Anda di halaman 1dari 41

Kajian Ahad pagi, 20 Februari 2022

Perilaku-perilaku Binatang
YANG TIDAK BOLEH DITIRU
(Berdasarkan hadits-hadits Nabi )
1. Kalajengking
Makhluq ini memang jahat. Siapapun ia sengat. Tidak peduli orang baik atau orang jahat. Bahkan
manusia terbaik yaitu rosululloh shollallohu alaihi wasallam, ia sengat juga padahal beliau sedang
berada di posisi terbaik yaitu ketika sedang menunaikan sholat yang membuat beliau murka
sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah :

Dari Aisyah berkata : Seekor kalajengking menyengat nabi shollallohu alaihi wasallam saat beliau
sholat. Beliau bersabda : Semoga Alloh melaknat kalajengking karena ia tidak membiarkan orang
yang sedang menunaikan sholat dan di luar sholat (kecuali ia menyengatnya) [HR Ibnu Majah]
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari
lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara
yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).
Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,

“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka
dan harta mereka dari gangguannya.”
2. Burung Elang
Perilakunya yang suka memangsa burung lainnya menunjukkan sifat
jahatnya. Kalau ada manusia yang memakan daging kambing, sapi,
ayam dan lainnya tentu ini wajar. Yang di luar batas manakala ada
manusia memiliki sifat kanibal, yaitu gemar memakan daging manusia.

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi


wa Sallam bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang
boleh dibunuh baik di tanah halal maupun haram, yaitu : Burung gagak,
burung elang, kalajengking, tikus dan anjing galak [Muttafaq Alaihi]
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka.
Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari
kesalahan orang lain dan jangan di antara kalian menggunjing
sebagian yang lain. Apakah di antara kalian suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik.
Bertakwalah kalian pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat : 12)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan
kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.”
Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti
engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah
memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).
Yang tidak termasuk Ghibah :
1. Mengadukan kezaliman (Tadhollum)
2. Minta bantuan untuk tinggalkan maksiat (Isti’anah fi Taghyiril
Munkar)
3. Saat meminta fatwa (Istifta’)
4. Mengingatkan dari suatu keburukan (Ihdzaar minal Fitan)
5. Membahas perbuatan maksiat (Al bahtsu fil Mujaaharoh)
6. Menyifati orang untuk satu keperluan (Ta’yiin)
(Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi)
3. Burung Gagak
Burung ini dianjurkan untuk dibunuh sebagaimana yang disabdakan nabi
shollallohu alaihi wasallam :

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam


bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang boleh dibunuh baik di
tanah halal maupun haram, yaitu : Burung gagak, burung elang, kalajengking,
tikus dan anjing galak [Muttafaq Alaihi]
Ibnu Hajar Al Atsqolani menyebut riwayat bahwa ketika nabi Nuh
berada di atas kapal pada banjir besar, ia memberi istruksi kepada
burung ini untuk melihat kondisi dunia. Ketika dia pergi, mendapati
bangkai lalu asyik memakannya setelah itu ia lupa untuk kembali
kepada Nuh. Ini menunjukkan bahwa si gagak tidak mengemban
amanat yang sudah diserahkan kepadanya. Sebagian ulama
menyebut bahwa burung ini memang gemar memakan bangkai.
Pada masa jahiliyyah, bila masyarakat quraisy mendengar suara
burung gagak dua kali, mereka akan menilai bahwa itu adalah
pertanda buruk. Bila suara terdengar tiga kali, maka mereka
mengira bahwa itu pertanda baik.
Oleh karena itu, Abdulloh Bin Abbas bila mendengar suaranya, ia akan berdoa :

Ya Alloh, tidak ada kesialan kecuali kesialan yang telah Engkau tetapkan dan
tidak ada kebaikan kecuali kebaikan yang telah Engkau tetapkan dan tidak ada
Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 6/47

Hikmah : Kisah Burung Gagak di masa Nabi Nuh, Kisah Bughots, Kisah Tathoyyur
4. Kelakuan Cicak
Ada banyak binatang yang memperlihatkan perilaku baik. Semut dan ikan
bersholawat di tiap harinya untuk orang-orang yang berilmu. Kodok yang
rajin bertasbih sehingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang kita
untuk membunuhnya. Burung di angkasa, sambil mengepak-epakkan
sayapnya, mereka menunaikan sholat.
Berbeda dengan cicak, hewan yang dianjurkan untuk dibunuh. Rosululloh
shollallohu alaihi wasallam menyebutnya dengan fuwaisiqoh (fasik kecil-
kecilan). Dulu ketika Ibrohim sudah ada di atas tumpukan kayu yang sudah
terbakar, banyak hewan datang berusaha untuk memadamkan api kecuali
cecak. Dia berusaha meniup-niup api supaya semakin besar, padahal
tiupannya tidak akan menambah kobaran api.
Demikianlah sifat jahatnya turun temurun hingga cicak yang ada hingga saat ini.
Oleh karena itu, nabi shollallohu alaihi wasallam menganjurkan kita untuk
membunuhnya sebagaimana yang termaktub pada hadits-hadits di bawah ini :

