Anda di halaman 1dari 24

DEFINISI, TUGAS, OBJEK DAN METODE ETIKA

KRISTEN DAN SISTEM ETIKA FILOSOFIS


SERTA CONTOH-CONTOHNYA

Materi Kuliah Pertemuan ke-3


Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar
A. Definisi Etika
Etika (Yunani Kuno: ethikos, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah, sesuatu
dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat
praktis (practical philosophy). Dengan demikian, Etika merupakan Ilmu yang mencari
orientasi dari manusia yang tau dan mau dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan
pengertian serta berusaha untuk memahami akan makna dan sasaran eksistensi
manusia yaitu bagaimana hidup dan bertindak.
Ditinjau dari defenisinya, Verne Fletcher mengatakan Etika merupakan study yang
meneliti dan menilai tabiat dan tingkah laku manusia dari sudut normatif. Etika
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki kaidah-kaidah, kelakuan dan perbuatan
manusia.
Menurut J.Verkuyl, istilah Etika (Bahasa Yunani: to ethos (tunggal) atau ta Etika
(jamak) yang berarti kebiasaan, adat, kesusilaaan, perasaan atau kecenderungan hati
seseorang dalam melakukan suatu perbuatan.
Arti kata ethos itu sendiri adalah kandang, kediaman yang merupakan system
pengendalian dan memberi jaminan akan kelangsungan hidup untuk memberi
stabilitas, keamanan, ketenteraman yang dilakukan dengan harapan timbal balik/
mutual expectation (Verne Fletcher).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan Kebutuhan akan refleksi itu akan dirasakan, antara lain karena pendapat etis
pribadi tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan
etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai
etika).
Menurut Bertens: Nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan menurut Sumaryono (1995), Etika berkembang menjadi studi tentang
manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang
menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain
itu etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidak-benaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
B. Tugas Etika
Untuk apa manusia mengembangkan etika? Setiap orang perlu bermoralitas tetapi
tidak setiap orang perlu beretika teori. Etika adalah pemikiran sistematis tentang
moralitas karena yang dihasilkan secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis. Etika merupakan pedoman dan sebagai
penuntun arah tujuan hidup. Etika berfungsi untuk menghadirkan berbagai ragam
pola yang menjadi contoh yang besar dalam kehidupan kita. sendiri dan tidak bersifat
ekstrem dan menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaan serta
berpartisipasi dan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat
yang berubah-ubah.
Dengan demikian tugas etika adalah membuat masyarakat yang semakin pluralistik
untuk hidup dalam tatanan moral, mentransformasikan nilai-nilai dan cara berfikir dan
bersikap yang bertanggungjawab, menghadapi ideologi-ideologi secara kritis dan
objektif dan membentuk penilaian yang objektif.
Secara umum, etika mempunyai tugas dan fungsinya yaitu:
1. Memberikan pengetahuan/perbandingan tentang perilaku yang baik dan perilaku
yang buruk
2. Menuntun orang percaya untuk hidup dalam cinta kasih didalam kedamaian,
kesejahteraan, dan keharmonisan
3. Etika menghadirkan patron/ model yang mengarahkan hidup yang beriman dan
berahlak
4. Etika menuntun pada konsekuensi manusia yang bertanggung jawab atas
hidupnya, sehingga dapat menilai dan mengambil hikmah tentang baik buruknya
perbuatan yang dilakukan.
5. Membentuk manusia dengan berbagai pengalaman agar lebih baik dari yang
sebelumnya
6. Mengarahkan orang percaya untuk bersikap rasional dalam pengambilan
keputusan di tengah-tengah kehidupan personal dan komunitasnya.
7. Mengajak orang percaya menghadirkan keteladanan dengan senantiasa
menjunjung tinggi moralitas dalam kehidupan beragama
8. Mengarahkan orang percaya untuk konsekuen, konsisten dan komit terhadap
masalah yang dihadapinya
9. Menuntun dan mendekatkan orang percaya kepada Tuhan serta taat pada aturan-
Nya
10. Tugas Etika Kristen memberikan pertolongan sehingga manusia dapat mengatasi
masalah yang dihadapinya dalam hidupnya.
Sedangkan menurut Franz Magnis Suseno, ada 4 alasan mengapa Etika itu
diperlukan, yaitu :
1. Masyarakat yang semakin pluralistik
Pertanyaan: Mana yang akan diikuti? Mana yang dianggap sebagai kewajiban?
Tugas Etika: Mencapai suatu pendirian dalam pengolahan pandangan/ Keputusan
Etis
2. Transformasi Masyarakat sebagai dampak gelombang modernisasi
Tugas Etika: membantu jangan kehilangan orientasi, sehingga dapat membedakan
antara yang hakiki dan apa saja yang boleh berubah dan sanggup mengambil sikap
yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Proses perubahan sosial
Tugas Etika: membuat sanggup untuk menghadapi ideologi-ideologi dengan kritis
dan objektif untuk membentuk penilaian sendiri dan tidak terlalu mudah
terpancing ( tidak naïf atau ekstrim )
4. Iman kepercayaan
Tugas Etika: partisipasi dan keterbukaan dalam semua dimensi kehidupan yang
sedang berubah.
Dengan demikian, tugas etika adalah menyelidiki, mengoreksi, mengontrol, dan
menuntun kedalam jalan yang harusnya dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.

C. Objek Etika
Objek penyelidikan Etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang berkaitan dengan
kebaikan dan keburukan yang merupakan perwujudan dari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan dalam bidang moral. Jika kita periksa segala macam pernyataan
moral, maka kita akan melihat bahwa pada dasarnya hanya ada dua macam
pernyataan: pertama, pernyataan tentang tindakan manusia; kedua, pernyataan
tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur-unsur keperibadian manusia, seperti:
motif-motif, maksud dan watak.
Dengan demikian, objek Etika bukanlah bersumber dari teoritis moral, melainkan
falsafah yang merefleksikan ajaran-ajaran moral dengan 5 ciri khas yaitu: rasional,
kritis, mendasar, sistematik dan normatif.
Filosofi Moral tersebut diantaranya berupa ajaran tentang yang baik dan yang buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan
susila.
Ajaran Moral itu dinyatakan dalam bentuk wejangan, kotbah, keharusan, peraturan
ketetapan (lisan/ tulisan) tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar
jadi manusia yang lebih baik. Hal-hal tersebut biasanya berkaitan dengan Isi moral
dari Kitab Suci, teologi, philosophy dan sistematika nilai-nilai yang konstruktif,
diantaranya :
1. Tabiat dan tingkah laku (lahiriah dan batiniah)
Pemahaman tentang lahiriah adalah berkaitan dan mengenai kelakuan dan
tindakan.
Pertanyaan yang timbul tentang tingkah laku: Kelakuan yang bagaimana yang saya
perbuat?
Pertanyaan ini bukan hanya sebatas soal moral/ ajaran, tetapi berkaitan dengan
pembawaan alamiah. Sebagai contoh adalah perbedaan selera.
Hal ini tentunya menyangkut tentang bathiniah serta tentu berkaitan dengan sikap,
motif, karakter dan tabiat
Bandingkan dengan pertanyaan: Menjadi pribadi macam apakah saya seharusnya ?
Perbedaan tabiat ini kemudian menjadi masalah etis dan mendapat penilaian.
2. Penilaian normatif: menilai atas norma-norma tertentu
Contoh: Etika Hukum (kaidah/ prinsip: kehendak/ perintah Tuhan)
D. Metode Etika
Metode Etika menjelaskan secara sistematis tentang prinsip-prinsip moralitas akal
sehat yang didasarkan pada prinsip umum, kesejahteraan diri dan membawa kepada
kesejahteraan bersama. Pada umumnya, cara pendekatan yang umum dilakukan
adalah pendekatan kritis yaitu memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-
norma dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika menuntut
pertanggungjawaban untuk menyingkapkan kerancuan serta tidak membiarkan
pendapat-pendapat moral namun menuntut agar pendapat tersebut dapat menjernihkan
permasalahan moral dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sejumlah metode yang diterapkan diantaranya:
1. Metode yang menyangkut dengan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari sejumlah norma yang didapatkan di masyarakat, ada 3 bagian norma yang
secara garis besar nyata dalam kehidupan, yaitu :
a. Norma teknis: Norma teknis dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu,
kendati terbatas dan bersifat sementara.
Contoh: Peraturan sepakbola dan norma-norma yang harus dipatuhi oleh
anggota klub sepakbola tersebut.
b. Norma sopan santun: norma sopan santun berlaku berdasarkan kebiasaan yang
setiap saat dapat berobah oleh karena keputusan kebanyakan orang sesuai
dengan kebiasaan.
Contoh: Makan dengan tangan adalah lumrah, kendati orang Barat dengan
memakai garpu, sebab masing-masing mempunyai kebiasaan sendiri dan
dianggap layak/ sopan.
c. Norma moral: Norma moral adalah melakukan penilaian bagi seseorang.
Contoh: cara berpakaian yang sangat sederhana tidak menjadi patokan bahwa
orang tersebut jahat atau jelek. Namun orang yang berulang-ulang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan hukum akan dinilai adalah jahat melalui
kesalahannya. Norma moral sebagai norma puncak karena atas dasar norma
tersebut orang dapat mengambil sikap untuk menilai norma-norma yang lain
dalam berbagai waktu dan tempat yang tidak dapat dipengaruhi oleh norma-
norma lain.
2. Metode yang menyangkut dengan kewajiban dalam kehidupan manusia
a. Kewajiban moral: Kewajiban moral hanya dapat ditunjuk melalui pengalaman.
Contoh: Defenisi dari “bau”.
Ada 2 kewajiban moral (Immanuel Kant: 1724-1804) yaitu, pertama:
kewajiban moral yang imperatif hipotetis (perintah bersayarat) dan kedua:
kewajiban moral yang imperatif kategoris (perintah mutlak).
Kewajiban moral dilakukan dengan sadar kendati dengan resiko rugi atau sulit
karena datang dari manusia dalam yang disebut dengan suara hati/ batin.
b. Kewajiban rasional;
Ada dua pandangan mengenai kewajiban rasional, pertama : Irasional yang
menolak dengan alasan yang tidak perlu pembuktian atau pengakuan orang lain.
Contoh: Sakit Perut.
Sedangkan yang kedua: Rasional yang wajib dilakukan karena pasti/nyata dan
bukan dengan perasaan, namun berdasarkan fakta serta bebas dari paksaan atau
tekanan karena ada sesuai dengan kaidah yang berlaku serta diyakini
mengandung kebenaran dan bersifat fakta/ logis. Contoh : langit mendung.
c. Hal-hal yang dianggap sikap moral namun bersifat lahiriah
Sikap moral ini ada dalam bentuk pertama: legalisme yaitu bersikap
berdasarkan peraturan yang ada, kendati kurang memaknai kebenarannya atau
belum yakin dengan alasannya karena didasarkan pada rasa takut dan perlu
aman. Sikap ini tidak sikap yang bertanggung-jawab dan bukan sikap moral dan
tidak kritis karena tidak dikaji lebih mendalam. Bentuk kedua: penilaian luar
yaitu menilai dengan kelakukan lahiriah semata. Jika kelakuannya baik, maka dia
akan dipuji, dan sebaliknya jika jelak maka dia akan dicela. Bentuk yang ketiga:
maksud berbeda dengan perbuatan yaitu tidak mutlak berbuat baik yang sepadan
dengan sikap moral dalam perbuatan nyata, karena maksudnya berbeda dengan
perbuatan (bnd. Lain di bibir, lain di hati).
E. Sistem Etika Filosofis
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan dirasakan, antara lain karena pendapat
etis tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Etika sebagai
ilmu pengetahuan mengajarkan secara sistematis tentang konsep-konsep dasar
kebaikan, keburukan, keharusan, kesalahan, hak dan kewajiban, kebebasan dan
tanggungjawab.
Padanan kata yang lain dan sejalan dengan Etika adalah Moral dan Norma. Moral
menyangkut tentang cara hidup dan kebiasaan, semangat atau dorongan batin.
Sedangkan norma berarti aturan, pedoman atau kaidah yang berkaitan dengan perilaku
manusia serta sebagai takaran untuk menilai sesuatu sebelum dilakukan.
Robert C. Solomon dalam bukunya Etika Suatu Pengantar menggariskan adanya
perbedaan antara istilah Etika, Moral dan Moralitas. Menurutnya, etika sebagai filsafat
merujuk pada dua hal: pertama berkaitan dengan disiplin ilmu tentang nilai-nilai dan
pembenaran dan kedua merupakan pokok permasalahan yang menyangkut nilai-nilai
hidup dan hukum yang mengatur tingkah laku manusia. Sebagai filosofi, etika
berkenaan dengan moralitas beserta persoalan dan pembenaran-pembenarannya.
Sedangkan pengertian moral lebih berfokus pada karakter dan sifat individu diluar
ketaatan pada peraturan. Moral merujuk pada tingkah laku spontan, seperti kasih,
kemurahan hati, kebesaran jiwa dan sebagainya yang tidak terdapat dalam peraturan
hukum karena tidak mempunyai kekuatan hukum secara fungsi, hanya berupa
kekuatan moral dan berdekatan kepada kepatutan atau kepantasan berperilaku dalam
masyarakat yang tidak memerlukan sanksi hukum apabila dilanggar.
Moralitas adalah instrument kemasyarakatan yang diperlukan oleh kelompok sosial
yang menghendaki untuk panduan tindakan agar lebih bermoral. Moralitas itu
kemudian menjadi hukum dan etiket yang memiliki pertimbangan yang mendalam
dan menyangkut tentang suatu kebenaran/keharusan. Moralitas tidak dapat diubah
melalui tindakan hukum (legislatif, eksekutif, judikatif) namun berupa sanksi yang
dikenakan yang tidak bersifat fisik, melainkan lebih bersifat internal/ isyarat verbal
(rasa berdsalah, rasa malu, sentiment, dsb).
Dengan demikian kedua perkataan etis dan moral yang sering dipakai secara silih
berganti memiliki fungsi yang sama memberikan orientasi bagaimana dan kemana
harus melangkah dalam hidup ini. Etika dan norma juga berkaitan dengan norma yang
dikenal dengan adanya norma agama, norma Susila, norma sopan santun maupun
norma hukum.
Filsafat moral atau etika bertujuan untuk menerangkan suatu tindakan/ perbuatan
manusia dalam kaitannya dengan baik dan buruk atau benar dan salah. Hal ini tentu
menghadirkan batas atau penentuan seperti: latar belakang pendidikan, budaya,
pengalaman, karakter individu dan bahkan agama. Semua itu mendorong manusia
melakukan Tindakan yang baik sebagai suatu kewajiban/ norma yang diukur oleh
moral yang merupakan penentu terhadap benar tidaknya tindakan manusia pelakunya.
Kedudukan etika sebagai cabang filsafat menjadi kebutuhan baik melalui pemikiran-
pemikiran pada zaman Yunani kuno (Sokrates, Plato, Aristoteles, dsb) yang lebih
bersifat apologi etis dari ilmiah. Namun pada zaman patristik dan skolastik lebih
mengarah pada pergolakan pemikiran manusia karena mengalami perubahan/ evolusi
dari alam kepada fatalistik (berserah pada dewa/ pencipta). Selanjutnya perubahan
cara pandang yang reformi pada zaman Renaisance yang lebih terbuka pada
eksistensi manusia sebagai subjek dan bukan hanya sebagai substansi semata. Zaman
pengetahuan ini didasarkan pada ratio dan pengalaman serta memberi kontribusi besar
pada runtuhnya otoritas keagamaan dan nilai etik dan moral.
Ada beberapa sistem Etika yang berkaitan dengan filosofis, diantaranya :
1. Sistem Etika Filosofis Utilitarianisme:
Berasal dari kata Latin: utilis = berguna. Teori yang mengandung prinsip
kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan adalah merupakan hak bagi setiap
manusia yang hidupnya ingin bahagia. Teori etika sukses ini dikembangkan oleh
John Suart Mill (1806-1873) yaitu menghasilkan sesuatu tindakan/ perbuatan yang
tidak tergantung pada pencapaian tujuan, namun hanya melakukan tindakan yang
baik dan berguna bagi diri, namun belum tentu baik bagi orang lain. Utilitarianisme
menuntut agar selalu mengusahakan akibat baik atau nikmat sebanyak mungkin
dalam mencapai kebahagiaan yang besar dan membawa manfaat dan tidak
menghasilkan yang buruk (The greatest happiness of the greatest number:
kebahagiaan yang terbesar dari jumlah orang terbesar).
Jeremy Bentham (1748-1823) mengembangkan dengan beberapa prinsip dasar
dengan khas yaitu: alam menempatkan manusia dalam dua tuntunan yaitu kelezatan
(pleasure) dan kesakitan (pain); kesenangan atau kebahagiaan adalah sinonim:
yang buruk adalah penderitaan dan yang baik adalah kesenangan yang melebihi
dari derita; kebaikan adalah umum sehingga setiap individu harus mengejar
kebahagiaan. Prinsip ini percaya bahwa setiap orang mampu melakukan sesuatu
untuk memperoleh manfaat yang paling besar untuk mengejar apa yang rasional
dilihatnya sebagai tujuan yang layak dicapai. Kebahagiaan harus dikembangkan
dan kebahagiaan setiap orang adalah sama. Kebahagiaan sebagai bagian yang
menyingkirkan penderitaan namun memaksimalkan kenikmatan oleh pelaku
tindakan itu sendiri.
2. Sistem Etika Filosofis Pragmatisme
Aliran filosofis ini muncul pada abad 17 yang muncul dari rasionalisme dan
empirisme yang kemudian berkembang menjadi aliran positivisme, materialisme dan
pragmatisme.
Pragmatisme berasal dari kata Yunani = pragma: tindakan, perbuatan. Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar dan terbukti akan bermanfaat secara praktis.
Pengalaman menjadi hidup praktis dan benar bermanfaat melalui perlakuan praktis
dan bermanfaat dari tindakan tersebut. Pandangan pragmatisme melihat kebenaran
sebagai sesuatu hidup nyata dan relatif. Penganut Pragmatisme berpegang teguh pada
praktek yang memandang hidup manusia sebagai perjuangan untuk hidup yang
berkesinambungan dengan segala konsekuensi yang praktis.
Beberapa tokoh Pragmatisme diantaranya :
a. William James ( 1842-1910 ) yang dalam bukunya: The meaning of Truth
mengemukakan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak yang berlaku umum, yang
bersifat tetap yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal, karena
pengalaman kita berjalan terus dan segala yang benar akan berkembang dan berubah
dan dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya beserta dengan akibat/ hasil
pertimbangan dari perbuatan. Sedang dalam bukunya: The varieties of Religion
ekperience (Keanekaragaman pengalaman keagamaan) menyatakan agama sebagai
penghiburan rohani, penguatan keberanian hidup damai dan kasih. Pragmatisme yang
dipraktiskan dalam bidang pendidikan telah menghasilkan keberadaan/identitas orang
Amerika sekarang ini.
b. John Dewey ( 1859-1952) mengatakan pragmatisme bertujuan menghasilkan
pemikiran untuk memperbaiki kehidupan manusia melalui aktivitasnya dalam
lingkungan kebutuhannya. John Dewey adalah pengikut William James yang
mengatakan bahwa pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat
instrumentalisme yaitu berpijak pada pengalaman secara aktif dan kritis dalam
menerapkan norma-norma dan nilai-nilai. Menurut Dewey, hidup belum selesai
penciptaannya, sehingga tetap diteliti dari instrumen: temporalisme (gerak majunya),
futurisme (melihat hari esok) dan milionarisme (ubah dunia dengan tenaga).Dalam
kenyataannnya, prinsip Pragmatisme mengalami kritikan dari segi landasarnya, segi
metode pemikirannya dan kritik terhadap pragmatisme itu sendiri yang telah
mencampuradukkan kebenaran ide, menolak peran intelektual manusia dengan
menggantikan menjadi identifikasi instingktif.
3. Sistem Etika Filosofis Humanisme
Pandangan humanism berfokus pada martabat dan kebudiluhuran keberhasilan yang
dihasilkan manusia. Ditinjau dari segi historisnya, humanisme merupakan gerakan
intelektual di Eropah pada abad 14 dan dimotori kebudayaan sebagai penggeraknya.
Ditinjau dari filsafat, aliran ini menjungjung tinggi nilai dan martabat manusia yang
menduduki posisi sentral dalam praktis hidup seharihari. Gerakan humanism
bertujuan melepaskan diri dari belenggu kekuasaan gereja yang mengikat. Kebebasan
dari kekangan adalah tema humanisme dengan mempercayai bahwa masih ada
peluang manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa terbelenggu murka Tuhan/
Gereja. Bagi humanis, kebebasan perlu dipertahankan dan diekspressikan. Sehingga
humanis ini disejajarkan dengan pragmatisme, marxisme dan existensialisme yang
mendudukan manusia sebagai pusat kehidupan. Humansime kemudian dikembangkan
oleh Wilhelm Dulthey (1833-1911) dengan gagasan disiplin ilmu-ilmu tentang
manusia (geisteswissenchaften) sebagai subjek yang unik dan rohani serta
bermarabat. Demikian juga psikolog humanistik Abraham Maslow mengembangkan
dengan teori behaviorisme dan psiko analisa dengan mengatakan bahwa: manusia
yang menjadi objek telaah ilmu-ilmu mereka, diperlakukan secara hormat sebagai
subjek.
Filsafat Humansime mengalami sejarah perkembangan pada abad 16 dikenal dengan
zaman pemikiran (age of reason) dan pada abad 18 dimasukkan ke dalam zaman
pencerahan (aufklarung) serta pada abad 20 disebut dengan humanisme kontemporer.
Beberapa tokoh terkenal humanism diantaranya: Abraham Maslow, Albert Einstein,
Bertrand Russell, Cicero, Erasmus, George Gadamer, Jacob Bronowski dan yang
lainnya.
4. Sistem Etika Filosofis Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi yang didasarkan pada pemahaman bahwa
kebebasan dan persamaan adalah hak nilai politik yang utama. Liberalisme
merindukan masyarakat yang bebas dan menolak adanya pembatasan khususnya dari
pemerintah maupun agama. Tiga hal yang mendasar dari ideologi Liberalisme adalah
Kehidupan, Kebebasan dan Hak milik (Life, Liberty and Property). Manusia
mempunyai kesempatan yang sama dalam semua sisi kehidupan serta bergantung
pada kemampuan masing-masing dan bila menyelesaikan masalahnya dilakukan
dengan diskusi dan persetujuan untuk menghilangkan egoisme individu.
Bertindak menurut kehendak rakyat dan berjalan seturut dengan peraturan hukum
merupakan peraturan yang digunakan. Ada dua macam Liberalisme, pertama
Liberalisme klasik yang mengagungkan kebebasan individu yang timbul pada abad 16
dan kedua Liberalisme Modern pada abad ke 20 yang sama sama menekankan bahwa
kebebasan yang dimiliki individu itu adalah kebebasan yang mutlak, karena
kebebasan adalah kebebasan yang harus dipertanggungjawabkan Tokohnya : John
Locke, Thomas Hobbes (state of Nature: John Locke berfokus pada Negara Monarkhi
Konstitusional, sedangkan Hobbbes: Negara Monarkhi Absolute).
5. Sistem Etika Filosofis Pancasila
Sistem yang dianut oleh negara kesatuan Republik Indonesia yang memungsikan tiga
unsur yang saling berhubungan satu dengan yang lain yaitu Norma, Nilai dan Moral.
Pancasila merupakan pedoman normatif dan praksis serta sistem nilai etika yang
merupakan sumber norma. Dalam filsafat Pancasila terkandung pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif dan merupakan suatu
nilai fundamental dan universal bagi masyarakat dalam berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Adapun norma-norma yang termaktub diantaranya :
1. Norma moral (tingkah yang diukur dari baik dan buruk, sopan/ susila atau tidak)
2. Norma Hukum (sebagai sumber nilai dan citacita luhur dalam hidup sehari-hari
dan berdasarkan prinsip etik umum, yaitu yang berlaku dalam setiap tindakan
manusia serta Etika khusus yaitu etika individual dan etika sosial)
3. Nilai, norma dan moral (Nilai teori, politik, sosial, religious, ekonomi, estetika dan
dikembangkan lagi dengan nilai kejasmanian, intelektual, hiburan, watak,
kenikmatan, kehidupan, kejiwaan, material, vital)
4. Hubungan Nilai, Norma dan Moral (mutlak harus dipelihara agar fundasi kuat dan
berkembang untuk memudahkan manusia lebih objektif dalam kehidupan sehari-
hari serta berintegritas dan bermartabat).

Anda mungkin juga menyukai