Nim : E94219031
Dunia adalah apa yang kita persepsi akan sesuatu. DUNIA dengan segala tipu dayanya
mampu menyilaukan manusia. Demi kesenangan dunia orang-orang rela menyerahkan
segalanya, bahkan kehilangan iman mereka sekalipun. Padahal pada hakikatnya dunia begitu
rendah, bahkan terkutuk. Namun bukan berarti tidak boleh berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan menafkahi keluarga. Demikian pula perintah zuhud terhadap dunia,
bukan artinya tidak perlu bekerja dan berusaha. Akan tetapi, maksudnya ialah tidak bergantung
pada dunia. Dengan kata lain, hati kita jangan berambisi dan sepenuhnya mengejar dunia,
meninggalkan urusan akhirat. Gelisah jika hartanya berkurang, gembira bila hartanya
bertambah, lalu melampaui batas ketika melihat dirinya telah merasa kaya.
Al-Qur‟an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Qur‟an justru memuliakan manusia sebagai
makhluk sorgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan
abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa
saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Tuhan benar-benar telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Tuhan kembalikan
manusia tersebut ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan
beramal ṣaleh.(Qs.Al-Tin(95):4-6))
Potensi manusia yang diilhamkan tuhan diberi akal dan kemampuan berekspresi dan
berbicara. Tubuhnya diperintah, ditegakkan akan dipermudahkan geraknya dengan organ
tubuhnya yang lengkap. Manusia sebagai makhluk yang unik untuk mempertahankan hidupnya
antara lain dengan mengambil manfaat dari alam raya ini, baik yang berada di permukaan
bumi, diperut bumi atau diangkasa raya. Alam dalam hal ini bumi dan langit dengan segala
isinya disediakan Allah untuk kemaslahatan manusia. Allah Rabbalʽalamin memelihara alam ini
termasuk dunia dengan penuh kasih sayang melalui Sunnatullah(hukum alam) yang dia
tetapkan.(Solehan,2015)
Tugas utama, yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Beribadah baik ibadah mahdoh
yaitu menjaga hubungan manusia dengan sang Maha Pencipta Allah SWT sedangkan ibadah
ghaoiru mahdoh, merupakan usaha sadar yang harus dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
sosial yaitu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Karena setiap ibadah yang
dilakukan oleh manusia baik ibadah yang langsung berkaitan dengan Allah atau ibadah yang
berkaitan dengan sesama manusia dan alam, pastilah mengandung makna filosofi yang
mendalam dan mendasar untuk dipahami oleh manusia, sebagaia bekal untuk mempermudah
menjalankan misi mulia yang diemban oleh manusia.
khalīfah berarti wakil, pengganti, penguasa gelar bagi pemimpin tertinggi dalam komunitas
Muslim dan bermakna pengganti Rasulullah. Makna terakhir senada dengan al-Maududi bahwa
khalīfah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasul.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa bangsa-bangsa terdahulu tidak hanya menghuni
suatu wilayah tertentu saja, tetapi mereka telah membangun peradaban dan memanfaatkan
potensi alam sekitar mereka untuk kemakmuran hidup bersama.
manusia sebagai abdi atau hamba Allah dapat dipahami dari klausa liyaʽbuduni “ agar mereka
mengabdi (menyembah) kepada-Ku” dalam Q.S Al-Dzariyāt, 51/67: 56 yag telah di kutip. Klausa
tersebut berasal dari yaʽbudunani. Yakni sebuah kata kerja, subyek dan obyeknya. Kontraksi
terjadi karena kata kerja itu didahului oleh partikel lam yang berfungsi sebagai penghubung dan
bermakna “ tujuan atau kegunaan”. Pada sisi lain ayat itu juga mengandung makna hashr
(pembatasan) yang terdiri dari partikel ma illa ini memberikan pengertian bahwa kejadian jin
dan manusia semata-mata untuk mengabdi kepada Tuhan.
b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang menimbulkan bahaya
dan kesengsaraan
• Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S al-Hujurat : 10 dan 13, al-Anfal : 46 )
• Bertanggung jawab terhadap mar ma’ruf nahi munkar ( Q.S Ali Imran 104 dan 110)
•™Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah para
fakir miskin serta anak yatim (Q.S al Taubah : 60, al Nisa’ : 2), orang yang cacat tubuh (Q.S
‘Abasa : 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang lain.
• Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi aam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar
tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.
• MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen
dengan nilai- nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan
segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi. Sekian,
terimakasih. Semoga tulisan ini bermanfaat. “Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog
Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.
Agama Islam adalah agama penyeimbang antar dunia dan akhirat, Islam tidak
mempertentangkan antara iman dengan ilmu, bahkan menurut Rasulullah SAW, Islam
mewajibkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan untuk belajar dan mendalami ilmu
pengetahuan sejak dari buaian hingga akhir kehidupan : “Minal mahdi ilal lahd”, yaitu dengan
pendidikan seumur hidup. Agama sumber Ketenangan Jiwa manusia Adapun manusia
merupakan makhluk yang memiliki ruh, ia juga membutuhkan ketenangan-ketenangan yang
bersifat ruhaniah, yakni ketenangan hakiki. Ketenangan ruhaniah mempunyai kontribusi yang
sangat penting terhadap kebahagiaan hidup manusia, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Kebahagiaan hidup itu tidak akan bisa didapatkan jika manusia tidak memperoleh ketenangan
hakiki.
Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial Rasulullah SAW bersabda : “Innamaa bu‟itstu
liutammima makarimal akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus (Nabi Muhammad) untuk
menyempurnakan akhlak. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan akhlak adalah
orangtua pada pendidikan informal, guru atau ustad pada pendidikan formal dan lain
sebagainya. Pendidikan akhlak sangat penting karena menyangkut perilaku dan sikap yang
harus di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun
sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji
merupakan hal sangat penting harus dimiliki oleh setiap umat muslim (sebab maju atau
mundurnya suatu bangsa atau Negara itu sangat tergantung kepada akhlak tersebut). Untuk
mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinergis dari berbagai pihak
dalam menumbuhkembangkan akhlak mulia dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab
timbulnya akhlak yang buruk. (Husnul,2020)
Referensi
(Qs.Al-Tin(95):4-6))
Kaitan (Munasabah ) dalam Klausa” Rabb al-alamin “ dan al-Rahman al-Rahim yakni Allah
memelihara ala mini dengan sifat al-Rahman –al-Rahim yakni dengan Rahmat dan kasih sayang
Ibid. 149
Husnul Khatimah, "Manusia sebagai pemakmur dimuka bumi dalam perspektif Al-Qur'an",
skripsi,2020.
Solehan Arif, "MANUSIA DAN AGAMA", Islamuna Volume 2 Nomor 2 Desember 2015