Anda di halaman 1dari 14

KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN

Disusun Oleh:

NAMA : NAILIS SA’ADAH


NPM : 1020183005
KELAS : 3A S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJAR 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup 2 proses : pernafasan luar
(eksterna) yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara
keseluruhan serta pernafasan dalam (interna), yaitu penggunaan oksigen dan
pembentukan karbondioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh
dengan media cair sekitarnya. Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru-
paru) dan sebuah pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi terdiri dari dinding dada, otot-
otot pernafasan, pusat pernafasan diotak yang mengendalikan otot pernafasan.

B. Fungsi Paru
Pada keadaan istirahat, frekuensi pernafasan manusia normal berkisar antara 12 – 15
kali permenit. Satu kali pernafasan , 500 ml udara, atau 6 – 8 L udara per menit
dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas yang
terdapat dalam alveoli, dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di kapiler paru,
sedangkan karbondioksida masuk ke dalam alveoli, melalui proses difusi sederhana.
Dengan cara ini, 250 mL oksigen per m,enit masuk ke dalam tubuh dan 200 mL
karbondioksida akan dikeluarkan.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegawatdaruratan pasien dengan gangguan system pernafasan?
2. Bagaimana pengertian kegawatdaruratan system pernafasan?

D. Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana kegawatdaruratan pasien dengan system pernafasan
2. Dapat mengetahui bagaimana kegawatdaruratan system pernafasan
BAB II
LANDASAN TEORI

Berikut organ-organ yang masuk dalam sistem pernapasan antara lain: 

 Hidung dan Mulut


 Sinus
 Tenggorokan
 Laring
 Trakea atau batang tenggorokan
 Diafragma
 Paru-paru
 Bronkus
 Alveolus
 Kapiler

Proses pernapasan

1. Saat kita menarik napas, udara akan masuk melalui mulut dan hidung. Bersumber
dari Live Science, udara yang masuk ke dalam sinus kemudian diatur suhu dan
kelembabannya. 
2. Dari sinus, udara akan masuk ke trakea kemudian ke bronkus. Bronkus berbentuk
seperti pipa yang mengarah ke paru-paru. 
3. Bronkus dilapisi dengan silia yang membawa mukus. Mukus adalah cairan lendir
yang berfungsi menangkap debu dan beragam zat lainnya yang masuk ke dalam paru-
paru. 
4. Zat-zat asing tersebut dikeluarkan saat kita bersin atau batuk. 
5. Batang bronkus yang ada di paru-paru terpecah menjadi beberapa cabang. Tiap
cabang terhubung dengan gelembung-gelembung udara atau alveolus. 
6. Di dalam alveolus ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pembuluh
kapiler yang ada di alveolus secara teratur menyalurkan darah. 
7. Darah tersebut membawa oksigen dari paru-paru dan melepaskan karbon dioksida di
paru-paru. Darah yang mengandung oksigen kemudian di distribusi ke seluruh tubuh. 
8. Diafragma berfungsi sebagai sekat antara paru-paru dan rongga perut. Organ ini juga
berfungsi untuk mengatur pernapasan pada manusia. 
9. Saat kita menarik napas, diafragma akan mengencang dan turun. Gerakan ini
membuat paru-paru memiliki ruang yang cukup untuk menampung udara. 
10. Saat menghembuskan napas, diafragma akan bergerak ke atas dan menekan paru-
paru. Gerakan ini membuat udara ari paru-paru keluar keluar. 
BAB III
POKOK BAHASAN

1.1 Pengertian kegawatdaruratan system pernafasan

Pengertian Kegawatdaruratan Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah


suatu keadaan yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan
segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan
atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas
(Maryunani A, 2016:28).

