Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang manfaatnya pohon. Dalam
bahasa Arab sendiri, sejarah dikata tarikh () تاريخ. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia
manfaatnya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih tidak jauh pada bahasa
Yunani yaitu historia yang berfaedah pengetahuan atau orang bijak. Belakang dalam bahasa Inggris
menjadi history, yang berfaedah ketika lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah
Geschichte yang berfaedah sudah terjadi.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah sejarah yang digunakan dalam literatur bahasa
Indonesia itu benar beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah sejarah
berasal-muasal,dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris diketahui dengan history, bahasa
Prancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berfaedah yang terjadi, dan bahasa
Belanda diketahui gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian
sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh sebabnya persoalan waktu penting dalam
mengerti satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi persoalan ini dengan membikin
periodisasi.
konsep ruang berkaitan dengan aspek geografis sedangkan konsep waktu berkaitan dengan masa lalu,
masa kini, dan masa depan. Contoh konsep ruang dan waktu adalah peritiwa Bandung Lautan Api dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
1. Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari
Madagaskar sampai pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian
selatan. Ras Melayu ini memiliki ciri-ciri: rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan mata sipit.
Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam kemudian ke
kepulauan Indonesia. Mereka pada awalnya menempati pantai-pantai Sumatra Utara,
2. Deutero Melayu
Ras Deutero Melayu adalah ras yang datang dari Indocina bagian utara. Ras ini membawa
budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di kepulauan Indonesia atau kebudayaan Dongson.
Ada yang menyebut mereka dengan sebutan orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi dari ras Proto Melayu. Mereka dapat membuat perkakas dari
perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam. Perpindahan mereka
ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di
beberapa kepulauan di Indonesia seperti kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di
Sumatra, Kalimantan, Malaka, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam hal pengolahan tanah, mereka memiliki kemampuan untuk membuat irigasi pada tanah-
tanah pertanian yang telah berhasil diciptakan dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras
Deutero Melayu juga memiliki peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya karena
petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu
perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian
dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang bahkan hingga sampai
Madagaskar.
Kedatangan ras Deutero Melayu di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Mereka
kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan sebagai tempat hunian mereka. Pada akhirnya
Proto dan Deutero Melayu melebur dan menjadi penduduk di kepulauan Indonesia.
Pada masa berikutnya mereka menjadi sulit dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo
dan Alas di Sumatra bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di
kepulauan Indonesia kecuali penduduk Papua yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah
ras Deutero Melayu.
3. Melanesoid
Ras Melanesoid ini tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah timur yaitu
Irian dan benua Australia. Di kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua, bersama dengan
Papua Nugini, Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka merupakan rumpun
Melanesoid. Seperti dikatakan Daldjoeni, suku Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua
sedangkan 30% mendiami beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini.
Awalnya, kedatangan Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir atau pada tahun
70.000 SM. Pada saat itu kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga
kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m
dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau
itu memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.
Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 SM, kepulauan Papua
dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat dilihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk
mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 SM mencapai 0,5 jiwa.
Asal mula bangsa Melanesia yaitu Proto Melanesia yang merupakan penduduk pribumi di Jawa.
Mereka ialah manusia wajak yang tersebar pada bagian timur dan menduduki Papua sebelum
zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua
manusia wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai.
Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan. Tempat tinggal
mereka berupa perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Rumah-rumah itu
sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin yang sering didirikan menempel pada dinding
gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur
dan berlindung sedangkan aktivitas lainnya dilakukan di rumah.
Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat
mencapai kepulauan Papua akhirnya melakukan percampuran dengan ras baru tersebut.
Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Melanesoid Melayu.
Saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
1. Teori Brahmana
Teori Brahmana merupakan teori pertama masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia, dikemukakan
oleh seorang bernama Jacob Cornelis Van Liur. Teori menerangkan bahwa pengaruh Hindu Budha di
Indonesia dibawa oleh kaum brahmana maupun kalangan pemuka agama yang berasal dari India. Teori
ini berlandaskan pada prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha yang ada di Indonesia pada masa lalu.
