Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG

FUNGSI PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN


HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR DALAM
PENANGANAN LIMBAH CAIR INDUSTRI DI
JAWA TIMUR

Oleh
Rinanti Putri
Rahmawati NIM
195100901111027

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PRAKTEK KERJA

LAPANG

FUNGSI PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP


PROVINSI JAWA TIMUR DALAM PENANGANAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI DI JAWA TIMUR

Nama : Rinanti Putri Rahmawati


NIM 195100901111027
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Jurusan, Dosen Pembimbing,

Dr. Eng. Akhmad Adi S, STP, M.Eng Yasa Palaguna Umar, S.TP., M.Sc., Ph.D
NIP. 197905012005011001 NIP. 20210391122112001

Tanggal Persetujuan : Tanggal Persetujuan : 01/11/2021


ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga
penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan proposal Praktek
Kerja Lapang (PKL) yang berjudul “Fungsi Pengawasan Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dalam Penanganan Limbah
Cair Industri di Jawa Timur”.
Proposal ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Praktek Kerja
Lapang pada semester VI tahun akademik 2021-2022 di Program Studi
Teknik Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya. Penyusunan proposal dan
pelaksanaan PKL ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
bimbingan, dukungan, dan motivasi dari beberapa pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Yasa Palaguna Umar, S.TP., M.Sc., Ph.D selaku dosen
pembimbing PKL yang telah memberikan bimbingan, arahan,
semangat, dan motivasi selama kegiatan PKL.
2. Ibu Dr. Eng. Evi Kurniati, STP, MT selaku dosen penguji yang
telah memberikan arahan, koreksi, dan sarannya.
3. Bapak Dr. Eng. Akhmad Adi Sulianto, STP, M.Eng selaku
ketua Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.
4. Seluruh pihak di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur yang telah mengizinkan dan membimbing selama
kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL).
5. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan
baik berupa materi maupun non materi.
6. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu dalam
bentuk apapun kepada penulis.

iii
7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal Praktek
Kerja Lapang ini terdapat keterbatasan dan kesalahan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan penulisan proposal ini. Semoga proposal Praktek Kerja
Lapang ini dapat memberikan manfaat dan menjadi media
pembelajaran yang baik kepada semua pihak yang membutuhkan.
Demikian proposal Praktek Kerja Lapang ini saya buat, saya ucapkan
terima kasih.

Malang, 17 September 2021


Penulis

Rinanti Putri Rahmawati


195100901111027

iv
ABSTRAK

FUNGSI PENGAWASAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP


PROVINSI JAWA TIMUR DALAM PENANGANAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI DI JAWA TIMUR

Oleh
Rinanti Putri
Rahmawati NIM
195100901111027

Berkembangnya sektor perindustrian, khususnya di Jawa Timur


berdampak pada limbah yang dihasilkan, termasuk limbah cair. Di
Provinsi Jawa Timur, limbah cair industri merupakan penyebab utama
menurunnya kualitas air bersama dengan limbah cair domestik. Beban
BOD dari sektor industri skala menengah-besar yang berhasil
diinventarisasi adalah 11.177 ton/tahun, untuk parameter TSS sebesar
5.588 ton/tahun, dan COD sebesar 14.541. Pencemaran limbah industri
yang masih terjadi dapat disebabkan karena penanggung jawab usaha
atau kegiatan masih banyak yang tidak melakukan pengelolaan limbah
sesuai baku mutu lingkungan, dan industri-industri masih ada yang
belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Tujuan
Praktek Kerja Lapang (PKL) yaitu untuk mengetahui fungsi
pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dalam
penanganan limbah cair industri di Jawa Timur. Pengawasan
merupakan bagian dari upaya dalam pengendalian pencemaran dan
mekanisme penegakan hukum lingkungan. Analisis data dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, dokumentasi, pengumpulan data, studi literatur,
dan diskusi.

