Anda di halaman 1dari 3

PENYIHIR ADAB MEMAKAI SANDAL.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Jauhilah tujuh
perkara yang membawa kehancuran! para sahabat bertanya: “Apakah ketujuh perkara itu ya
Rasulullah?”, beliau menjawab:” yaitu syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan oleh agama, makan riba, makan harta
anak yatim, lari dari peperangan, menuduh zina terhadap wanita yang terjaga dirinya dari
perbuatan dosa yang tidak memikirkan untuk melakukan dosa serta beriman kepada Allah.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 2766 dan Muslim, no 89)

Diriwayatkan dari Jundub bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda dalam hadits marfu’: “Hukuman bagi
tukang sihir adalah dipenggal lehernya dengan pedang.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, no 1460,
dan ia berkata: "pendapat yang benar hadits ini adalah mauquf (perkataan sahabat)
.
“Dan mereka beriman kepada Jibt dan Thaghut.”(Qur’an surat an-Nisaa’ ayat 51).
.
Menurut penafsiran Umar bin Khathab radhiallahu anhu : Jibt adalah sihir, sedangkan Thaghut
adalah syetan. Sedangkan Jabir radhiallahu anhu berkata: Thaghut adalah para tukang ramal yang
didatangi syetan; yang ada pada setiap kabilah

Kandungan bab ini:


Penjelasan Qur’an an-Nisa ayat 51, menunjukkan bahwa ada di antara umat ini yang beriman
kepada tukang sihir (Jibt), sebagaimana ahli kitab beriman kepadanya, karena Rasulullah  telah
menegaskan bahwa akan ada di antara umat ini yang mengikuti dan meniru umat-umat
sebelumnya.

Thaghut itu terkadang dari jenis Jin, dan kadang terkadang dari jenis manusia. Mengetahui tujuh
perkara yang bias menyebabkan kehancuran, yang dilarang secara khusus oleh Nabi. Tukang sihir
itu kafir. Tukang sihir itu dihukum mati tanpa diminta taubat terlebih dahulu. Jika praktek sihir
itu telah. dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “janganlah kalian
berjalan menggunakan satu sandal. Hendaknya kedua sandal tersebut dilepas ataukah keduanya
dipakai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Mengenai larangan berjalan dengan satu sandal, para ulama memberikan beragam keterangan
tentang motif Nabi dengan larangan tersebut. Imam Nawawi menyatakan bahwa para ulama
mengatakan sebab larangan tersebut adalah karena menyebabkan pemandangan yang tidak pantas
dilihat. Nampak cacat dan menyelisihi sikap wibawa. Di samping itu, kaki yang bersandal jelas
lebih tinggi daripada kaki yang lain. Hal ini tentu menimbulkan kesulitan saat berjalan. Bahkan
boleh jadi menyebabkan terpeselet. (Syarah Muslim, 14/62)
.
Sedangkan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 10/309-310 mengatakan, “Al-Khithabi
menyatakan bahwa hikmah larangan menggunakan satu sandal adalah karena itu berfungsi
menjaga kaki dari gangguan duri atau semisalnya yang ada di tanah. Jika yang bersandal hanya
salah satu kaki maka orang tersebut harus ekstra hati-hati untuk menjaga kaki yang lain, satu hal
yang tidak perlu dilakukan untuk kaki yang bersandal. Kondisi ini menyebabkan gaya berjalan
orang ini tidak lagi lumrah dan tidak menutup kemungkinan dia bisa terpeleset. Ada yang
berpendapat hal itu dilarang karena tidak bersikap adil terhadap anggota badan dan boleh jadi
orang yang berjalan dengan satu sandal dinilai oleh sebagian orang sebagai orang yang akalnya
bermasalah. Sedangkan Ibnul Arabi mengatakan, “Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut
terlarang karena itu merupakan gaya setan berjalan. Ada pula yang berpendapat karena sikap
tersebut merupakan sikap yang tidak wajar dan lumrah. Di sisi lain, Al-Baihaqi berkomentar
bahwa hukum makruh karena memakai satu sandal adalah disebabkan hal tersebut merupakan
pemicu popularitas. Banyak mata akan tertarik memandangi orang yang berperilaku aneh seperti
itu dan terdapat hadits yang melarang pakaian yang menyebabkan popularitas. Karenanya segala
sesuatu yang menyebabkan popularitas sangat berhak untuk dijauhi.”

BEREBUT SHALAWAT DARI ALLAH DAN MALAIKAT-NYA.


.
Kerap kita temui di masyarakat, orang-orang saling mempersilakan satu dengan yang lainnya
untuk mengisi shaf pertama dalam shalat berjamaah. Boleh jadi mereka lakukan dalam rangka
saling menghormati yang lebih tua. Namun tidak menutup kemungkinan karena malas menjadi
makmum di shaf terdepan, untuk ini kita patut mohon pertolongan pada Allah ta'ala.
.
Diriwayatkan dari Al Barra’ bin ‘Adzib bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.

“ ‫ والمؤذن يغفر له مدى صوته ويصدقه من سمعه من رطب ويابس وله مثل أجر‬،‫إن هللا ومالئكته يصلون على الصف المقدم‬
‫”من صلى معه‬

.
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf awal, dan
muadzin itu akan diampuni dosanya sepanjang radius suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh
segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i Juz 2: 646, lafazh ini miliknya. Hadits ini shahih li
ghairihi menurut Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat TarhibJuz 1: 235)

Semoga Allah menolong kita untuk senantiasa berdzikir, bersyukur dan semangat dalam
beribadah kepada Allah ta'ala.

BERIBADAH DI KUBURAN ORANG SHALIH, KEBIASAAN ORANG KAFIR


.
Aisyah radhiallahu anha menuturkan bahwa Ummu Salamah radhiallahu anha bercerita kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang gereja yang ia lihat di negeri Habasyah (Ethiopia),
yang di dalamnya terdapat rupaka-rupaka (gambar-gambar), maka Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: ”Mereka itu, apabila ada orang yang shalih atau hamba yang shalih
meninggal, mereka bangun di atas kuburannya sebuah tempat ibadah, dan mereka membuat di
dalamnya rupaka-rupaka, dan mereka adalah sejelek-jelek makhluk disisi Allah ta’ala”.
Mereka dihukumi Beliau shallallahu alaihi wasallam sebagai sejelek-jelek makhluk karena
mereka melakukan dua fitnah sekaligus; yaitu fitnah memuja kuburan dengan membangun tempat
ibadah di atasnya dan fitnah membuat rupaka-rupaka (patung-patung). Diriwayatkan oleh
Bukhari, no. 427 dan Muslim, no. 528 serta ahmad 6/51
.
Dari Jundub bin Abdullah radhiallahu anhu, dimana ia pernah berkata: “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal dunia:
“Sungguh, Aku menyatakan setia kepada Allah dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang
Khalil (kekasih mulia) dari antara kalian, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah menjadikan aku
sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya; seandainya
aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai
kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan
kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan
kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”.
Diriwayatkan oleh Muslim, no. 532
.
Lanjut dikomen

Anda mungkin juga menyukai