Anda di halaman 1dari 16

KONSEP UANG DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU :

Hidayatina S.H.I., M.A

DISUSUN OLEH :

Elza Armayoga Saragih (201941015)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

EKONOMI SYARIAH

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum dikenal sistem moneter seperti yang berlaku dewasa ini, pernah berkembang
sebelumnya perekonomian sistem barter dengan barang. Perekonomian dengan sistem
barter ini terjadi pada waktu itu belum dikenal sama sekali alat tukar yang disebut uang
atau alat yang berfungsi sebagai alat pembayaran

Fungsi uang ini amat beragam dan amat dibutuhkan dalam perekonomian, per da
gangan maupun perbankan. Dalam dunia perbankan misalnya perbankan yang
mempunyai tiga fungsi utama sebagai mene rima simpanan uang, meminjamkan uang dan
memberikan jasa memerlukan mata uang yang likuiditas dan kenetralan yang tinggi.

Fungsi uang ini amat beragam dan amat dibutuhkan dalam perekonomian, per da
gangan maupun perbankan. Dalam dunia perbankan misalnya perbankan yang
mempunyai tiga fungsi utama sebagai mene rima simpanan uang, meminjamkan uang dan
memberikan jasa memerlukan mata uang yang likuiditas dan kenetralan yang tinggi.

Belakangan ini, dunia perbankan dalam perkem bangannya telah mengalami


perubahan yang sangat pesat, di mana uang menjadi objek dari perbankan telah
mengalami perubahan yang lebih modern. Peranan uang dalam perekonomian antara lain
dapat mening katkan efisiensi baik bagi produsen, konsumen dan kegiatan ekonomi
masyarakat pada umumnya.

Pada abad modern dan serba canggih ini, alat pembayaran yang efektif dan efisien
sangatlah dibutuhkan pada transaksi jual beli, orang yang akan berbelanja tidak perlu lagi
membawa uang dalam jumlah yang besar tetapi cukup dengan membawa selembar plastik
berukuran kecil yang disebut kartu kredit (credit card). Transaksi mendunia tanpa uang
tunai ini mulai menjadi tren sejak ditemukannya kartu kredit (credit card) atau kartu
plastik (plastic card) dan kartu pintar (smart card). Seiring perkembangan ekonomi dan
budaya masyarakat yang mulai meninggalkan kebiasaaan memakai uang tunai (cashless
society)

Atas dasar penjelasan tersebut lalu bagaimana dengan eksistensi dan perkembangan
sistem yang dianut dunia Islam. Dunia Islam saat ini amat dipengaruhi oleh sistem baru
yang mengalami perkembangannya sangat signifikan, dinamai dan dikenal dengan sistem
ekonomi Islam. Sesuai namanya, sistem ekonomi Islam ini muncul di antara kegagalan
sistem ekonomi yang dikembangkan Barat dan adanya rasa haus kaum muslim akan suatu
sistem yang merupakan interpretasi dari ajaran yang mereka anut, sehingga sistem ini
berkembang begitu pesatnya. Kajian dalam ekonomi Islam tersebut menjadi semakin unik
ketika harus menelaah lebih jauh sisi sejarah lahirnya uang di dalam Islam sehingga
mampu menganalisa progresivitas transformasi uang dari masa nabi hingga saat ini
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi dan Fungsi uang Dalam Islam?
2. Bagaimana sistem moneter islam pada masa Rasullulah, Khulafaurrasyidin, dan
pasca Khulafaurrasyidin?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui defenisi dan fungsi uang dalam islam
2. Untuk mengetahui sistem moneter islam pada masa aRasulullah,
Khulafaurrasyidin, dan pasca Khulafaurrasyidin

.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Defenisi dan Fungsi Uang

A. Defenisi Uang Dalam Islam

Uang yang sekarang digunakan telah mengalami proses perkembangan sejarah yang
panjang. Mula dari zaman roma dan imperiumpersia telah dikenalis sistem Bimatalisme.
Sistem ini berlandaskan pada dua logam yaitu emas dan perak. Sistem berlangsung pada
bagian terbesar dari Negara Negara di dunia sampai dengan pertengahan abad ke-19. 1

Defenisi uang secara kebahasaan:

Secara etimologi,uang (nuqud) memiliki beberapa makna:

1. Al-Naqdu : yang baik dari haram, dikatakan dirhamun naqdun yakni baik. Ini adalah
sifat
2. Al- Naqdu : meraih dirham, dikatakan naqada al darahima yanquduha naqdan, yakni
meraihnya(menggenggam, menerima)
3. Al- Naqdu : membedakan dirham dan mengeluarkan yang palsu
4. Al- Naqdu : Tunai, lawan dari kata tunda yakni segera memberikan bayaran.2

Uang adalah barang yang memenuhi setiap fungsi pada fungsi uang. Dengan begitu
penentuan bahwa suatu barang adalah uang tergantung pada penggunaannya sebagai alat
pertukaran, unit penghitung, penyimpan nilai dan sebagai standar pembayaran yang di
tangguhkan. 3