Kata kunci: Limbah Cair, IPAL, Pengawasan, Dinas Lingkungan


Hidup Provinsi Jawa Timur

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum.....................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................4
2.1 Pengertian Limbah Cair.............................................................4
2.2 Dampak Limbah Cair.................................................................4
2.3 Karakteristik Limbah Cair..........................................................5
2.4 Pengolahan Limbah Cair............................................................7
2.4.1 Pre-Treatment.....................................................................7
2.4.2 Primary treatment................................................................8
2.4.3 Secondary Treatment..........................................................9
2.4.4 Tertiary Treatment............................................................11
2.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).................................11
2.6 Pengawasan Lingkungan Hidup...............................................11
2.7 Peraturan Izin Pembuangan Limbah Cair.................................12

vi
2.7.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup......................13
2.7.2 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengolahan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air 13
2.7.3 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa
Timur 14
BAB III METODE PELAKSANAAN.........................................15
3.1 Lokasi Kegiatan.......................................................................15
3.2 Metode Pelaksanaan................................................................15
3.3 Jadwal Kegiatan.......................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................18

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang.......................17

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Satelit Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa


Timur.................................................................................................15

ix
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Oleh karena itu, sektor-sektor industri kini semakin
berkembang pesat di Indonesia. Sektor industri merupakan salah satu
sektor yang dianggap mampu membuka lapangan pekerjaan dan dapat
mendorong pertumbuhan teknologi yang berguna bagi manusia serta
memicu pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor lain yang salin
berkaitan, seperti sektor perdagangan dan jasa. Provinsi Jawa Timur
memiliki banyak sektor industri, baik industri besar maupun industri
kecil. Hal ini disebabkan karena Jawa Timur memiliki posisi yang
strategis di bidang industri karena diapit oleh dua provinsi besar yaitu
Jawa Tengah dan Bali, sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri.
Sektor industri merupakan penyumbang terbesar pendapatan Provinsi
Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 2010, sektor
industri di Jawa Timur berkontribusi sebesar 27,49%, sedangkan sektor
pertanian hanya berkontribusi sekitar 15,75%. Proses industrialisasi di
Provinsi Jawa Timur diprediksi akan semakin meningkat seiring
meningkatnya peran strategis Provinsi Jawa Timur sebagai pendorong
jasa dan industri nasional yang termuat dalam kebijakar Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Peranan industri disamping menghasilkan produk yang bermanfaat
untuk masyarakat dan menunjang pembangunan guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, namun juga akan menghasilkan sisa proses
produksi yang dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi
lingkungan dan manusia yaitu limbah. Sejalan dengan perkembangan
pembangunan di berbagai aspek, terutama di bidang industri akan
menimbulkan berbagai masalah baru terkait dengan pencemaran
lingkungan oleh limbah-limbah buangan dari industri yang semakin
meningkat.

1
Limbah yang dihasilkan oleh industri dapat berupa limbah padat (solid
waste), limbah cair (liquid waste), dan limbah gas (gaseous waste).
Beberapa jenis limbah tidak terlalu menjadi masalah karena dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar atau industri lain. Namun, yang
banyak menjadi masalah adalah limbah cair karena masih banyak
industri di Indonesia yang langsung membuangnya ke sungai tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Limbah cair yang dihasilkan oleh industri
apabila tidak dikelola secara tepat akan menimbulkan berbagai dampak
terhadap lingkungan dan manusia. Di Provinsi Jawa Timur, limbah cair
industri merupakan penyebab utama menurunnya kualitas air bersama
dengan limbah cair domestik. Beban BOD dari sektor industri skala
menengah-besar yang berhasil diinventarisasi adalah 11.177 ton/tahun,
untuk parameter TSS sebesar 5.588 ton/tahun, dan COD sebesar
14.541.
Terkait kondisi perindustrian di Jawa Timur yang semakin
meningkat, selaras dengan pertambahan jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industri, maka diperlukan penanganan yang
serius untuk mengatasinya. Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur telah memfokuskan pada upaya untuk mengendalikan
pencemaran air dari sektor industri dan kegiatan usaha lainnya.
Berbagai upaya dari hulu hingga hilir melalui program pembinaan,
pengawasan, program peringkat kinerja lingkungan industri
(PROPER), dan penegakan hukum. Monitoring kualitas effluent
limbah cair dilakukan melalui pengawasan. Upaya-upaya khususnya
pengawasan ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
ketaatan pelaku usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan dalam
perizinan lingkungan hidup, dan juga dalam peraturan perundang-
undangan lingkungan hidup. Dengan pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang diharapkan mampu memahami upaya- upaya pengendalian
pencemaran air di Provinsi Jawa Timur salah satunya melalui fungsi
pengawasan yang dimiliki oleh

2
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur terhadap limbah cair
industri.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Secara umum, beberapa tujuan yang ingin dicapai pada Praktek
Kerja Lapang di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, yaitu:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan penerapan Program
Studi Teknik Lingkungan dalam dunia kerja secara nyata.
2. Mengimplementasikan atau menerapkan secara langsung
teori-teori dalam perkuliahan di lapang.
3. Melatih untuk bekerja mandiri di lapangan sesuai dengan
kondisi lapangan pekerjaan yang akan dihadapi.
4. Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai
kondisi sesungguhnya dalam dunia kerja serta mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta alternatif
penyelesaiannya.

1.2.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur adalah:
1. Mengetahui gambaran umum kondisi Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa Timur.
2. Mengetahui dan memahami ruang lingkup pengawasan
pengolahan limbah cair industri oleh Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Timur.
3. Mengetahui dan memahami tahapan dalam pelaksanaan
pengawasan.
4. Mengetahui sistem pengolahan limbah cair pada salah satu
industri di Jawa Timur.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah Cair


Limbah merupakan sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah
adalah sesuatu yang berbahaya dan beracun karena merupakan sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara
langsung ataupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak
lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup serta
makhluk hidup lainnya. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat
dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas. Limbah cair adalah
bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah air yang
membawa sampah (limbah) dari pemukiman, bisnis, dan industri.
Limbah cair merupakan campuran air dan padatan terlarut atau
tersuspensi atau air buangan dari hasil proses yang dibuang ke
lingkungan Limbah cair industri adalah buangan dari hasil proses atau
sisa dari suatu kegiatan/usaha industri yang berwujud cair, dimana
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
(Vindiarti, 2015).

2.2 Dampak Limbah Cair


Menurut Rayma (2020), air limbah atau limbah cair atau air
buangan dapat menimbulkan akibat-akibat yang besar dan penting
terhadap lingkungan dan manusia, khususnya mengakibatkan suatu
pencemaran dan penyakit-penyakit menular. Penyakit-penyakit yang
dapat ditimbulkan akibat pencemaran limbah cair adalah penyakit
kolera, penyakit thypus, penyakit hepatitis A, penyakit dysentrie
amoeba, penyakit disentri, dan penyakit kaki gajah. Sedangkan
dampak limbah cair terhadap lingkungan menurut Siagian (2014),
limbah cair yang dihasilkan oleh suatu industri dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan apabila dibuang
ke suatu

4
badan air penerima (misalnya sungai) tanpa diolah terlebih dahulu.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat berakibat luas dari hal ini
tergantung pada sifat limbah, jenis limbah, volume, oksidaton, beracun,
maupun iritan. Apabila jumlah senyawa- senyawa yang terkandung
dalam limbah melebihi kadar yang telah ditetapkan, maka air tersebut
tidak dapat dipergunakan lagi untuk kepentingan sebagaimana
mestinya. Terjadinya perubahan sifat fisik dan kimia oleh suatu badan
air disebabkan oleh buangan limbah cair industri yang mengandung
bahan- bahan beracun dan berbahaya antara lain senyawa merkuri,
arsen, amoniak, barium, khorium, tembaga, hidrokarbon, aluminium,
dan lain-lain dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi.

2.3 Karakteristik Limbah Cair


Menurut Niswita (2016), limbah cair mempunyai beberapa
karakteristik sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah
cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi
sebagai berikut:
1. Karakteristik fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total
solid, bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity
(kekeruhan).
a. Total Solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses
evaporasi pada suhu 103oC–105oC. Karakteristik yang bersumber dari
saluran air domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat
menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan sludge dan
kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses
pengolahan.
b. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama
dekomposisi bahan organik dari air limbah atau karena

5
penambahan suatu substrat ke air limbah,
c. Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Air yang baik mempunyai temperatur normal 8 oC dari suhu
kamar 27oC. Semakin tinggi temperatur air (>27 oC) maka kandungan
oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
d. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang
dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3).
e. Warna
Air limbah berwarna banyak menyerap oksigen dalam air sehingga
dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau.
f. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya
yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang
dipendarkan oleh suspense standar pada konsentrasi yang sama.
2. Karakteristik Kimia
Air limbah memiliki tiga karakteristik kimia yang perlu
diidentifikasi yaitu bahan organik, anorganik, dan gas.
a. Bahan Organik
Air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan
aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri atas C, H, O, N,
yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah
limbah domestic, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian.
b. Bahan Anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh
asal air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang
mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan basa
kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa nitrogen

6
(amoniak, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang
(sulfat dan hydrogen sulfida).
c. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah
adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida
(H2S), amoniak (NH3), dan karbondioksida (CO2).
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi pada air limbah menjadi dasar untuk
mengontrol timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme patogen.
Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganissme
lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa
organik.

