Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

"Kegawatan Sistem Saraf"

Disusun Oleh :

Nama : Eryna Asrofatunnisak

NIM : 1020183093

Kelas : 3B - S1 Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah keotak. Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi
sarafserebral yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf
tersebut menimbulkan gejala antara lainkelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak
lancar, bicara tidak jelas, bisa menimbulkan perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan
lain-lain.(Sylvia, 2012).

Stroke merupakan masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan dunia, meskipun upaya
pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir.
Stroke merupakan peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai
37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya. Dua juta orang bertahan
hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan(Arif, 2014).

Stroke merupakan salah satu masalah gangguan neurologi yang ditemukan pada data
Riskesda Kemenkes RI tahun 2018 menunjukan propinsi Nusa Tenggara Timur berada pada
posisi ke 12 dengan angka 12,1% per 1000 penduduk (Kemenkes,2018).

Keadaan pasien dengan Stroke hemoragik yang berada dalam kondisi gawat darurat, peran
perawat sangatlah penting. Perawat Intalasi Gawat Darurat dituntut untuk selalu menjalankan
perannya diberbagai situasi dan kondisi yang meliputi tindakan penyelamatan pasien secara
professional khususnya penanganan pada pasien dengan gawat darurat. sebagai pelaku atau
pemberi asuhan keperawatan perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan pada pasien
stroke hemoragik secaralangsung atau tidak langsung kepada pasien dengan mengunakan
pendekatan proses keperawatan. Penanganan di Instalasi Gawat Darurat mengunakan suatu
ketrampilan yang disebut triase yang merupakan salah satu ketrampilan perawat yang harus
dimiliki oleh perawat unit gawat darurat.(Elisabeth, 2011). Sistem triase ini berdasarkan level
kegawatan berfungsi lebih dari sekedar alat untuk mengukur level kegawatan pasien akan
tetapi sistem ini berfungsi sebagai bahasa, standar komunikasi untuk menginformasikan level
kegawatan pasien di Instalasi Gawat Darurat. Pada stroke hemoragik triase dikategorikan
pasien yang prioritas ditangani. (Sylvia, 2012) dan (Elisabeh,2011).

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Kegawatdaruratan
1. Definisi kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan


penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi,
gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan
segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).

Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang sangat padat
saja, tapi juga dalam lingkup keluarga dan perumahan pun sering terjadi. Misalnya, seorang
yang habis melakukan olahraga tiba-tiba terserang penyakit jantung, seorang yang makan
tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit
ular berbisa, dan sebagainya. Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan
menit bahkan detik, sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat tentang
pertolongan pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada gawat darurat
adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat
dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian (Sutawijaya, 2009).

2. Tujuan pelayanan gawatdarurat

Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun in hospital
ataupun post hospital, oleh karena itu tujuan dari pertolongan gawat darurat ada tiga
yaitu:

1. PreHospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang awam khusus
ataupun petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan tindakan penangananberupa:

a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang berisiko menyebabkan


jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang masih menggantung danlain-lain.
b. Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat serta
memberikan pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli datang
untukmembantu
c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara
d. Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih aman atau dikirim
ke pelayanan kesehatan yang sesuai kondisikorban
e. Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan melalui pelatihan
siaga terhadap bencana

2. InHospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban oleh petugas
kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah:

a. Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan


kondisinya.
b. Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL)
c. Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yangakurat

d. Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke masyarakat


setidaknya setara bila dibanding bencanamenimpanya
e. Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali
kondisinya dengan segala kelebihan yangdimiliki

3. Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan sudah tidak ada lagi
kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat ada yang terjadi setelah diberikan
pelayanan di rumah sakit, contohnya korban perkosa. Korban perkosa mengalami
gangguan trauma psikis yang mendalam seperti, merasa tidak berharga, harga diri rendah,
sehingga mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tujuan diberikan
pelayanan dalam rentang post hospitaladalah:

a. Mengembalikan rasa percaya diri pada korban


b. Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan berkembang
c. Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat dan masyarakat
yang lebihluas
d. Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan nyata korban
e. Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang akan datang
(Hutabarat & Putra,2016).

