Anda di halaman 1dari 8

Sosiohumaniora, Volume 16 No.

2 Juli 2014: 193 - 200

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN TERHADAP


KEUNGGULAN BERSAING
Dian Indiyati
Departement of Management, Faculty of Economics, University of Jenderal Ahmad Yani Cimahi
E-mail : dianinds@yahoo.com

Abstrak Persaingan yang sangat ketat pada bidang pendidikan, menuntut setiap Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
untuk mempunyai keunggulan bersaing. PTS harus memberikan perhatian yang lebih serius pada manajemen
pengetahuan dan budaya organisasi. Dengan adanya manajemen pengetahuan, PTS dapat menyimpan, meng-update
dan menyempurnakan terus menerus secara detail tentang pengetahuan praktis dari semua lapisan profesional dan
pekerja. Melalui manajemen pengetahuan, dengan didukung adanya penerapan budaya organisasi yang kuat, para
pemimpin, dosen dan staf pada PTS tidak hanya berbagi pengalaman dan pengetahuan, tetapi anggota organisasi
PTS akan selalu menularkan cara berpikir kepada orang lain dengan ide-ide nya sehingga menjadi lebih kreatif
dan inovatif.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh budaya organisasi dan
manajemen pengetahuan, baik secara simultan maupun parsial terhadap keunggulan bersaing pada PTS Kopertis
Wilayah IV. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu explanatory survey. Unit Analisis pada
penelitian ini adalah organisasi, populasinya adalah PTS Kopertis Wilayah IV, dan sampel yang digunakan adalah
probability sampling, yang berjumlah 157 PTS. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara dan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data yang digunakan
adalah Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan second order. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa budaya organisasi dan manajemen pengetahuan berpengaruh secara simultan terhadap keunggulan bersaing
pada PTS Kopertis Wilayah IV, kemudian secara parsial, budaya organisasi memberikan pengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing, sedangkan manajemen pengetahuan, tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
keunggulan bersaing pada PTS Kopertis Wilayah IV.
Kata Kunci : Budaya Organisasi, Manajemen Pengetahuan, Keunggulan Bersaing
AN INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE AND KNOWLEDGE MANAGEMENT
TOWARD THE COMPETITIVE ADVANTAGE
Abstract The tight competition in education sector led to the private university provides the superior
competitiveness. By knowledge management, private colleges can improving continuously in detail on knowledge
by all professional level and staff. By knowledge management sustained in implementation of powerful organization
culture, leader, lecturer and staff of private college do not only share the experience and knowled, but also the
member of university will pass on the mainset to the other by their ideas to be creative and innovative.The study
intends to review and analyzing an organization culture and knowledge management impact simultan or partially
toward the competitiveness of private colleges in Kopertis Region IV.A method used in research is explanatory
survey, the population is private colleges of Kopertis Region IV, and sample used is probability sampling, total 157
private colleges. Data collection technique used is observation, interview and reliable questionnaire in validity.
Data analysis is Structural Equation Modeling (second order method) The result is, in simultan, organizational
culture and knowledge management has influence to the competitive advantage of private colleges in Kopertis
Region IV, in partial, the organizational culture has influences to the competitive adavantage, however knowledge
management do not influence significantly to the competitive advantage.
Keywords : organizational culture, knowledge management, competitive advantage

PENDAHULUAN dengan kebutuhan masyarakat, padahal untuk dapat


Perkembangan perguruan tinggi Indonesia dalam bersaing sangat dibutuhkan kreativitas dan inovatif yang
persaingan internasional dikatakan masih belum mak- tinggi, antara lain mengkreasi kurikulum sedemikian
simal, hal ini terlihat pada perangkingan perguruan rupa yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
tinggi se dunia yang dipaparkan oleh webometrics lulusan, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang
(2010), yaitu perguruan tinggi negeri (PTN) berada dibutuhkan oleh pengguna lulusan. (Wayah, 2008).
pada rangking di atas 500, perguruan tinggi swasta Bahkan Akhmadi (2008) menambahkan bahwa dalam
(PTS) berada pada peringkat di atas 800, sedangkan bersaing, PTS juga harus mampu membangun pusat-
PTS Kopertis Wilayah IV berada pada peringkat di pusat unggulan di kampusnya.
atas 3000 (Indiyati, 2012). Salah satu kendala dalam mengembangkan pergu-
Fenomena berikutnya yang terjadi bahwa sebanyak ruan tinggi swasta antara lain PTS belum mempunyai
30% atau sekitar 800-an PTS di Indonesia gulung tikar, karakteristik yang dapat dijadikan sebagai penciri
karena tidak mampu bersaing dengan perguruan tinggi khusus, yaitu masih belum kuatnya budaya organ-
lainnya, termasuk dengan PTN (Kompas.com , 2008), isasi yang diluhurkan dan ditumbuhkan dalam PTS
hal ini karena PTS tersebut tidak bisa berkreasi dan (Setiawan : 2010). Selanjutnya berdasarkan data yang
berinovasi, PTS tersebut tidak mampu beradaptasi disajikan oleh Kopertis Wilayah IV pada tahun 2009,