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem biologis yang terdiri


dari organ dan struktur-struktur lain yang digunakan untuk pertukaran
gas pada hewan dan tumbuhan. Anatomi dan fisiologi makhluk hidup yang
mewujudkan pertukaran gas ini sangat bervariasi, bergantung pada ukuran tubuhnya,
lingkungan tempat hidupnya, dan riwayat evolusinya. Pada hewan darat, pernapasan
berlangsung pada paru-paru.[1] Pertukaran gas di paru-paru terjadi pada jutaan
kantung udara kecil. Pada mamalia dan reptil, kantung udara ini
disebut alveolus (bentuk jamak: alveoli), tetapi pada burung dinamakan atria.
Kantung udara mikroskopis tersebut sangat kaya akan suplai darah, sehingga udara
di dalamnya pun terhubung dengan darah.[2] Kantung udara ini berhubungan dengan
lingkungan luar melalui sistem saluran udara berupa tabung berongga. Saluran yang
terbesar adalah trakea, yang bercabang di tengah dada menjadi dua bronkus utama.
Bronkus memasuki paru-paru, tempat mereka bercabang menjadi bronkus sekunder
dan tersier yang rongganya semakin sempit, lalu bercabang menjadi banyak tabung
yang lebih kecil, yang dinamakan bronkiolus. Pada burung, bronkiolus disebut
parabronki. Pada bronkiolus atau parabronki inilah umumnya terdapat alveoli pada
mamalia dan atria pada burung. Udara harus dipompa dari lingkungan luar menuju
ke dalam alveoli atau atria melalui proses bernapas yang melibatkan otot-otot
pernapasan.

A. Patofisiologi.
Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan merangsang sel B
untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan dalam system pertahanan
tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig. E).Pada penderita alergi sangat mudah
memprouksi Ig. E. dan selai beredar didalam daerah juga akan menempel pada
permukaan basofil dan mastosit.Mastosit ini amat penting dalam peranannya dalam
reaksi alergi terutama terhadap jaringan saluan nafas, saluran cerna dan kulit.
Bila suatu saat penderita berhubungan dengan allergen lagi, maka allergen
akan berikatan dengan Ig.E yang menempel pada mastosit, dan selanjutnya sel ini
mengeluarkan sat kimia yang di sebut mediator ke jaringan sekitarnya. Mediator yang
dilepas di sekitar rongga hidung akan menyebabkan bersin – bersin dan pilek.
Sedangkan mediator yang dilepas pada saluran nafas akan menyebabkan saluran
nafas mnengkerut, produksi lendir meningkat, selaput lendir saluran nafas
membengkak dan sel – sel peradangan berkumpul di sekitar saluran nafas. Komponen
– komponen itu menyebabkan penyimpitan saluran nafas.

C. Etiologi.
Dua tipe dasar imunologik dan non imunologik .Asma alergik ( disebut
ekstrinsik ) terjadi pada saat kanak – kanak terjadi karena kontak dengan elergan
dengan penderita yang sensitive.

Asma non imunologik atau non alergik ( di sebut instrinsik ), biasanya terjadi
pada usia diatas 35 tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang
pada bronchial.

Asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau bacterial
atau oleh allergen. Pada saat lain serangan dicetuskan olehfactor yang berbeda atau
juga dapat di cetuskan oleh perubahan suhu dan kelembaban, uap yang mengiritasi,
asap, bau – bauan yang kuat, latihan fisik dan stress emosional.

D. Pemeriksaan penunjang.
Test fungsi paru ( Spirometer ) Foto
thorax
Pemeriksaan darah (DL, BGA) Test
kulit

Test Provokasi bronkhial

E. Manifestasi klinik
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad
hiperaktifitas bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala asma antara lain :

a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop b. Batuk


produktif, sering pada malam hari c. Sesak nafas
d. Dada seperti tertekan atau terikat

e. Pernafasan cuping hidung

F. Terapi
1. Oksigen 4 – 6 liter / menit
2. Agonis B2 ( salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatin 10 mg ) intalasi
nebulasi dan pemberiannya dapa diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis
B2 dapat secara subcutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbulatin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5 % dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5 – 6 mg / kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada respon segera atau
pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

G. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Pengkajian
a. Keluhan :
 Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus
 Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang
 Batuk dengan sekret lengket
 Berkeringat dingin
 Terdengar suara mengi / wheezing keras
 Terjadi berulang, setiap ada pencetus
 Sering ada faktor genetik/familier

b. Airway
- Inspeksi jalan nafas : sumbatan lendir, lidah, benda asing
- Auskultasi : suara sumbatan jalan nafas, whesing, mengi.
c. Breathing