3. Tujuan penanggulangan gawatdarurat

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah:

a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalammasyarakat.
b. Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan
yang lebihmemadai.
c. Penanggulangan korban bencana
Penolong harus mengetahui penyebab kematian agar dapat mencegah kematian.
Berikut ini penyebab kematian, antara lain:
a. Mati dalam waktu singkat (4-6menit)
b. Kegagalan sistemotak
c. Kegagalan sistem pernapasan
d. Kegagalan sistemkardiovaskuler
e. Mati dalam waktu lebih lama(perlahan-perlahan)
f. Kegagalan sistem hati
g. Kegagalan sistem ginjal(perkemihan)
h. Kegagalan sistem pankreas (Krisanty et al.,2016)
BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar Penyakit stroke

1. Pengertian

Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak.(Andra W & Yessie P, 2013).

Stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologik
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi saraf otak.(Arif, 2014).

Stroke adalah suatu kegawatdaruratan medik. Stroke terjadi saat aliran darah menurun
atau bahkan terhenti sehingga jaringan otak mengalami kekurangan darah serta oksigen.
Secara global, berdasarkan data yang di dapat di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat dan Inggris, terdapat sekitar 795 ribu kejadian stroke per tahun. Setiap 40 detik
diperkirakan satu orang mengalami stroke di Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan stroke
dianggap sebagai salah satu penyebab kecacatan terpenting pada orang dewasa dan merupakan
salah satu dari lima penyebab kematian terbanyak saat ini.1
Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan Republik Indonesia mendata jumlah
penderita stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis yang dilakukan tenaga
kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0‰), sedangkan berdasarkan
gejala yg ditemukan tetapi tidak dibawa berobat ke tenaga kesehatan diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang (12,1‰)
Penyebab stroke pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu gangguan pada
dinding pembuluh darah (usia lanjut, hipertensi, trombus, aterosklerosis, diabetes mellitus
(DM), infeksi), kelainan susunan/struktur darah (polisitemia vera, kadar fibrinogen tinggi ,
jumlah sel trombosit tinggi, anemia), gangguan aliran darah ke otak (penurunan aliran darah
ke otak karena tekanan darah terlalu rendah (syok), peningkatan kekentalan darah). 3

Delapan puluh tujuh persen stroke merupakan tipe iskemik (stroke non hemoragik)
dengan dua jenis mekanisme yaitu tipe trombosis dan tipe emboli.1,4
Seperti halnya penyakit pembuluh darah pada umumnya, banyak hal yang berperan
sebagai faktor risiko stroke, seperti misalnya hipertensi, DM, dislipidemia, perokok,
alkoholisme, dan gangguan jantung seperti atrial fibrilasi merupakan faktor risiko yang dapat
dikontrol. Selain itu terdapat pula beberapa faktor risiko yang tidak dapat dikontrol

seperti misalnya umur, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit dalam keluarga, adanya serangan
stroke sesaat/transient ischaemic attack (TIA) dan riwayat stroke sebelumnya. TIA merupakan
suatu kondisi darurat sehingga dengan mengenali TIA akan berperan sekali dalam
menyelamatkan hidup dan mencegah kecacatan jangka panjang akibat stroke.1
Menurut suatu penelitian yang menggunakan data sekunder 2013 di Indonesia, faktor risiko
dominan penderita stroke di Indonesia adalah umur yang semakin meningkat, penyakit
jantung koroner, DM, hipertensi, dan gagal jantung. Namun demikian, stroke sudah muncul
pada kelompok usia muda (15-24 tahun) sebesar 0,3%, demikian juga di negara lain.5

