Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (OBSERVASI MELALUI VIDEO)


DI PT. TELKOM INDONESIA KANTOR WITEL MALANG
BIDANG K3 Kelembagaan dan Keahlian (P2K3) dan Penerapan SMK3

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN ONLINE KE - 5

KELOMPOK 3
Ketua : IRAWAN ADISEPUTRA – RS LAVALETTE
Sekretaris : IRMA NUVIANTI T. – PT MAJU BATU BERSAMA
Anggota : 1. DIMAS ANGGI PRASTYA – RS PANTI NIRMALA
2. FEBRIAN FAIZAL FADLI JR
3. AHMAD HASIN – PT PERAK POLANA

PENYELENGGARA
PT. Sinarindo Global Sarana
18 Januari – 2 Februari 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT.
Telkom Indonesia Kantor Witel Malang, yang disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
program Pelatihan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasannya pengetahuan
dan wawasan yang kami miliki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang. Selama penyusunan laporan ini, kami
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami ingin
meyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Narasumber pelatihan calon AK3 Umum Angkatan Online ke-5;
2. Manajemen PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang;
3. Manajemen PT. Sinarindo Global Sarana selaku PJK3 yang telah mengakomodir kami untuk
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan secara online;
4. Para peserta pelatihan calon AK3 Umum.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk ilmu pengetahuan yang lebih
luas dan menjadi sumbangsih untuk dunia keselamatan dan kesehatan kerja.

Malang, 29 Januari 2021


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2. Maksud dan Tujuan...................................................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup ............................................................................................................. 4
1.4. Dasar Hukum ............................................................................................................... 4

BAB II KONDISI PERUSAHAAN............................................................................................... 5


2.1. Gambaran Perusahaan ................................................................................................ 5
2.2. Struktur Organisasi di Witel Malang ............................................................................ 6
2.3. Fasilitas K3 Perusahaan................................................................................................ 7

BAB III TEMUAN & ANALISA ................................................................................................. 8


3.1. Temuan dan Analisa Kesesuaian .................................................................................. 8
3.2. Temuan dan Analisa Ketidaksesuaian........................................................................... 16

BAB IV PENUTUP................................................................................................................... 21
4.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 21
4.2. Saran ............................................................................................................................ 21

Referensi .............................................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam sebuah Perusahaan, tenaga kerja merupakan salah satu aset yang sangat penting, tenaga
kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dengan begitu tenaga kerja
merupakan penggerak utama dalam kelangsungan bisnis perusahaan dan ekonomi bangsa. Tenaga Kerja
merupakan satu-satunya aset yang tidak dapat digandakan, oleh karena itu tenaga kerja harus dijaga
keselamatannya, kesehatannya, dibimbing dan dikembangkan potensi mengenai kesadaran akan
pentingnya keselamatan kerja dan kesehatan kerja, sehingga memberikan output yang optimal bagi
perusahaan. Kemungkinan bahaya besar mengintai setiap tenaga kerja baik itu kecelakaan ringan
sampai besar, ataupun penyakit akibat kerja yang mengakibatkan tenaga kerja mengalami kecacatan
dan bahkan potensi meninggal dunia. Potensi bahaya besar itu diakibatkan karena ketidak mampuan,
ketidakcakapan, kurangnya kompetensi dan kurangnya pemahaman terhadap alat-alat produksi.
Setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki terjadinya
kecelakaan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan yang dapat membahayakan serta dapat
menyebabkan celaka kepada para tenaga kerja serta tentu dapat menimbulkan kerugian yang dapat
dialami oleh perusahaan. Suatu kemungkinan bahaya besar, berupa kecelakaan, kebakaran, peledakan,
pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan
peralatan, pemahaman dan kemampuan serta keterampilan tenaga kerja yang kurang memadai.
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
Kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Upaya
perlindungan tenaga kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan sehat, selamat, aman dan sejahtera
sehingga pada akhirnya untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi dimana aspek
pentingnya adalah upaya keselamatan dan kesehatan kerja termasuk Penegakan Kelembagaan K3,
upaya kesehatan kerja dan pengelolaan lingkungan kerja.
Posisi Pemerintah disini melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) mempunyai kewajiban untuk
memberikan pengawasan, pembinaan dan memberikan bimbingan terhadap penerapan K3 di dunia
Kerja melalui tenaga pengawas yang tersebar di seluruh Indonesia. Dikarenakan keterbatasan tenaga
pengawas, Pemerintah menggandeng Pembina Jasa Keselamatan dan Kesehatan kerja (PJK3) , dibantu
oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di tempatnya usahanya masing-masing
agar pemenuhan dan pelayanan K3 dapat dilaksanakan dengan baik.
Salah satu perusahaan yang telah melakukan upaya K3 diperusahaannya adalah PT. Telkom
Indonesia kantor Witel Malang. Perusahaan ini merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang
bergerak di bidang telekomunikasi. PT. Telkom Indonesia dalam kegiatan operasionalnya harus
memenuhi standar dan prosedur K3. Oleh karena itu, calon Ahli K3 Umum (AK3U) diwajibkan untuk
mencari temuan-temuan kesesuaian dan temuan ketidaksesuaian beserta analisisnya pada aspek-aspek
dan syarat-syarat yang telah dilakukan oleh PT. Telkom Indonesia kantor Witel Malang dalam
mendukung K3. Dimana pada tempat ini kami mengambil penelitian dan pengamatan secara khusus
mengenai kelembagaan dan keahlian (P2K3) dan penerapan SMK3.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya Praktek Kerja Lapangan di PT. Telkom Indonesia
Kantor Witel Malang bagi calon AK3U ini adalah sebagai berikut:
1. Mempraktikkan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan dan sebagai syarat yang
harus dipenuhi bagi peserta Calon AK3U.
2. Mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di perusahaan.
3. Peserta Calon Ahli K3 umum dapat mengidentifikasi, menganalisa dan memberikan saran atau
rekomendasi terkait pelaksanaan K3 pada perusahaan.
4. Mengetahui, menganalisa serta mengukur penerapan K3 di bidang Kelembagaan dan Keahlian,
serta Penerapan SMK3 di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang.
5. Memberi masukan terhadap penerapan K3 di bidang Kelembagaan dan Keahlian, serta Penerapan
SMK3 di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang yang belum sesuai dengan peraturan.