193
Pengaruh Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan terhadap Keunggulan Bersaing (Dian Indiyati)

dinyatakan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) di pasar (pelanggan) sebagai imbalan atas penghargaan
Jawa Barat yaitu 7,4%, secara nasional yaitu 17,4%, finansial. Budaya organisasi diungkapkan melalui
berarti masih agak rendah. Hal ini menandakan bah- sikap, sistem, keyakinan, impian, perilaku, nilai-nilai,
wa masih banyak siswa lulusan SMA sederajad, yang tatacara dari perusahaan dan terutama melalui tindakan
belum kuliah pada perguruan tinggi. Hal ini diduga serta kinerja pekerja dan manajemen.
karena beberapa PTS Kopertis Wilayah IV belum Berarti Budaya Organisasi merupakan sesuatu
maksimal dalam membidik calon mahasiswanya, hal yang sifatnya mendasar, yang berisi keyakinan,
berarti PTS melakukan kegiatan promosinya belum nilai-nilai inti bersama, sesuatu yang menjadi karak-
maksimal, sehingga perolehan jumlah mahasiswa ba- teristik inti, yang diyakini dan dijalankan bersama-sama
runya juga belum maksimal. Promosi yang dilakukan oleh semua anggota organisasi. Budaya organisasi
oleh PTS dengan tidak gencar tersebut, dapat dise- mencerminkan persepsi umum yang dilakukan oleh
babkan karena PTS diduga tidak cukup berani untuk seluruh anggota organisasi.
mengambil risiko dalam biaya promosinya (Indiya- Budaya organisasi dalam suatu organisasi yang
ti:2012). satu dengan organisasi yang lain, dapat berbeda,
Kurang tertibnya administrasi, antara lain EPSBED, karena budaya organisasi dapat menunjukkan ciri-ciri,
juga menjadi permasalahan pada PTS Kopertis Wilayah sifat atau karakteristik tertentu. Berikut ini diuraikan
IV. Realitanya, masih banyak terjadi program studi tentang karakteristik budaya organisasi, menurut
terlambat dalam memperpanjang ijin pendiriannya. pendapat dari Gordon dan Cummins (dalam Robbins,
Hal ini terjadi, diduga karena kurang maksimalnya 2008) serta Tan (2002), yaitu :
pengawasan atau pengendalian dari pimpinan PTS, a. Individual initiative : adanya ketidaktergantungan
karena belum maksimalnya ketersediaan sistem atau kebebasan yang dimiliki individu untuk
informasi atau belum efektifnya sistem informasi, begitu berkreasi dan berinovasi, dengan tetap bertanggung
pula belum maksimalnya dalam proses penyimpanan jawab. Kreasi merupakan kemampuan berpikir
data pada PTS yang bersangkutan (Indiyati : 2012). sesuatu yang baru, sedangkan inovasi merupakan
Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa kemampuan untuk bertindak yang baru
pimpinan PTS (2010), bahwa pertemuan formal yang (Zimmerer, 1996 dan Levitt, 1997). Selanjutnya,
secara rutin dijalankan, hanya berupa rapat pimpinan, yang dimaksud dengan bertanggung jawab adalah
sedangkan pertemuan formal dosen yang membahas mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan job
tentang hasil riset dosen, tulisan ilmiah dosen, belum description nya (Mondy&Noe, 2006).
maksimal dijalankan, hal ini menandakan kegiatan b. Risk tolerance : keadaan dimana pegawai berani
knowledge sharing belum menjadi hal yang penting untuk mengambil risiko, agar menjadi agresif dan
untuk dijalankan di lingkungan organisasi perguruan inovatif.
tinggi tersebut. c. Direction : kemampuan organisasi menciptakan
Berdasarkan beberapa permasalahan yang diuraikan, sasaran yang jelas dan menetapkan harapan
maka menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji dan kinerja. Agar penetapan sasaran organisasi lebih
dianalisis dalam bentuk penelitian tentang pengaruh jelas dan lebih terarah, maka sebaiknya sasaran
budaya organisasi dan manajemen pengetahuan terhadap tersebut dapat diukur, dihitung, dan jelas ukuran
keunggulan bersaing. Permasalahan pada penelitian waktunya, ditulis berdasarkan hasil bukannya
ini difokuskan pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tindakan, tertulis serta dikomunikasikan kepada
Kopertis Wilayah IV. Tujuan dari penelitian/penulisan anggota organisasi yang terkait, kemudian sasaran
ini yaitu untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh tersebut ditetapkan secara bersama-sama oleh
budaya organisasi dan manajemen pengetahuan terhadap para pegawai terkait dan para manajer, tidak
keunggulan bersaing pada PTS Kopertis Wilayah IV baik hanya ditetapkan oleh pimpinan tingkat atas saja
secara simultan maupun secara parsial. (Robbins, 2008).
d. Integration : tingkatan dimana suatu unit dalam
Budaya Organisasi
organisasi bekerja bersama-sama dengan cara
Robbins (2008) mengungkapkan tentang budaya terkoordinasi.
organisasi sebagai sebuah persepsi umum yang e. Management support : manajer menyediakan
dipegang oleh anggota organisasi, suatu sistem tentang bantuan dan dukungan kepada bawahannya
keberartian bersama. Budaya organisasi berkepentingan f. Control : merupakan jumlah aturan dan ketentuan,
dengan bagaimana pekerja merasakan karakteristik serta pengawasan langsung dari pimpinan, yang
suatu budaya organisasi, tidak dengan apakah seperti dipergunakan untuk melihat dan mengawasi
mereka atau tidak. Sedangkan menurut Kreitner dan perilaku karyawan. Peraturan yang lengkap
Angelo Kinicki (2008), budaya organisasi adalah nilai- adalah peraturan yang dibuat dengan mengarah
nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas pada pola pembinaan disiplin, yang memuat
perusahaan. Want (2006) memberikan pengertian peraturan (kewajiban dan larangan), sanksi dan
budaya organisasi sebagai sebuah sistem keyakinan pelatihan (Rivai, 2004). Sedangkan pengawasan
kolektif yang dimiliki orang dalam organisasi tentang langsung dari pimpinan yang efektif, dilakukan
kemampuan mereka bersaing di pasar, dan bagaimana secara rutin dengan melakukan monitoring dan
mereka bertindak dalam sistem keyakinan tersebut
evaluasi (Bateman et al., 2007)
untuk memberikan nilai tambah produk dan jasa di
194
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 2 Juli 2014: 193 - 200

