Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang

terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan

negara tetangga. Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan

alam yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut

teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi

ekslusif sejauh 200 mil dari garis dasar laut. (Hutomo, Malikusworo & Moosa.

2005).

Sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan lautan ini telah

dimanfaatkan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan manusia, baik sebagai mata

pencaharian sumber pangan, mineral, energi, laut juga merupakan sumber hayati

yang kaya hasil alam karna sumber daya laut tidak akan habis di ambil oleh

manusia, baik secara hasil alam maupun sumber devisa Negara dan lain - lain.

Agar potensi sumberdaya alam ini dapat di manfaatkan sepanjang masa dan

diperlukan supaya pengelolaan yang memperhatikan aspek - aspek lingkungan

dalam arti memperoleh manfaat yang optimal secara ekonomi akan tetapi juga

sesuai dengan daya dukung dan kelestarian lingkungan. Sehingga dalam

pengelolaan tidak hanya memanfaatkan akan tetapi juga memelihara dan jugak

melestarikan. spesies dari kelas Bivalvia yang sudah dimanfaatkan sebagai

sumber bahan pangan alternatif (Hutomo, Malikusworo & Moosa. 2005).

Wilayah persisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang

masih di pengaruhi sifat - sifat laut sepeti pasang surut dan proses alami yang
2

terjadi di darat sepeti aliran air tawar maupun yang di sebabkan oleh kegiatan

manusia di darat

Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang

tinggi, hampir dari setiap filum hewan dapat di temukan dilaut. Organisme yang

hidup dilaut dipengaruhi oleh sifat air laut untuk sekeliling nya, baik berupa

tumbuhan ataupun hewan sehingga banyak bentuk umum yang di jumpai

merupakan hasil adaptasi terhadap medium cair dan penggerakanya (Bengen,

2009)

Kerang merupakan hewan aquatik yang hidup pada substrat dasar perairan

dan ada juga yang menempel pada substrat keras pada badan perairan.

Kerang termasuk dalam kelas Pelecypoda dalam kelompok Moluska berdasarkan

karakteristik yang dimiliki seperti kaki, insang dan dua keping cangkang. Kerang

hidup pada semua tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan perairan laut. Kerang

laut terdistribusi dari daerah intertidal, perairan laut dangkal dan ada yang

mendiami perairan laut dalam (Bachok, Mfilinge & Tsuchiya, 2006).

Faktor biologi yang mempengaruhi kehidupan kerang laut adalah

fitoplankton, zooplankton, zat organik tersuspensi dan makhluk hidup di

lingkungannya. Kerang laut mendapatkan makanan dengan feeding filter

menggunakan sifons. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut

digunakan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies (Bachok,

Mfilinge & Tsuchiya, 2006).

Bivalvia meliputi kerang, tiram, remis dan sebangsanya. Tubuh lateral

compresses (pipih pada salah satu sisi), dan tubuh moluska tertutup oleh

cangkang yang berasal dari sekretnya sendiri dengan dua bagian yang disebut
3

valves. Bivalvia tidak mempunyai kepala dan radula (Castro & Huber, 2007).

Moluska tersebar luas dalam habitat laut, air tawar dan darat, tetapi lebih banyak

terdapat di lautan (Brotowidjoyo, 1994).

Kerang yang hidup pada masing - masing habitat memiliki organ khusus

yang sudah teradaptasi seperti byssus, kaki dan sifons. Kerang yang hidup

menempel di substrat akan mengembangkan organ byssus, sedangkan kaki tidak

berkembang. Kerang yang hidup di substrat dasar perairan, organ kaki akan lebih

berkembang dan tidak memiliki byssus. Kakinya berupa suatu sol atau telapak

kaki yang lebar untuk melata dan mendorong hewan ini dengan gerakan otot atau

gerakan bulu getar atau dengan kedua - duanya. Selain itu, organ kaki mengalami

perkembangan, tergantung pada kedalaman kerang tersebut hidup dalam substrat.

Salah satu spesies kerang laut yang hidup pada substrat dasar adalah kerang darah

Anadara antiquate L. (Brotowidjoyo, 1994). Oleh karena itu setiap jenis kerang

yang terdapat setiap pantai pasti berbeda. Maka penelitian ingin mengetahui ada

berapa jenis kerang (Bivalvia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan,

Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka telah di ungkapkan

bahwa, permasalahannya jenis - jenis kerang (bilvavia) apa saja yang terdapat di

Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.

1.3. Tujuan Penelitan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis - jenis kerang

(Bivalvia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan Susoh,

Kabupaten Aceh Barat Daya.


4

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi

mengenai jenis - jenis kerang kepada masyarakat dan bermafaat bagi

Dinas Perikanan dan Kelautan. Dapat memberikan manfaat pula dalam

menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi saya sendiri serta dapat

dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian yang

selanjutnya.

Penelitan ini di harapkan dapat menambahkan infomasi tentang jenis

Kerang (bilvavia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan

Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.

Anda mungkin juga menyukai