Dari Ummu Syarik rodliyallohu anha : Bahwa rosululloh shollallohu alaihi


wasallam memerintah membunuh cecak dan bersabda : Karena dia dulu pernah
meniup-niup api untuk kecelakaan Ibrohim alaihissalam [HR Bukhori, Muslim dan
Darimi]
Dari Amir Bin Sa’ad, dari bapaknya berkata : Rosululloh
shollallohu alaihi wasallam memerintah membunuh cecak dan
beliau menyebutnya dengan fuwaisiqoh (dari kata fasik) [HR
Abu Daud]
Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa membunuh cecak pada awal pukulan maka baginya sekian dan
sekian pahala. Barangsiapa yang membunuhnya pada pukulan kedua maka
baginya sekian dan sekian pahala kurang dari yang pertama. Barangsiapa yang
membunuhnya pada pukulan ketiga maka baginya sekian dan sekian pahala
kurang dari yang kedua [HR Ahmad dan Abu Daud]
Dari Saibah : Bahwa dia pernah masuk menemui Aisyah. Ia melihat di rumahnya
ada panah yang diletakkan. Saibah berkata : Wahai ummul mukminin, apa yang
engkau perbuat dengan panah ini ? Ia berkata : Kami membunuh cecak dengan
alat ini karena nabi shollallohu alaihi wasallam mengabarkan kepada kami bahwa
Ibrohim alaihissalam ketika dilempar ke dalam api, tidak ada binatang kecuali
berusaha memadamkan api selain cecak. Ia meniup-niup api itu maka rosululloh
alaihish sholatu wassalam memerintah untuk membunuhnya [HRAhmad]
5. Meniru Onta Saat Minum
Apa yang terjadi, bila satu botol air dihabiskan dengan satu tegukan ?
Yang pertama kurang sedap dipandang karena terkesan tergesa-gesa.
Tak jarang yang bersangkutan tersegak yang membuatnya akan batuk-
batuk. Bila dilakukan orang terpandang, tentu akan mengurangi
kehormatannya. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi wasallam
bersabda :
Dari Ibnu Abbas rodliyallohu anhuma berkata : Rosululloh shollallohu
alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian minum sekali tegukan
seperti minumnya onta, akan tetapi minumlah dua kali atau tiga kali.
Bacalah bismillah saat minum dan bacalah hamdallah saat kalian
mengangkat minuman [HR Tirmidzi]
Dari Anas Bin Malik, bahwa nabi shollallohu alaihi wasallam
biasa bernafas di bejana tiga kali (maksudnya minum dengan
tiga kali bernafas) seraya bersabda : Itu lebih bermanfaat dan
lebih nyaman [HR Tirmidzi]
6. Meniru Onta Saat Akan Sujud
Ketika bacaan i’tidal sudah selesai, maka kita akan turun untuk menunaikan sujud.
Syariat melarang kita untuk turun seperti menderumnya onta. Yang menjadi masalah
hingga membuat para ulama berbeda pendapat adalah kedudukan tangan dan lutut,
manakah yang didahulukan untuk diletakkan ? Pendapat pertama mengatakan bahwa
tangan diletakkan lebih dahulu dari lutut. Hal ini berdasar nabi rosululloh shollallohu
alaihi wasallam :
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Bila
salah seorang di antara kamu sujud maka janganlah ia
turun seperti onta menderum. Hendaknya ia
meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya
[HR Ahmad, Abu Daud dan Darimi]
Pendapat kedua, memilih mendahulukan lutut atas tangan. Hal ini sesuai dengan
kesaksian dari Wail Bin Hujr :

Dari Wail Bin Hujr berkata : Aku melihat nabi shollallohu alaihi wasallam apabila
sujud, beliau meletakkan lututnya sebelum tangannya dan apabila bangkit
mengangkat kedua tangannya sebelum lututnya [HR Abu Daud, Nasa’i, Ibnu
Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah]
7. Mengkavling Tempat Ala Onta
Terkadang di sebuah masjid ada orang yang selalu menempati
bagian pojok depan sebelah kanan. Semua jamaah tahu perilaku
orang itu sehingga mereka segan untuk berada di tempatnya.
Mengkavling tempat sholat mendatangkan banyak kerugian. (1)
Yang bersangkutan akan memiliki satu saksi saja pada hari kiamat
berkenaan tempat yang ia injak saat berada di masjid untuk
menunaikan sholat. Bukankah tempat yang kita duduki akan
memberi kesaksian ?
(2) Perilaku tersebut akan memunculkan kemalasan dan kebencian. Bila ada orang lain
menempati tempatnya, tentu pengkavling akan benci kepada orang itu dan dirinya akan
malas atau tidak khusyu saat menunaikan sholat. Oleh karena itu, nabi melarang perbuatan
ini :

Dari Abdurrohman Bin Syiblin berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam melarang
meniru patukan burung gagak, membentangkan tangan seperti binatang buas dan
seseorang yang mengkavling tempat di masjid seperti onta yang biasa mengkavling tempat
duduk [HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Addarimi dan Ibnu Majah]
Kajian Musholla sampai sini, 13/2/22

Penulis Aunul Ma’bud berkata :

Hikmah dari pelarangan ini adalah (sikap tersebut) akan


menimbulkan syuhroh (ingin terkenal), riya, terbelenggu dengan
kebiasaan, mencari keuntungan dan ambisi

Maroji’ :
Aunul Ma’bud 2/357
8. Meniru Gagak Saat Sujud
Burung gagak, seperti binatang unggas lainnya. Saat makan biasa mematuk-matuk
makanan di tanah begitu cepat. Sifat seperti ini bila diterapkan dalam sujud, tentu
tidak boleh. Bukankah sujud adalah kondisi hamba sangat dengan Robnya
sehingga dianjurkan bagi kita untuk banyak berdoa ? Jika demikian tergabung dua
bacaan dalam sujud, yaitu dzikir sujud dan doa.
Bila ini dilakukan, maka alangkah lamanya seorang menunaikan sujudnya. Oleh
karena itu, nabi shollallohu alaihi wasallam melarang mempercepat sujud secepat
burung mematok makanan di tanah.
Dalam sebuah hadits disebutkan :

Dari Abdurrohman Bin Syiblin berkata : Rosululloh shollallohu


alaihi wasallam melarang meniru patukan burung gagak,
membentangkan tangan seperti binatang buas dan seseorang
yang mengkavling tempat di masjid seperti onta yang biasa
mengkavling tempat duduk [HR Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu
Khuzaimah, Addarimi dan Ibnu Majah]
Kalau hadits di atas menggunakan kalimat “ melarang meniru patukan burung gagak “, maka
pada hadits lain menggunakan kalimat “ melarang meniru patukan ayam “ :

Dari Abu Huroiroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam memerintahku


dengan tiga hal dan melarangku dengan tiga hal. Beliau memerintahku untuk sholat
dluha dua rokaat setiap hari, berwitir sebelum tidur dan shiyam tiga hari pada setiap
bulan. Beliau melarangku untuk mematuk seperti patukan ayam (maksudnya terlalu
cepat saat bersujud), duduk seperti duduk anjing dan menoleh seperti tolehan musang
[HR Ahmad]
9. Bersuara Seperti Suara Keledai
Islam menganjurkan kita bersuara dengan lemah lembut. Saat
berdoa, berbicara di hadapan orang tua dan memberi nasehat,
alangkah baiknya bila dibawakan dengan suara pelan. Suara keras
adalah dicela. Alloh menyamakannya dengan suara keledai :

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah


suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai
[luqman : 19]
10. Duduk Seperti Duduk Anjing
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam berpesan kepada Ali Bin Abi Tholib :

Dari Ali ia berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Hai Ali, janganlah
duduk seperti duduknya anjing (dalam shalat) [HR Ibnu Majah]
Apa yang dimaksud dengan duduk anjing ? Imam Qurthubi berkata :

Duduknya seorang di atas pantatnya dengan menegakkan kedua pahanya seperti


duduknya anjing atau binatang buas
Maroji’ :
Tafsir Alqurthubi 1/362
11. Sujud Seperti Sujudnya Anjing
Sujud yang benar menurut aturan syariat adalah :
a] Meletakkan tujuh anggota badan di tanah

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


'alaihi wa Sallam bersabda : Aku diperintahkan untuk bersujud di
atas tujuh tulang pada dahi. Beliau menunjuk dengan tangannya
pada hidungnya kedua tangan kedua lutut dan ujung-ujung jari
kedua kaki [Muttafaq Alaihi]
b] Ada ruangan kosong di bawah perutnya
Nabi shollallohu alaihi wasallam mengajarkan kita hal itu :

Dari Maimunah bahwa apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sujud, beliau
merenggangkan antara kedua tangannya sehingga seandainya ada seekor anak
kambing yang hendak lewat di bawah kedua tangan beliau, tentu ia akan
melewatinya [HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Nasa’i]
Ada cara sujud yang dikecam oleh rosululloh shollallohu alaihi
wasallam, yaitu sujud seperti anjing. Rosululloh shollallohu
alaihi wasallam bersabda :

Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda : Seimbanglah dalam sujud dan janganlah seseorang
meletakkan tangannya seperti anjing. [HR Bukhori, Muslim,
Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i dan Tirmidzi]
Apa makna sujud seperti anjing ?