2.4 Pengolahan Limbah Cair


2.4.1 Pre-Treatment
Pre-Treatment dalam pengolahan limbah cair digunakan untuk
memisahkan padatan kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan
minyak atau emak dan menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak
penampung. Tujuan dari proses ini adalah untuk membuang material
dan bahan-bahan kasar dan padat yang ditemukan pada effluent air
limbah. Pembuangan bahan- bahan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan operasional dan meminimalisir
usaha yang dilakukan dalam merawat dan memperbaiki peralatan yang
digunakan dalam tahap selanjutnya. Kegiatan ini umumnya meliputi
penyaringan bahan kasar (screening), pembuangan kotoran (grit
removal. Unit yang terdapat dalam pre-treatment adalah bar screen,
communitor, grit chamber, skimmer, equalization basin. Jenis
partikel yang ditemukan pada ukuran ini diantaranya adalah (1) partikel
inorganic, seperti asbestos fiber, clays, dan silts; (2) coagulant
precipitates; dan (3) partikel organik, seperti naterial humic, virus,
bakteri, dan plankton (Manullang, 2012).

7
2.4.2 Primary treatment
Pengolahan pertama (primary treatment) bertujuan untuk
memisahkan padatan dan bahan organik dari air limbah. Tujuan utama
pengolahan ini adalah sebagai pengolahan pendahuluan bagi
pengolahan kedua (secondary treatment). Hal ini dapat dilakukan
dengan melewatkan air limbah melalui saringan (filter) dan atau bak
sedimentasi. Jika pada pengolahan pendahuluan (pre-treatment)
bertujuan untuk mensortir kerikil, lumpur, menghilangkan zat padat,
memisahkan lemak, maka pada pengolahan pertama bertujuan untuk
menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau
pengapungan. Primary treatment dilakukan dengan dua metode
utama, yaitu pengolahan secara fisika dan kimia. Pengolahan secara
kimia yaitu mengendapkan bahan padatan dengan penambahan bahan
kimia. Pengolahan secara fisika dimungkinkan bila bahan kasar yang
telah diolah dengan pengendapan atau pengapungan (Sari, 2015).
Menurut Wulandari (2012), pada tahap pengolahan primer
umumnya diterapkan pengolahan secara fisik, contohnya ialah
koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Tahapan ini pada intinya ialah
menyisihkan materi padatan tersuspensi dan materi organik dalam air
limbah.
a. Unit Koagulasi (Continuous Rapid Mixing)
Unit koagulasi dilakukan melalui mekanisme continuous rapid
mixing berfungsi untuk mencampurkan bahan kimia koagulan ke
dalam limbah cair. Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan
densitas dari partikel koloid yang terdispersi dalam limbah cair
sehingga partikel tersebut dapat mengendap dan selanjutnya dapat
disisihkan secara fisik. Saat koagulan dicampurkan ke dalam air
limbah, maka akan terjadi destabilisasi koloid. Mekanisme continuous
rapid mixing dibutuhkan untuk menciptakan pencampuran agitasi
yang intens yang dibutuhkan untuk mendispersi koagulan secara
uniform di seluruh tangki