1.3. Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
1. K3 Kelembagaan dan Keahlian (P2K3)
2. K3 Penerapan SMK3
1.4. Dasar Hukum
Adapun Undang Undang serta Peraturan Pemerintah yang mendasari analisa observasi penerapan
K3 pada Praktek Lapangan Kerja Lapangan di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang adalah sebagai
berikut:
1. K3 Kelembagaan dan Keahlian (P2K3)
• Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
• Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
• Permenaker No.PER-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3).
• Permenaker No.PER-02/MEN/1992 tentang Tata cara Penunjukan dan Wewenang Ahli K3.
• Permenaker No.PER-04/MEN/1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(PJK3).
• Permenaker No.PER-18/M/2016 tentang Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional/Wilayah.
• Permen 15 / MEN /VIII / 2008 tentang P3K pasal 2,10.
• Kepmenaker No. 186/M/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Perusahaan.
• Instruktur Presiden No.11/ M/B/ 1997 tentang Pengawasan Khusus K3.
2. K3 Penerapan SMK3
• Permenaker NO.Per.12/M/2014 tentang Badan Audit SMK3.
• Permenaker No.Per.05/Men/1996 tentang Pedoman Penerapan SMK3.
• PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1. Gambaran Perusahaan


PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi di
Indonesia. Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company, Telkom Group
mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan
(customer-oriented). Kegiatan usaha Telkom Group bertumbuh dan berubah seiring dengan
perkembangan teknologi, informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi
dan informasi. Telkom mulai saat ini membagi bisnisnya menjadi 3 Digital Business Domain:
1. Digital Connectivity: Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN)/ Network
Function Virtualization (NFV)/ Satellite;
2. Digital Platform: Data Center, Cloud, Internet of Things (IoT), Big Data/ Artificial Intelligence
(AI), Cybersecurity;
3. Digital Services: Enterprise, Consumer.
Untuk menjawab tantangan industri digital, mendukung digitisasi nasional dan untuk
menginternalisasi agenda transformasi, maka Telkom telah menajamkan kembali Purpose, Visi, dan Misi
nya. Purpose dari Telkom adalah “Mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta
memberikan nilai tambah yang terbaik bagi para pemangku kepentingan”. Dengan visi “Menjadi digital
telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat”, Telkom membuat beberapa misi, yaitu:
1. Mempercepat pembangunan Infrastruktur dan platform digital cerdas yang berkelanjutan,
ekonomis, dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
2. Mengembangkan talenta digital unggulan yang membantu mendorong kemampuan digital dan
tingkat adopsi digital bangsa.
3. Mengorkestrasi ekosistem digital untuk memberikan pengalaman digital pelanggan terbaik.
Dalam mendukung perkembangan bisnis dan mempermudah penyebaran network di Indonesia,
Telkom membagi wilayah di Indonesia menjadi enam bagian besar yaitu, Sumatera, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur-Bali, Kalimantan dan Daerah Timur Indonesia. Pada PKL kali ini,
Witel Malang, salah satu bagian dari Regional Jawa Timur – Bali, memberi kesempatan kepada peserta
calon AK3U mengobservasi penerapan K3 di lingkungan Witel Malang.
2.2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi di Witel Malang digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Witel Malang