Defenisi uang menurut istilah para Fuqaha

Kata nuqud tidak terdapat dalam alquran maupun hadis Nabi Saw. Karena bangsa
arab tidak menggunakan kata nuqud untuk menunjukan harga. Mereka menggunakan dinar
(untuk uang dari emas) dan dirham untuk uang yang terbuat dari perak. 4

Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak vas dićetak, tapi mencakup
seluruh jenisnya. Al-Syarwâni berkata: "(Dan uang yakni emas dan perak sekalipun bukan
cetakan. Dan pengkhususan terhadap cetakan sangat dihindari dalam pandangan ('Urf) para
fuqaha. Kemudian mereka berbeda pendapat tentang kata fulus (uang tembaga) apakah
termasuk dalam istilah (naqdain)." Pendapat yang mu'tamad (kuat) dalam Mazhab Syafi'i
bahwa fulus tidak termasuk naqd. Dan sebagian.

AL Ghazali mengisyaratkan uang sebagai unit hitungan yang digunakan untuk


mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Juga sebagai penengah yang membantu proses
1
Suhrawardi K. Lubis & Farid Wajdi. “Hukum Ekonomi Islam”. Sinar Grafindo Jakarta : 2014 hal. 18
2
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal 3
3
Eugene A. Diulio. “Uang dan Bank”. Erlangga Jakarta : 1993 hal. 3
4
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal 2
pertukaran komoditas dan jasa. Demikian juga beliau mengisyaratkan uang sebagai alat
simpanan karena itu dibuat dari jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang
berkelanjutan sehingga betul-betul bersifat cair dan bisa digunakan pada waktu yang
dikehendaki.5

Ibnu Khaldun juga mengisyaratkah uang sebagai alat simpanan. Dalam perkataan
beliau: "Kemudian Allah Ta'ala menciptakan dari dua barang tambang, emas, dan perak,
sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehan orang-
orang di dunia kebanyakannya."

Ibnu Rusyd memberi isyarat bahwa uang sebagai alat mengukur harga komoditas.
Nilai harga setiap barang dikenal dengan unit-unit mata uang. Proses perhitungan ini
selanjutnya memudahkan proses pertukaran barang dan uang ketika itu berfungsi sebagai
penengah dalam pertukaran.

Demikianlah menjadi jelas bahwa para fuqaha memberikan definisi uang dari
penjelasan dengan melihat fungsi-fungsinya dalam ekonomi, yaitu melalui tiga fungsi:
1. Sebagai standar ukuran untuk menentukan nilai harga komoditi dan jasa;
2. Sebagai media pertukaran komoditi dan jasa;
3. sebagai alat simpanan.

Kemudian ada di antara fuqaha yang mempertegas peran tradisi, ('Urf) dalam
pengukuhan uang, dan tidak terbatas pada dua mata uang yang ada. Kenyataan ini diperkuat
pernyataan-pernyataan berikut.

1. Perkataan Sayyidina Umar bin Khattab: "Aku berkeinginan membuat dirham dari
kulit unta." Lalu ada yang memberi komentar: “Kalau demikian unta akan habis."
Akhirnya beliau urungkan niatnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa beliau
sempat berpikir untuk mencetak uang dari kulit unta, tapi tidak dilaksanakan
karena kha- watir unta akan punah yang pada sisi lain berfungsi sebagai alat
transportasi dan alat jihad.
2. Perkataan Imam Malik bin Anas: "Seandainya orang-orang mem- bolehkan kulit-
kulit hingga ada sakkah(stempel) dan benda, tentu aku benci (hukumnya makruh)
dijual dengan emas dan perak secara tunda."Yakni, jika orang-orang mengakui
keabsahan kulit-kulit itu sebagai uang, maka diberlakukan hukum-hukum yang
berlaku pada emas dan perak. Seperti disyaratkannya tunai dalam satu majlis
(pertemuan) ketika terjadi transaksi pertukaran dengan mata uang lain.6

Dengan demikian defenisi uang dapat disimpulkan : Uang adalah apa yang digunakan
manusia sebagai standar nilai harga dan media transaksi pertukaran. Sedangkan berdasarkan
ungkapan al ghzali dan ibnu khaldun : Uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai
standar ukuran nilai harga, media transaksi penukaran dan media simpan.
Defenisi uang menurut ahli ekonomi

5
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal. 5
6
Ibid…hal 9
Masih belum ada kata sepakat tentang definisi uang yang spesifik. Definisi-definisi
mereka berbeda-beda disebabkan perbedaan cara pandang mereka terhadap hakikat uang.

Menurut Dr. Fuad-Dahman, definisi-definisi uang yang diajukan sangat banyak dan
berbeda-beda. Semakin bertambah seiring perbedaan para penulis dalam memandang hakikat
uang dan perbedaan pengertiannya dalam pandangan mereka.