g. Identity : tingkatan dimana anggota bangga melindungi pengetahuan dalam suatu organisasi dari
menjadi bagian organisasi secara keseluruhan, ilegal atau pencurian). Pendapat lain dikemukakan
dibandingkan dengan kelompok kerja tertentu oleh Dalkir (2005), terdapat 3 unsur pelaksanaan ma-
atau bidang keahlian profesional tertentu, serta najemen pengetahuan, yaitu :
adanya pengenalan dari pihak eksternal . a. Knowledge Creation.
h. Reward system : reward diberikan berdasarkan Penciptaan pengetahuan dapat difasilitasi melalui
pada kriteria kinerja, sebagai lawan dari senioritas desain pekerjaan, antara lain dengan memberikan
dan favoritisme. Pemberian balas jasa sebaiknya tugas-tugas kepada tim-tim kerja, bukan kepada
memenuhi prinsip konsistensi, baik internal individu (Moharman, 2003; Nonaka&Takeuchi,
maupun eksternal. Konsistensi internal berarti 1995). Menurut Hsu (2006), knowledge creation
memenuhi keadilan internal, yang didasarkan dapat dilakukan dengan menciptakan produk
pada nilai relatif suatu jabatan, sedangkan baru dan layanan baru, dapat pula menciptakan
kelayakan berarti disesuaikan dengan kemampuan prosedur baru, proses baru, pekerjaan baru,
perusahaan dan peraturan pemerintah (Cascio, sistem baru dan peraturan-peraturan baru, bahkan
2003; Ruky, 2002; Werther&Davis, 1996) pendapat Birkinsaw (2002), dalam penerapan
i. Conflict Tolerance : suatu keadaan dimana knowledge creation, tidak hanya menciptakan
penyelesaian konflik diselesaikan dengan sering pengetahuan baru, tapi juga mendaur ulang,
menerima saran, kritikan, dan bersifat terbuka. seperti memperbaiki proses.
j. Communication pattern : tingkatan dimana komu- b. Knowledge Transfer / Knowledge Sharing,
nikasi dibatasi pada kewenangan hirarki formal. Untuk bersaing secara efektif dalam ekonomi berbasis
Agar permasalahan organisasi dapat diselesaikan pengetahuan, memperoleh atau menciptakan pengeta-
lebih efektif, dan untuk menghindari permasalahan huan itu penting bagi organisasi, tetapi proses-pros-
organisasi agar tidak menjadi lebih meluas, maka es tersebut tidak dapat mencapai hasil yang
sebaiknya dibatasi aliran komunikasinya (Sopiah, optimal, jika pengetahuan tersebut tidak disebar-
2008). kan (shared). Knowledge transfer is the process
through which an individual, team, departement
Manajemen Pengetahuan
or division is affected by the experience of an oth-
Manajemen pengetahuan merupakan sistem yang er (Argote, et al., dalam Noe et al., 2003).
dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, Tahapan dalam proses knowledge sharing terdiri
menggolongkan, dan menyebarkan pengetahuan dari : Socialization, Externalization, Combination
dalam organisasi. Sehingga, pengetahuan mudah dan Internalization/SECI, dimana SECI merupakan
digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja continuous process, yang dapat mendorong pen-
sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetesinya. ciptaan pengetahuan melalui interaksi secara vertikal
(Widayana, 2005). Selanjutnya, Zhou&Dieter Fink dan horizontal, melalui pertukaran antar individu,
(2003) mengatakan bahwa manajemen pengetahuan antar bagian, antar departemen dan bahkan antar
adalah mengelola proses organisasi untuk membuat, organisasi. (Nonaka, 2007 dan Noe, 2003)
menyimpan dan menggunakan kembali pengetahuan 1). Socialization : merupakan sharing tacit knowledge
organisasi. antar individu. Sharing dapat dilakukan melalui direct
Berarti, manajemen pengetahuan merupakan suatu experience seperti menghabiskan waktu bersama
proses manajemen yang berbasiskan pengetahuan, dalam menyelesaikan pekerjaan, magang, day to
yang tujuannya adalah bagaimana menciptakan sarana day social interaction, coaching atau mengikuti
dan lingkungan yang mendukung terhadap proses suatu pelatihan untuk mengamati bagaimana
penciptaan, penyebaran, aplikasi dan perlindungan seorang tenaga ahli menyelesaikan pekerjaannya,
pengetahuan di dalam suatu organisasi. Manajemen dapat dilakukan dengan cara pertemuan formal dan
pengetahuan merupakan upaya sistematis untuk informal untuk saling bertukar gagasan, pengalaman
mendorong dan memfasilitasi aliran pengetahuan dan keahlian karyawan.
antar elemen di dalam suatu organisasi sehingga dapat 2). Externalization : merupakan proses mengartiku-
mempercepat proses pembelajaran organisasi. lasikan tacit knowledge dengan menggunakan ba-
Hsu (2006) dan Nguyen, et al (2009) menya- hasa simbolik, menterjemahkan tacit knowledge
takan bahwa dalam perusahaan menjalankan proses ke dalam konsep atau prototype dan selanjutnya
manajemen pengetahuan terdapat empat hal yang didokumentasikan untuk disebarkan. External-
harus diperhatikan, yaitu : knowledge acquisition ization merupakan proses menkonversikan tacit
(mengumpulkan pengetahuan, mencari pengetahuan knowledge menjadi explicit knowledge, melalui
baru dan membuat yang baru pengetahuan dari pen- proses pendokumentasian, seperti menuangkan
getahuan yang ada/mendesain ulang pengetahuan); ide dan atau keahlian SDM ke dalam bentuk tu-
knowledge conversion (kemampuan untuk mendetek- lisan (Pariokh et al., dalam Aulawi, 2009)
si pengetahuan agar menjadi lebih berguna); knowl- 3). Combination : konversi atau integrasi dari ex-
edge application (melakukan penyimpanan yang plicit knowledge tadi dengan explicit knowledge
efektif dan pengambilannya, dan memungkinkan or- lain dari praktik terpadu atau terkait dalam peru-
ganisasi untuk cepat me ngakses pengetahuan yang sahaan. New knowledge yang siap pakai disebar-
disimpan); knowledge protection (dirancang untuk kan diantara warga dari organisasi. Combination
195
Pengaruh Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan terhadap Keunggulan Bersaing (Dian Indiyati)