2. Deteksi Dini Tanda dan Gejala Stroke Pra Rumah Sakit


Tujuan penatalaksanaan stroke adalah menurunkan tingkat kesakitan serta kematian
karena stroke, karenanya pengenalan secara dini mengenai tanda dan gejala stroke memegang
peranan penting dan menjadi kunci utama dalam penanganan stroke yang paripurna. “Time is
brain” dan “golden period” merupakan konsep utama tata laksana stroke. Idealnya pasien
stroke sudah mendapatkan tata laksana dalam tiga jam sejak gejala pertama dikenali. Data
yang ada menunjukkan, terutama di negara-negara maju, pasien yang datang dalam golden
period 3 jam tersebut berkisar antara 19-60%.4,6
Sekitar 83,9% terlambatnya penanganan disebabkan oleh keterlambatan pra rumah sakit
ini. Beberapa penyebab keterlambatan tersebut seperti misalnya menyepelekan tanda-tanda
dini stroke menempati urutan pertama penyebab keterlambatan pra hospital ini, yaitu sekitar
62,3%. Beberapa kasus terlambat datang karena berharap gejala dan tanda akan menghilang
(2,7%), Pasien yang tinggal sendiri pun menyumbang angka keterlambatan sekitar 7,1%.
Sedangkan pasien yang tinggal jauh dari sarana kesehatan serta ketiadaan sarana transportasi
turut berkontribusi dalam keterlambatan ini.

Mengenali tanda-tanda stroke merupakan hal penting karena kemungkinan seseorang untuk
bertahan dari serangan stroke lebih tinggi jika segera ditangani oleh tenaga kesehatan. Berikut
adalah gejala stroke2:
a. Kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan, atau tungkai salah satu sisitubuh
b. Mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai salah satu sisitubuh
c. Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
d. Kesulitan melihat dengan satu mata atau keduamata
e. Kesulitan berjalan, pusing berputar, hilangkeseimbangan
f. Sakit kepala berat mendadak tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau
pingsan
Pengenalan dini untuk masyarakat awam terhadap adanya tanda dan gejala stroke
dengan cepat dapat menggunakan Cincinnati Prehospital Stroke Scale (CPSS) yang meliputi
fascial droop (salah satu sisi wajah tidak dapat digerakkan seperti sisi satunya), arm drift
(salah satu lengan sulit atau tidak dapat digerakkan), dan speech (bicara pelo, sulit atau tidak
dapat berbicara, mengguankan kata-kata yang salah), atau FAST (face, Arm, Speech, Time).
Time yang dimaksud adalah segera menghubungi pusat layanan gawat darurat untuk
transportasi ke saranakesehatan.4,8
Di Indonesia pengenalan tanda dan gejala dini prehospital stroke dapat disimpulkan
menjadi senyum mencong, gerakan tangan/kaki lumpuh, suarapelo, rasa baal sesisi tubuh atau
di sekitar mulut, penglihatan ganda/hilang penglihatan tiba-tiba, keseimbangan
terganggu/kesadaran menurun, muntah, sakit kepala).

Bila seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka selayaknya segera panggil ambulans
gawat darurat. Ambulans gawat darurat sangat berperan penting dalam pengiriman pasien ke
fasilitas yang tepat untuk penanganan stroke. Semua tindakan dalam transportasi pasien
hendaknya berpedoman kepada protokol. Staf ambulans berperan dalam menilai apakah
pasien dicurigai mengalami stroke akut dengan mengevaluasi melalui metode FAST atau
CPSS dan jika pemeriksaannya positif, segera menghubungi petugas terkait di rumah sakit
terdekat.
Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulans yaitu petugas yang terlatih, mesin EKG,
peralatan dan obat-obat resusitasi dan gawat darurat, oksigen transport, obat-obat
neuroprotektor, telemedisin (alat komunikasi audiovisual), pemeriksaan kadar gula darah,
kadar saturasi oksigen. 6,9
Petugas tersebut juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan tindakan stabilisasi
dan resusitasi. Pasien yang mengalami koma dan hipoventilasi atau mengalami aspirasi
mungkin perlu dipertimbangkan untuk intubasi.
Pasien dapat dipasang kateter intravena (infus) dan diberikan cairan intravena selain
glukosa setelah diperiksa kadar gula darahnya, kecuali bila pasien tersebut hipoglikemia.
Pasien dapat pula diberikan oksigen demi menjamin saturasi di atas 95% dan menghindari
hipoksia. Jangan menurunkan tekanan darah kecuali pada kondisi khusus.