Dr. Muhammad Zaki Syafi'i mendefinisikan uang sebagai: "Segala sesuatu yang
diterima khalayak untuk menunaikan kewajiban-kewa- jiban. " Sedangkan J. P Coraward
mendefinisikan uang sebagai: “Segala sesuatu diterima secara luas sebagai media pertukaran,
sekaligus berfungsi yang sebagai standar ukuran nilai harga dan media penyimpan
kekayaan.".

Boumoul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang diterima secara
luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas sebagai alat pembayaran utang-utang dan
pembayaran harga barang dan jasa." Dr. Nazhim al-Syamry berkata: "Setiap sesuatu yang
diterima semua pihak dengan legalitas tradisi ('Urf) atau undang-undang, atau nilai sesuatu
itu sendiri, dan mampu berfungsi sebagai media dalam proses transaksi7

Demikian jika diperhatikan dari definisi itu, sebagian menekankan dasar hukumnya
sesuai peraturan perundangan, sebagian lain melihatnya dari dasar karakteristik dan fungsi-
fungsi dalam ekonomi dan sebagian lagi mencakup ketiga poin tersebut. Dapat dikatakan
bahwa para ahli ekonomi membedakan antara uang dan mata uang. " Mata uang adalah setiap
sesuatu yang dikukuhkan pemerintah sebagai uang dan memberinya kekuatan hukum yang
bersifar dapat memenuhi tanggungan dan kewajiban, serta diterima secara luas Sedangkan
uang lebih umum dari mata uang, karena mencakup mata uang dan yang serupa dengan uang
(uang perbankan). Dengan demikian, setiap mata uang adalah uang, tapi tidak setiap uang itu
mata uang.

B. Fungsi uang dalam islam

Dalam sistem perekonomian, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar(medium of
change) dan itu juga lah funsgi utama uang. Dari fungsi utama tersebut diturunkan fungsi
fungsi lain seperti sebagai pembakuan nilai(standar of value), penyimpan kekayaan ( stre of
value), satuan penghitung, (Unit of account) dan pembakuan bayaran tangguh (standar
defferend paymen). Seluruh mata uang pasti berfungsi seperti itu. 8

Namun ada hal yang berbeda dalam memandang uang antara Sistem ekonomi kapitalis
dan Sistem ekonomi islam. dalam sistem ekonomi kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat
tukar yang sah, tetapi juga menjadi komoditas. Menurut sistem kapitalis, uang juga dapat
diperjual belikan dengan dengan kelebihan on the spot maupun secara tangguh, dengan cara
berfikiran demikian, maka uang juga dapat disewakan(leasing).

7
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal. 10-11
8
Mustafa E. Nasution, Budi Setyanto dkk. “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana Prenada Jakarta
2007 hal 248
Di dalam islam, apapun yang berfungsi sebagai uang , maka fungsinya hanyalah medium
of exchange (alat tukar).9 Uang dalam islam bukan merupakan suatu komoditas yang bisa
diperjual belikan dengan kelebihan baik on the spot maupun bukan.

Terdapat empat fungsi uang dalam islam yaitu :

1. Uang sebagai ukuran harga dan unti hitungan


Fungsi ini termasuk yang paling utama-dan terpenting dari fungsi uang. Karena itu-
para.ahli ekonomi semestinya mengutamakan fungsi ini dalam definisi uang yang
berdasarkan pandangan terhadap fungsi- fungsinya secara ekonomi dari seluruh fungsi-fungsi
lain. Dan ini yang tidak dilakukan oleh para ahli ekonomi.

Uang dalam fungsinya sebagai standar ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai
dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standar meter untuk-ukuran jarak, atau ampere
untuk mengukur tegangan listrik, atau kitogram sebagai standår timbangan atau kubik sebagai
ukuran volume (isi). Misalnya dikatakan harga anak unta ini 1000 Lira Suriah, dan sewa
rumah ini 2000 Lira Suriah, dan pembayaran perawatan dokter 200 ira Suriah. Demikianlah
uang sebagai alat yang mesti diperlukan untuk setiap hitungan dalam ekonomi baik oleh
produsen atau konsumen. Tanpa itu, tidak mungkin' baginya untuk melakukan penghitungan
keuntungan atau biaya-biaya.10

2. Uang sebagai media pertukaran ( Medium of exchange)

Uang adalah alat tukar yang digunakan setiap individu untuk pertu Uang sebagai Media
Pertukaran (Medium of Exchange) karan komoditas dan jasa. Misalnya seseorang yang
memiliki apel d membutuhkan beras, kalau dalam sistem barter pemilik apel beranck ke pasar
untuk menemukan orang yang memiliki beras dan membutuhkan apel sehingga bisa terjadi
pertukaran antarkeduanya. Ketika orang-orang sudah membuat uang, pemilik apel dapat
menjual barangnya dengan imbalan uang kemudian dengan uang itu ia bisa membeli beras.
Demikian juga pemilik beras dapat menjual berasnya dengan uang dan dengan uang itu ia
dapat membeli apa saja barang dan jasa yang ia kehëndaki. Begitulah fungsi uang sebagai
jalan tengah dalam proses pertukaran.