Dalam rangka menerapkan K3 di lingkungan kerja Witel Malang, telah dibuat organisasi P2K3
yang strukturnya digambarkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Organisasi P2K3 Witel Malang


2.3. Fasilitas K3 Perusahaan
Plasa Telkom Group Malang merupakan salah satu kantor dan Gedung Telkom terbesar di kota
Malang. Dengan sembilan lantai yang berdiri kokoh, Plasa Telkom Malang menjadi salah satu Gedung
tertinggi di Kawasan Blimbing, Malang. Beberapa fasilitas yang dimiliki kantor Telkom Malang, antara
lain:
1. Musholla
2. Parkir Mobil
3. Lift
4. Poliklinik
5. Kantin
BAB III
TEMUAN & ANALISA

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan untuk observasi penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Telkom Witel Malang dalam beberapa aspek K3, khususnya K3 Kelembagaan dan Keahlian
serta Penerapan SMK3. Hasil dari observasi tersebut terbagi menjadi 2 (dua) temuan yakni temuan
sesuai dan temuan tidak sesuai.

3.1.Penilaian Kesesuaian
Peraturan
N Lokasi Hasil Temuan Manfaat Perundangan
o
1 Sudah Penerapanan(1) UU. No. 1 tahun
mempunyai dan 1970 pasal 10
struktur pengawasan
organisasi P2K3 K3 lebih (2) Permenaker No.
mudah PER-04/MEN/19
dilaksanakan 87 Pasal 2

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 10.


(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja.

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 Pasal 2


Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk
P2K3.
(2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko
yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.
2 Ketua P2K3 Mudah dalam(3) Permenaker No.
sudah sesuai pengambilan PER-04/MEN/19
karena posisi keputusan 87 Pasal 3
GM karena (4)
menempati Permenaker No.
posisi tertinggi PER-155/MEN/1
perusahaan 984

UU No. 1 tahun 1970 Bab 6 Pasal 10 Poin 2


Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.

3 Sekretaris P2K3 Bertanggung Permenaker No.


seorang ahli K3 jawab sebagai PER-04/MEN/19
umum 87 Pasal 5 ayat 1

Permenaker
PER-02/MEN/
1992 pasal 9

UU No. 1 tahun 1970 Bab 6 Pasal 10 Poin 2


Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.

4 Based on wawancara P2K3 sudah Sah secara (5) UU. No. 1 tahun
mendapatkan hukum 1970 pasal 10
pengesahan dari (6)
dinas tenaga
kerja
UU No. 1 tahun 1970 Bab 6 Pasal 10 Poin 2
Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja.

5 Based on wawancara Untuk laporan Untuk (7) UU. No. 1 tahun


P2K3 sudah mengetahui 1970 bab 7 pasal
rutin dilakukan pelaksaan K3 11
3 bulan sekali di perusahaan
dan dikirimkan Permenaker No.
ke dinas 4/MEN/1987
pasal 12
6 Sudah Penerapan UU No. 1 tahun
tersertifikasi SMK3 sudah 1970 pasal 10
dan berjalan
mendapatkan dengan baik PP No. 50 tahun
penghargaan 2012 tentang
SMK 3 Penerapan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 10.


(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas
dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

PP No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan terukur, terstruktur, dan terintegrasi; keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana,
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

7 Safety induction Memberikan UU. No. 1 tahun


jaminan 1970 pasal 9
informasi ayat 1.
kepada
karyawan dan PP No. 50 tahun
pihak terkait. 2012 pasal 13
ayat (1)
UU. No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

PP No. 50 tahun 2012 pasal 13 ayat (1)


(1) Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d harus memberikan
jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait
di luar perusahaan.

