Anda di halaman 1dari 8

Akuntansi Syariah Pada Transaksi Online

Daffa Abdi Permana1, Nicky Syam Rijal2, Hanifa Nada Persada3, Raden Marsha Ananda
Putri4, Risma Nurazizah5
Ekonomi Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: 5554200065@untirta.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari akad salam pada transaksi online
akuntansi syariah yang pada era saat ini sudah maraknya teknologi. Pada penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan penelusuran
kepustakaan dengan data yang diperoleh dari berbagai sumber jurnal. Hasil dari penelitian
ini adalah transaksi online merupakan proses perdagangan atau bisnis yang dilakukan secara
online dan menggunakan akad sebagai media utama dalam proses tersebut. Akad merupakan
unsur penting dalam suatu bisnis baik secara online sekalipun, dalam transaksi online tersebut
menggunakan akad salam yang diatur dalam PSAK 103.
Kata Kunci: Jual Beli, Transaksi Online, Akad Salam, PSAK 103

Pendahuluan
Di era sekarang ini, teknologi semakin modern dan menawarkan banyak kemudahan dan
cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Toko online merupakan salah satu fasilitas
yang ditawarkan oleh internet yang memudahkan tugas para penggunanya. Perkembangan
perdagangan online di Indonesia sangat pesat, yang menandakan bahwa era penggunaan
teknologi informasi sudah mulai terwujud.
Berdagang / berbisnis merupakan salah satu aktivitas yang sangat dianjurkan dalam
ajaran Islam. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun dalam salah satu hadistnya mengatakan
bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang. Artinya, melalui jalan
perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah terpancar
daripadanya. Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan (menurut QS 2: 275 yang
dalam potongan artinya “...padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...”), dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Dalil di atas dimaksudkan untuk transaksi offline. Sekarang bagaimana dengan transaksi
online di akhir zaman ini? Kalau kita bicara tentang bisnis online, banyak sekali macam dan
jenisnya. Namun demikian secara garis besar bisa diartikan sebagai jual beli barang dan jasa
melalui media elektronik, khususnya melalui internet atau secara online.
Mungkin ada definisi lain untuk bisnis online, ada istilah e-commerce. Tetapi yang pasti,
setiap kali orang berbicara tentang e-commerce, mereka memahaminya sebagai bisnis yang
berhubungan dengan internet.Dari definisi diatas, bisa diketahui karakteristik bisnis
online,yaitu: 1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak; 2) Adanya pertukaran barang,
jasa, atau informasi; 3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad
tersebut.
Dari karakteristik di atas, bisa dilihat bahwa yang membedakan bisnis online dengan
bisnis offline yaitu proses transaksi (akad) dan media utama dalam proses tersebut. Akad
merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Secara umum, bisnis dalam Islam menjelaskan
adanya transaksi yang bersifat fisik, dengan menghadirkan benda tersebut ketika transaksi,
atau tanpa menghadirkan benda yang dipesan, tetapi dengan ketentuan harus dinyatakan sifat
benda secara konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan kemudian sampai batas
waktu tertentu, seperti dalam transaksi as-salam.
Akuntansi Syari’ah Secara etimolog adalah, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris,
accounting, dalam bahasa Arabnya disebut “ Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba,
hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang,
memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan
seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu (Usamahrahman, 2014).