Fungsi, ini menjadi sangat penting dalam ekonomi maju, di mana pertukaran terjadi oleh
banyak pihak. Seseorang tidak memproduksi setiap apa yang dibutuhkan, tapi terbatas pada
barang tertentu, atau bagian dari barang atau jasa tertentu, yang dijual kepada orang-orang
untuk selanjutnya ia gunakan untuk mendapatkan barang atau jasa apa yang ia butuhkan.
Orang memproduksi barang dan menjualnya dengan bayaran uang, selanjutnya dengan uang
itu ia gunakan untuk membayar pem- belian apa yang ia butuhkan. Dengan demikian, uang
membagi proses pertukaran ke dalam dua macam:

a. Proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang;


b. Proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang.

9
Ibid… hal 248
10
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal.12
3. Uang Sebagai Media Penyimpanan Nilai
Maksudnya menurut para pakae ekonomi dalam ungkapan "uang sebagai media
penyimpan nilai" adalah bahwa orang yang mendapatkan uang, tidak selalu mengeluarkan
uang dalam sau waktu, tapi di sisihkan sebagian untuk membeli barang atau jasa yang di
butuhkan pada waktu yang di inginkan, atau di simpan untuk hal-hal tak terduga seperti sakit
mendadak atau menghadapi kerugian yang tak terduga.

Menyimpan barang sangat susah, karena ada yang tidak bisa bertahan lama, da nada juga
barang yang membutuhkan biaya tambahan dalam pemeliharaannya. Sedangkan uang
berfungsi untuk menyimpan daya tukar dengan mudah.

Manusia perlu menyimpan uang untuk menghadapi hal-hal mendesak. Kemudian uang
juga 100% efisien karena dengan uang bisa mendapatkan langsung barang dan jasa. Sebab itu
menyimpan uang berbeda dengan menyimpan harta yang lain. Namun disisi lain harus dapat
membedakan antara dua hal, bahwa memendam uang dan menyimpan uang berbeda.
Memendam uang berarti mencegah untuk melaksanakan kewajiban . Allah berfirman :

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu şendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari)
apa yang kamu simpan itu (QS Al-Taubah [9]: 34-35).”11

4. Uang sebagai standar Pembayaran Tunda

Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa uang adalah unit ukuran dan standar untuk
pembayaran tunda. Dan sebagian lagi berpendapat sebagai mędia pembayaran yang ditunda."
Menurut mereka bahwa prose jual beli tidak selalu selesai dengan uang kontan, tapi atas
dasar utang sekiranya pemilik barang memajang barangnya di pasar dan bertemu pembeli
yang sedang tidak membawa uang, lalu ia jual dengan pembayaran tunda.

Dr. Ismail Hasyim dalam memperjelas fungsi ini menerangkan, Bahwa transaksi terjadi
pada waktu sekarang dengan harga tertentu, tetapi diserahkan pada waktu akan datang.
Karena itu dibutuhkan standar ukuran yang digunakan untuk menentukan harga, dan uang
bisa mela- kukan fungsi ini. "Dalam buku Pengantar Ekonomi (Mugaddimah fi al- Jaishad):
"Fungsi ini khusus dalam mengukur pembayaran-pembayaran yang menjadi hak pada pada
masa mendatang seperti utang-utang misalnya

B. Sejarah Perkembangan Uang dan Sistem Moneter Islam Pada Masa Rasullulah,
Khulafaurrasyidin, dan pasca Khulafaurrasyidin.

11
Al-Quran Surah At- Taubah ayat 34-35
1. Sejarah Perkembanga Uang

Sebelum dikenal perekonomian moneter seperti yang berlaku dewasa ini dulu pernah
berkembang perekonomian sistem barter. Dalam perel. nomian barter ini transaksinya
dilakukan dengan cara menukar barang dengan barang". "mempertukarkan Perekonomian
dengan sistem barter terjadi karena pada waktu itu Bahkan ketika belum dikenal sama sekali
alat tukar yang disebut uang. itu belum disepakati satu macam alat tertentu yang berfungsi
sebagai alat pembayaran (medium of exchange).

Pada sistem barter terdapat beberapa kelemahan yaitu :

 Kesusahan mencari keinginan yang sesuai antara orang-orang yang melakukan


transaksi, atau kesulitan untuk mewujudkan kesepakatan mutual. Karena tidak
setiap orang dari mereka membutuhkan pada waktu di mana orang lain juga
membutuhkan." Misalnya, seseorang yang punya keahlian sebagai tukang kayu
dan membutuhkan jasa seorang pandai besi. Di sini tukang kayu itu ingin
memberikan jasa kepada pandai -besi sebagai imbalan jasanya. Bisa saja dia
menemukan pandai besi, tapi tidak membutuhkan jasa tukang kayu sehingga dia
harus pergi dan mencari pandai besi yang lain yang sedang membutuhkan jasa
tukang kayu. Demikian waktu menjadi banyak terbuang dengan sia-sia sampai dia
menemukan pandai besi. Untuk lebih memperjelas lagi, contoh yang lain.
Seseorang pemilik zaitun membutuhkan wol. Di sini dia harus mencari orang yang
memiliki wol untuk ditukar. Bisa saja dia menemu- kan pemilik wol, tapi
kebetulan dia tidak membutuhkan zaitun tapi membutuhkan gandum. Begitulah
susahnya sistem jual beli barter.
 Perbedaan ukuran barang dan jasa, dan sebagian barang yang tidak bisa dibagi-
bagi. ukuran-ukuran barang yang dibutuhkan setiap orang tidak sama. Dalam
contoh katakanlah pemilik zaitun yang membutuhkan wol menemukan pemilik
wol zaitun. Hanya saja tidak ada kesepakatan antara keduanya dalam hal ukuran
barang yang dibutuhkan. Pemilik zaitun memiliki 10 liter zaitun sedangkan
pemilik wol hanya memiliki sedikit wol yang tidak sesuai dengan jumlah ukuran
zaitun. Sedang pemilik zaitun sendiri yang juga membutuhkan.12

Uang yang sekarang digunakantelah mengalami proses perkembangan sejarah yang


panjang. Sejak imperium Roma dan imperium Persia telah dikenal Sistem Bimatallisme.
Sistem ini berlandaskan kepada dua logam, yaitu emas dan perak. Sistem ini berlangsung
pada bagian terbesar dari negara-negara di dunia sampai dengan pertengahan abad ke-19.13

Uang emas dan perak dinyatakan sebagai uang resmi dalam hubungan antar bangsa ,
sekalipun dalam skala nasioan beredar uang logam lainnya berupa uang nikel, uang tembaga,
dan uang kertas. Akan tetapi, semua itu dijamin penukarannya dengan uang emas dan uang
perak pada setiap pemerintah negara yang bersangkutan. Dalam hal ini para pemegang uang
nikel, logam, dan kertas tidak perlu khawatir sebab bank sentral dari negara-negara di dunia

12
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal.25
13
Suhrawardi K. Lubis & Farid Wajdi. “Hukum Ekonomi Islam”. Sinar Grafindo Jakarta : 2014 hal. 20
mempunyai persediaan emas dan perak yang cu- kup untuk menjamin kemantapan nilai resmi
dari setiap jenis mata uang tersebut.

Meskipun demikian, sistem ini sering mengalami keguncangan akibat krisis moneter
internasional (devaluasi). Pada saat nilainya makin merosot dibandingkan dengan emas (yang
ketika itu di banyak negara ditemukan pertambangan perak yang baru, sehingga perak
membanjiri pasar internasional), kemantapan nilai tukar mulai mengalami ketidak- stabilan.
Akhirnya, sistem Bimatallisme dilepaskan dan digantikan dengan sistem berdasarkan emas
melulu (Gold Standard).

Perkembangan sistem gold standard itu juga mengalami perubahan dan terpaksa diganti
dengan sistem moneter baru yang dikenal dengan *Sistem Exchange Control", yaitu
pengawasan alat-alat pembayaran luar negeri. Dalam sistem uang yang bukan emas ini, alat
pembayaran bisa ber- bentuk uang kertas dan uang logam. Bahkan dalam perkembangan se-
lanjutnya (terutama sekali dalam hal perdangangan antar bangsa) alat pembayaran tersebut
bisa berbentuk surat-surat berharga, seperti Bill of Exchange (B/E), Letter of Credit (L/C),
Drafts, dan lain-lain.

Uang yang sekarang digunakan secara definisional harus memenuhi tiga syarat utama.
Dalam hal ini dikemukakan oleh Dumairy dalam Ach- mad Ramzy Tedjoeddin, (1992: 113-
114) mensyaratkan:

- Diterima umum,maksudnya dapat digunakan secara meluas


- Berfungsi setidak-tidaknya sebagai alat pembayaran
- Sah, maksudnya telah di sahkan dan diakui oleh pemerintah14

Uang kertas yang dipakai sehari-hari memenuhi beberapa syarat konseptual yang diidealkan
orang tentang sifat dan bentuknya. Syarat- syarat konseptual itu antara lain :

- Mudah dikenal
- Mudah dibawa bawa
- Pembuatan recehan tidak menimbulkan masalah

Dalam suasana perekonomian sekarang ini fungsi uang semakin kompleks. Uang
bukan hanya sebagai alat tukar semata, melainkan uang juga sudah berfungsi sebagai satuan
hitung atau sebagai alat pengukur nilai (unit of account), alat penyimpanan kekayaan (store of
value), dan alat standar pembayaran tundaan (standard of deferred payments).

Para ekonom Islam dewasa ini mengakui manfaat uang dalam berbagai fungsi seperti
yang telah disebutkan dan uang sebagai pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem
perekonomian uang. Menurut pandangan Islam, pemilikan uang tidaklah dilarang. Yang
dilarang adalah menumpuk uang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain (QS. At-
Taubah (9): 34).15 Untuk memiliki dan mendapatkan uang, Allah berfirman: "...bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu

14
Suhrawardi K. Lubis & Farid Wajdi. “Hukum Ekonomi Islam”. Sinar Grafindo Jakarta : 2014 hal.20
15
Alquran Surah At-Taubah ayat 34
itu..." (QS. At- Taubah (9): 105).16 Selanjutnya, Rasulullah menggambarkan bahwa orang
yang berusaha mencari kayu kemudian dijual yang hasilnya meme- nuhi kehidupan dirinya
dan keluarganya, lebih baik daripada minta-minta (HR. Bukhari dan Muslim).

Akan tetapi, Islam tidak membolehkan siapa pun menundukkan dan menindas
(mengeksploitasi) orang lain dengan mengumpulkan atau menimbun uang lalu
meminjamkannya kepada orang lain dengan memungut bunga (riba). Hal itu dapat
memblokir, serta menusuk pereko- nomian dan produksi, merampas hak-hak ekonomi yang
bersifat menghalangi terciptanya proses kesejahteraan sosial. Sebab dengan penumpukan
uang akan mengurangi kecepatan arus peredarannya bahkan dapat menghalangi terciptanya
proses kesejahteraan sosial Artinya, telah menutup kesempatan bagi orang lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, dalam setiap penjualan harus dibarengi dengan
pembelian secara timbal balik sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat se- cara
kontinue. Dengan demikian, stabilitas arus pendistribusian uang akan terjaga sehingga harta
di pasaran menjadi normal. Pada akhirnya bermuara kepada keseimbangan permintaan dan
penawaran.

Agar hal tersebut dapat tercapai maka Mahmud Abu Saud menge- mukakan (1991:
48):

 Tidak dibenarkan menumpuk uang oleh siapa pun juga karena akan menjadikan
uang terpusat pada perorangan atau pada tertentu yang akan mengakibatkan uang
menjadi "beku".
 Memperdagangkan uang untuk mendapatkan uang harus dicegah karena Alquran
melarangnya.
 Tidak dibenarkan meminjamkan uang dengan bunga karena tidak mal adil.
Menurut agama bunga uang tidak halal.
 Unsur-unsur yang menodai kesucian uang tidak dapat ditoleransi ka- rena dapat
membawa manusia kepada kekafiran.
 Uang tidak dimaksudkan untuk memperbudak manusia karena ma- nusia adalah
makhluk yang sempurna.17

16
Alquran Surah At-Taubah ayat 105
17
Suhrawardi K. Lubis & Farid Wajdi. “Hukum Ekonomi Islam”. Sinar Grafindo Jakarta : 2014 hal 21
2. Sistem Moneter Islam Pada Masa Rasullulah, Khulafaurrasyidin, dan pasca
Khulafaurrasyidin.
a. Uang pada masa Kenabian

Bangsa arab di Hijaz pada masa Jahiliyah tidak memiliki mata uang sendiri, Mereka
menggunakan mata uang yang mereka peroleh uang berupa Dinar emas Hercules, Byziantum
dan Dirham perak Dinasti Sasanid dari Iraq, dan sebagian mata uang bangsa Himyar, Yaman.
Merupakan tradisi kabilah Quraish melakukan perjalanan dagang kali dalam setahun; pada
musim panas ke negeri Syam (Syria, sekarang) dan pada musim dingin ke negeri Yaman.

Penduduk Makkah tidak memperjualbelikannya kecuali sebagai emas yang tidák


ditempa dan tidak menerimanya kecuali dalam ukuran timbangan. Mereka tidak menerima
dalam jumlah bilangan. Hal itu disebabkan beragamnya bentuk dirham dan ukurannya dan
munculnya penipuan pada mata uang mereka seperti nilai tertera yang melebihi dari nilai
yang sebenarnya.

Ketika Nabi Saw. diutus sebagai nabi dan rasul, beliau menetapkan apa yang sudah
menjadi tradisi penduduk Makkah.Dan beliau memerintahkan penduduk Madinah untuk
mengikutiukuran timbangan penduduk Makkah ketika itu mereka berinteraksi ekonomi
mengguna kan dirham dalam jumlah bilangan bukan ukuran timbangan. Belian bersabda:
"Timbangan adalah timbangan penduduk Makkah sedang takaran adalah takaran penduduk
Madinah:"

Sebab munculnya perintah itu adalah perbedaan ukuran dirham Persia karena terdapat
tiga bentuk cetakan uang:

1. Ada yang ukurannya 20 qirath (karat);106


2. Ada yang ukurannya 12 karat,
3. Ada yang ukurannya 10 karat,

Lalu ditetapkan dálam dirham Islam menjadi 14 karat dengan mengambil sepertiga
dari semua dirham Persia yang ada. 20 + 12 + 10 = 42/3 = 14 sama dengan 6 daniq", Setiap
daniq seukuran 7 Mitsgal (mitsgal dalam ukuran sekarang adalah gram,)

Demikian Nabi Saw. juga mempunyai peranan dalam masalah keuangan, yaitu
menentukan ukuran timbangannya. Bersama itu, mereka yang menulis tentang uang dari
pandangan Islam tidak menyinggung soal peranan ini. Hanya saja Rasulullah Saw. tidak
mengubah mata uang karėna kesibukannya memperkuat tiang-tiang agama Islam di jazirah
Arab. Karena itu sepanjang masa kenabian, kaum Muslim terus menggunakan mata uang
asing dalam interaksi ekonomi mereka. 18

18
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal 33
b. Uang pada masa Khulafaurrasyidin

Ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifáh; beliau tidak melakukan perubahan
terhadap mata uang yang beredaf. Bahkan. menetapkan apa yang sudah berjalan dari masa
NabhSaw., yaitu penggunaan mata uang Dinar Hercules dan Dirham Persia. Beliau sendiri
sibuk memerangi kemurtadan.

Begitu juga ketika Umar bin Khattab dibaiat sebagai khalifah, şibuk melakukan
penyebaran Islam ke berbagai negeri dan menetapkan persoalan uang sebagaimana yang
sudah berlaku. Hanya pada tahun 18 H, menurut riwayat tahun 20 H, dicetak dirham Islam.
Namun dirham tersebut bukan cetakan Islam yang tersendiri, melainkan masih mengikuti
model cetakan Sasanid berukiran Kisra denĝan bebetapa tambahan berupa ukiran di lingkaran
yang meliputi ukiran Kisra ditambah ukiran beberapa kalimat tauhid dafam jenis tulisan Kufi,
seperti kalimat Bismillah, Bismillah Rábbi, alhamdulillah, dan pada sebagian lagi kalimat
Muhammad Rasulullah.

Ukuran dirham Işlam' ketika itu.adalah 6 daniq dan ukuran setiap 10 dirham adalah 7
mitsgal sebagaimana padà masa Nabi Saw. Ketika itu ukuran hanya dalam ingatan maka pada
masa Umar dituliskan di cetakan.dirham.

Pada masa Ustman bin Affan, dicetak dirham seperti model dirham Khalifah Umar
bin Khattab dan dituliskan juga kota tempat pencetakan dan tanggalnya dengan hurup
bahlawiyah dan salah satu kalimat Bismillah, Barakah, Bismillah Rabbi, Allah, dan
Muhammad dengan jenis tulisan Kufi.

Ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah, beliau mencetak dirham mengikuti model
Khalifah Utsman bin Affan dan menuliskan di lingkarannya salah satu kalimat Bismillah,
Bismillah Rabbi, dan rabiyallah. dengan jenis tulisan Kufi.19

c. Uang pada masa Dinasti Ummayah

Pencetakan uang pada masa Dinasti Umawiyah semenjak masa Muawiyah bin Abi
Sofyan masih meneruskan model Sasanid dengan menambahkan beberapa kata tauhid seperti
halnya pada masa Khulafaur Rasyidin.

Pada masa Abdul Malik bin Marwan, setelah mengalahkan Abdullah bin Zubair dan
Mush’ab bin Zubair, beliau menyatukan tempat percetakan. Pada tahun 76 H beliau membuat
mata uang Islam yang bernapaskan model Islam tersendiri, tidak ada lagi isyarat atau tanda
Byzantium atau Persia. Dengan demikian, Abdul Malik bin Marwan adalah orang yang
pertama kali mencetak dinar dan dirham dalam model Islam tersendiri. Bagai manapun juga,
apa yang telah dilakukan oleh Abdul Malik mampu merealisasikan stabilitas politik dan
ekonomi, mengurangi pemalsuan dan manipulasi terhadap mata uang

Pemberantasan pemalsuan dan pengeta tan terus berlanjut pada masa Yazid bin Abdul
Malik dan Hisyam bin Abdul Malik. Bahkan Hisyam pernah memeriksa dirham dan
mengetahui ukurannya kurang satu butir. Beliau menghukum pembuatnya dengan 1000
19
Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005, hal 34
cambuk, dan mereka berjumlah 100 orang sehingga beliau menghukum dalam tiap satu butir
dengan 100.000 kali cambuk.Begitulah akhirnya Dinar masa Umawiyah terkenal halus,
akurat, dan murni. Sebagai bukti kemajuan dalam perkembangan uang.20

d. Uang pada masa Dinasti Abbasiyah dan sesudahnya

Pada masa Abbasiyah, pencetakan dinar masih melanjutkan cara Dinasti Umawiyah.
Al-Saffah mencetak dinarnya yang pertama pada awal berdirinya Dinasti Abbasiyah tahun
132 H mengikuti model dinar Umawiyah dan tidak mengubah sedikitpun kecuali pada
ukiran-ukiran.

Pada masa Shalahuddin al-Ayyubi Rahimahullah, bahan baku emas tidak cukup untuk
pencetakan dinar disebabkan berbagai peperangan. Karena itu, mata uang utama adalah perak
dan tidak juga murni, bahkan separuhnya adalah tembaga. Pencetakan uang dalam bentuk ini
terus berlanjut di Mesir dan Syam (Syiria) sepanjang masa pemerintahan Bani Ayyub.

Pada masa pemerintahan Mamalik, pence ta kan uang tembaga (fulus) tersebar luas.
Bahkan pada masa pemerintahan raja al-Zhahir Barquq dan anaknya Farj,uang tembaga men
jadi mata uang utama, dan pencetakan dirham dihentikan karena beberapa sebab, yakni:

 Penjualan perak ke negara-negara Eropa.


 Impor tembaga dari negara-negara Eropa yang semakin bertambah akibat dari
peningkatan produksi pertam ba ngan di sebagian besar wilayah Eropa.
 Meningkatnya konsumsi perak untuk pembuatan pelana dan bejana

Namun uang tembaga tidak selamanya menjadi mata uang utama bahkan kembali
kepada fungsinya yang pertama sebagai mata uang bantu. Pada masa Sultan Muayyad, uang
logam digunakan untuk barang-barang murah. Sedangkan mata uang utama adalah dirham
perak dan dinamakan Dirham Muayyad.21

Pada masa Dinasti Ottoman, sistem ke uangan resmi Utsmaniyah tahun 955 H/1534
M, berdasarkan pada dua barang tambang, emas dan perak dengan perbandingan 1:15. Pada
tahun 1839 M, pemerintah Utsmaniyah menerbitkan mata uang baru yang diberi nama Gaima
bentuk kertas-kertas banknotel ganti imbangan saldo emas. Hanya nilainya terus merosot
sehingga orang-orang tidak Mempercayainya.

20
Ressi susanti . “Sejarah Transformasi Uang dalam Islam”. Jurnal Aqlam . Volume 2, nomor 1 20 17
21
Ressi susanti . “Sejarah Transformasi Uang dalam Islam”. Jurnal Aqlam . Volume 2, nomor 1 20 17
BAB III

KESIMPULAN

A. SIMPULAN
1. Uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar nilai harga dan media
transaksi pertukaran. Sedangkan berdasarkan ungkapan al ghzali dan ibnu khaldun
Uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga,
media transaksi penukaran dan media simpan.
2. Dalam sistem perekonomian, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar(medium
of change) dan itu juga lah funsgi utama uang. Dari fungsi utama tersebut
diturunkan fungsi fungsi lain seperti sebagai pembakuan nilai(standar of value),
satuan penghitung, (Unit of account) dan pembakuan bayaran tangguh (standar
defferend paymen).
3. Uang yang sekarang digunakan secara definisional harus memenuhi tiga syarat
utama. Dalam hal ini dikemukakan oleh Dumairy dalam Ach- mad Ramzy
Tedjoeddin, (1992: 113-114) mensyaratkan:
- Diterima umum,maksudnya dapat digunakan secara meluas
- Berfungsi setidak-tidaknya sebagai alat pembayaran
- Sah, maksudnya telah di sahkan dan diakui oleh pemerintah
4. Nabi Saw. juga mempunyai peranan dalam masalah keuangan, yaitu menentukan
ukuran timbangannya Pada masa abu bakar dan umar, mereka berfokus kedalam
penyebaran islam, dan pada tahun 20 H dicetak dirham Islam
5. Pada masa Abdul Malik bin Marwan tahun 76 H beliau membuat mata uang Islam
yang bernapaskan model Islam tersendiri, tidak ada lagi isyarat atau tanda
Byzantium atau Persia. Dengan demikian, Abdul Malik bin Marwan adalah orang
yang pertama kali mencetak dinar dan dirham dalam model Islam tersendiri
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2005),

Adiwarman, A.K. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Edisi 3 cet. 4; PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

AL Quran Karim

Amri, H. (2016). Kebijakan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam Dalam Pembangunan
Perekonomian (Studi Analisis Pada Masa Rasulullah SAW Dan Sahabat).

Dr. Ahmad Hasan. “Mata Uang Islami”. RajaGrafindo Persada. Jakarta : 2005,

Eugene A. Diulio. “Uang dan Bank”. Erlangga Jakarta : 1993

Mustafa E. Nasution, Budi Setyanto dkk. “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana
Prenada Jakarta 2007

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2009)

Nurul Wahida Apriliya. “Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khulafaurasyidin”

Ressi susanti . “Sejarah Transformasi Uang dalam Islam”. Jurnal Aqlam . Volume 2, nomor
1 2017

Suhrawardi K. Lubis & Farid Wajdi. “Hukum Ekonomi Islam”. Sinar Grafindo Jakarta :
2014

Anda mungkin juga menyukai