3. Etiologi

Penyebab Stroke dibedakan dalam dua jenis stroke, yaitu: stroke iskemik dan stroke
hemoragik.Stroke iskemik (hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti, 80% stroke iskemik. Stroke iskemik ini
dibagi menjadi3 jenis yaitu: Stroke trombotit: proses terbentuknya tombus yang membuat
penggumpalan; Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah; Hipoperfusion
sistemik: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut
jantung. Stroke iskemik juga dapat menyebabkan Subdural hematoma (Brain Hematoma) atau
juga disebut perdarahan subdural adalah kondisi di mana darah menumpuk di antara 2 lapisan
di otak: lapisan arachnoidal dan lapisan dura atau meningeal. Kondisi ini dapat menjadi akut
terjadi tiba- tiba, atau kronis muncul dengan perlahan. Hematoma (kumpulan darah) yang
sangat besar atau akut dapat menyebabkan tekanan tinggi di dalam tengkorak. Akibatnya dapat
terjadi kompresi dan kerusakan pada jaringan otak. Kondisi ini dapat membahayakannyawa.
Strokehemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2
jenis yaitu: hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak; hemoragik
subraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan
otak dan lapisan jaringan yanag menutupiotak).

Faktor-faktor yang menyebabkan stroke antara lain hipertensi, penyakit kardiovaskuler,


kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hemotokrit meningkatkan resiko infark serebral,
diabetes dikaitkan dengan aterogenesis terakserelasi, kontrasepsi oral (khususnya disertai
dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok, penyalahgunaan obat
(khususnya kokain), komsumsi alcohol.(Andra W & Yessie P,2013).

3. Patofisiologi

Trombosit merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemukan 40% pada semua
kasus stroke, biasanya ada kaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada lapisan intima arteria
serebra menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika
interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh darah sebagian terisi oleh materi
sklerotik.Tanda - tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum, beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan
beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik intraserebral atau
embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan
kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paralysis pada setengah tubuh dan mendahului
awitan paralysis berat pada beberapa jam atauhari.

Embolisme termasuk urutan kedua sebagai penyebab stroke. Penderita embolisme


biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita trombosis. Abnormalitas patologik pada
jantung kiri, seperti indokarditis infeksi, penyakit jantung reumatik, Infark miokard, dan infeksi
pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Pemasanagan katup jantung prostetik dapat
mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah prosedur ini.
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang - cabangnya yang merusak
circulari serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba - tiba dengan atau tanpa afasia atau
kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik
embolisme serebral.

Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus gangguan
pembuluh darah (otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptur ateri serebri. Ekstravasasi darah
terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid sehingga Jaringan yang terletak di dekatnya akan
tergeser dan tertekan(Sylvia,2012).

5. ManifestasiKlinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi(pembuluh


darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, jumlah darah
kolateral (sekunder atau aksesori).

Gejala klinis adalah sebagai berikut: kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis) yang timbul mendadak; gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemisensorik); perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma); afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan);disartia (bicara pelo atau cadel); gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler)
atau diplopia; ataksia (trunkal atau anggota badan); vertigo, mual, dan muntah atau nyeri
kepala.(Arif, 2014).

6. PemeriksaanPenunjang

Pemeriksaan radiologi antaralain:

1. Computerized TomographyScan

Computerized Tomography Scanuntuk menentukan jenis stroke, diameter perdarahan,


lokasi, dan adanya edema otak.

2. Magnetic ResonanceImaging
Untuk menunjukkan area yang mengalami perdarahan.

3. AngiografiserebralUntuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisme atau malformasi


vascular.