Metode Penelitian
Menurut Denzin & Lincoln (1994) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk menginterpretasikan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Erickson
(1968) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha menemukan dan menggambarkan
secara naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap
kehidupan mereka.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data dalam latar alamiah dengan maksud untuk menginterpretasikan fenomena
yang terjadi dimana peneliti sebagai instrumen kuncinya. Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dimana pada tahap ini peneliti harus mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau
latar sosial yang akan dituliskan dalam tulisan naratif. Makna dalam penulisan data dan fakta
yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambar, bukan angka. Dalam penulisan laporan
penelitian kualitatif memuat kutipan-kutipan data (fakta) yang terungkap di lapangan untuk
memberikan dukungan terhadap apa yang telah disajikan dalam laporan tersebut.
Maka pengumpulan data dan informasi ini bersifat deskriptif kualitatif dengan
melakukan penelusuran kepustakaan. Data yang diperoleh didapat dari berbagai literatur
seperti jurnal, skripsi, artikel ilmiah, internet, dan buku. Data-data yang didapatkan
menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual, mengganti, dan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal albai’ dalam bahasa Arab terkadang
digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy syira (beli). Dengan demikian, kata al-
bai’ berarti jual, tetapi sekaligus berarti beli (Haroen, 2000:111). Menurut bahasa, jual beli
berarti menukarkan sesuatu dengan sesuatu (Al-Jaziri, 2003:123).
Menurut istilah yang dimaksud jual beli atau bisnis adalah: a) Menukar barang dengan
barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada
yang lain atas dasar saling merelakan (Idris, 1986 :5); b) Menurut Syekh Muhammad ibn
Qâsim alGhazzi “Menurut syara, pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki sesuatu
harta (uang) dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara, sekedar memiliki manfaatnya
saja yang diperbolehkan syara untuk selamanya yang demikian itu harus dengan melalui
pembayaran yang berupa uang.” (al- Ghazzi, t.th:30); c) Menurut Imam Taqiyuddin dalam
kitab Kiffayatul alAkhyar Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf)
dengan ijab qobul, dengan cara yang sesuai dengan syara (Taqiyuddin, t.th:329); d) Syeikh
Zakaria al Anshari dalam kitabnya fath Al- Wahab: Tukar-menukar benda lain dengan cara
yang khusus (dibolehkan) (Zakariya, t.th:157); e) Menurut Sayyid Sabiq dalam Kitabnya
Fiqh Sunnah Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak
milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan (Sabiq, t.th:126); e) Ada
sebagian ulama memberikan pemaknaan tentang jual beli (bisnis), diantaranya; ulama
Hanafiyah “Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta (benda) berdasarkan cara khusus
(yang dibolehkan) syara’ yang disepakati”. Menurut Imam nawawi dalam al-majmu’
mengatakan “Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”. Menukar
barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik atas dasar
saling merelakan (Suhendi, 2007: 69-70).

Akad Jual Beli


Hukum kontrak dalam Islam disebut dengan “Akad” yang berasal dari bahasa Arab “al
aqd” yang berarti perikatan, perjanjian, kontrak atau permufakatan (al ittifaq) dan transaksi.
Tanpa bermaksud mengurangi makna dan unsur yang terkandung di dalamnya, pada artikel
ini digunakan istilah perjanjian yang berarti perjanjian (dalam lingkup jual beli). Menurut
Wahab al Zuhaili dan Ibnu Abidin, sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Manan (2006: 32)
beliau menggunakan istilah “kontrak” (akad) yang secara terminologi berarti pertalian antara
ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syari’ah (Allah dan Rasul-Nya) yang menimbulkan
akibat hukum pada objeknya.
Ijab dan qabul dimaksudkan untuk menunjukkan adanya keinginan dan kerelaan timbal
balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi kontrak. Oleh karena itu ijab dan qabul ini
menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing pihak yang melakukan kontrak.
Menurut Hasbi Ash Shiddiqie dalam bukunya Memahami Syari’at Islam, sebagaimana
dikutip oleh Abdul Manan, mengatakan bahwa suatu perjanjian harus memenuhi empat rukun
yang tidak boleh ditinggalkan yaitu sighat al ‘aqd, mahallul ‘aqd, al ‘aqidaian dan maudhu’ul
‘aqd (Manan; 2006: 39-42).

Hukum Transaksi Online Menurut Pandangan Islam


Berbicara tentang transaksi online, banyak sekali macam dan jenisnya. Namun
demikian secara garis besar bisa diartikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media
elektronik, bisa diketahui karakteristik bisnis online, yaitu :
1. Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
2. Adanya pertukaran barang, jasa atau informasi;
3. Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut.
Dari karakteristik yang disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan dalam proses jual
beli online dan offline yang membedakan adalah proses transaksinya (akad). Dalam islam
dituntut untuk lebih jelas dalam memberikan suatu landasan hukum, maka dari itu islam
melampirkan sebuah dasar hukum yang terlampir dalam al-Qur’an, Al-hadits, ataupun ijma.
Dalam Hadist Nabi SAW :
Artinya : “Usaha yang paling utama adalah hasil usaha seseorang dengan
tangannya sendiri dan hasil dari jual beli yang mabrur”. Berdasarkan Hadist tersebut jelas
bahwa usaha yang baik hasilnya adalah jual beli (berbisnis) karena dengan berbisnis manusia
dapat memenuhi kebutuhannya. Berbisnis yang dimaksud adalah berbisnis yang jujur.
Menurut pandangan ulama, Ahmad Zahro : Jual beli lewat online (internet) itu
diperbolehkan, dan sah, kecuali jika secara kasuistis terjadi penyimpangan, manipulasi,
penipuan, dan sejenisnya, maka secara kasuistis pula hukumnya diterapkan, yaitu haram.

Islam mengenal istilah muamalat yang berarti pertukaran barang, jasa atau sesuatu
yang memberikan manfaat dengan cara yang ditentukan. Muamalat meliputi jual beli, hutang
dagang, upah, serikat pekerja, usaha patungan dan lain-lain. Sedangkan secara etimologis
jual beli adalah proses pertukaran barang dengan barang. Ini termasuk pertukaran untuk
layanan atau menggunakan uang sebagai alat tukar. ( Monitorir, 2015 : 140 ) Ada beberapa
ayat dalam Al-Quran yang menjadi dasar hukum jual beli, yaitu: Al-Baqarah ayat 275 :
‫وا فَ َم ْن‬ ٰ ٰ ‫وا َواَ َح َّل‬
ِّۗ ‫ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬ ِّۗ ‫الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِمنَ ْالم‬
ۘ ‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ ٰب‬ َ
ۤ ٰ ٰ ٰ ‫فَ َواَ ْمر ٗ ُْٓه اِلَى‬ ِّۗ َ‫َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَهٗ َما َسل‬
‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ‫ّللاِ ِّۗ َو َم ْن عَا َد فَاُول ِىكَ اَصْ ٰحبُ الن‬
Artinya: "Orang yang memakan riba tidak dapat bangkit kecuali seperti orang yang
disujud oleh setan dengan sentuhannya. Itu karena mereka mengatakan, perdagangan itu
seperti riba; dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa
yang kemudian datang peringatan dari Tuhannya, kemudian dia berhenti, dia akan
mendapatkan apa yang telah berlalu, dan urusannya ada di tangan Allah; dan barangsiapa
kembali (ke sana)-- ini adalah penghuni api; mereka akan tinggal di dalamnya"

Pembahasan
Mekanisme Transaksi Online
Dalam mekanisme transaksi online dapat melalui beberapa tahapan yaitu:
Information sharing, merupakan proses paling awal dalam transaksi. Pada tahap ini, calon
pembeli biasanya melakukan browsing di internet untuk mendapatkan informasi tentang
produk tertentu dapat diperoleh langsung baik melalui website pedagang atau perusahaan
yang memproduksi barang tersebut. Terkait informasi, ada dua hal utama yang bisa dilakukan
users didunia maya. Selanjutnya ada Online orders, merupakan tahap pemesanan dari calon
pembeli yang tertarik dengan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan. Karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan perlu memiliki pusat data (corporate database)
yang menyediakan informasi yang memadai baik terkait dengan berbagai produk yang
ditawarkan, maupun tata cara pembeliannya. Selain itu ada Online transaction, yaitu suatu
proses perdagangan yang dilakukan secara online.
Untuk melakukan transaksi online, banyak cara yang dapat dilakukan. Misalnya
melalui media internet seseorang dapat melakukan transaksi online dengan cara chatting atau
video conference secara audio visual. Dan ada juga E-Payment, merupakan suatu sistem
pembayaran yang dilakukan secara elektronik. Biasanya agar dapat memberikan jasa
pembayaran secara online (online payment), lembaga keuangan sebagai perusahaan penerbit
(issuer), sebelumnya perlu menjalin kerjasama dengan perusahaan penyedia jaringan
(provider). E-payment dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya: Credit Card, E-
check, Digital Cash.
Perbedaan jual beli online dan jual beli tatap muka, adalah jual beli online lebih
praktis; dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan waktu yang sangat wajar. Barang
yang ditawarkan juga lengkap sesuai dengan kebutuhannya masing-masing tapi ini tidak bisa
ditawar karena gambar dan harga sudah ada di produk. Pada saat yang sama, jual beli tatap
muka juga dinilai lebih baik jika lebih mau melihat dan merasakan kualitas produk secara
langsung dan dapat melakukan sistem tawar menawar dengan penjual.
Hasil penelitian dari mahasiswa program studi ekonomi islam yang sebagai informan
bahwa sebagai mahasiswa ekonomi islam tentunya harus mengetahui bagaimana peraturan
perundang-undangan dalam jual beli online. 100% menyatakan paham hukum dan ketentuan
jual beli online menggunakan aplikasi apapun, termasuk aplikasi Shopee, karena jual beli
online sama dengan jual beli pada umumnya, yang membedakan hanya tempat transaksinya.

Akuntansi Syariah Pada Transaksi Online


Akuntansi Syari’ah Secara etimolog adalah, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris,
accounting, dalam bahasa Arabnya disebut “ Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba,
hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang,
memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan
seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu (Usamahrahman, 2014).
Akuntansi dikenal oleh masyarakat umum adalah pembukuan atau pencatatan transaksi
keuangan. Padahal Islam, mengenal akuntansi sudah ada sejak zaman dulu, jauh sebelum
pendahulu Barat menemukannya. Perintah untuk senantiasa melakukan pencatatan dan
penghitungan (proses akuntansi) dan pentingnya saksi (bukti transaksi) telah diperintahkan
Allah SWT untuk orang yang beriman dalam QS. Al-Baqarah: 282.
Sesuai dengan firman Allah SWT di atas, jelas bahwa setiap melakukan transaksi jual
beli maupun utang-piutang harus dilakukan pencatatan dengan cara yang benar dan jujur. Di
dalam transaksi jual beli online, prinsip kejujuran menjadi sangatlah rentan karena penjual
dan pembeli tidak bertemu secara langsung, melainkan melalui virtual online atau media
sosial. Ada beberapa hal yang membedakan transaksi jual beli secara online dan
konvensional, salah satunya adalah akad sebagai media utama dalam proses tersebut. Akad
merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Akad atau ijab qabul dilaksanakan dengan
ucapan lisan, tulisan atau isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau menulis.
Dalam Islam, proses akad ini bersifat fisik, karena benda harus dihadirkan saat proses
transaksi, atau tidak dihadirkan namun dengan ketentuan dinyatakan benda tersebut secara
konkret, baik diserahkan langsung atau diserahkan di waktu yang telah disepakati. Al-
aqidaian adalah para pihak yang melaksanakan isi perjanjian (jual beli) haruslah memenuhi
syarat seperti aqil baligh, berakal, sehat, dewasa/bukan mumayyid dan cakap hukum.
Sedangkan maudhu’ul ’aqd berarti yang menjadi tujuan dibuatnya perjanjian (jual beli) yakni
penjual menyerahkan barang atau jasa sedangkan pembeli menyerahkan sejumlah uang.
Dalam transaksi jual beli secara online, benda bersifat tidak nyata, hanya berupa gambar
dengan spesifikasi tertentu, penjual dan pembeli pun tidak bisa melakukan proses akad atau
ijab qabul secara langsung.
Berbagai praktik kecurangan pun banyak terjadi dalam transaksi jual beli online ini,
dimana pihak penjual dan pembeli tidak semuanya bersifat terbuka dan jujur. Banyak penjual
yang menipu pembeli dengan tidak mengirimkan barangnya, atau mengirim dengan
spesifikasi barang yang berbeda dengan tampilan pada etalase di toko online. Bukan hanya
penjual, pembeli pun seringkali melakukan kecurangan dengan memesan barang tetapi tidak
melakukan pembayaran. Dalam Islam, praktik jual beli online tersebut banyak mengundang
gharar, penipuan, atau ketidakpastian barang, selain itu jika ditinjau dari akuntansi syariah
yang mengacu pada surat Al-Baqarah ayat 282 mengenai kejujuran dalam proses pencatatan
atau jual beli, transaksi tersebut bisa dikatakan tidak sah.

Dasar Hukum
Dalam Islam kegiatan bermuamalah seperti jual beli telah diatur dalam Al-Quran dan
Hadist. Terdapat beberapa firman Allah SWT mengenai jual beli, yaitu:
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.”
(Q.S. Al-Baqarah: 198)
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (Al-Baqarah: 275)
Dalam ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT telah memperbolehkan segala bentuk
jual beli yang tidak melanggar aturan Islam, namun mengharamkan riba. Menurut Tarmizi
(2017), riba merupakan penyakit ekonomi masyarakat yang telah dikenal lama dalam
peradaban manusia. Beberapa pakar ekonomi memperkirakan bahwa riba telah ada sejak
manusia mengenal uang (emas dan perak).
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.”( Q.S. An-Nisa: 29)
Islam menganjurkan agar pemeluknya berusaha atau berniaga dengan cara yang halal dan
menghindari yang haram, sebagaimana jawaban Rasulullah SAW atas pertanyaan Rafi’ bin
Khudaij perihal usaha yang paling baik. “Usaha seseorang yang dihasilkan oleh tangannya
sendiri dan jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad dan Bazar dari Rafi’ bin Khudaij, Ra)
Landasan hukum dari praktik jual beli ini bukan hanya dari Al-Qur’an juga Hadist, para
ulama fikih terdahulu hingga saat ini telah sepakat bahwa hukum jual beli diperbolehkan,
selama di dalamnya tidak terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh syariat Islam juga telah
terpenuhi rukun dan syarat dari jual beli itu sendiri. Praktik jual beli yang dilakukan manusia
sejak masa Rasulullah SAW hingga saat ini, menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan
disyariatkannya jual beli.

Akad Salam
Salam menurut PSAK 103 merupakan akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Menurut Muhammad Syafi'i Antoni (2002: 108) Ba'i 'as-Salam berarti pembelian barang
yang dikirim di kemudian hari, sementara pembayaran dilakukan terlebih dahulu. Jadi,
salam adalah transaksi pengiriman barang yang dipesan ditangguhkan sedangkan
pembayaran dibayar secara tunai pada awal transaksi dengan adanya perjanjian tertentu.
Salam menurut DSN – MUI merupakan jual beli barang dengan cara pemesan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
Keyakinan telah terjadinya akad salam dalam transaksi e-commerce, sejumlah ulama
fikih yang terangkum pendapatnya dalam jumhur ulama menegaskan, bahwa suatu transaksi
yang akadnya menyerupai akad salam, yaitu apabila transaksi tersebut memenuhi rukun
salam seperti adanya pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih) atau disebut juga pihak-
pihak yang melakukan transaksi, modal atau uang (ra’sul maal as-salam), barang atau obyek
transaksi (muslam fih) dan ucapan ijab qabul (sighat). Pada akad salam, perlu ditegaskan
bentuk obyek transaksi yang dibenarkan adalah ketika obyek transaksi tersebut diketahui
dengan jelas, serta dapat diidentifikasi keberadaannya. Selain untuk menghindari ketidak
jelasan dalam bertransaksi, ketentuan ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan
akibat kurangnya pengetahuan tentang kualitas dan kuantitas berupa jenis, bentuk, warna
ataupun zat obyek transaksi yang dimaksud.
Karakteristik akad salam yang dijelaskan dalam PSAK Syariah bisa diterapkan dan
disesuaikan dengan transaksi jual beli online. Pada pencatatan transaksi dengan
menggunakan akad salam, baik untuk penjual maupun pembeli dapat mengaplikasikannya
dengan ketentuan yang ada dalam PSAK 103 yang akan memudahkan dalam pembuatan
pencatatan laporan keuangan dan pengambilan keputusan di kemudian hari.

PSAK 103 Akad Salam


PSAK Syariah 103 mengenai akad salam bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi salam. Akuntansi salam sudah umum
digunakan pada lembaga keuangan khususnya perbankan syariah yang memiliki produk
berkaitan dengan akad salam. Salah satu akad yang dapat diterapkan pada transaksi jual beli
online adalah akad salam dan PSAK 103 bisa menjadi pedoman yang dapat digunakan oleh
penjual maupun pembeli dalam melakukan pencatatan transaksi, pengakuan, pengukuran,
penyajian serta pengungkapan transaksinya.
` Akuntansi salam dalam PSAK 103 bisa saja diterapkan dalam transaksi dan perusahaan
jenis apapun, selama penjual maupun pembelinya mengetahui apa itu salam dan bagaimana
akuntansinya. Dalam PSAK 103 ada akuntansi untuk pembeli dan penjual, jadi jika akan
diterapkan untuk jenis transaksi lainnya maka harus sesuai dengan aturan yang ada pada
PSAK Syariah ini.

