DISUSUN OLEH :
ZIDAN MAUALANA
P1337420119113
3 A2 REGULER
Dosen Pembimbing: Kurniati Puji Lestari, Skp,M.kes
5. Faktor risiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian Plasenta Previa:
1. Multiparitas dan umur lanjut (≥ 35 tahun).
2. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik
dan inflamatorotik.
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
4. Chorion leave persisten.
5. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
6. Konsepsi dan nidasi terlambat.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
6. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara
normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko
perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal
asal tetap berhati-hati.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola Pengkajian Pola Fungsional (Dongoes, 2001)
1) Sirkulasi darah
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kurang lebih 600 –800 ml.
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosionalkegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri.Klien atau pasangan dapat memiliki pertanyaan
salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin
mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi yang baru.
3) Eliminasi
Kateter urinarius endwelling kateter mungkin terpasang urine jernih
pucat. Tujuan di pasang kateter yaitu untuk mengkosongkan kandung
kemih, kandung kemih yang penuh akan menimbulkan rasa tidak
nyaman pada pasien. Pasien yang tidak terpasang kateter tetap, dianjurkan
untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca bedah,
kecuali jika pasien dapat buang air kecil sebanyak 100 cc atau lebih
dalam suatu jangka.
4) Makanan atau cairan
Kehilangan nafsu makan, adanya mual muntah
5) Neurosensori
Kerusakan gerakkan dan sensasi dibawah tingkatan anestesi spinal epidural.
Stelah 24 jam pasien sudah boleh duduk, miring ke kanan, miring ke
kiri serta melipat kaki agar perdarahan darah lancar.
6) Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misal trauma
bedah atau insisi nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen,
efek-efek anastesi, mulit mungkin kering, pusing.{Kaji dengan
PQRST}
P : Provokatif / paliatif
Q : Qualitas / Quantitas
R : Region / Radiasi
S : Skala Nyeri Numerik
T : Timing
7) Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
8) Keamanan
Balutan abdomen tampak sedikit atau kering dan utuh.Jalur
parenteral bila digunakan, paten dan sisi bebas aritmia, bengkak dan nyeri
tekan.
9) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak diumbilikus. Terjadi pengeluaran
lochea yaitu lochea rubra pada hari pertama sampai ke tiga masa posrt
partum, lochea serosa pada hari ke lima sampai hari ke sembilan post
partum, serta lochea alba pada hari kesepuluh sampai enam minggu
post partum
10) Aktivitas/ istirahat
Aktivitas agak terganggu karena, pengaruh anastesi spinal saat
pembedahan SC
11) Hiegine
Dilakukan personal hiegene yang mungkin dibantu pihak keluarga
12) Interkasi Sosial
Kebiasaan klien sebelum dan sesudah dilakukan operasi SC terjadi
penurunan dan perubahan secara signifikan atau tidak.
b. Pemeriksan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum adalah untuk mengetahui keadaan umum ibu yaitu baik,
sedang atau buruk.
2) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaan ibu adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran pada ibu
yaitu composmentis atau somnolen.
3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah: Mengetahui faktor resiko hipertensi atau
hipotensi. Batas normal tekanan darah adalah 110/60-140/90
mmHg.
b) Nadi: Mengetahui denyut nadi pasien sehabis melahirkan, denyut nadi
akan lebih cepat. Batas normal denyut nadi. Pada ibu nifas post
sectio caesareaadalah 50-90 x/menit.
c) Suhu: Mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak, jika
terjadi kenaikan suhu diatas 37oC, kemungkinan terjadi infeksi.
Batas normal 35,6-37,7oC.
d) Respirasi: Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam
1 menit. Batas normal 12-20 x/menit.
4) Kepala
Perlu dikaji untuk mengetahui bentuk kepala dan kebersihan rambut.
5) Mata
Perlu dikaji untuk mengetahui konjungtiva berwarna merah muda atau
pucat, sklera berwarna putih atau kuning.
6) Hidung
Perlu dikaji untuk mengetahui adanya benjolan atau tidak.
7) Telinga
Perlu dikaji untuk mengetahui ada serumen atau tidak.
8) MulutPerlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut, stomatitis, dan
caries gigi.
9) Leher
Perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid.
10) Dada
Kesimetrisan, massa, lesi jaringan perut pada struktur dan dinding dada.
11) MammaePerlu dikaji untuk mengetahui ada pembesaran atau tidak
puting susu menonjol apa tidak.
12) Abdomen
Perlu dilakukan untuk mengetahui luka post sectio caesarea dan DRA
(Diastasis rektus abdominis).Pemerikasaan diastasis rectie yaitu
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal
atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan keduajari kita yaitu jari
telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut
ibu.Jikajari kita masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu
normal.Jikalebih dari dua jai berarti abnormal.
13) Ekstremitas
Perlu dikaji untuk mengetahui terdapat edema, varises, dan reflek patella,
nyeri tekanatau panas pada betis. Adanya tanda Homan,caranya
dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan
agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan
tersebut,tanda Homan (+).
14) Genetalia
Perlu dikaji untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada daerah
genetalia. Hematom vulva (gumpalan darah) dapat diidentifikasi dengan
inspeksi vagina dan serviks dengan cermat.Kebersihan padagenitalia
ibu.Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna
pada maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan pencedera fisik: prosedur pembedahan
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Intervensi
1) Nyeri berhubungan dengan pencedera fisik: prosedur pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
- Klien tidak mengeluhkan nyeri
- Klien tidak tampak meringis
- Klien tidak tampak gelisah
- Klien mampu menggunakan Teknik relaksasi nafas dalam untuk mengontrol
nyeri.
Intervensi:
1) Observasi
a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien
meningkat dalam aktivitas fisik.
Kriteria hasil:
- Klien mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
- memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
- Vital Sign dalam batas normal
Intervensi:
- Monitor TTV
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Ajarkan mobilisasi sederhana
- Fasilitasi kemandirian,bantu jika tidak mampu melakukan ADLs