Pensyarah sunan Nasa’i berkata :

Yaitu membentangkan dziro’nya (telapak tangan hingga siku) dan tidak


mengangkatnya dari tanah sebagaimana binatang buas dan anjing
Sementara Imam Nawawi menyebut bahwa cara sujud ini menunjukkan sifat
malas.
Maroji’ :
Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 2/243
Syarah Sunan Nasa’i 2/288
12. Anjing Yang Terus Menjulurkan Lidahnya
Orang kafir yang sudah ditutup hatinya oleh Alloh, tidak akan bermanfaat
semua nasehat yang datang kepadanya. Diberi petuah atau dibiarkan sama
saja. Diseru atau diacuhkan tidak akan berubah. Alloh serupakan kondisi
mereka seperti anjing :
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan
bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berpikir [alkahfi : 176]
Binatang bila menjulurkan lidahnya, itu tanda ia dalam keadaan haus atau lelah. Bila
kenyang dan segar karena sudah mendapat makanan atau minuman lidahnya tidak akan
terjulur. Ini berbeda dengan anjing. Lapar dan haus lidahnya terjulur demikian juga saat
kenyang dan segar. Itulah tamtsil bagi orang yang tidak berubah dengan petuah ilahi.
Maroji’ :
Zadul Masir (maktabah syamilah) hal 173
13. Meniru Ekor Kuda Saat Mengucapkan Salam
Tak jarang di masjid kita dapati seorang saat mengucapkan salam ke kanan, telapak
tangan kanan dibuka. Demikian juga ketika mengucapkan salam ke kiri, telapak kiri
juga dibuka. Rupanya hal ini juga pernah terjadi pada masa rosululloh shollallohu
alaihi wasallam. Para sahabat banyak yang melakukan perbuatan ini sehingga
mendapat teguran dari beliau :

Dari Jabir Bin Samuroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam keluar
menemui kami seraya bersabda : Kenapa aku melihat kalian mengangkat kedua
tangan kalian seperti ekor kuda Sumsin ? Bersikap tenanglah dalam sholat [HR
Muslim, Ahmad dan Abu Daud]
Dari Jabir Bin Samuroh berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam
bersabda : Atas dasar apa kalian memberi isyarat dengan tangan-tangan kalian
seperti ekor kuda liar. Sebenarnya cukup bagi seorang diantara kalian untuk
meletakkan tangan di pahanya lalu mengucapkan salam untuk saudaranya
yang ada di kanan dan di kiri [HR Ahmad]
14. Tikus
Kejahatan hewan ini dirasakan oleh manusia. Suka berada di tempat kotor
dan gemar membuat kerusakan. Hidup manusia tidak akan nyaman bila di
rumah masih ada tikus berkeliaran.
Tikus termasuk binatang yang dimanfaatkan setan untuk menimbulkan
kebakaran di rumah. Hal ini pernah terjadi di masa rosululloh shollallohu
alaihi wasallam sehingga beliau mengingatkan :
Dari Ibnu Abbas ia berkata : Seekor tikus datang dan menarik sumbu lampu,
tikus itu menariknya dan melemparnya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, yaitu di atas tikar kecil yang di duduki oleh beliau sehingga tikar
tersebut terbakar sebesar uang dirham. Beliau lalu bersabda : Jika salah seorang
dari kalian hendak tidur, maka hendaklah ia matikan obor-obor kalian, sebab
syetan akan memberi petunjuk kepada (tikus) ini untuk melakukan (seperti) ini
hingga membakar kalian [HR Abu Daud, Ibnu Hibban dan Alhakim]
Betapa jahatnya tikus, sampai-sampai rosululloh shollallohu alaihi mempersilahkan
untuk membunuhnya meski kita mendapatinya di tanah harom saat berihrom :

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam


bersabda : Ada lima binatang yang semuanya fasik, yang boleh dibunuh baik di tanah
halal maupun haram, yaitu : Burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus dan anjing
galak [Muttafaq Alaihi]

Anda mungkin juga menyukai