- Saat serangan anak tampak gelisah, sesak nafas tak ada perubahan dg
merubah posisi
- Respirasi rate sedikit meningkat dengan ekspirasi diperpanjang

d. Cirkulasi
- Kadang disertai sianosis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian (sesaka nafas
akibat serangan ashma)

"Pulmonary embolism (PE) biasanya secara klinis sulit ditemukan. Pasien dengan
emboli paru biasanya dyspnea dan nyeri dada.
Tanda dan Gejala

Tanda umum adalah:


a. dyspnoea – tiba-tiba dan ada pada 90% kasus b. nyeri
dada pleuritik
c. haemoptisis
d. pingsan
e. tachikardia > 100/menit
f. tachipnoe > 20/menit
g. demam

Tanda Klinis (Skor)


Gejala DVT dengan tanda bengkak pada kaki dan nyeri pada perabaan vena (3)
Denyut jantung > 100 per menit (1,5)
Bedrest > 3 hari atau pembedahan dalam 4 minggu yang lalu (1,5)
Sebelumya menderita DVT atau PE (1,5)
Haemoptisis (1,0)
PE ditemukan pada pemeriksaan poto thorak dan EKG (3,0)

Skor Total Test Kemungkinan


<2>6,0 Tinggi

Tanda Ancaman Kehidupan

Gejala PE:
a. dyspnea berat
b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. ada bukti gagal jantung kanan
e. hypotensi
f. shock

Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.

Airway
a. kaji dan pertahankan jalan napas
b. lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d. pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika tidak
dapat mempertahankan jalan napas
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask
ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2 e. Kaji
jumlah pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan g.
Dengarkan adanya bunyi pleura
h. Lakukan pemeriksaan foto thorak – mungkin normal, tapi lihat untuk
mendapatkan:
a. Bukti adanya wedge shaped shadow (infarct)
b. Atelektaksis linier
c. Effuse pleura
d. Hemidiaphragm meningkat
e. Jika tanda klinis menunjukan adanya PE, lakukan ventilation perfusionscan (VQ)
atau CT Pulmonary Angiogram (CTPA) sesuai kebijakan setempat
Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop b. Kaji
peningkatan JVP
c. Catat tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
a. Sinus tachikardi
b. Adanya S1 Q3 T3
c. right bundle branch block (RBBB)
d. right axis deviation (RAD)
e. P pulmonale
e. Lakukan IV akses
f. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
g. Jika ada kemungkina PE berikan heparin
h. Jika pasien mengalami thrombolisis, alteplase direkomendasikan sebagai obat pilihan.
Berikan 50 mg IV dengan bolus. Jika pasien tidak berespon terhadap trombolisis, segera
dirujuk ke speialis untuk dilakukan thromboembolectomy.
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.

Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan PE
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT

Faktor Resiko terjadinya PE


a. DVT ada pada 50% pasien
b. Pembedahan sebelumnya
c. Trauma sebelumnya
d. Imobilisasi untuk berbagai alas an
e. Keganasan
f. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
g. Pasien mendapatkan terapi hormone
h. Kehamilan lam
BAB IV
PENUTUP

Sistem pernapasan mammalia khususnya manusia terdiri dari bagian saluran udara dan
bagian pernapasan. 

Bagian saluran udara terdiri dari :


Hidung (nasus)
Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi menghirup udara
pernafasan, menyaring udara,menghangatkan udara pernafasan, juga berperan dalam
resonansi suara.

Tekak (pharynx)
Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga daerah 

 Daerah hidung (naso-pharynx) Merupakan bagian pertama pharynx kebawah,


dilanjutkan dengan bagian oral organ ini yaitu oro-pharynx.
 Daerah mulut (oro-pharynx)
 Daerah jakun (laryngeo-pharynx)

Jakun (larynx)
Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan hialain dan elastis, jaringan
ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah kelumen oleh tunica mucosa. Tunica mucosa itu
memiliki kelenjar lendir.

Tenggorok (trachea)
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi dinding tenggorok dapat
dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia.

Cabang tenggorok (bronkhus)


Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut bronkhus. Tiap bronkhus
bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap cabang bronkhus ini membentuk banyak
ranting.