8 Memiliki Protap Sebagai UU No. 1 tahun


K3 panduan 1970 Pasal 3
untuk ayat 1
mencegah
terjadinya PP No. 50 tahun
kecelakaan 2012 pasal 12
kerja dan ayat 1
acuan teknis
penanganan
bahaya
UU No. 1 tahun 1970 Pasal 3 ayat 1
Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

PP No. 50 tahun 2012 pasal 12 ayat 1


(1) Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus:
a. menunjuk sumber daya manusia yangmempunyai kompetensi kerja dan kewenangan
dibidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;
d. membuat prosedur informasi;
e. membuat prosedur pelaporan; dan
f. mendokumentasikan seluruh kegiatan

9 Memiliki Ahli K3 Ahli K3 Permenaker No.


bertindak PER-04/MEN/19
sebagai 87 Pasal 5 ayat 1
sekretaris
P2K3 Permenaker
PER-02/MEN/19
92 pasal 9

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 Pasal 5 ayat 1


(1) Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Permenaker PER-02/MEN/1992 pasal 9


(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan,
kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat
berhubungan dengan jabatannya.

10 Sudah terdapat Mengingatkan UU No. 1 tahun


rambu petunjuk pekerja 1970 Pasal 14
arah tentang ayat (b)
potensi
bahaya

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)


b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

11 Terdapat Penerapan UU No. 1 tahun


slogan-slogan, SMK3 1970 Pasal 14
rambu-rambu (b)
dan tanda-tanda
K3

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)


b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

12 Pemberian APD Kewajiban UU No. 1 tahun


secara gratis perusahaan 1970 bab 10
kepada pekerja pasal 14 poin c

Permenaker No.
8 tahun 2010
pasal 2 ayat 1

UU No. 1 tahun 1970 bab 10 pasal 14 poin c


Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yangdiwajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.

Permenaker No. 8 tahun 2010 pasal 2


(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.
(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar yang berlaku.
(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.
13 UU No. 1/1970 Sosalisasi UU UU No. 1 tahun
sudah dipasang Ketenaga 1970 Bab 10
di area yang kerjaan pasal 14 poin a,
dilihat dengan b
jelas

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)


Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja
yang diwajibkan, sehelai Undangundang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi
tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan
dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

14 Fasilitas kotak Memenuhi UU No. 1 tahun


saran telah persyaratan 1970 pasal 12
tersedia kelembagaan
K3 Permenaker No.
4/1987 pasal 4

UU No. 1 tahun 1970 pasal 12


Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan
kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.

Permenaker No. 4/1987 Pasal 4


(1) P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak
kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja;
b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:

15 Rambu Memenuhi UU No. 1 tahun


peringatan persyaratan 1970 pasal 3
pembatasan dalam Ayat 1 (g)
area penerapan
SMK3 Permen No.
5/MEN/1996
lampiran 2, no
6.4 Poin 6.1.4

UU No. 1 tahun 1970 pasal 3


Ayat 1 (g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

Permen No. 5/MEN/1996 lampiran 2 poin 6.4


6.4.4 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis

3.2.Penilaian Ketidaksesuaian
Potensi
Hasil Temuan Bahaya Yang Peraturan
No Lokasi Saran
Timbul Perundangan
1. Based on video Komitmen K3 Pekerja tidak Diberikan PP No. 50
belum mengetahui tulisan tahun 2012
tersosialisasi kebijakan komitmen pasal 7 ayat
dan tertempel terkait K3 K3 3
di area-area perusahaa
yang terlihat n di tempat
yang
mudah
dilihat
orang
PP No. 50 tahun 2012 pasal 7 ayat 3
(3) Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. visi;
b. tujuan perusahaan;
c. komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan
d. kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan/atau operasional.
2. Based on video Struktur Susah Perlu UU No. 1
tanggap darurat koordinasi dibuat tahun 1970
belum terlihat ketika terjadi struktur bab 5 pasal 9
dengan keadaan tanggap ayat 3
jelas/belum darurat darurat
tersosialisasi perusahaa PP No. 50
n dan tahun 2012
disosialisas lampiran 1
ikan ke
pekerja
UU No. 1 tahun 1970 bab 5 pasal 9 ayat 3
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan

PP No. 50 tahun 2012 lampiran 1


7. Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri
Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan
bencana industri, yang meliputi:
a. penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan
pertolongan medik; dan
b.proses perawatan lanjutan.
Prosedur menghadapi keadaan darurat harus diuji secara berkala oleh personil yang memiliki
kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan
instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan pada saat kejadian yang sebenarnya.
8.Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap perusahaan harus memiliki
prosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang
normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

3 Based on wawancara Belum ada Tidak ada Perlu PP No. 50


tinjauan evaluasi dilakukan tahun 2012
manajemen pelaksanaan evaluasi pasal 14 poin
tahun terakhir K3 rutin 1&2
minimal 1
tahun Lampiran 1
sekali PP No. 50
tahun 2012
poin e
PP No. 50 tahun 2012 pasal 14 poin 1&2
(1) Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
(2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan,
pengujian, pengukuran, dan audit intemal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang
kompeten.

4 Based on wawancara Belum memiliki Personil Mengikutk Kepmenaker


personil petugas kurang an personil 186 tahun
damkar kelas A berpengalam pelatihan 1999 pasal 5
dan B an mengatasi damkar
kebakaran kelas A dan
tertentu B
Kepmenaker 186 tahun 1999 pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis

5 Based on wawancara Belum memiliki Tidak bisa Mengirim Permenaker


ahli K3 listrik melakukan personil K3 no 5 tahun
(lisensi) perbaikan/pe listrik 1996
ngecekan mengikuti lampiran 1,
ketika terjadi pelatihan point 3.1.5
masalah PP No. 50
kelistrikan tahun 2012
Permenaker no 5 tahun 1996 lampiran 1, point 3.1.5
3.1.5 Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3 yang efektifditentukan oleh kompetensi kerja dan
pelatihan dari setiap tenaga kerja diperusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam
menjaminkompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja.
Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program
pelatihan harus tersedia.

6 Pintu terbuka Orang yang Menutup UU no. 1


diarea terbatas tidak pintu area tahun 1970
yang berkepenting terbatas Pasal 3 poin
seharusnya an dapat setiap kali 1.a
terkunci masuk keluar
sembarangan masuk SK Dirjen No.
ruangan 1 tahun 2011

PP No. 50
tahun 2012
Lampiran 2
Point 6.4
UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

SK Dirjen No. 1 tahun 2011 tentang pedoman bekerja pada ruang terbatas
2. Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas
2.1. Persyaratan Umum
2.1.1. pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat kerja untuk menentukan
apakah terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus.
2.1.2. jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib
menginformasikannya kepada pekerja dengan memasang tanda bahaya atau peralatan lain yang
efektif, mengenai keberadaan dan lokasi serta bahaya yang terdapat dalam ruang terbatas yang
memerlukan ijin khusus tersebut.
Catatan: tanda bertuliskan – BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN IJIN KHUSUS, DILARANG
MASUK atau menggunakan kalimat lain dengan maksudyang sama.
2.1.3. jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan memasuki ruang terbatas dengan
ijin khusus, pengurus wajib melakukan langkahlangkah untuk mencegah dan melarang pekerja
memasuki ruang terbatas tersebut.

PP No. 50 tahun 2012 Lampiran 2 6.4 Area Terbatas


6.4.1 Pengusaha atau pengurus melakukan penilaian risiko lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-
daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk.
6.4.2 Terdapat pengendalian atas daerah/tempat dengan pembatasan izin masuk.
6.4.3 Tersedianya fasilitas dan layanan di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

7 Jalur evakuasi Keleluasaan Penataan UU no. 1


kurang leluasa gerak ulang tahun 1970
terdapat kursi terganggu layout area Pasal 3 poin
tunggu disekitar ketika terjadi disekitar 1.d
akses padahal keadaaan jalur
seharusnya bahaya evakuasi PP No. 50
terbuka agar tidak tahun 2012
ada Lampiran 2
halangan point 6.7

UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3.


(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya;

6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat


6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh
orang yang ada di tempat kerja.
6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji
serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.

8 Area titik Area titik Area titik PP No. 50


kumpul kumpul susah kumpul tahun 2012
digunakan terjangkau disterilkan Lampiran 2
sebagai area karena point 6.7
parkir banyak
halangan
6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh
orang yang ada di tempat kerja.
6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji
serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.

9 Masih Bahaya Perlu UU no. 1


ditemukan terluka pada sosialisasi tahun 1970
pekerja yang kepala ulang bab 9 pasal
tidak terkait 13
menggunakan penggunaa
APD ditempat n APD di Permenaker
kerja semua unit no. 4 tahun
1987 pasal 4
ayat 2.b.3

UU no. 1 tahun 1970 bab 9 pasal 13


Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan
kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Permenaker no. 4 tahun 1987 pasal 4


…..
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

10 Based on wawancara Evaluasi Keadaan/ Perlu PP No. 50


tanggap darurat kondisi dilakukan tahun 2012
tidak rutin bahaya dapat evaluasi lampiran 2
dilaksanakan terjadi rutin point 6.7.6
berulang terhadap
karena tidak kondisi-
ada evaluasi kondisi
darurat
PP No. 50 tahun 2012 lampiran 2 point 6.7.6
6.7.6 Peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara
secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang
relevan.

