
3.   Anjurkan klien untuk menghindari rendah dari pinggang
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri. -        Tidur pada sisi yang sakit
-        Hubungan seks
4.   Secara kolaboratif, berikan obat -        Penggunaan obat
analgetik. kortikosteroid.

3.Untuk mencegah peningkatan


5. Ajarkan tindakan distraksi dan TIO lebih lanjut.
relaksasi pada klien.
4.Analgetik berfungsi untuk
meningkatkan ambang nyeri.
Biasanya analgetik yang diberikan
adalah kelompok narkotik/ sedatif.

5.   Untuk menurunkan sensasi nyeri


dan memblokir sensasi nyeri
menuju otak. Teknik ini umumnya
efektif saat nyeri tidak sangat
mengganggu klien.

4.Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang operasi.


Subyektif :
-  Mengatakan takut dioperasi
-  Sering menanyakan tentang operasi
Objektif :
-  Perubahan tanda vital peningkatan nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan
-  Tampak gelisah, wajah murung, sering melamun
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan
Kriteria Hasil :
-   Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.
-   Klien berpartisipasi dalam kegiatan persiapan operasi
Intervensi Rasional
1.Jelaskan gambaran kejadian pre- dan 1.Meningkatkan pemahaman tentang
pasca operasi. Manfaat operasi, dan gambaran operasi untuk
sikap yang harus dilakukan klien selama menurunkan ansietas.
masa operasi.
2.Jawab pertanyaan khusus tentang 2.Meningkatkan kepercayaan dan
pembedahan. Berikan waktu untuk kerjasama. Berbagi perasaan
mengekspresikan perasaan. membantu menurunkan
Informasikan bahwa perbaikan ketegangan. Informasi tentang
penglihatan tidak terjadi secara perbaikan penglihatan bertahap
langsung, tetapi bertahap sesuai diperlukan untuk antisipasi depresi
penurunan bengkak pada mata dan atau kekecewaan setelah fase
perbaikan kornea. Perbaikan penglihatan operasi dan memberikan harapan
memerlukan waktu 6 bulan atau lebih. akan hasil operasi.

Intervensi Pasca-Operatif
5.  Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan,
kehilangan vitreus.
Subyektif  :
-      Keinginan untuk memegang mata
-      Menyatakan nyeri sangat

Obyektif :
-      Perilaku tidak terkontrol
-      Kecenderungan memegang darah operasi
Tujuan :
Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
Kriteria Hasil :
-      Klien menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera
-      Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera
Intervensi Rasional
1.Diskusikan tentang rasa sakit, 1.Meningkatkan kerjasama dan
pembatasan aktifitas dan pembalutan pembatasan yang diperlukan.
mata. 2.Istirahat mutlak diberikan 12-24
2.Tempatkan klien pada tempat tidur jam pasca operasi.
yang lebih rendah dan anjurkan untuk
membatasi pergerakan mendadak/
tiba-tiba serta menggerakkan kepala 3.Mencegah/ menurunkan risiko
berlebih. komplikasi cedera.
3.Bantu aktifitas selama fase istirahat.
Ambulasi dilakukan dengan hati-hati. 4.Tindakan yang dapat
meningkatkan TIO dan
4.Ajarkan klien untuk menghindari menimbulkan kerusakan struktur
tindakan yang dapat menyebabkan mata pasca operasi antara lain :
cedera. -        Mengejan ( valsalva
maneuver)
-        Menggerakan kepala
mendadak
-        Membungkuk terlalu lama
-        Batuk
5.Amati kondisi mata : luka menonjol, 5.Berbagai kondisi seperti luka
bilik mata depan menonjol, nyeri menonjol, bilik mata depan
mendadak, nyeri yang tidak berkurang menonjol, nyeri mendadak,
dengan pengobatan, mual dan muntah. hiperemia, serta hipopion mungkan
Dilakukan setiap 6 jam asca operasi menunjukan cedera mata pasca
atau seperlunya. operasi.

6. Nyeri yang berhubungan dengan luka pascaoperasi


Subyektif :
Mengatakan nyeri/tegang.
Objektif :
Gelisah, kecenderungan memegang daerah mata.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
Kriteria hasil :
-      Klien mendemonstrasikan teknik penurunan nyeri
-      Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Rasional
1.      Kaji derajat nyeri setiap hari. 1.   Normalnya, nyeri terjadi dalam
waktu kurang dari 5 hari setelah
operasi dan berangsur menghilang.
Nyeri dapat meningkat sebab
peningkatan TIO 2-3 hari pasca
operasi. Nyeri mendadak
2.      Anjurkan untuk melaporkan menunjukan peningkatan TIO
perkembangan nyeri setiap hari atau masif.
segera saat terjadi peningkatan nyeri2.   Meningkatkan kolaborasi ,
mendadak. memberikan rasa aman untuk
3.      Anjurkan pada klien untuk tidak peningkatan dukungan psikologis.
melakukan gerakan tiba-tiba yang
dapat memicu nyeri. 3.   Beberapa kegiatan klien dapat
meningkatkan nyeri seperti gerakan
4.   Ajarkan teknik distraksi dan tiba-tiba, membungkuk, mengucek
relaksasi. mata, batuk, dan mengejan.
5.   Lakukan tindakan kolaboratif dalam 4.Mengurangi ketegangan,
pemberian analgesik topikal/ sistemik. mengurangi nyeri.
5.Mengurangi nyeri dengan
meningkatan ambang nyeri.

7. Gangguan perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan,


pembatasan
aktivitas pascaoperasi.
Subyektif :        
Mengatakan takut melaukan aktivitas tertentu.
Objektif :
-  Tubuh tidak terawat, kotor.
-  Pergerakan terbatas, hanya ditempat tidur.
Tujuan:
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil ;
-  Klien mendapatkan bantuan parsial dalam pememnuhan kebutuhan diri.
-  Klien memeragakan perilaku perawatan diri secara bertahap
Intervensi Rasional
1.Terangkan pentingnya perawatan 1.Klien dianjurkan untuk istiraht
diri dan pembatasan aktivitas selama ditempat tidur pada 2-3 jam
fase pascaoperasi peratama pascaoperasi atau 12 jam
jika ada komplikasi. Selama fase
2.Bantu klien untuk memenuhi ini, bantuan total diperlukn bagi
kebutuhan perawatan diri klien.
3.Secara bertahap, libatkan 2.Memenuhi
klien kebutuhan perawatan diri
dalam memenuhi kebutuhan diri
3.Pelibatan klien dalam aktivitas
perawatan dirinya dilakukan
bertahap dengan berpedoman pada
prinsip bahwa aktivitas tersebut
tidak memprovokasi peningkatan
TIO dan menyebabkan cedera mata,
kontrol klinis dilakukan dengan
menggunakan indikator nyeri mata
pada saat melakukan aktivitas
( Anas Tamsuri, 2010 : 77-86 )

3.4     IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan komponen dari proses asuhan keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti
komponen perencanaan dari intervensi keperawatan. Implementasi yang
dilaksanakan meliputi :
1.      Membantu aktivitas klien sehari-hari
2.      Mengonsulnya dan memberikan penyuluhan kepada klien dan keluarga
3.      Memberi asuhan keperawatan langsung
4.      Mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf medis lain
(Perry & Potter,2005)
3.5     EVALUASI
Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat maka hasil yang diharapkan
adalah :
1.      Klien mendapatkan kemampuan yang lebih untuk proses rangsang
penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.
2.      Tidak terjadi kecemasan.
3.      Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
4.      Tidak terjadi kecemasan
5.      Tidak terjadi cedera mata pascaoperasi
6.      Nyeri berkurang, hilang, dan terkontrol.
7.      Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi.

BAB IV
PENUTUP

4.1     KESIMPULAN
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta.
Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat
sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang
berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran
darah sehingga saraf mata akan mati.
Glaucoma diklasifikasikan berdasarkan etiologi dan berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intra okuler. Penyebab tergantung dari klasifikasi
glaucoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan k arena aliran aqueus humor
terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit
kepala , nyeri, lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah
kebutaan.Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

4.2     SARAN
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang
penyakit serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan
bukan untuk mengembalikan fungsi penglihatan , tetapi hanya mempertahankan
fungsi penglihatan yang masih ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Arsculapiks.


Corwin, Elizabeth J. ,Buku saku Patofisiologi, Ed. 3, 2009, Jakarta : EGC.
Darling, Vera H, 1996, Perawatan Mata, Yogyakarta : Yayasan Esentia Medika.
Ilyas, Ramatjandra, Sidarta Ilyas, 1991, Klasifikasi dan Diagnosis Banding Penyakit
Mata, 1991, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Ilyas, Sidarta, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Ed. 2, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Ilyas, Sidarta, 2004, Ilmu Perawatan Mata, Jakarta : CV. Sagung Seto.
James, Bruce, 2006, Lecture Notes : Oftalmologi, Jakarta : Erlangga.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3,.Jakarta : EGC
Perry & Potter. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Prose, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta : EGC
Frida Simanjutak. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GLAUKOMA.(online)
http://fridasimanjuntak.wordpress.com/2012/01/13/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan-glaukoma/ di akses tanggal 16 Mei 2014 jam 11.00 WIB
Lina Ayu Pramatasari.2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Diagnosa
Medis Glaukoma.(online)
http://linaayupramatasari.blogspot.com.tr/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan.html/ di akses tanggal 16 Mei 2014 jam 11.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai