Anda di halaman 1dari 4

Dampak COVID-19 terhadap Perdagangan

Internasional di Indonesia
6 Juli 2021 15:31

Pandemi virus Corona ini adalah virus baru yang ditemukan pada tahun 2019 di Tiongkok yang
dapat menular dari satu manusia ke manusia lainnya. Bahkan tidak hanya menularkan ke satu
manusia saja, tetapi bisa menular bisa lebih dari ratusan hingga jutaan manusia guys.

Virus ini merupakan penyakit saluran pernafasan yang penyakit tersebut diberi nama Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Bulan maret tahun 2020 ialah bulan pertama kali Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) ditemukan di Indonesia. Nah banyak negara-negara di dunia yang
telah memberlakukan social/physical distancing (pembatasan sosial/ fisik) loh.

Bahkan ada sebagian negara yang sampai memberlakukan lockdown (karantina wilayah)
diberbagai daerah termasuk di Indonesia juga sudah memberlakukan keduanya, tapi penyebaran
virus corona ini masih belum hilang sampai saat ini. Hal ini memberikan dampak buruk pada
kehidupan masyarakat, salah satunya pada tatanan perekonomian dunia dan Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri karna adanya wabah ini keadaan ekonomi Indonesia saat ini tidak stabil.
Sektor perekonomiannya pun lemah dikarenakan adanya pembatasan sosial berskala besar pada
masa pandemi COVID-19 berlangsung. Banyak aktivitas dikerjakan dirumah masing-masing
(Work From Home), dengan menggunakan teknologi yang sudah di sediakan.

Bertujuan untuk mengurangi risiko penularan covid-19. Akhirnya masyarakat Indonesia pun
mulai membatasi aktivitas diluar rumahnya, dan lebih mengutamakan aktivitas dari dalam
rumah. Kegiatan pembatasan tersebut dapat memicu perekonomian Indonesia mengalami
penurunan loh teman-teman.

Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Ekspor dan Impor 2020, Nilai ekspor Indonesia
Agustus 2020 mencapai US$13,07 miliar atau menurun 4,62 persen dibanding ekspor Juli 2020.
Penurunannya pun cukup banyak ya.

Sementara dibanding Agustus 2019 menurun 8,36 persen. Ekspor nonmigas Agustus 2020
mencapai US$12,46 miliar, turun 4,35 persen dibanding Juli 2020. Sementara jika dibanding
ekspor nonmigas Agustus 2019, turun 7,16 persen.

Untuk nilai impor Indonesia Agustus 2020 mencapai US$10,74 miliar atau naik 2,65 persen
dibandingkan Juli 2020, namun dibandingkan Agustus 2019 turun 24,19 persen. Impor nonmigas
Agustus 2020 mencapai US$9,79 miliar atau naik 3,01 persen dibandingkan Juli 2020, namun
dibandingkan Agustus 2019 turun 21,91 persen.
Impor migas Agustus 2020 senilai US$0,95 miliar atau turun 0,88 persen dibandingkan Juli
2020. Demikian pula jika dibandingkan Agustus 2019 turun 41,75 persen.

Sedangkan dari data Badan Pusat Statistik terkait perekonomian ekspor impor di Indonesia tahun
2021, Nilai ekspor Indonesia April 2021 mencapai US$18,48 miliar atau naik tipis 0,69 persen
dibanding ekspor Maret 2021. Dibanding April 2020 nilai ekspor naik cukup signifikan sebesar
51,94 persen. Ekspor nonmigas April 2021 mencapai US$17,52 miliar, naik 0,44 persen
dibanding Maret 2021.

Dibanding ekspor nonmigas April 2020, naik 51,08 persen. Dan Nilai impor Indonesia April
2021 mencapai US$16,29 miliar, turun 2,98 persen dibandingkan Maret 2021 atau naik 29,93
persen dibandingkan April 2020.Impor migas April 2021 senilai US$2,03 miliar, turun 11,22
persen dibandingkan Maret 2021 atau naik 136,86 persen dibandingkan April 2020.
Impor nonmigas April 2021 senilai US$14,26 miliar, turun 1,69 persen dibandingkan Maret
2021 atau naik 22,10 persen dibandingkan April 2020. Jadi perekonomian Ekspor dan Impor di
Indonesia pada tahun ini mengalami peningkatan pada sektor Ekspor dan mengalami penurunan
pada sektor Impor loh teman-teman.

Pandemi COVID-19 ini pun membuat perekonomian ekspor dan impor di Indonesia jadi
melambat yaa teman-teman, dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami kesulitan
buat penambahan kasnya, dan banyak juga loh perusahaan yang akhirnya memutuskan untuk
membatasi produksinya ya karena kurangnya permintaan barang dari para konsumen.

Bahkan ada beberapa perusahaan yang akhirnya memilih buat tutup pabriknya dan juga mem
PHK para karyawannya tanpa memberikan pesangon. Kejadian ini pun membuat pengangguran
di Indonesia jadi meningkat guys. Karena Pandemi COVID-19 ini bukan hanya terjadi di
Indonesia aja, tapi hampir di seluruh negara juga sama, sama sama mengalami krisis dibidang
perekonomian.

Untuk pembatasan tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, tetapi di luar negeri juga menerapkan
hal yang sama. Sehingga perusahaan kesulitan mendapatkan bahan baku. Karna bahan baku
langka, jadi harga bahan baku meningkat. Lalu perusahaan lebih milih untuk mengurangi
produksinya, dan tidak hanya produksi aja yang dikurangi tetapi juga mengurangi sumber daya
dan pengurangan karyawannya

Link: https://kumparan.com/ivan-cahya-pamungkas/dampak-covid-19-terhadap-perdagangan
internasional-di-indonesia-1w4amVHCdl2
Nama : Sayed Chairul Raziq
NPM : 2004020032
Mata Kuliah : Bisnis International
Dosen Pengampu : Denny Firmansyah S.E., M.S.M

Solusi Terhadap Dampak COVID-19 terhadap Perdagangan Internasional di Indonesia

Dinamika perekonomian global yang disebabkan perang dagang Amerika Serika (AS)-
China, serta meningkatnya suku bunga negara – negara maju menyebabkan proyeksi
pertumbuhan ekonomi turun, yang kemudian menurunkan permintaan agregrat dan harga-harga
global.

Lembaga internasional World Bank, International Monetary Fund (IMF),


dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pun telah menurunkan
proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019. World Bank menurunkan proyeksi dari 3%
menjadi 2,9%, sementara IMF menurunkan dari 3,7% menjadi 3,5%, dan OECD menurunkan
dari 3,6% menjadi 3,3%.

Meskipun pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan melambat, peningkatan


pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan berlanjut pada 2019. Hal ini
menandakan bahwa ekonomi Indonesia cukup resilient terhadap gejolak ekonomi dunia yang
melambat, di sisi lain, peningkatan kualitas perekonomian Indonesia tercermin dari tingkat
inflasi yang stabil dan menurunnya tingkat kemiskinan, ketimpangan, serta tingkat pengangguran
dari tahun ke tahun.

Meskipun demikian, dari perspektif sektor eksternal, Indonesia sebenarnya menghadapi


peningkatan resiko. Neraca Pembayaran Indonesia sepanjang tahun 2018 defisit sebesar minus
7,13 Miliar USD setelah 2 tahun sebelumnya mengalami surplus. Penyebab utamanya yaitu
komponen barang pada transaksi berjalan yang turun lebih dari 18 Miliar US dari tahun
sebelumnya.

Selain itu, dari sisi neraca perdagangan, defisit sebesar USD minus 1,16 miliar pada
bulan Januari 2019 dipicu oleh defisit neraca migas dan neraca non-migas. Migas mengalami
defisit sebesar USD minus 0,45 miliar dan non-migas mengalami defisit sebesar USD minus
0,70 miliar.

Untuk memitigasi masalah tersebut, pemerintah telah memberlakukan beberapa


kebijakan untuk dapat memberikan stimulus pada aktivitas ekspor. Beberapa kebijakan jangka
pendek yang telah diterapkan adalah perbaikan iklim usaha melalui pelayanan perizinan
terintegrasi Online Single Submission (OSS), fasilitas insentif perpajakan, dan pengembangan
vokasi.
Selain itu, kebijakan peningkatan ekspor dalam jangka pendek dilakukan melalui 3 (tiga)
hal yaitu:

1. Pemilihan Komoditas Ekspor Unggulan


Menentukan sektor/komoditas unggulan yang berorientasi eskpor
a. Sektor Prioritas IR 4.0:
 Industri Makanan dan Minuman
 Tekstil dan Produk Tekstil
 Elektronika
 Otomotif
 Kimia.
b. Sektor non-IR 4.0:
 Industri Perikanan
 Permesinan Umum
 lainnya(Produk Kayu, Karet, Furniture).

2. Mengurangi Biaya dan Simplifikasi Prosedural Ekspor


Simplifikasi prosedural untuk menekan biaya dan waktu dilakukan dengan cara:
a. Mengurangi Komoditi yang Wajib Laporan Surveyor(LS)
b. Mengurangi Lartas Eksporlainnya (ET, TPP, SPE)
c. Memfasilitasi penerbitan Certificate of Origin/SKA(tidak perlu legalisasi
Kementerian Luar Negeri
d. Efisiensi logistik(sistem DO online, relaksasi prosedur ekspor otomotif, dan
otomotif center)
 
3. Diplomasi ekonomi dan peningkatan akses pasar
a. Diplomasi pengenaan TarifPreferensi Free Trade Area (FTA)
b. Penyelesaian sengketa dagang
c. peningkatan akses pasar ekspor(non-tradisional market)
d. Penguatan Market Intelegence di luar negeri
 
Selanjutnya untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah akan fokus
mengembangkan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM). Membangun infrastruktur
hampir selalu lebih lama dari membangun industri bisa dalam kurun waktu 4-7 tahun. Namun,
sekalinya dibangun  bisa digunakan 40-50 tahun. Maka, membangun infrastruktur dapat
membangun kegiatan yang lain

Anda mungkin juga menyukai