Anda di halaman 1dari 3

7 Karakter Ideal orang Bugis

 Penulis Unknown
 TAGS
TRADISI

Setiap komunitas memiliki standarisasi nilai untuk membangun harmoni dalam


kelompoknya. Tak terkecuali orang Bugis, juga memiliki beberapa standarisasi nilai yang
diharapkan melekat pada karakter personalnya. Berikut ini kami merangkum 7 karakter
ideal bagi orang Bugis
1. Manyameng Kininnawa :  secara harfiah berarti nikmat pikirannya, ceria, bahagia atau
berpikir positif. Orang yang manyameng kininnawa selalu menghindarkan diri dari
berprasangka buruk terhadap orang lain. Jika ia mendapat masalah, ia berusaha menutupi
kegundahannya dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Ia selalu merasa tidak enak jika
memberatkan orang lain. Orang yang manyameng kininnawa juga senang menyelingi
humor dalam interaksinya dengan orang lain sehingga ia menebar kebahagiaan atau
keceriaan dalam hatinya kepada sesamanya
2. Mappasitinaja :  secara harfiah berarti memperlakukan sesuatu secara proporsional.
Ia berlaku adil, menempatkan sesuatu pada tempatnya.  Orang yang mappasitinaja
senantiasa dilliputi oleh manyameng kininnawa sehingga dalam tindakan
proporsionalnya tidak terpisah dengan pemikiran positifnya. Hal ini untuk mencegah
terjadinya ketidakadilan. Untuk mengurai hal ini, terlebih dulu kita bedakan antara
Pembedaan dengan Perbedaan. Pembedaan berarti ada beberapa hal yang sama
namun diperlakukan berbeda, ini berarti ketidak adilan. Perbedaan berarti secara
substansi sesuatu itu memang berbeda dengan yang lain, sehingga justru tidak adil
jika diperlakukan sama. Mappasitinaja disini bermakna bahwa seseorang berbuat
membedakan sesuatu yang berbeda dan tidak membedakan sesuatu yang
memang tidak berbeda
3. Malabo : Labo berarti dermawan. Tentang hal ini ada adagium bugis
mengatakan aja mumaleo naburuki labo natunai sekke = Janganlah anda ingin
dihancurkan oleh kedermawanan dan dihinakan oleh kekikiran. Dermawan dalam
kacamatan manajemen disini berarti selalu ada alokasi anggaran untuk membantu
sesama namun nominal bantuan itu tidak menghabiskan modal. Misalnya dalam
bisnis, seorang pedagang tidak akan menyumbang sebelum ia mengkalkulasi
berapa keuntungannya dalam hari itu. Kemudian setelah ia mendapat keuntungan,
maka ia akan mengalokasikan untuk membantu sesamanya. Adagium diatas
memberikan kita pandangan yang realistis dalam aktifitas ekonomi tanpa harus
kehilangan nilai-nilai kemanusiaan
4. Malempu : harfiah berarti lurus. Dalam artian, berpikir benar, berkata benar (=jujur)
dan berbuat benar. Jadi Malempu bermakna lebih luas daripada kejujuran. Orang
yang malempu senantiasa menghindarkan dirinya dari mengambil hak orang lain
atau mendapatkan sesuatu dengan cara curang (=maceko). Orang yang malempu
senantiasa akan menjaga hak-haknya maupun hak orang lain
5. Magetteng : secara harfiah berarti konsisten. Kata getteng biasanya digunakan pada
tali yang ditarik yang lurus. Tali kadang dijadikan alat untuk mengukur kelurusan
sesuatu  (=becci’) terutama bagi tukang. Sehingga Malempu tidak terpisah dengan
Magetteng. Seseorang bisa jadi lurus, berpikir, berkata dan berbuat benar pada
awal-awalnya. Namun belum tentu ia mempertahankan kelurusannya itu
6. Macca : Acca berarti pintar. Disebutkan bahwa orang yang pandai adalah mampu
melihat sebab-sebab terjadinya sesuatu, memahami proses terjadinya sesuatu dan
akibat dari sesuatu. Orang yang Macca sangat disenangi karena kemampuannya
mengurai dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Macca juga
berasosiasi makna pada keahlian diplomatis yaitu kemampuan menjawab
persoalan politis pada level yang lebih tinggi. Pada zaman dahulu, Macca adalah
salah satu syarat untuk terpilih menjadi raja. Biasanya pula para Raja dizaman
dahulu didampingi oleh penasehat yang tergolong cendekia seperti  To Ciung
Maccae ri Luwu, Nene Mallomo, Botolempangan, Nene Pasiru dan Kajao Laliddong
7. Warani : secara harfiah berarti keberanian. Ada beberapa item tentang keberanian.
Misalnya, tidak gentar diposisikan dibelakang, ditengah dan didepan. Tidak kaget
mendengar kabar baik dan kabar buruk. Warani juga berasosiasi makna dengan
pembelaan terhadap kaum yang lemah seperti pada adagium Sanreseng tau
madodong, tattumpukeng tau mawatang = Sandaran (harapan) orang-orang lemah,
tertumbuknya (tantangan) bagi orang kuat (sewenang-wenang).
Tujuh karakter diatas sebenarnya hanya mewakili sebagian dari banyak karakter bugis
(maogi-ogi=bersifat bugis). Mungkin agak narsis, memang sebagian sifat kurang baik
(menurut kita) orang bugis adalah Pujiale alias suka memuji diri. Yang terlihat dengan
penggunaan kosakata bugis untuk diasosiasikan dengan hal yang bermakna baik.
Atraksi Bissu pada Pesta Rakyat Bone 2004

Tapi terlepas dari hal itu, ketujuh sifat diatas adalah miliki semua manusia. Sesungguhnya
siapapun yang memiliki ketujuh karakter diatas pasti disenangi orang sekelilingnya. Orang bugis
dahulu hanya merangkum dengan beberapa kalimat atau adagium sebagai kalimat kunci yang
terwaris secara tertulis atau lisan kepada kita hari ini 

Anda mungkin juga menyukai