merupakan pertukaran explicit knowledge melalui pelanggan; kemudian process innovation, yaitu
sharing dokumen, prosedur atau kebijakan. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan su-
4). Internalization : dilakukan melalui penerapan dan atu proses manufaktur atau jasa yang lebih baik
penggunaan explicit knowledge ke dalam praktical dibandingkan dengan proses yang ada saat ini, atau
situations, yang bertujuan agar explicit knowledge kemampuan perusahaan untuk selalu melakukan
dapat dipahami secara praktis, hal ini merupakan modifikasi atau penciptaan proses baru terhadap
proses implementasi explicit knowledge yang tahapan operasional/ prosedur yang ada saat ini;
dilakukan karyawan secara bersama-sama. Dalam berikutnya management innovation, merupakan
internalization, mengubah explicit knowledge kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
menjadi tacit knowledge dapat dilakukan melalui performansinya melalui implementasi peraturan,
sistem dan metoda manajerial yang baru.
simulasi, pembelajaran tindakan dan pengalaman
b. Strategi Kualitas Pelayanan
di tempat kerja. Menurut Noe (2003), sebagian
Kualitas pada penelitian ini lebih difokuskan pada
besar pengetahuan baik tacit maupun explicit,
kualitas pelayanan, karena obyek penelitiannya
disebarkan melalui pengalaman kerja dan adalah perguruan tinggi, yang bergerak di bidang
hubungan rekan kerja sejawat, pelanggan, jasa. Kualitas pelayanan, mengacu pada konsep
manajer dan mentor, saat pernyataan diajukan dan yang diutarakan oleh Kotler (2010), yaitu Tangible,
saat pengalaman, cerita atau narasi disebarkan. Empati, Reliability, Responsive dan Assurance.
c. Knowledge Utilization Tangible merupakan tampilan fisik, dapat berupa
Menurut Saito dan Umemoto (dalam Syaiful, 2007), fasilitas fisik, perlengkapan. Empati yaitu
knowledge utilization dapat diartikan juga sebagai perhatian dan memahami kebutuhan pelanggan.
knowledge application, dapat berupa document Reliability adalah kemampuan memberikan
management, groupware dan E-Learning. pelayanan dengan segera, akurat dan memuaskan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dinyatakan Responsive, yakni memberikan pelayanan dengan
bahwa secara garis besar proses manajemen pengetahuan tanggap atau cepat dalam merespon. Selanjutnya
terdiri atas proses penciptaan, penyebaran, penyimpanan Assurance merupakan sifat dapat dipercaya atau
dan penerapan, serta perlindungan pengetahuan. memberikan adanya kepastian
c. Strategi Biaya.
Keunggulan Bersaing Karakteristik dari suatu perusahaan yang menja-
Dessler (2007) mengemukakan bahwa ”Competitive lankan strategi biaya adalah adanya kontrol-kont-
Advantage is any factor that allow an organization to rol yang ketat, prinsip minimalisasi overhead dan
differentiate its products or service from those of its pencapaian skala ekonomi.
competitor to increase market share”. Menurut Noe Berdasarkan beberapa konsep yang sudah diurai-
et al (2010), competitive advantage is a company’s kan, dapat dinyatakan hipotesis pada penelitian ini,
ability to make product or offer services that are yaitu budaya organisasi dan manajemen pengetahuan
valued by customer more than those of competing berpengaruh terhadap keunggulan bersaing pada PTS
firms. Selanjutnya, Hsu (2006), menyatakan bahwa Kopertis Wilayah IV, baik secara simultan maupun se-
”Competitive Advantage is initiated when a product can cara parsial.
be delivered with a sufficient value at a lower cost than METODE
other competitors can in marketplace”.
Jadi, dapat dinyatakan bahwa keunggulan bersaing Metode penelitian yang digunakan adalah exp-
merupakan strategi perusahaan yang dirancang untuk lanatory survey method, dimana berdasarkan pada tipe
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, yang penyelidikannya yaitu causal relationship, berdasarkan
tidak dapat ditiru oleh pesaing, dihargai dengan nilai pada sifat penelitiannya yaitu penelitian verifikatif.
lebih dan dapat diterima oleh pasar, untuk mencapai Unit analisis pada penelitian ini adalah organisasi PTS
peluang-peluang yang menguntungkan, yang dapat Kopertis Wilayah IV. Populasi pada penelitian ini
dilakukan melalui strategi inovasi, kualitas dan yaitu PTS Kopertis Wilayah IV, sedangkan sampel
strategi biaya. yang digunakan adalah proportional probability
Strategi kompetitif yang dapat digunakan oleh sampling, dimana ukuran sampelnya ditentukan
organisasi untuk memperoleh keunggulan kompetitif, dengan menggunakan pendekatan power analysis-
dikemukakan oleh Porter (dalam Schuller&Susan E power test, sehingga diperoleh sampelnya berjumlah
Jackson, 2006), yaitu : 157 PTS Kopertis Wilayah IV. Respondennya
a. Strategi Inovasi adalah pembantu dekan atau ketua jurusan dan
Liao et al (2007), menyatakan bahwa inovasi pembantu rektor atau dekan. Pengumpulan data
seringkali dijelaskan sebagai perubahan yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
ditawarkan perusahaan kepada khalayak luas observasi dan kuesioner yang telah diuji validitas dan
(product / service innovation) serta cara menciptakan reliabilitasnya. Alat uji analisis dengan menggunakan
dan menyampaikan perubahan (process innovation). metode Structural Equation Model (SEM)-LISREL
Selanjutnya, diungkapkan bahwa kemampuan 8.3, dengan pendekatan second order.
inovasi perusahaan mencakup product/service
HASIL DAN PEMBAHASAN
innovation, yaitu kemampuan perusahaan untuk
menawarkan diferensiasi produk atau jasa baru Berikut ini dipaparkan diagram jalur pengujian
ke dalam suatu pasar dan memperoleh kepuasan hipotesis pada gambar 1.