11 Based on wawancara Belum Tidak Dilakukan PP No. 50


ditemukan bukti terdeteksi uji berkala tahun 2012
pengecekan/uji masa berlaku terhadap lampiran 2
berkala untuk pada alat-alat peralatan poin 7.3
lift dan K3 dan
penangkal petir didokumen
tasikan
secara baik
7.3 Peralatan Pemeriksaan/Inspeksi, Pengukuran dan Pengujian
7.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan
penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai K3.
7.3.2 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas atau pihak yang berkompeten dan berwenang dari
dalam dan/atau luar perusahaan.

12 Based on wawancara Belum Tidak ada Perwakilan PP No. 50


ditemukan bukti pekerja yang pekerja tahun 2012
untuk ahli dalam yang
penyelenggaraa menangani ditunjuk
n pelatihan tim keadaan mengikuti
bencana rutin bencana pelatihan t
tiap tahun

13 Tidak Operator Memberika Permenaker


ditemukan tidak n identitas No. 8 tahun
informasi mengetahui 2020 pasal 16
tentang kapasitas
kapasitas gondola
gondola

Permenaker No. 8 tahun 2020 pasal 16


Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas:
a. pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
b. keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan;
c. alat atau tombol penghenti darurat (emergency stop);
d. Alat Pengaman; dan
e. Alat Perlindungan

14 Based on video Belum Tenaga kerja Diberikan Permenakertr


ditemukan tidak nama ans
nama dan lokasi mengetahui petugas No.Per.15/M
petugas P3K petugas yang yang en/VIII/2008
berwenang sedang pasal 7
bertugas
Permenakertrans No.Per.15/Men/VIII/2008 Pasal 7
(1) Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas P3K di tempat kerja
pada tempat yang mudah terlihat.
(2) Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah dikenal oleh pekerja/
buruh yang membutuhkan pertolongan.

15 Based on video Belum Operator Diikutkan Permenaker


ditemukan tidak sertifikasi No. 8 tahun
lisensi Operator berkeahlian untuk 2020 Pasal
gondola khusus operator 140
gondola
Permenaker No. 8 tahun 2020 Pasal 140
(1) Pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan,
perbaikan, perubahan atau modifikasi, serta pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan oleh
personel yang mempunyai kompetensi dan kewenangan di bidang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut.
(2) Personel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.Teknisi;
b.Operator;
c.Juru Ikat (rigger); dan
d.Ahli K3 Bidang Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
(3)Kompetensi personel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4)Kewenangan personel Teknisi, Operator, dan Juru Ikat (rigger) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, huruf b, dan huruf c harus dibuktikan dengan Lisensi K3
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa dan observasi Praktek Kerja Lapangan sebagai persyaratan kelulusan
Calon Ahli K3 Umum di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelembagaan dan Keahlian K3 sudah berjalan dengan baik, dibuktikan dengan sudah
dibentuknya P2K3 di PT. Telkom Malang dan berjalannya program-program K3, meskipun masih
sedikit ditemukan evaluasi terhadap program yang direncanakan.
2. Penerapan SMK3 sudah berjalan dengan baik, Telkom Malang sudah mengikuti Audit SMK3
dan mendapatkan sertifikat penghargaan.

4.2. Saran
Demikian saran–saran yang perlu disampaikan kepada pihak yang terkait antara lain:
1. Kelembagaan dan Keahlian K3 dalam hal ini P2K3 di PT. Telkom Malang perlu melakukan
evaluasi berkala terhadap program kerja yang sudah ada.
2. Pencapaian penghargaan dan audit SMK3 yang sudah berjalan dengan baik perlu
dipertahankan.
REFERENSI

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban
dan Wewenanng Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1987 Tentang Panitian Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.15/Men/VIII/2008 Tentang Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-155/MEN/1984 Tentang Pembentukan,
Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional,Dewan Keselamatan dan
Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Permenaker Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pengendali Diri.
10. Permenaker No. 8 tahun 2020 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat Dan
Pesawat Angkut.
11. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran
di Tempat Kerja.
12. Surat Keputusan Dirjen No. 1 Tahun 2011 Tentang Pedoman Bekerja Pada Ruang Terbatas.

Anda mungkin juga menyukai