Mayoritas dari prasasti yang ada di Indonesia tersebut memakai huruf pallawa, dan juga bahasa
sansekerta. Di negara India huruf-huruf, dan bahasa tersebut tidak dikuasai oleh sembarang orang, atau
hanya pada kaum brahmana saja yang memahaminya.
banner-promo-gramedia
Teori Brahmana diperkuat dengan adanya sebuah kebiasaan agama Hindu yang berupa menempatkan
brahmana sebagai satu-satunya otoritas di dalam ajaran agama Hindu. Maka hanya golongan brahmana
saja yang mengetahui ajaran agama Hindu secara utuh, dan juga benar. Hingga akhirnya konsekuensi
hanya kaum inilah yang berhak untuk menyebarkan ajaran agama hindu.
Berdasarkan kerangka teori tersebut, kaum brahmana diundang ke Nusantara oleh setiap kepala daerah
guna menyebarkan ajaran dan keluhuran nilai kepada masyarakat di Indonesia yang masih mempunyai
kepercayaan asli yakni dinamisme, dan juga animisme.
2. Teori Ksatria
Teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang selanjutnya yaitu Teori Ksatria. Teori ini
dikemukakan oleh seorang bernama J.L Moens, dan C.C. berg Mookerji yang menyebutkan
bahwasannya kaum bangsawan atau disebut juga ksatria dari India tersebut membawa masuk pengaruh
ajaran agama Hindu Budha di Indonesia.
Sejarah penyebaran ajaran agama Hindu, dan Budha di Nusantara ini tak dapat lepas dari sebuah sejarah
kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti yang sudah sobat grameds ketahui bahwasannya
pada awal abad ke 2 masehi, kerajaan di India mengalami sebuah kejadian berupa keruntuhan yang
diakibatkan oleh adanya perebutan kekuasaan.
Penguasa dari kaum ksatria di kerajaan yang kalah pada peperangan saat itu dianggap telah melarikan
diri ke negara Indonesia, dan kemudian membentuk koloni atau kerajaan baru bercorak agama Hindu
Budha.
Indonesia dijadikan sebagai pilihan sebab mengikuti jalur perdagangan antara Indonesia dan India pada
kala itu. Di dalam perkembangannya, mereka menyebarkan ajaran agama, dan kebudayaan kepada
masyarakat lokal di Indonesia.
3. Teori Waisya
Teori waisya dikemukakan oleh seorang bernama NJ Krom, yang menerangkan bahwa masuknya
pengaruh Hindu, dan Budha di wilayah Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang merupakan
golongan pedagang atau berkasta waisya. Para pedagang adalah kelompok masyarakat yang berasal dari
India, dan cukup banyak berkomunikasi dengan masyarakat pribumi.
Berdasarkan kerangka teori waisya, para pedagang tersebut mengenalkan ajaran agama Hindu dan
Budha beserta dengan nilai kebudayaan pada masyarakat lokal di Indonesia. Aktivitas itu dilakukan
ketika sedang berlabuh di Nusantara untuk berdagang, lantaran ketika itu pelayaran sangat tergantung
terhadap musim angin, sehingga pada beberapa waktu mereka menetap di wilayah Indonesia hingga
angin laut yang akan membawanya kembali ke India.
4. Teori Sudra
Teori yang ketiga ini bernama teori sudra, yang dikemukakan oleh seorang bernama Von Faber. Dirinya
menerangkan bahwasanya ajaran agama, dan juga kebudayaan Hindu dibawa oleh para kaum sudra
atau dikenal dengan nama budak yang datang ke wilayah Indonesia guna memperbaiki kehidupannya.
Golongan sudra menetap, dan terjadi sebuah proses asimilasi serta akulturasi dengan penduduk sekitar.
Seiring berjalannya waktu masyarakat yang awalnya memeluk Dinamisme, dan Animisme kemudian
berganti memeluk agama Hindu maupun Budha.
Teori arus balik merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh seorang bernama F.D.K Bosch. Pada
teori ini dirinya menuturkan bahwasanya masuknya pengaruh Hindu, dan Budha di wilayah Indonesia
bisa terjadi karena adanya peran aktif dari masyarakat Indonesia. Perkenalan pengaruh Hindu, dan
Budha tersebut adalah salah satu inisiatif dari orang India maupun para pendeta, yang penyebarannya
dari orang-orang Indonesia yang diutus oleh para raja di wilayah Indonesia guna mempelajari
kebudayaan serta ajaran agama India di negara asalnya sendiri.
