“Jika barang tersebut sampai lolos ke pasar dan konsumen, maka kerugian negara dapat
mencapai Rp44,6 miliar,” kata Max Franky kepada wartawan usai kegiatan ekspos
publik terkait Pencapaian Kinerja Pelabuhan Tahun 2021 dan Rencana Kerja Tahun
2022, di Museum Maritim Indonesia, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis.
Max Rori menyatakan, pelanggaran yang dilakukan eksportir ada beberapa jenis.
Penindakan terbanyak pada pelanggaran tersebut adalah produk besi dan baja yakni
sekitar 15 persen, kemudian mesin 13 persen, tekstil sekitar 11,4 persen, serta plastik
tujuh persen.
“Itu pelanggaran produk yang ditindak sepanjang 2021 oleh Bea Cukai Tanjung Priok,”
ungkapnya.
Max menjelaskan, selama tahun 2021, penerimaan ekonomi dari aktivitas ekspor-impor
mengalami perbaikan. Pengawasan terhadap barang pun ditingkatkan untuk
mempercepat pemulihan ekonomi nasional pascapandemi COVID-19.
Sementara itu, General Manager Pelindo Regional Dua Tanjung Priok, Silo Santoso,
mengatakan, pemulihan ekonomi nasional kini mulai terlihat dari aktivitas pelabuhan,
kapal meningkat sepanjang 2021, petikemas tercapai 6.750.302 TEUs dibandingkan
tahun 2020 yang tercatat 6.205.301 TEUs.
“Ada peningkatan 6,8 persen dari tahun 2020 untuk petikemas yang melalui Pelabuhan
Tanjung Priok. Cukup tinggi peningkatan di tahun 2021,” kata Silo.
Kargo non-petikemas juga mengalami peningkatan sebesar 11,47 persen, dari
19.655.385 ton pada tahun 2020 menjadi 21.908.999 ton pada 2021.
Hadir pada kesempatan public expose dan memberikan paparan kinerjanya, antara lain
Syahbandar Priok Andi Hartono, kepala OP Priok Capt. Wisnu Handoko, Kepala KKP
dr. Yudhi, Kapolres pelabuhan Tanjung Priok Putu Kholis, dan kepala karantina
pertanian Asrul. (***/ant)
Sumber: https://oceanweek.co.id/selama-2021-ada-979-eksportir-nakal-di-priok-disikat/
2. Kecurangan ekspor yang diduga bisa merugikan negara sebesar 26 triliun
Kementerian Perdagangan (Kemendag) buka suara perihal tudingan main curang
kegiatan ekspor saat pandemi virus corona atau Covid-19. Tak tanggung-tanggung
tudingan tersebut bahkan lebih banyak saat pandemi virus corona.
"Sekarang dalam masa pandemi baru 5 bulan saja Indonesia sudah menghadapi 16
kasus tuduhan yang terdiri dari 10 tuduhan antidumping, dan 6 tuduhan safeguard
dari negara mitra," kata Direktur Pengamanan Perdagangan Kemendag
Pradnyawati dalam konfrensi pers melalui video teleconference di Jakarta, Senin
(8/6/2020).
Biasanya kata dia, tuduhan seperti ini setiap tahunnya hanya ada 14 kasus, tapi di
saat pandemi tuduhan main curang kegiatan ekspor ini melonjak drastis.
Produk ekspor Indonesia yang dituduh main curang sangat bervariasi, mulai dari
mono sodium glutamat, baja, alumunium, kayu, benang tekstil, bahan kimia, matras
kasur hingga produk otomotif.
Di waktu yang sama Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag
Srie Agustina, mengatakan negara-negara yang menuding Indonesia main curang
adalah Amerika Serikat (AS), India, Ukraina, Vietnam, Turki, Uni Eropa (UE),
Filipina, Australia, dan Mesir.
Srie pun menilai tuduhan ini wajar karena situasi saat ini sangat tidak kondusif
akibat wabah virus corona yang melanda dunia, sehingga persaingan antar negara
untuk melakukan ekspor semakin sengit.
Srie pun menambahkan angka tersebut lumayan besar di saat negara membutuhkan
banyak uang untuk bisa memulihkan ekonomi akibat terjang virus corona.
Sumber: https://www.suara.com/bisnis/2020/06/08/141717/indonesia-bisa-
kehilangan-rp-26-triliun-dari-tudingan-kecurangan-ekspor
ekspor CPO dari Pusat Logistik Berikat Industri Besar di Sumatra yang ditaksir
merugikan negara mencapai sekitar Rp2 triliun sepanjang 2019 hingga 2021.
Bola panas problem minyak goreng terus dikawal oleh redaksi Bisnisindonesia.id.
Selain
itu, sejumlah isu turut menjadi sorotan mulai dari dominasi investor asing dalam proyek-
proyek konstruksi di Indonesia hingga jalan terjal penambahan kapasitas bandwith
melalui investasi satelit LEO.
Milenial kerap kali disebut-sebut sebagai sasaran besar pangsa pasar perumahan.
Namun,
belakangan bukan hanya milenial, Gen Z pun mulai dibidik oleh developer residensial.
Milenial atau sering dikategorikan sebagai Gen Y adalah mereka yang lahir pada
rentang
waktu 1981 hingga 1996. Jadi, usianya saat ini kira-kira 26 tahun hingga 41 tahun.
Sementara itu, yang dikategorikan sebagai Gen Z adalah mereka yang lahir mulai 1997
hingga 2012 atau saat ini berusia 10 tahun hingga 25 tahun. Tentu saja dalam hal ini Gen
Z yang mulai dibidik oleh kalangan developer perumahan adalah mereka yang berusia
minimal 20 tahun atau kelahiran 2002.
Pemerintah, lanjutnya, harus hadir agar Gen Z mendapat fasilitas terbaik tidak hanya bagi
pekerjaannya, tetapi juga rumah tinggal yang merupakan kebutuhan dasar mereka.
Salah satu langkah konkret itu dengan mewujudkan impian milenial memiliki hunian
yang berkonsep transit oriented development (TOD).
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220404/12/1518642/top-5-news
bisnisindonesiaid-kecurangan-ekspor-cpo-hingga-banjir-kontraktor-asing