Kesimpulan
Di era sekarang ini, teknologi semakin modern dan menawarkan banyak kemudahan dan
cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Toko online merupakan salah satu fasilitas
yang ditawarkan oleh internet yang memudahkan tugas para penggunanya. Perkembangan
perdagangan online di Indonesia sangat pesat, yang menandakan bahwa era penggunaan
teknologi informasi sudah mulai terwujud.
Dalam mekanisme transaksi online dapat melalui beberapa tahapan yaitu: Information
sharing, merupakan proses paling awal dalam transaksi. Pada tahap ini, calon pembeli
biasanya melakukan browsing di internet untuk mendapatkan informasi tentang produk
tertentu dapat diperoleh langsung baik melalui website pedagang atau perusahaan yang
memproduksi barang tersebut. Selanjutnya ada Online orders, merupakan tahap pemesanan
dari calon pembeli yang tertarik dengan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan. Selain
itu ada Online transaction, yaitu suatu proses perdagangan yang dilakukan secara online.
Ada beberapa hal yang membedakan transaksi jual beli secara online dan konvensional,
salah satunya adalah akad sebagai media utama dalam proses tersebut. Akad merupakan
unsur penting dalam suatu bisnis baik secara online sekalipun, dalam transaksi online tersebut
menggunakan akad salam yang diatur dalam PSAK 103. Akad atau ijab qabul dilaksanakan
dengan ucapan lisan, tulisan atau isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau
menulis. Proses akad ini bersifat fisik, karena benda harus dihadirkan saat proses transaksi,
atau tidak dihadirkan namun dengan ketentuan dinyatakan benda tersebut secara konkret,
baik diserahkan langsung atau diserahkan di waktu yang telah disepakati. Al-aqidaian adalah
para pihak yang melaksanakan isi perjanjian (jual beli) haruslah memenuhi syarat seperti aqil
baligh, berakal, sehat, dewasa/bukan mumayyid dan cakap hukum. Sedangkan maudhu’ul
’aqd berarti yang menjadi tujuan dibuatnya perjanjian (jual beli) yakni penjual menyerahkan
barang atau jasa sedangkan pembeli menyerahkan sejumlah uang.

Saran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan, sebagai sumber
informasi juga sebagai sumbangan pemikiran dalam mengembangkan disiplin ilmu akuntansi
syariah dan peningkatan mekanisme transaksi online berdasarkan akuntansi syariah. Serta
perlunya mempertahankan konsistensi atas kepatuhan dalam memperlakukan akuntansi
terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Syariah
Indonesia yang berlaku.

Daftar Pustaka
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher).
Hutagalung, M. W., Aini, I., Damisah, A., & Harahap, N. D. (2022). Online Shop Transaction
Analysis View From Sharia Compliance (Case Study Of Faculty Students Economy And
Business Islam Iain Padangsidimpuan). Journal of Islamic Financial Technology, 1(1).
Napitupulu, R. M. (2015, Juli-Desember). PANDANGAN ISLAM TERHADAP JUAL
BELI ONLINE. Dosen Fakultas Eonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan, 1(2),
3.
Pekerti, R. D., & Herwiyanti, E. (2018). Transaksi Jual Beli Online dalam Perspektif Syariah
Madzhab Asy-Syafi’i. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi, 20(2).
Pekerti, R. D., Faridah, E., Hikmatyar, M., Rudiana, I. F., & Pekerti, R. D. (2021).
Implementasi Akad Istishna (PSAK Syariah 104) dalam Transaksi Jual Beli
Online. AKTSAR: Jurnal Akuntansi Syariah, 4(1), 19-30.
Safira, D., & Fatriansyah, A. I. (2020, Mei). BISNIS JUAL BELI ONLINE DALAM
PERSPEKTIF ISLAM. Jurnal Hasil Kajian dan Penelitian dalam bidang
Keislaman dan Pendidikan, 5, 60-62.
Virginia, W. A., & Amiruddin, A. (2020). Perspektif Pelaku Arisan Online Terhadap Konsep
Akuntansi Syariah. CESJ: Center Of Economic Students Journal, 3(3), 351-362.
Wahyuni, S. (2022). Analysis of Online Buying and Selling Transactions Through the
Shopee Application Based Islamic Economic Perspective. Point Of View Research
Management, 3(1), 42-54.

Anda mungkin juga menyukai