196
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 2 Juli 2014: 193 - 200

daya organisasi dan manajemen pengetahuan, mam-


pu menjelaskan keragaman dari variabel keung-
gulan bersaing PTS Kopertis Wilayah IV sebesar
9,4%, dapat diartikan bahwa budaya organisasi dan
manajemen pengetahuan memberikan kontribusi
secara bersama-sama sebesar 9,4% terhadap keung-
gulan bersaing PTS Kopertis Wilayah IV, dengan
kata lain hanya sebesar 9.4% perubahan-perubahan
yang terjadi pada keunggulan bersaing sebagai re-
spon langsung dari adanya perubahan pada budaya
organisasi dan manajemen pengetahuan.
Gambar 1. Pengaruh Budaya Organisasi dan Manajemen Pengeta- Dalam hal individu PTS Kopertis Wilayah IV
huan terhadap Keunggulan Bersaing mempunyai inisiatif yang tinggi, dimana individu selalu
Dari hasil pengolahan data menggunakan software berkreasi dan berinovasi tinggi, serta tetap bertanggung
LISREL diperoleh hasil sebagai berikut : jawab, seperti PTS mengkreasi kurikulumnya dengan
Tabel 1. Persamaan Struktural Pengaruh Budaya Organisasi dan cara mengkreasi SAP-GBPP nya, secara bersamaan
Manajemen Pengetahuan terhadap Keunggulan bersaing pula, PTS mengkreasi pengetahuan dengan cara
Endegenous R2 membagikan kuesioner kepada pelanggan, melakukan
benchmarking dan mendatangkan para ahli yang
Constructs Exogenous Constructs
berkompeten di bidangnya, yang semuanya itu
BO MP bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, kemudian
KB 0.18260 0.1564 0.094 PTS pun menciptakan peraturan-peraturan baru untuk
(1.7143) (1.3534) mendukung jalannya kurikulum yang dikreasi dan
Sumber : Hasil Pengolahan Data : 2011 diinovasi tersebut, melakukan desain ulang materi-
Keterangan: Angka dalam kurung adalah nilai materi pembelajarannya, serta aturan-aturan pen-
statistik uji-t. dukungnya, semua hal tersebut dapat mengakibatkan
Setelah koefisien jalur dihitung, berikutnya, PTS menciptakan inovasi di produknya, yaitu program
untuk membuktikan apakah budaya organisasi dan studi yang unggul, seperti program dual degree,
manajemen pengetahuan berpengaruh signifikan serta dapat pula menciptakan inovasi di proses, yaitu
baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kurikulum yang baru dan berbeda (kurikulum yang
keunggulan bersaing, maka dilakukan pengujian unik) seperti kurikulum berbasis kompetensi (KBK),
hipotesis. Pengujian hipotesis dimulai dari pengujian E-Learning, student centre learning (SCL). Dalam hal
secara simultan dan dilanjutkan dengan pengujian PTS Kopertis Wilayah IV memberikan kompensasinya
secara parsial kepada pegawai dengan berdasarkan pada asas
Rumusan hipotesis statistik, untuk uji hipotesis keadilan, dimana kompensasi diberikan berdasarkan
secara simultan, adalah : pada nilai relatif setiap jabatan, sebanding dengan
H0 : γ*21 = γ*22 = 0 Tidak ada pengaruh simultan dari perguruan tinggi lainnya yang setara, kemudian
Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan kompensasi diberikan dengan berdasarkan pula
terhadap Keunggulan Bersaing pada asas kelayakan, yang sesuai dengan peraturan-
H1 : γ*2j≠ 0; j=1,2 Ada pengaruh simultan dari peraturan pemerintah dan sesuai dengan kemampuan
Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan PTS, secara bersamaan pula PTS pun memberikan
terhadap Keunggulan Bersaing pelatihan yang dijalankan dengan efektif, seperti
Dari perhitungan nilai R2 sebesar 0.094 dengan pelatihan “service excellence” dan pelatihan “product
banyak variabel eksogen untuk sub struktur pertama knowledge”, sehingga wawasan dan pengetahuan
(k=2) dan n=157 maka diperoleh nilai statistik uji F tentang pelayanan meningkat, wawasan dan penge-
yaitu : tahuan tentang produk-produk perguruan tinggi ju-
ga meningkat, semua hal tersebut mengakibatkan
Nilai F hitung adalah 8.02. Dari tabel F dengan pelayanan di PTS menjadi lebih berkualitas, dimana
tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas pembilang pegawai melakukan pelayanannya dengan lebih andal,
v1=2, dan penyebut v2 =154, diperoleh nilai F tabel lebih empati, lebih responsive (lebih cepat), lebih
adalah 3.055, selanjutnya dengan membandingkan memuaskan dan sarana prasarana nya lebih memadai,
kedua nilai ini diperoleh kesimpulan “Tolak Hipotesis selain itu PTS dapat menciptakan program studi yang
Nol” yang artinya terdapat pengaruh simultan dari unggul seperti program dual degree, kurikulum yang
budaya organisasi dan manajemen pengetahuan lebih unggul, seperti kurikulum berbasis kompetensi
terhadap keunggulan bersaing pada PTS Kopertis (KBK), student centre learning (SCL), E-Learning.
Wilayah IV. (kriteria penolakannya adalah tolak Selanjutnya, dalam hal PTS melakukan pengendalian
hipotesis nol jika nilai F hitung lebih besar dari nilai yang ketat, berupa peraturan dan pengawasan dari
F tabel). pimpinan, kemudian secara bersamaan, dilakukan
Berdasarkan analisis jalur dan uji hipotesis, pula penyimpanan pengetahuan dan aksesnya secara
dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama, bu- sistematis (hardcopy dan softcopy), hal tersebut
mengakibatkan PTS dapat meminimalisasi biaya
197
Pengaruh Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan terhadap Keunggulan Bersaing (Dian Indiyati)