8
pengolah dan untuk menciptakan kontak yang cukup antara koagulan
dengan partikel tersuspensi.
b. Unit Flokulasi (Slow Mixing)
Unit flokulasi adalah unit operasi pengolahan air limbah yang
digunakan untuk menyatukan mikroflok-mikroflok yang terbentuk dari
proses koagulasi menjadi flok berukuran lebih besar, sehingga dapat
mengendap dan densitasnya meningkat. Mekanisme yang dilakukan
adalah pengadukan lambat (slow mixing) agar flok-flok yang
terbentuk tidak mudah pecah.
c. Unit Aerasi
Aerasi merupakan salah satu proses dan transfer gas yang lebih
dikhususkan pada transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Fungsi
utama tahap aerasi ini adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air serta membantu
pengadukan air. Aerasi bertujuan untuk menambahkan oksigen ke
dalam air.
2.4.3 Secondary Treatment
Secondary treatment merupakan pengolahan tahap kedua
yang bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan koloid, dan
menstabilkan zat organik dalam limbah. Pengolahan ini umumnya
mencakup proses biologis untuk mengurangi bahan- bahan organik
atau mikroorganisme yang terkandung di dalamnya. Proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain jumlah air limbah, tingkat
kekotoran, jenis kotoran yang ada dan sebagainya. Khusus untuk
limbah domestik, tujuannya untuk mengurangi bahan organik dan
menghilangkan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor. Proses penguraian
bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme baik secara aerobik
maupun anaerobik. Secara aerobik, penguraian bahan organik
dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electron
acceptor dalam air limbah yang dilakukan dengan bantuan limpur aktif
yang banyak mengandung bakteri pengurai. Secara anaerobik,
penguraian bahan organik dilakukan tanpa injeksi

9
udara atau oksigen ke dalam proses pengolahan. Pengolahan secara
anaerobik bertujuan untuk merombak bahan organik dalam air limbah
menjadi bahan yang lebih sederhana dan tidak berbahaya. Proses
biologi dipilih berdasarkan pertimbangan kuantitas limbah cair yang
masuk ke unit pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang
ada di dalam limbah serta tersedianya lahan. (Sari, 2015).
Menurut Wulandari (2012), prinsip dasar pengolahan secara
biologi adalah mengubah bahan-bahan pencemar tersuspensi maupun
terlarut dalam air limbah menjadi bentuk lain berupa gas maupun
jaringan sel yang dapat dipisahkan secara fisik misalnya melalui proses
pengendapan. Proses pengolahan limbah cair secara biologi dapat
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Suspended Growth
Proses ini menyertakan mikroorganisme yang berperan dalam
pengolahan berada dalam suspensi cairan limbah melalui proses
pencampuran yang sesuai. Proses suspended growth banyak
diterapkan pada pengolahan limbah domestic yang dioperasikan dalam
keadaan anaerob melalui proses activated sludge.
b. Attached Growth
Proses attached growth menyertakan mikroorganisme yang
berperan mengkonversi materi organik atau hidup dan berkembang
yang menyatu pada material inert tertentu. Materi organik disisihkan
saat air limbah mengalir melewati material tersebut. Materi yang
digunakan sebagai tempat hidup pertumbuhan mikroorganisme antara
lain batu, gravel, pasir, kayu, plastic, dan materi sintetik. Proses
attached growth dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik,
dan material inert yang digunakan sebagai tempat hidup
mikroorganisme dapat terendam sepenuhnya dalam air limbah atau
tidak terendam. Penerapan proses attached growth yang umum
digunakan adalah trickling filter.

10
2.4.4 Tertiary Treatment
Pengolahan tersier (tertiary treatment) ini merupakan
kelanjutan dari pengolahan sekunder. Pengolahan ini dilakukan setelah
limbah cair diolah menggunakan pengolahan primer dan sekunder yang
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang berbahaya bagi
lingkungan. Pengolahan ini bersifat khusus disesuaikan dengan
kandungan zat yang tersisa dalam air limbah. Pada sistem ini
pengolahan limbah dengan konsentrasi bahan pencemar tinggi atau
limbah dengan parameter yang bervariasi banyak dengan volume yang
relatif banyak (Shahani, 2019).

2.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


Menurut Rahmawati (2014), seperti yang termuat di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bahwa IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta
perlengkapannya yang memproses atau mengolah cairan sisa proses
produksi pabrik, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan.
Dibuatnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan salah
satu syarat yang harus ada dalam setiap pembangunan suatu gedung
atau bangunan sebagai salah satu dari syarat AMDAL dan ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan). Unit IPAL yang didesain meliputi
pengolahan secara fisik, kimia, serta proses biologis.

2.6 Pengawasan Lingkungan Hidup


Pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan
secara langsung atau tidak langsung oleh pegawai negeri yang
mendapat surat tugas untuk melakukan pengawasan lingkungan hidup
atau pejabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) di pusat atau daerah.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui tingkat
ketaatan penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha terhadap
ketentuan perundang-

11
undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup termasuk
di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan ketentuan yang diatur
dalam perjanjian maupun dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Pengawasan lingkungan
hidup merupakan salah satu instrument penegakan hokum dan
merupakan amanat UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengawasan merupakan bagian
penting untuk mewujudkan ketaatan. Ketaatan merupakan tujuan
antara dari penegakan hukum lingkungan hidup, yaitu untuk mencegah
dan memitigasi pelanggaran yang berdampak ataupun berpotensi
berdampak bagi lingkungan hidup dan kehidupan manusia.
Pengawasan lingkungan hidup juga ditujukan untuk menegakkan
environmental rule of law dan mendukung pembangunan
berkelanjutan (Afifah, 2019).

2.7 Peraturan Izin Pembuangan Limbah Cair


Menurut Adliah (2018), limbah cair yang dibuang ke lingkungan
dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan
manusia serta makhluk hidup lain. Mengingat risiko tersebut, perlu
dilakukan upaya agar setiap kegiatan atau usaha dapat menghasilkan
limbah cair seminimal mungkin. Perizinan merupakan instrumen
hukum lingkungan yang mempunyai fungsi preventif, yaitu untuk
mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Melalui
izin, pemerintah dapat menetapkan syarat-syarat lingkungan tertentu
yang harus dipenuhi oleh pemilik usaha dan/atau kegiatan. Ketentuan
tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai penertib dan
pengatur. Penertib maksudnya agar usaha dan/atau kegiatan tidak
bertentangan satu sama lain sehingga ketertiban pengelolaan sumber
daya lingkungan hidup dapat terwujud.

12
Pengatur dimaksudkan agar usaha dan/atau kegiatan yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan peruntukan.
2.7.1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang
menjelaskan mengenai Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan
Hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang izin lingkungan, yang
menyatakan bahwa izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada
setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
2.7.2 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengolahan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran
Air
Menurut PP No. 82 Tahun 2001 izin pembuangan air limbah
memuat persyaratan sebagai berikut: kewajiban untuk mengelola
limbah; persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang
ke media lingkungan; persyaratan untuk mengadakan sarana dan
prosedur penanggulangan keadaan darurat; persyaratan untuk
melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah; persyaratan lain
yang ditentukan oleh proses Amdal; larangan pembuangan secara
sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan; larangan untuk
melakukan pengenceran; kewajiban melakukan swapantau dan
melaporkan hasil swapantau kepada pejabat yang berwenang. Izin
pembuangan air limbah didasarkan pada Pasal 40 ayat (1) PP

13
No. 82 Tahun 2001 yang menyatakan: “setiap usaha atau kegiatan
yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air wajib
mendapatkan izin tertulis dari bupati/walikota. Ketentuan Pasal 40 ayat
(2) selanjutnya menegaskan bahwa permohonan izin pembuangan air
limbah didasarkan pada hasil kajian Amdal bagi industry yang wajib
Amdal atau kajian UKL dan UPL bagi kegiatan yang tidak wajib
amdal (Adliah, 2018).
2.7.3 Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5
Tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di
Propinsi Jawa Timur
Mengacu pada Perda Jawa Timur No. 5 Tahun 2000, izin
adalah izin pembuangan limbah cair oleh orang yang menggunakan
summber-sumber air sebagai tempat pembuangan limbah cair atas
usahanya. Gubernur berwenang mengendalikan pencemaran air dengan
salah satu upayanya yaitu menetapkan perizinan pembuangan limbah
cair. Upaya pengendalian penccemaran air tidak dapat dilepaskan dari
tindakan pengawasan agar ditaatinya ketentuan peraturan perundang-
undangan dibidang lingkungan hidup dan peraturan perundang-
undangan yang terkait. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum
yang berupa izin pembuangan limbah cair dengan mencantumkan
secara tegas kewajiban harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
penanggung jawab usaha atau kegiatan.

14
BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi Kegiatan


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur yang beralamat di Jalan
Wisata Menanggal Nomor 38, Dukuh Menanggal, Kecamatan
Gayungan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) dimulai tanggal 3 Januari sampai 31 Januari 2022.

Sumber: Google Maps


Gambar 3.1 Peta Satelit Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur

3.2 Metode Pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan melakukan wawancara,
pengamatan langsung, dokumentasi, pengumpulan data, studi literatur,
dan diskusi, dengan rincian metode kegiatan yang berupa rangkaian
kegiatan sebagai berikut:
1. Wawancara
Metode wawancara dilakukan dengan menggali informasi secara
langsung kepada pihak terkait yang ada di Dinas Lingkungan

15
Hidup Provinsi Jawa Timur melalui tanya jawab yang disesuaikan
dengan topic yang diambil. Wawancara dilakukan dengan
penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada
narasumber.
2. Pengamatan Langsung (Observasi)
Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung
terhadap obyek di lapangan sesuai dengan data yang dibutuhkan untuk
mengetahui, mengamati, dan meninjau peran pengawasan Dinas
Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur dalam penanganan limbah
cair industri di Jawa Timur.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan pencarian, pengumpulan, dan
mempelajari data-data pendukung yang dibutuhkan berupa laporan
kegiatan, dokumen-dokumen, buku- buku, dan pengambilan gambar
yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
4. Pengumpulan Data
Berupa pengumpulan data-data di lapangan yang berkaitan dengan
peran pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dan pengolahan limbah
cair industry, baik berupa data primer maupun sekunder yang ada di
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur.
5. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan membaca buku, jurnal, atau laporan
penelitian yang sudah ada. Literatur berkaitan dengan topik yang
dibahas.
6. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan pembimbing dari Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Jawa Timur mengenai hal-hal teknis maupun non teknis yang
berhubungan dengan topik yang dibahas.

16
3.3 Jadwal Kegiatan
Perkiraan jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel
3.1 Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Pelaksanaan Bulan/Minggu ke-
No Nama Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pencarian mitra PKL
2 Penyusunan proposal PKL
3 Konsultasi proposal
Pengajuan proposal
4 ke instansi
5 Perbaikan proposal dan
persiapan seminar proposal
6 Persiapan PKL
7 Kegiatan PKL
8 Penyusunan laporan PKL
9 Konsultasi laporan PKL
Pelaksanaan ujian akhir
10 PKL

17
DAFTAR PUSTAKA

Adliah F. 2018. Penegakan Hukum terhadap Pembuangan Limbah


Cair oleh Usaha Laundry Tanpa Izin di Kabupaten Bantul.
Skripsi. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Islam Indonesia.
Afifah IU. 2019. Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap
Limbah Pabrik Tahu Menurut Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 dan Fikih Lingkungan. Skripsi. Jurusan Hukum
Bisnis Syariah, Fakultas Syariah. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Manullang RP. 2012. Efektivitas Pre-Treatment Koagulasi-
Flokulasi pada IPAL Rumah Sakit Metode Activated
Sludge, Studi Kasus: Pre-Treatment Limbah Cair Media
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Skripsi. Fakultas
Teknik, Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas
Indonesia.
Niswita RH. 2016. Pengelolaan Limbah Cair Domestik dengan Proses
Elektrokoagulasi. Laporan Akhir. Pendidikan Diploma III
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Rahmawati P. 2014. Pengelolaan Metode IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) dalam Mengatasi Pencemaran Air Tanah dan
Air Sungai. Skripsi. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rayma ST. 2020. Dampak Limbah Domestik terhadap Kondisi
Lingkungan. Skripsi. Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sari DR. 2015. Evaluasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem
Extended Aeration di Rumah Sakit “X” Semarang. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu

18
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Shahani S. 2019. Pengelolaan Limbah Tahu Ditinjau dari Etika Bisnis
Islam. Skripsi. Jurusan Ekonomi Syari’ah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. IAIN Metro.
Siagian L. 2014. Dampak dan Pengendalian Limbah Cair Industri.
Jurnal Teknik Nommensen 1(2): 98-105.
Vindiarti L. 2015. Proses Adsorbsi Limbah Cair Laboratorium dengan
Menggunakan Karbon Aktif Tongkol Jagung. Laporan Akhir.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Wulandari D. 2012. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah
Kantor Pusat Pertamina. Skripsi. Fakultas Teknik, Program
Studi Teknik Lingkungan, Universitas Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai