Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wulan Nur Hamidah

Nim : E94219031

Prodi : Pemikiran Politik Islam

Matkul : UAS Islam dan Ideologi Dunia

MEMANDANG DUNIA DALAM PERSEPSI ISLAM


Cara Memandang Dunia

Dunia adalah apa yang kita persepsi akan sesuatu. DUNIA dengan segala tipu dayanya
mampu menyilaukan manusia. Demi kesenangan dunia orang-orang rela menyerahkan
segalanya, bahkan kehilangan iman mereka sekalipun. Padahal pada hakikatnya dunia begitu
rendah, bahkan terkutuk. Namun bukan berarti tidak boleh berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan menafkahi keluarga. Demikian pula perintah zuhud terhadap dunia,
bukan artinya tidak perlu bekerja dan berusaha. Akan tetapi, maksudnya ialah tidak bergantung
pada dunia. Dengan kata lain, hati kita jangan berambisi dan sepenuhnya mengejar dunia,
meninggalkan urusan akhirat. Gelisah jika hartanya berkurang, gembira bila hartanya
bertambah, lalu melampaui batas ketika melihat dirinya telah merasa kaya.

Dunia sebagai kebertautan fenomena-fenomena diantisipasi dalam kesadaran akan


kesatuan kita dan bahwa dunia itu merupakan sarana bagi kita untuk merealisasikan diri kita
sebagai kesadaran. Kebenaran suatu teori tersebut menawarkan berbagai perspektif
“kebenaran” dari suatu realitas tetapi bukan satu-satunya cara untuk memandang suatu
realitas atau fenomena. Konsepsi suatu teori menentukan bagaimana cara manusia
memandang dunia dan menjadi suatu pendekatan terhadap melihat suatu fenomena dalam
kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan telah jatuh pada objektivisme, yaitu cara memandang
dunia sebagai susunan fakta objektif dengan kaitan-kaitan niscaya. Bagi Husserl, pengetahuan
seperti itu berasal dari pengetahuan prailmiah sehari-hari, yang disebut lebenswelt. manusia
adalah kesatuan dari dimensi fisik dan nonfisik yang menciptakan makna dalam dunia.
Seseorang, sebagai subjek pengamat, memiliki relasi dengan sesuatu di dunia ini. Ia dipengaruhi
oleh dunia dan pada gilirannya ia pun memaknai dunia itu. Dunia yang kita alami merupakan
hasil ciptaan kesadaran kita. Fenomenologi memang mengakui adanya realitas eksternal
sebagai hal yang benar-benar ada, tetapi hal itu hanya bisa dipahami melalui kesadaran yang
kita miliki. Fenomenologi bukan realisme, juga bukan idealisme. Di satu sisi, fenomenologi
percaya bahwa dunia itu ada, real. Dunia, dengan segala isinya, itu nyata ada, tanpa pengaruh
kehadiran pikiran kita. Ada atau tidak ada kita, kita berpikir atau tidak, dunia itu hadir
sebagaimana adanya. Tetapi fenomenologi tidak sama dengan realisme yang hanya percaya
atas realitas sebagai hal objektif terpisah dari kesadaran

Tugas Manusia di Bumi

Al-Qur‟an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan mulia, bukan
sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Al-Qur‟an justru memuliakan manusia sebagai
makhluk sorgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan
abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa
saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Tuhan benar-benar telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Tuhan kembalikan
manusia tersebut ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan
beramal ṣaleh.(Qs.Al-Tin(95):4-6))

Potensi manusia yang diilhamkan tuhan diberi akal dan kemampuan berekspresi dan
berbicara. Tubuhnya diperintah, ditegakkan akan dipermudahkan geraknya dengan organ
tubuhnya yang lengkap. Manusia sebagai makhluk yang unik untuk mempertahankan hidupnya
antara lain dengan mengambil manfaat dari alam raya ini, baik yang berada di permukaan
bumi, diperut bumi atau diangkasa raya. Alam dalam hal ini bumi dan langit dengan segala
isinya disediakan Allah untuk kemaslahatan manusia. Allah Rabbalʽalamin memelihara alam ini
termasuk dunia dengan penuh kasih sayang melalui Sunnatullah(hukum alam) yang dia
tetapkan.(Solehan,2015)

Tugas utama, yaitu beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Beribadah baik ibadah mahdoh
yaitu menjaga hubungan manusia dengan sang Maha Pencipta Allah SWT sedangkan ibadah
ghaoiru mahdoh, merupakan usaha sadar yang harus dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
sosial yaitu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Karena setiap ibadah yang
dilakukan oleh manusia baik ibadah yang langsung berkaitan dengan Allah atau ibadah yang
berkaitan dengan sesama manusia dan alam, pastilah mengandung makna filosofi yang
mendalam dan mendasar untuk dipahami oleh manusia, sebagaia bekal untuk mempermudah
menjalankan misi mulia yang diemban oleh manusia.

Tugas manusia yang lain adalah sebagai berikut:


a. Manusia Sebagai khalīfah

khalīfah berarti wakil, pengganti, penguasa gelar bagi pemimpin tertinggi dalam komunitas
Muslim dan bermakna pengganti Rasulullah. Makna terakhir senada dengan al-Maududi bahwa
khalīfah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia sebagai pengganti Rasul.

b. Manusia Sebagai Pembangun

Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa bangsa-bangsa terdahulu tidak hanya menghuni
suatu wilayah tertentu saja, tetapi mereka telah membangun peradaban dan memanfaatkan
potensi alam sekitar mereka untuk kemakmuran hidup bersama.

c. Manusia Sebagai ʽAbdi Tuhan

manusia sebagai abdi atau hamba Allah dapat dipahami dari klausa liyaʽbuduni “ agar mereka
mengabdi (menyembah) kepada-Ku” dalam Q.S Al-Dzariyāt, 51/67: 56 yag telah di kutip. Klausa
tersebut berasal dari yaʽbudunani. Yakni sebuah kata kerja, subyek dan obyeknya. Kontraksi
terjadi karena kata kerja itu didahului oleh partikel lam yang berfungsi sebagai penghubung dan
bermakna “ tujuan atau kegunaan”. Pada sisi lain ayat itu juga mengandung makna hashr
(pembatasan) yang terdiri dari partikel ma illa ini memberikan pengertian bahwa kejadian jin
dan manusia semata-mata untuk mengabdi kepada Tuhan.

Hal Yang Diperjuangkan di Dunia

Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain:

a. Menuntut ilmu pengetahuan.

b. Menjaga dan memelihara diri dan keluarga dari segala sesuatu yang menimbulkan bahaya
dan kesengsaraan

c. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

d. Saling tolong menolong dalam menegakkan kebenaran dan kesabaran.


e. Memakmurkan bumi dan segala isinya. Memakmurkan bumi artinya mensejahterakan
kehidupan di dunia ini. Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal shaleh serta menjaga
keseimbangan alam dan bumi yang di diaminya sesuai dengan tuntunan yang diberikan Allah
melalui agama.
f. Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah seperti para fakir dan miskin serta
kepada anak yatim sehingga tidak terjadi deskriminasi dengan lapisan masyarakat lainnya.

2. Manusia sebagai hamba Allah


Al-Qur‟an juga menamakan manusia dengan „abd Allāh yang berarti abdi atau hamba Allah.69
Tujuan Allah mengadakan dan menjadikan manusia di muka bumi ini ialah agar manusia itu
mengabdi kepada Allah atau menjadi pengabdi Allah. Mengabdi kepada Allah berarti menurut
apa saja yang dikehendaki-Nya dengan kata lain melaksanakan apa yang diperintah Allah dan
menjahui apa-apa yang dilarang-Nya. Itulah pandangan Islam mengenai manusia sebagaimana
pemberitahuan Allah di dalam QS. al-Dzāriyāt (51): 56. Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan
manusia melalui dua jalur, jalur khusus dan jalur umum. Pengabdian melalui jalur khusus
dilaksanakan dengan melakukan ibadah khusus, yaitu segala upacara pengabdian langsung
kepada Allah yang cara dan waktunya telah ditentukan oleh Allah sendiri dengan rinciannya
dijelaskan oleh Rasul-Nya, seperti ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji. Pengabdian melalui
jalur umum dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang disebut amal
shaleh yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, dengan ikhlas
untuk mencari keridhaan Allah.(Husnul,2020)

Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam Memperjuangkan Hal Tersebut

Upaya yang dilakukan kepada masyarakat:

• Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S al-Hujurat : 10 dan 13, al-Anfal : 46 )

• Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S al-Maidah : 2)

• Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S al-Nisa : 135 )

• Bertanggung jawab terhadap mar ma’ruf nahi munkar ( Q.S Ali Imran 104 dan 110)

•™Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah para
fakir miskin serta anak yatim (Q.S al Taubah : 60, al Nisa’ : 2), orang yang cacat tubuh (Q.S
‘Abasa : 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang lain.

Uapaya yang dapat dilakukan kepada alam:


• Mengulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan,
sehingga menghasilkan karya- karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia.

• Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasi karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi aam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar
tidakmenimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya.

• MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen
dengan nilai- nilai Islam yang rahmatan lil-‘alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan
segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi. Sekian,
terimakasih. Semoga tulisan ini bermanfaat. “Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog
Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Kontribusi Agama Islam Dalam Memperjuangkan Hal Tersebut

Agama Islam adalah agama penyeimbang antar dunia dan akhirat, Islam tidak
mempertentangkan antara iman dengan ilmu, bahkan menurut Rasulullah SAW, Islam
mewajibkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan untuk belajar dan mendalami ilmu
pengetahuan sejak dari buaian hingga akhir kehidupan : “Minal mahdi ilal lahd”, yaitu dengan
pendidikan seumur hidup. Agama sumber Ketenangan Jiwa manusia Adapun manusia
merupakan makhluk yang memiliki ruh, ia juga membutuhkan ketenangan-ketenangan yang
bersifat ruhaniah, yakni ketenangan hakiki. Ketenangan ruhaniah mempunyai kontribusi yang
sangat penting terhadap kebahagiaan hidup manusia, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Kebahagiaan hidup itu tidak akan bisa didapatkan jika manusia tidak memperoleh ketenangan
hakiki.

Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial Rasulullah SAW bersabda : “Innamaa bu‟itstu
liutammima makarimal akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus (Nabi Muhammad) untuk
menyempurnakan akhlak. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan akhlak adalah
orangtua pada pendidikan informal, guru atau ustad pada pendidikan formal dan lain
sebagainya. Pendidikan akhlak sangat penting karena menyangkut perilaku dan sikap yang
harus di tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun
sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji
merupakan hal sangat penting harus dimiliki oleh setiap umat muslim (sebab maju atau
mundurnya suatu bangsa atau Negara itu sangat tergantung kepada akhlak tersebut). Untuk
mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinergis dari berbagai pihak
dalam menumbuhkembangkan akhlak mulia dan menghancur leburkan faktor-faktor penyebab
timbulnya akhlak yang buruk. (Husnul,2020)

Referensi

(Qs.Al-Tin(95):4-6))

6 M. Quraish Shihab, Dia dimana-mana, tangan Tuhan di balik setiapFenomena, ( Ciputat


Tangerang : Lentera Hati, 2007), 273. minsalnya Qs.Al-Syamsi(91):8.

Kaitan (Munasabah ) dalam Klausa” Rabb al-alamin “ dan al-Rahman al-Rahim yakni Allah
memelihara ala mini dengan sifat al-Rahman –al-Rahim yakni dengan Rahmat dan kasih sayang

Ibid. 149

Husnul Khatimah, "Manusia sebagai pemakmur dimuka bumi dalam perspektif Al-Qur'an",
skripsi,2020.

Solehan Arif, "MANUSIA DAN AGAMA", Islamuna Volume 2 Nomor 2 Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai