Bugis
Penulis Andi Rahmat Munawar
TAGS
RENUNGAN
SOSIAL BUDAYA
TRADISI
Tiap individu terlahir dan berkembang dengan keunikannya. Sehingga tidak ada satupun
individu yang identik dengan individu lain. Individu selalu khas dibanding individu lain.
Ketika individu ini berkumpul membentuk komunitas, maka keragaman dan keunikan itu
membentuk sinergitas tersendiri. Komunitas akhirnya menciptakan keunikannya sendiri,
berdasar keunikan individu pada ruang dan waktu yang bersangkutan.
Di zaman dahulu, orang Bugis memiliki sejarah yang dinamis. Pernah mengalami kondisi
stabil, dinamika politik, peperangan hingga model resolusi pasca konflik. Sehingga, tidak
jarang kita temukan dalam naskah attoriolong = kitab sejarah bugis, terselip pesan-pesan
filosofis-politis. Atau pesan bijaksana dalam tata kelola negara dan masyarakat.
Begitupula pada tradisi tutur masyarakat, terkadang kita temukan idiom yang berkaitan
dengan hubungan sosial.
Kembali pada relasi sosial orang Bugis dimasa lalu, pemahaman akan dialektika
gagasan dan pentingnya persatuan direpresentasikan pada idiom Mallibu Ittello = yang
secara harfiah bermakna, bulat bagai telur.
Ketika orang Bugis dimasa lalu melakukan musyawarah, tentu ada silang pendapat.
Musyawarah itu disebut Tudang Sipulung = duduk bersama. Ada juga yang
menyebut Assipetangngareng = saling berbagi pendapat. Setelah didapatkan kesimpulan,
itulah hasil mufakat yang disepakati. Tentu, ada pihak yang tidak 100% setuju. Namun,
kesepakatan yang diambil, harus dijalani bersama. Seperti kita ketahui bersama, bahwa
bentuk bulat pada telur tidaklah simetris, namun agak oval atau lonjong. Inilah maksud
dari Mallibu Ittello. Bahwa komunitas tersebut, bersatu pada satu kesepakatan meski
semua individu tidak sama persis pemikirannya. Hal ini menyiratkan pentingnya
mendahulukan persatuan untuk kepentingan bersama daripada egoisme individu. Meski
disaat bersamaan juga mengakui kekhasan dan keunikan individu.
Jika kedua tangan kita dirapatkan, masing-masing jari bersilangan, dan telur ditengah,
maka sekuat apapun dorongan tapak tangan kanan dan kiri tidaklah dapat memecahkan
telur. Hal ini menyimbolkan kekuatan telur tersebut. Telur, disimbolkan sebagai awal
kehidupan sehingga merepresentasikan makna hasil permufakatan sebagai awal dari
implementasi kedepan yang akan dijalankan.
Mallibu Ittello sebagai sebuah konsep, merupakan titik pertemuan antara jiwa demokrasi
yang mengakui hak berpendapat disatu sisi, dan kolektivitas disisi lain. Kekuatan yang
lahir dari persatuan disatu sisi, dan keragaman disisi lain. Antara kebersamaan dalam
mengeluarkan pendapat di satu sisi, dan implementasi kesepakatan di sisi lain. Mallibu
Ittello merupakan sebuah capaian prestasi sosial orang Bugis dimasa lalu, yang kini
semakin terlupakan (arm)