Islamisasi Melalui Perkawinan.
Saluran Pendidikan.
Islamisasi Melalui Tasawuf.
Islamisasi Melalui Kesenian.
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung melakukan
usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan banyak para
petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat
yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh),
sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni
sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara
kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh
nenek moyang
Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman,
dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia,
tepatnya di daerah Malaka. Bangsa Spanyol datang ke Indonesia pada tahun 1521. Tempat/Daerah:
Bangsa Spanyol pertama mendarat di Indonesia di wilayah Tidore, Maluku.
Puputan adalah istilah dalam bahasa Bali yang mengacu pada ritual bunuh diri massal yang dilakukan
saat perang daripada harus menyerah kepada musuh.
Sesudah abad ke-20 sudah bersifat nasional, yaitu perjuangan tidak lagi bersifat nasionalisme sempit,
namun perjuangan ditujukan untuk mencapai Indonesia Merdeka. Munculnya kata “Indonesia” sebagai
identitas bangsa menyatukan berbagai suku, agama, dan budaya yang ada di Nusantara untuk bersatu
padu mengusir penjajah.
2. Sebelum abad ke-20 perlawanan dipimpin oleh raja atau bangsawan. Pangeran Diponegoro
(bangsawan), Teuku Umar (bangsawan), Sultan Hasanuddin (raja), Si Singamagaraja IX (raja). Karena
perlawanan bertumpu pada kharisma pemimpin, maka tatkala pemimpin tewas atau tertangkap,
perlawanan akan berhenti.
Sesudah abad ke-20 perjuangan dipimpin oleh golongan terpelajar (cendekiawan). Pemberian
kesempatan bagi pribumi untuk mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda pada awal abad ke-
20 dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja murah, namun justru melahirkan golongan
cendekiawan yang kemudian memimpin perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Mereka adalah
Sutomo, Suardi Suryaningrat, Soekarno, Moh. Hatta, Sahrir, dan lain-lain. Karena perjuangan melalui
organisasi modern menerapkan sistem kaderisasi, maka meski pemimpin tertangkap dan dipenjara,
perlawanan tetap berlanjut.
3. Sebelum abad ke-20 perjuangan berbentuk perlawanan fisik, melalui peperangan. Pertempuran
secara frontal menimbulkan banyak korban jiwa bagi kedua pihak.
Sesudah abad ke-20 perjuangan melalui organisasi pergerakan nasional. Upaya mencapai kemerdekaan
dilakukan dengan cara-cara modern, misalnya lewat media massa, demo, pemogokan buruh/pegawai,
atau mengirimkan wakil-wakil di dewan rakyat (volksraad), serta menggalang dukungan politik dari
dunia luar.
4. Sebelum abad ke-20 perlawanan berpusat di desa-desa atau di pedalaman karena kota-kota yang
merupakan pusat perniagaan dikuasai Belanda dan didirikan benteng.
Sesudah abad ke-20 pusat perjuangan di kota-kota.Organisasi pergerakan yang berkedudukan di kota-
kota besar melakukan kritik, agitasi massa, dan menentang berbagai kebijakan pemerintah kolonial
Belanda.
1. Munculnya kalangan terpelajar dari hasil pendidikan modern, akibat dari Politik Etis. Para
kalangan terpelajar ini kemudian memimpin pergerakan nasional.
5. Adanya bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa penghantar antar suku bangsa yang
berbeda, yang kemudian dibakukan sebagai bahasa Indonesia
3. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, yang menunjukkan bahwa bangsa Asia dapat
mengalahkan bangsa Eropa, yang saat itu dianggap sulit dikalahkan karena memiliki teknologi
modern
Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 merupakan titik perubahan sistem pemerintahan
Indonesia, yang semula presidensial menjadi parlementer. Pada sistem pemerintahan parlementer,
presiden berperan sebagai kepala negara dan perdana menteri yang berperan sebagai kepala
pemerintahan.
paya pemerintah dalam menumpas gerakan / pemberontakan PKI di Madiun adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Indonesia membentuk gerakan operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris
Nasution yang menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando Jawa menggantikan Panglima Besar
Jenderal Sudirman yang sedang sakit.
2. Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Jawa Tengah
yang mencakup Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.
3. Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa Timur.
dampak pemberontakan PKI Madiun adalah pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan para
pemimpin partai yang anti komunis, semakin menguatnya upaya untuk membentuk tentara Indonesia
yang lebih profesional, berbagai laskar dan kekuatan bersenjata “liar” berhasil didemobilisasi
(dibubarkan), simpati AS sebagai penengah dalam konflik dan perundingan antara Indonesia dengan
Belanda perlahan berubah menjadi dukungan terhadap Indonesia, dan Belanda yang kemudian
menggunakan kondisi tersebut untuk melancarkan agresi militernya yang kedua pada Desember 1948.
- tokoh yang pernah menjabat sebagai perdana mentri masa demokrasi liberal
1. Sutan Sjahrir
2. Amir Sjarifoeddin
3. Mohammad Hatta
4. Mohammad Natsir
5. Sukiman Wirjosandjojo
6. Wilopo
7. Ali Sastroamidjojo
8. Djoenda Kartawidjaja
Keberhasilan periode demokrasi parlementer 1950-1959 yang berpengaruh besar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara yaitu:
Pertama, pada proses politik yang memiliki peran tertinggi merupakan lembaga perwakilan rakyat atau
parlemen.
Kedua, pertanggung jawaban yang tinggi pada pemegang jabatan dan politisi.
Ketiga, partai diizinkan untuk berkembang secara maksimal dalam memperoleh peluang.
Keempat, Pelaksanaan Pemilihan Umum dilakukan dengan prinsip demokrasi yang benar pada tahun
1955.
Kelima, masyarakat mendapat hak-hak dasar tanpa menguranginya pada saat itu.
4. Konsep Pancasila berubah menjadi konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis)
5. Bergesernya makna Demokrasi Terpimpin menjadi pemusatan kekuasaan pada Presiden
Dalam pelaksanaan periode Demokrasi Terpimpin cenderung terjadi pemusatan kekuasaan pada
Presiden atau Pemimpin Besar Revolusi. Hal ini menjadi pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi
dengan lahirnya absolutisme dan terpusatnya kekuasaan pada pemimpin, serta hilangnya kontrol sosial.
6. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif yang cenderung memihak komunis
Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi kecenderungan pemihakan pada Blok Timur atau RRC.
Peran Indonesia dalam konflik VIETNAM-KAMBOJA adalah ikut aktif dalam mengupayakan
PERDAMAIAN kedua negara tersebut yang masih merupakan negara anggota ASEAN. Upaya nyata
Indonesia ini sendiri terlihat dari prakarsa diadakannya JIM atau Jakarta Informal Meeting yang tujuan
utamanya membahas penyelesaian konflik Kamboja-Vietnam.
1. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pelopor dan pemrakarsa Gerakan Non-
Blok;
2. Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus tuan rumah KTT Non-Blok ke-10 pada Semptember
1992;
3. Indonesia meningkatkan peranan GNB dengan terus menyebarkan semangat perdamaian dan
keamanan internasional;
3. Indonesia men
- revolusi hijau
Revolusi Hijau merupakan sebuah usaha dalam mengembangkan teknolosi pertanian yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan. Revolusi ini dengan kata lain mengubah pertanian yang
sebelumnya menggunakan teknologi tradisional, menjadi pertanian dengan teknologi modern
Cara berpikir diakronik sering dikaitkan dengan cara berpikir secara kronologis. Kronologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu chronos yang berarti waktu dan logos yang berarti ilmu atau uraian. Jadi, kronologi
adalah ilmu tentang waktu yang membantu dalam menyusun peristiwa-peristiwa sesuai dengan urutan
waktu terjadinya.
Contohnya:
Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942.
Cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang mengutamakan penggambaran ruang yang meluas,
namun tidak terlalu memikirkan dimensi waktunya. Melalui pendekatan sinkronis, kita bisa menganalisa
suatu peristiwa sejarah tertentu pada waktu tertentu. Misalnya penggambaran sosial dan politik
Indonesia ketika terjadi reformasi pada tahun 1998. Penggambaran peristiwa sejarah di sini hanya
menganalisis struktur dan fungsi sosial dan politik di tahun 1998 saja.
Contohnya:
Kondisi sosial dan politik Indonesia pada orde baru tahun 1966 sampai tahun 1998 yang ditulis oleh
seorang ahli ilmu sosial dan politik.
5. Ajaran Kejawen
Sebenarnya lebih dekat pada contoh asimilasi, tetapi masyarakat yang menganut paham
kejawen tetap mengakui Islam atau Hindu sebagai agamanya.
Jadi mereka tak mengakui Kejawen sebagai agama melainkan sebagai ajaran yang tak
terpisahkan dari agama yang mereka anut.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Pada kalimat ini, menggambarkan bahwa para pemuda dan pemudi Indonesia bersungguh-sungguh
untuk memperjuangkan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan.
Kedua:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Pada kalimat ini, menggambarkan walaupun kita berasal dari suku yang berbeda-beda, namun pemuda-
pemudi hanya mengakui satu bangsa yaitu Indonesia. Kalimat ini menegaskan adanya rasa persatuan
dan toleransi yang kokoh.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Pada kalimat ini, menegaskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi
identitas bangsa dan harus dijunjung tinggi.
Makna yang terkandung adalah bahwa peristiwa bersejarah ini mengajarkan nilai-nilai persatuan
bangsa. Sumpah Pemuda membuktikan, perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia ternyata dapat
disatukan sebagai perwujudan Bhineka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.
- tentang KMB
Sebelumnya, Indonesia udah beberapa kali mengadakan diplomasi dengan pihak Belanda, seperti
Perjanjian Linggarjati (1946), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949).
Nah, Konferensi Meja Bundar diadakan untuk melanjutkan Perjanjian Roem-Royen dan upaya
Indonesia untuk lepas dari Belanda. Sebelum KMB berlangsung di Den Haag, pihak Indonesia dan
BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg atau komite federal bentukan Belanda) mengadakan
Perundingan Inter-Indonesia, hasilnya kedua pihak sepakat untuk mendirikan Republik Indonesia
Serikat (RIS).
Perundingan Inter-Indonesia dilaksanakan dua kali, yaitu di Yogyakarta pada 19 Juni 1949 dan
Jakarta pada 22 Juni 1949. Untuk menghadapi KMB, Indonesia menyiapkan delegasinya, lho.
Dalam KMB, delegasinya nggak hanya dari Indonesia dan Belanda aja, guys. Ada beberapa
delegasi dari berbagai kategori, yaitu Indonesia, BFO, Belanda, dan diawasi oleh UNCI (United
Nation Commision for Indonesia).
1. Indonesia: Drs. Mohammad Hatta, Nir. Moh. Roem, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Dr. J. Leimena,
Mr. Ali Sastroamidjojo, Ir. Djuanda, Dr. Sukiman, Mr.Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringgodigdo, T. B. Simatupang, dan Mr. Sumardi.
4. UNCI: Chritchley.
Jadi, jelas ya bahwa delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar adalah Mohammad Hatta
beserta 12 delegasi lainnya. Kalau elo ditanya, siapa pemimpin delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar? Jawabannya udah jelas ya, Drs. Mohammad Hatta. Paham ya sampai
sini?
Keempat delegasi KMB tersebut mendiskusikan bagaimana caranya mereka bisa membentuk
negara Republik Indonesia Serikat (RIS)ー Indonesia dan BFO. Selain itu, dalam KMB juga dibahas
mengenai ketatanegaraan, keuangan, dan militer.
Berhubung KMB ini merupakan suatu rangkaian, jadi nggak mungkin kan kalau bahasannya hanya
itu? Yap, ada lagi nih pembahasan di KMB, yaitu mengenai kerjasama Uni Indonesia-Belanda. Jadi,
Indonesia akan dijadikan sebagai negara serikatnya Belanda. Selain itu, Indonesia juga diminta
untuk membayar utang-utang pemerintah Hindia-Belanda sejak 1942.
Tapi, topik-topik di atas hanya sebagian pembahasan aja, sedangkan hasil dari Konferensi Meja
Bundar adalah sebagai berikut:
2. Ketentuan Irian Barat menurut Konferensi Meja Bundar adalah akan dibicarakan lebih lanjut
paling lama dalam waktu satu tahun setelah pengakuan kedaulatan.
4. Pembentukkan kerja sama Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
5. Utang kolonial yang akan dibayarkan oleh Indonesia kepada Belanda terhitung sejak tahun
1942.