overhead, melakukan pengendalian program kerja pengetahuan terhadap keunggulan bersaing. Oleh karena
menjadi lebih ketat, menjalankan lebih baik prinsip itu, dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh langsung
of scale nya, sehingga dapat tercapai biaya yang lebih dari manajemen pengetahuan terhadap keunggulan
rendah. bersaing mencapai 0.1564 standar deviasi, yang berarti
Sementara sisanya sebesar 90.6% mampu dijelaskan jika terjadi peningkatan satu standar deviasi dalam skala
oleh faktor-faktor lain di luar kedua variabel eksogen manajemen pengetahuan, maka keunggulan bersaing
yang diteliti. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi akan meningkat sebesar 0.1564 standar deviasi dalam
keunggulan bersaing yaitu desain pekerjaan, yang skala keunggulan bersaing.
terdiri dari identitas pekerjaan dan karir, kemudian Hal ini dapat diartikan bahwa jika PTS Kopertis
staffing yang berupa rekruitmen, seleksi dan separation, Wilayah IV akan melakukan peningkatan terhadap
serta pengukuran kinerja, pendidikan dan pelatihan, keunggulan bersaingnya, maka harus lebih memperhatikan
serta reward system, hal ini sesuai dengan yang pada penciptaan budaya organisasi menjadi lebih kuat.
dikemukakan oleh Jackson, Michael Hitt dan Angelo Dalam hal anggota organisasi PTS Kopertis Wilayah IV
De Nisi (2003). meningkatkan inisiatifnya dengan berpikir lebih kreatif,
Setelah dijelaskan uji simultan, selanjutnya di- serta adanya peningkatan pengarahan yang lebih jelas
uraikan uji parsialnya. Rumusan hipotesis statistik uji dari pimpinan PTS, maka dapat meningkatkan inovasi di
hipotesis parsial nya yaitu : produk PTS seperti program studi unggulan, kurikulum,
H0 : γ*21 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dari metode PBM seperti kurikulum berbasis kompetensi
Budaya Organisasi terhadap Keunggulan (KBK), E-Learning, berakibat pula penetapan strategi
bersaing biaya menjadi lebih rendah. Selanjutnya, dengan adanya
H1 : γ*21> 0 Terdapat pengaruh positif dari Budaya peningkatan sistem pemberian kompensasi yang lebih
Organisasi terhadap Keunggulan Bersaing adil dan lebih layak pada PTS Kopertis Wilayah IV, maka
H0 : γ*22 = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dari mengakibatkan peningkatan pada pelayanan menjadi
Manajemen Pengetahuan terhadap Keung- lebih cepat, lebih akurat, lebih memuaskan, lebih cepat
gulan Bersaing tanggap, lebih andal, lebih empati dan sarana prasarana
H1 : γ*22> 0 Terdapat pengaruh positif dari Manajemen nya menjadi lebih memadai. Begitu pula dengan adanya
Pengetahuan terhadap Keunggulan Bersaing peningkatan pengendalian yang lebih ketat, yang berupa
Hasil perhitungan statistik uji t student, memberikan adanya peraturan dan adanya peningkatan pengawasan
nilai t-hitung budaya organisasi (1.71) lebih besar dari pimpinan, berdampak pada peningkatan efisiensi
dibandingkan dengan nilai t-tabelnya (1.655), sedangkan dan tercapainya biaya yang lebih rendah.
nilai t-hitung manajemen pengetahuan (1.35), lebih Selanjutnya, dapat dijelaskan bahwa, dalam hal
kecil dibandingkan dengan nilai t-tabelnya (1.655), PTS Kopertis Wilayah IV melakukan peningkatan
sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk variabel pertemuan formal, seperti pelatihan “customer sevice”
budaya organisasi hipotesis nol ditolak sedangkan dan pelatihan “product knowledge” yang efektif, maka
untuk variabel manajemen pengetahuan hipotesis nol tidak memberikan peningkatan yang berarti terhadap
diterima yang artinya terdapat pengaruh positif dari kualitas pelayanan menjadi lebih cepat, lebih akurat,
budaya organisasi terhadap keunggulan bersaing, lebih memuaskan, lebih tanggap, lebih empati, begitu
sedangkan manajemen pengetahuan secara parsial tidak pula tidak memberikan peningkatan yang nyata
memberikan pengaruh positif terhadap keunggulan terhadap inovasi di program studi, kurikulum, dan
bersaing pada PTS Kopertis Wilayah IV. Berarti, segala metode PBM. Selanjutnya, dalam hal PTS melakukan
bentuk peningkatan dari budaya organisasi, maka dapat penyimpanan yang lebih sistematis baik hardcopy dan
memberikan peningkatan terhadap keunggulan bersaing softcopy, serta lebih meningkatkan sistem kemudahan
pada PTS Kopertis Wilayah IV, sedangkan segala akses data, tidak memberikan peningkatan yang nyata
bentuk peningkatan dari manajemen pengetahuan, tidak terhadap pelayanan menjadi lebih berkualitas, dimana
memberikan peningkatan yang signifikan terhadap pelayanan menjadi lebih cepat, lebih memuaskan, lebih
keunggulan bersaing pada PTS Kopertis Wilayah IV. tanggap, lebih empati, begitu pula tidak mengakibatkan
Koefisien jalur dari Budaya Organisasi terhadap menjadi lebih inovatif di program studi, kurikulum
Keunggulan bersaing menunjukkan nilai sebesar 0.1826. dan metode PBM nya, serta tidak mengakibatkan
Nilai ini merupakan besarnya efek langsung dalam peningkatan efisiensi atau penetapan biaya menjadi
satuan standar deviasi dari budaya organisasi terhadap lebih rendah.
keunggulan bersaing. Sehingga dapat dikatakan bahwa Hal ini dapat diartikan pula bahwa dalam hal
besarnya pengaruh langsung dari budaya organisasi PTS Kopertis Wilayah IV melakukan peningkatan
terhadap keunggulan bersaing mencapai 0.1826 standar manajemen pengetahuan menjadi lebih efektif, maka
deviasi, yang berarti jika terjadi peningkatan satu harus dilakukan bersama-sama dengan penciptaan
standar deviasi dalam skala budaya organisasi, maka budaya organisasinya yang lebih kuat agar dapat
keunggulan bersaing akan meningkat sebesar 0.1826 memberikan peningkatan keunggulan bersaingnya.
standar deviasi dalam skala keunggulan bersaing.
SIMPULAN
Selanjutnya koefisien jalur dari manajemen penge-
tahuan terhadap keunggulan bersaing menunjukkan Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya
nilai sebesar 0.1564. Nilai ini merupakan besarnya efek dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dan
langsung dalam satuan standar deviasi dari manajemen manajemen pengetahuan secara bersama-sama
198
Sosiohumaniora, Volume 16 No. 2 Juli 2014: 193 - 200

berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan Kotler, P. 2010. Marketing Management, The
bersaing pada PTS Kopertis Wilayah IV, artinya Mollenium Edition, Prentice Haal International ,
perubahan-perubahan yang terjadi pada keunggulan Unc., Upper Saddle River , New Jersey
bersaing PTS Kopertis Wilayah IV, merupakan akibat/
Kreitner and Angelo Kinicki. 2008. Organizational
respon dari adanya perubahan-perubahan pada budaya
Behavior. Mc. Graw Hill
organisasi dan manajemen pengetahuan secara bersama-
sama. Berarti pula bahwa dalam hal PTS Kopertis Levitt, Steven D. 1997. Organizational Learning.
Wilayah IV melakukan penciptaan budaya organisasi Annual Review Sociology, 14:319-340
menjadi lebih kuat, maka harus dilakukan bersama-sama Liao, S.H., Fei, W.C. & Chen, C.C. 2007. Knowledge
dengan peningkatan mana-jemen pengetahuan menjadi Sharing, Absorptive Capacity and Innovation
lebih efektif, agar dapat memberikan peningkatan Capability; An Empirical Study of Taiwans
keunggulan bersaingnya, begitu pula sebaliknya. Knowledge-Intensive Industries, Journal Of
Secara masing-masing, budaya organisasi mempu- Information Science, Vol. 20, No. 10, 1-20
nyai pengaruh positif terhadap keunggulan bersaing,
yang berarti penciptaan budaya organisasi menjadi Moharman, Susan A. 2003. Designing Work for
Knowledge-Based Competition, Managing Know-
lebih kuat dapat meningkatkan keunggulan bersaing
ledge for Sustained Competitive Advantage.
pada PTS Kopertis Wilayah IV. Sedangkan manaje- Published by Jossey-Bass A Wiley Imprint, San
men pengetahuan tidak mempunyai pengaruh positif Francisco, CA
terhadap keunggulan bersaing, yang berarti peningka-
tan efektivitas manajemen pengetahuan tidak menga- Mondy, Wayne R. & Noe, Robert, M. 2006. Human
kibatkan peningkatan keunggulan bersaing pada PTS Resource Management. New Jersey. Pearson
Kopertis Wilayah IV. Education

DAFTAR PUSTAKA Nguyen, Que Thi Nguyet, Philip A Neck, Thanh Hai
Nguyen. 2009. The Critical Role of Knowledge
Aulawi, Hilmi. 2009. Pengembangan Infrastruktur Management in Achieving and Sustaining
Knowledge Untuk Meningkatkan Innovation Organisational Competitive Advantage;
Capability. Pascasarjana Institut Teknologi International Business Research
Bandung Noe, Raymond A, John R. Hollenbeck, Barry Gerhart
Akhmadi, Hari. 2008. 800 PTS Gulung Tikar. & Patrck M. Wright. 2010. Human Resources
K o m p a s : h t t p : / / w w w. k o m p a s . c o m / r e a d / Management: Gaining a Competitive Advantage,
xml/2008/08/01/10552722/800.pts.gulung.tikar 4th edition, McGraw-Hill/Irwin, New York
Bateman, Thomas S. & Shell, Scott A. 2007. Noe, Raymond A, Jason A. Colquitt, Marcia
Management: Leading and Collaborating in a J. Simmering, & Sharon A. Alvarez. 2003.
Competitive World, 7ed. Ch.1 Knowledge Management Developing Intellectual
and Social Capital; Managing Knowledge for
Birkinsaw, J. & Sheehan, T. 2002. Managing The Sustained Competitive Advantage
Knowledge Life Cycle. Sloan Management
Review, 44(1), 75-84 Nonaka, Ikujiro & Hirotaka Takeuchi. 1995. The
Knowledge Creating Company, New York Oxford
Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources: University, Inc.
Productivity, Quality of Work Life, Profits, 6th
Edition, The McGraw-Hill Nonaka, Ikujiro & Konno, N. 2007. The Concept
of Ba: Building a Foundation for Knowledge
Dalkir, K. 2005. Knowledge Management in Creation. California Management Review, Vol. 40,
Theory and Practice, United Kingdom, Elsevier No. 3, 40-54
Butterworth-Heinemann Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumberdaya
Dessler, Gary. 2007. Human Resource Management, Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta: Grafindo
Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey Robbins, Stephen P. 2008. Organizational Behavior .
Hsu, Hsiu Yueh. 2006. Knowledge Management and Prentice Hall, Inc. New Jersey
Intellectual Capital, A Dissertation Submitted in Ruky, Ahmad. 2002. Sistem Pengupahan. PT Gramedia
Partial Fulfillment of the Requirement for the Pustaka Utama,. Jakarta
Doctoral og Philosophy, UMI Microform 321502
Schuler, Randall., S. & Susan E. Jacson. 2006. Linking
Indiyati, Dian. 2012. The Influence of Organizational Competitive Strategies with Human Resource
Culture and Knowledge Management on the Management Practice, The Academy of Management,
Intellectual Capital and its Impacts on Competitive Vol. 1, No. 3, hal. 207-219
Advantage, Dissertation.
Setiawan,WawanLulus.2010.KendalaMengembangkan
Jackson, Susan E, Michael A. Hitt, Angelo S. Denisi. Institusi PTS, http://s3komunikasiunpad.multiply.
2003. Managing Resources for Knowledge-Based
com/journal
Competition; Managing Knowledge for Sustained
Competitive Advantage
199
Pengaruh Budaya Organisasi dan Manajemen Pengetahuan terhadap Keunggulan Bersaing (Dian Indiyati)

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Penerbit Andi. Werther, William B & Keith Davis. 1996. Human
Thoha, Miftah. Yogyakarta Resources and Personnel Management, Mc Graw
Hill Boston
Syaiful. 2007. Analisis Faktor-Faktor Utama Yang
Mempengaruhi Keinginan Untuk Sharing Widayana, Lendy. 2005. Knowledge Management:
Pengetahuan (Studi Kasus: PT. Telekomunikasi Meningkatkan Daya Saing Bisnis, Cetakan
Indonesia, TBK), Institut Teknologi Bandung Pertama, Bayumedia Publishing, Malang
Zimmerer, W. Thomas, Norman M. Scarborough.
Tan, Victor S.L. 2002. Changing Your Corporate
1996. Entreupreneurship and The New Venure
Culture. Singapore: Times Books International
Zhou, Albert Z & Dieter Fink. 2003. The Intellectual
Want, Jerome. 2006. Corporate Culture, New York, St.
Capital Web A Systematic Linking of Intellectual
Martin’s Press
Capital and Knowledge Management: Journal of
Intellectual Capital

200

Anda mungkin juga menyukai