 Ranting tenggorok (bronkhiolus)


Tunica mucosa pada bagian ini memiliki epitel kubus yang tak bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi keping tulang rawan. Lapisan ini mengandung
mesothelium sebagai penerusan selaput dalam pleura. Bagian pernapasan merupakan tempat
terjadinya pengambilan O2 oleh darah dan pelepasan CO2 oleh darah. Bagian pernapasan
terdiri dari :

 Bronkhioli respiratori
 Kantung alveolus/ dukti alveoli
 Alveolus

Organ pernafasan utama adalah paru-paru (pulmo).


Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang kiri-kanan, terdiri dari
lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari jaringan ikat terbagi-bagi atas banyak
lobulli. Masing-masing lobulus dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di dalamnya bronkhiolus
bercabang-cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan berakhir pada bronkhiolus
pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula pembuluh darah, pembuluh limfa, urat saraf, dan
jaringan ikat. Pada banyak tempat sepanjang cabang dan ranting bronkhus terdapat nodus
limfa menempel pada dinding.

Mekanisme pernafasan
Pada awalnya kita menghirup udara melalui rongga hidung yang kemudian melewati tekak
dan pangkal tenggorok kemudian terus ke tenggorokan. Dalam rongga dada, tenggorok
bercabang dua yaitu tenggorok kanan dan kiri yang masing-masing cabang memasuki paru-
paru kanan dan paru-paru kiri.

Kelainan Pada sistem pernafasan


1. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan

 Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis disebabkan oleh
bronkus yang dikelilingi lendir cairan peradangan sedangkan asma adalah
penyempitan saluran pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan
mengalami kontraksi yang mengganggu jalan napas.
 Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
 Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
 Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang mempersempit
jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka menggunakan mulut untuk bernapas.
 Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut
pleura.
 Bronkitis, adalah radang pada bronkus.

2. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus

 Pneumonia / Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri diplococcus pneumonia yang


menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.
 Tuberkolosis / TBC, merupakan penyakit yang disebabkan oleh baksil
yangmengakibatkan bintil-bintil pada dinding alveolus.
 Masuknya air ke alveolus.
 3. Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Transportasi Udara
 Kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida.
 Kadar haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah sehingga menyebabkan
tubuh kekurangan oksigen atau kurang darah alias anemia.

6. Gangguan sistem pernafasan :

 Asfiksi : ganguan dalam penangkutan O2 ke jaringan atau gangguanpenggunaan O2


oleh jaringan
 Difteri : penyakit daluran pernafasan bagian atas karena infeksi bacteri
Corynebacterium diphtheriae
 Pneumoniae : radang dinding aleolus yang disebabkan oleh infeksi bacteri
Diplococcus pneumonia
 Tonsilitis : radang pada faring yang di sebabkan oleh bacteri pada tonsil.
 Faringitis : radang pada faring yang disebabkan oleh bacteri atau viris tertentu.
 Asma : gangguan pernafasan dengan gejala sukar bernafas, bunyi mendesak dan batuk
yang disebabkan alergi, psikis ataun karena penyakit menurun.
 Kanker paru-paru : akibat sering merokok
 Emfisema : gangguan pernafasan karena alveoli menjadi luas secara berlebihan,
akibat terjadi penggembungan paru-paru secara berlebihan.

Polip pada hidung dan amandel membesar pada tekak sehingga pemasukan udara terganggu,
sehingga penderita sering membiarkan mulutnya terbuka.
DAFTAR PUSTAKA;

Tenzer, Amy. 2013. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri Malang

Junqueira, C Louise; Carneiro, Jose; diterjemahkan oleh Dearma, Adji. 2012.


Histologi Dasar. Jakarta Utara: EGC Kelapa Muda

Yatim, Wildan Dr. 2015. Biologi Modern Histologi. Bandung: PT Tarsito

Priadi, Arif. 2009. Biology Senior High School Year XI. : Yudhistira
Websites :

www.google.com Kategori : Sistem Pernapasan

www.google.com Kategori : Pengertian Sistem Pernapasan

www.wiki.org.co.id Kategori : Sistem Pernapasan Pada manusia

http://izzativegan.wordpress.com/sistem-respirasi/

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/13/sistem-respirasi-manusia/

http://wandylee.wordpress.com/2012/03/20/sistem-pernapasan-pada-manusia/

Anda mungkin juga menyukai