4. Elektroensefalogragi

Untuk dapat menentukan lokasistroke.

5. Fotothoraks

Untuk dapat memperlihat keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis. elektrokardiogram.Pemeriksaan laboratorium
antaralain:

a. Pungsilumbal

Untuk mengetahui jenis perdarahan atau warna liquor.

b. Pemeriksaan darah rutin lengkap dantrombosit

7. Penatalaksanaan

1. Fase akut

Pasien yang koma pada saat masuk rumah sakit mempunyai prognosis buruk, sebaliknya
pasien yang sadar penuh mempunyai hasil yang lebih baik. Fase akut biasanya berakhir 48
sampai 72 jam. Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor - faktor kritis
sebagai berikut: Menstabilkan tanda - tanda vital; Mempertahankan saluran napas;
Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing- masing individu, termasuk
usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi; Deteksi dan memperbaiki aritmia
jantung; Merawat Kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal,
cara ini telah diganti dengan kateterisasi “cellar masuk” setiap 4 sampai 6 jam;
Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin; Pasien ditempatkan pada
posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai
tekanan vena sereral berkurang; Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan
pasif setiap 2 jam; Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh
sebanyak 50 kali perhari: tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu
dan untuk mencegah kontraktur terutama pada bahu, siku, dan mata kaki(Taufan N,2011).

2. Penatalaksanaan NonBedah

Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema
serebral, antikoagulan untuk mencegah terjadi atau memberatnya trombosis atau
embolisis, obat anti hipertensi berikan jika pasien dengan riwayat hipertensi(Taufan N,
2011).

3. PenatalaksanaanBedah

Untuk melakukan pembedahan pada penderita stroke sulit sekali untuk menentukan
penderita mana yang menguntungkan untuk dibedah. Tujuan utama pembedahan adalah
untuk memperbaiki aliran darah serebral(Taufan N, 2011).

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Mengingat tingkat kecacatan dan kematian yang tinggi yang diakibatkan oleh
keterlambatan tata laksana stroke yang memadai, maka sangat diperlukan pengenalan secara
dini mengenai tanda dan gejala stroke pada masyarakat awam. Pengetahuan tersebut harus
disebarluaskan sehingga masyarakat lebih tanggap, karena stroke merupakan suatu kondisi
gawat darurat. Kunci keberhasilan penanganan stroke adalah deteksi dini pra rumah sakit
yang cepat.

Deteksi dini serta transportasi yang cepat, penilaian atau penegakan diagnosis serta
penanganan gawat darurat yang memadai di rumah sakit sehingga tercapai jendela waktu
terapi trombolitik (membuka aliran darah), diharapkan akan mampu menurunkan tingkat
kecacatan atau kematian karena stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Berry, JD., et al. Heart Disease and Stroke Statistics. 2013. Update: A Report from the American
Heart Association. Circulation;127.

Riset Kesehatan Dasar. 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. dan Data Penduduk
Sasaran, Pusdatin Kementerian KesehatanRI.

Nuartha, 2008. Penanganan Terkini Stroke. Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana,Denpasar.
Cook, LK., Clement, SL. 2011. Stroke Recognition and Management; Early Identification and
Treatment are the keys.AJN;111(5).

Ghani, L., Mihardja, L., Delima. 2016. Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan; 44(1):49-58.

AHA/ASA Guideline. Guidelines For The Early Management Of Adults With Ischemic Stroke.
2007.Stroke;38:1655-1711

Fassbender, K., Balucani, K., Walter, S., Levine, SR., Haass, A., Grotta, J. 2013. Streamlining Of
Prehospital Stroke Management: The Golden Hour. Lancet Neurol; 12:585–96.

Pre-hospital Stroke Guidelines Group – Recognition of stroke /TIA.

Developed by the Pre-hospital Stroke Guidelines Group and the Intercollegiate stroke. 2006.
Working Party:www.britishparamedic.org/clin/strokeguidelines2006. Pdf

Anda mungkin juga menyukai