Anda di halaman 1dari 45

Asuhan Keperawatan pada Ny.

T dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas
pada Pasien Hipertensi di Jalan Tempua, Medan
Sunggal

Oleh

DESI CHRIST NATASHA

210202011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2021

i
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk biopsikososialspriritual memiliki
banyak kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan
dari kebutuhan yang paling dasar seperti makan, minum, bernapas,
elimininasi, reproduksi dan istirahat.
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen.
Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan
tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda.
Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya,
manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha
mendapatkannya.
Menurut Abraham Maslow, manusia termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling
rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
(aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari
Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan
yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and
security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging
needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki),
esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization
(kebutuhan akan aktualisasi diri) (Maslow, 1970 dalam Potter &
Perry, 2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah
kesehatan yang saat ini umum terjadi pada masyarakat perkotaan.
Hipertensi dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan tubuh. Penyakit tekanan darah tinggi
atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta wargadunia setiap
tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang diproyeksikan
sekitar 29persen warga dunia terkena hipertensi (Limpakarnjanarat,
2013 dalam Widiyani, 2013).
Penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di
negara berkembang. Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40
persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi,
sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika
memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen.
Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35
persen. Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta
orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan
darah tinggi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).
Provinsi di Indonesia dari 33 provinsi terdapat 8 provinsi yang
kasus penderita hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu :
Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%),
JawaTimur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%),
Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam
perbandingan kota di Indonesia kasushipertensi cenderung tinggi
pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung,
Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34% (Setiawan,
2006).
Menurut Limpakarnjanarat (2013 dalam Widiyani, 2013)
pada tahun 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang
terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi
mencapai 32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25
tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2
persen adalah wanita. Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan
yang mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat.
Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak,
asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/stres ikut berperan
dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Wisnu, 2013). Selain
faktor gaya hidup penduduk perkotaan itu sendiri, faktor eksternal
dari lingkungan mampu menyumbang tinggi angka hipertensi di
perkotaan.
Tinggal didaerah perkotaan dengan polusi udara yang tinggi
bisa memicu naiknya tekanan darah atau hipertensi. Sumber polusi
bisa berasal dari kendaraan bermotor, debu, atau polutan dari
pembangkit listrik (Wardayati, 2011).
Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun
secara psikologis. Menurut Studi Framingham (1948), pasien
dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna
untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteriperifer, dan gagal
jantung (Dosh, 2001). Seseorang yang terkena hipertensi akan
mengalami gangguan psikis seperti ansietas dan atau depresi.
Gangguan psikis seperti ansietas di samping menimbulkan
gangguan fungsional jantung juga sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu, ansietas dapat
memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan
mortalitas penderita hipertensi (Harapan, 2005).
Penderita gangguan ansietas di Indonesia diperkirakan
sekitar 8,3% populasi (Wiguna, 2003). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007,
diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun
mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan
ansietas). Sebanyak 5% dari jumlah penduduk Indonesia
mengalami gangguan ansietas, baik akut maupun kronik dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1 (PPDGJ-III, 1993 dalam
Agustarika, 2009).
Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang
pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti
hipertensi (Harapan, 2005). Ansietas pada penderita hipertensi
umumnya berusia muda yaitu pada usia 30-40 tahun dan lebih
banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006) yang
menyatakan bahwa terdapat 3 faktor umum yang biasanya
berkaitan antara ansietas pada pasien dengan hipertensi, yaitu
pasien dengan jenis kelamin perempuan, lamanya menderita
hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi karena
gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan ansietas yang
memadai dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit
jantung khususnya hipertensi serta memperbaiki kualitas hidup
pasien (Harapan, 2005).
Asuhan keperawatan ansietas diperlukan untuk membantu
memperbaiki kualitas kesehatan pasien dengan hipertensi. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan ansietas bertujuan agar pasien
mampu mengenal ansietas dan mampu mengatasi ansietas yang
terjadi (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Kemampuan yang
harus dimiliki oleh pasien terdiri dari pengetahuan dan kemampuan
melakukan cara mengatasi ansietas terdiri dari pasien mampu
menyebutkan penyebab ansietas, menyebutkan situasi yang
menyertai ansietas, menyebutkan perilaku terkait ansietas,
melakukan pengalihan situasi, melakukan teknik relaksasi tarik
napas dalam, melakukan teknik relaksasi otot (Keliat, dkk., 2005
dalam Supriati, 2010).
Fisher (2007) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik
napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami
oleh seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang
dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa
latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Ny.T dengan
prioritas masalah kebutuhan kasar aman nyaman: ansietas pada
pasien hipertensi.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.T dengan
masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada
pasien hipertensi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan
masalah kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien
hipertensi.

c. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny.T dengan masalah


kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien
hipertensi.
d. Melakukan implementasi pada Ny.T dengan masalah
kebutuhan dasar aman nyaman: ansietas pada pasien
hipertensi.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah
dilakukan pada Ny.T dengan masalah kebutuhan dasar aman
nyaman: ansietas pada pasien hipertensi

1.3 Manfaat
1. Praktik Pelayanan Keperawatan.
Berguna sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan
ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah gangguan kecemasan.
2. Pendidikan Keperawatan.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sangat berguna untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai penerapan ilmu yang telah
diterima selama kuliah, terutama bagi ilmu keperawatan jiwa
gangguan kecemasan baik pasien maupun kepada keluarga pasien.
3. Bagi Klien.
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien untuk
mengetahui cara pemenuhan kebutuhan mengenai gangguan
kecemasan
1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan
Dasar Aman Nyaman: Ansietas
2.1.1 Defenisi Ansietas
Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan
ansietas sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman. Ansietas adalah perasaan takut yang
tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, ketika merasa cemas,
individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki
firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam itu dapat terjadi (Videbeck,
2008). Menurut SAKP FIK UI (2008), ansietas adalah suatu
perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidak
nyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh
antisipasi bahaya. Ansietas atau kecemasan adalah respons
emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami
dan dikomunikasikan secara interpersonal(Suliswati,2005).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan


dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau
penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999)

2
2.1.2 Etiologi Ansietas

Meski penyebab ansi etas belum sepenuhnya diketahui, namun


gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat
menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga
merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck,
2008).Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda,seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang
dapat menimbulkan stressberat pada orang lain. Adapun faktor
– faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

a. Faktor predisposisi dan presipitasi

Adapun faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas


adalah (Stuart & Laraia, 2005 dalam SAKP FIK UI, 2008):

1) Faktor predisposisi
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas:
a) Teori psikoanalitik.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id
dan super ego yang berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang
perlu diatasi.
b) Teori interpersonal.
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan
interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah biasanya sangat
mudah untuk mengalami ansietas berat.
c) Teori perilaku.
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang
3
diinginkan. Para ahli perilaku mengangap
ansietas merupakan suatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan untuk
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini
bahwa manusia yang pada awal kehidupannya
dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan
akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang
berat pada kehidupan masa dewasanya.
d) Kondisi keluarga
Ansietas dapat timbul secara nyata dalam
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e) Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine. Reseptor ini membantu
mengatur ansietas. Penghambat GABA (gamma
amino butyric acid) juga berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.

2) Faktor presipitasi
Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan
pada kehidupan manusia dalam memelihara
keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak
sama pada beberapa situasi dan hubungan
interpersonal. Namun demikian secara umum ada 2
(dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas,
yaitu:
a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar.

4
b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap
identitas diri, harga diri, dan hubungan
interpersonal, kehilangan serta perubahan
status/peran.

2.1.3 Klasifikasi Ansietas


Gejala kecemasan baik sifatnya akut maupun kronik
(menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua
gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Edisi revisi keempat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-
TR) mencamtumkan gangguan kecemasan berikut ini menurut
klinisnya: gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia,
agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan
sosial, obsessive-compulsive disorder (OCD) , gangguan stress
pasca trauma, gangguan stress akut, gangguan kecemasan
menyeluruh, gangguan kecemasan akibat keadaan medis umum,
gangguan kecemasan yang diinduksi zat, dan gangguan
kecemasan yang tidak tergolongkan. Hal ini menerangkan setiap
gejala klinis yang dialami memilki arti klinis gangguan
kecemasan yang berbeda (Sadock & Sadock, 2004).

2.1.4 Tingkat ansietas beserta tanda dan gejala


Ansietas memiliki dua aspek yang sehat dan aspek yang
membahayakan yang bergantung pada tingkat ansietas yang
dialami dan seberapa baik individumelakukan koping terhadap
ansietas. Tanda dan gejala ansietas dapat diklasifikasikan
berdasarkan tingkat ansietas menurut Videbeck (2008) yang
diadaptasi dari Beck & Emery (1985):
1) Ansietas ringan (1+)
a. Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan
lingkungan rileksatau sedikit gelisah, penuh perhatian.

b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang,


perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
5
c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak
sadar, aktivitas menyendiri, terstimulasi.

2) Ansietas sedang (2+)


a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering
mondar- mandir, suara berubah: bergetar, nada suara
tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering
berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri
punggung.

b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak


perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus
meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian
masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.

c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung,


kepercayaandiri goyah, tidak sabar, gembira.

3) Ansietas berat (3+)


a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi,
kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,
bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan
serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi,
kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.

b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir


terpecah-pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah
buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi,
hanya memperhatikan ancaman.

c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung,


merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin
bebas.

6
4) Ansietas panik (4+)
a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang
sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV
meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon
stres dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai,
mulut ternganga.Respon kognitif: persepsi yang sempit,
pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak
dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri,
tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal,
halusinasi, waham, ilusi terjadi.

b. Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/


tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.

2.1.5 Mekanisme Koping


Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara
konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien
berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,
mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan,
mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah
menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki,
merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang
lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang,
berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut
Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan
ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada
tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan
koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif

7
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik
dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik
maupun psikologik untuk memindahkan seseorang
dari sumber stress.

c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara


seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau
mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.


Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah.
Mekanisme ini sering kali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara
realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan
individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan
mekanisme pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap
kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

8
Psikologis: Ansietas
2.2.1 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah
(NANDA, 2012):
1) Perilaku
Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi,
mengintai, dan tampak waspada.Individu akan berperilaku
menghindar seperti menghindari orang-orang, tempat, dan
peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas sebelumnya
(Videbeck,2008).
2) Afektif
Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan
tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan
kewaspadaan, iritabilitas, gugup, senang berlebihan, rasa nyeri
yang meningkatkan ketidakberdayaan, peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/ tidak
percaya diri, dan khawatir.
3) Fisiologis
Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
4) Simpatik
Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah
merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah,
peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks, peningkatan
frekuensi pernapasan, pupil melebar, kesulitan bernapas,
vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot, dan kelemahan.
5) Parasimpatik
Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut
nadi, diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada
ekstremitas, sering berkemih, dan dorongan segera berkemih.
6) Kognitif
Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan
lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan
9
untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan
masalah, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik,
lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun, dan cenderung
menyalahkan orang lain.

10
2.2.2 Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, kemungkinan data
dalam kebutuhan ansietas dikelompokkan menjadi Data Subjektif dan
Data Objektif.

Menurut Mayor (Adam et al, 1997), batasan karakteristik dalam


data subjektif pada kebutuhan dasar ansietas seperti mengungkapkan
secara verbal atau isyarat, gelisah, jantung berdebar, ketakutan tidak
dapat rileks. Selain data subjektif, batasan karakteristik data juga
ditemukan dalam data objektif seperti peningkatan tekanan darah,
peningkatan pernafasan, suara tremor, marah berlebihan dan
menangis, mencela diri, menarik diri, gelisah, kurang inisiatif diri,
kewaspadaan berlebihan, perilaku menjaga atau sikap melindungi,
gangguan tidur (mata terlihat kayu, gerakan tidak teratur atau tidak
menentu dan menyeringai), perubahan pola tidur, perubahan berat
badan dan penurunan interaksi dengan orang lain.

2.2.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data, ditemukan
diagnosa yang didapat yaitu (Potter dan Perry, 2005):
a. Ansietas
b. Ketidakefektifan hubungan
c. Nyeri
d. Risiko gangguan pola tidur

2.2.4 Perencanaan
Berdasarkan hasil rumusan masalah, ditemukan perencanaan
keperawatan pada klienansietas yang meliputi tujuan, kriteria hasil
dan intervensi. Dari hasil data rumusan masalah tersebut didapatkan
diagnosa pada kebutuhan dasar psikologis: ansietas antara lain
(Wilkinson & Ahern, 2011):

11
1) Ansietas yang berhubungan dengan penyakit yang dialami dan
hubungan dengan anak-anaknya.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien
mampu Mengatasi masalah ansietas yang dialaminya dengan
teknik relaksasi. Klien dapat mengenal ansietasnya.

Kriteria hasil :Klien menunjukkan tanda-tanda percaya


terhadap perawat. Klien mengungkapkan perasaan ansietas,
penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas. Klien mampu
mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas
Intervensi : informasikan secara faktual menyangkut diagnosis,
terapi, dan prognosis, instruksikan klien tentang penggunaan
teknik relaksasi dan imajinasi bimbingan, beri dorongan
kepada klien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas, sediakan
pengalihan melalui televisi, radio, permainan untuk
menurunkan ansietas, kurangi rangsangan yang berlebihan
dengan menyediakan lingkungan yang tenang, memiliki tanda-
tanda vital dalam batas normal, meneruskan aktivitas yang
dibutuhkan meskipun mengalami kecemasan.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus

3.3.1 Pengkajian

I. BIODATA
Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin :P
Umur : 65 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jalan Tempua, Medan Sunggal
Pengkajian : 6 Oktober 2021

II. KELUHAN UTAMA


Ny.T sering merasa cemas setiap ia memikirkan penyakit dan
anaknya, pusingnya langsung muncul. Ny.T juga sering merasa lelah,
lemas dan gemetar serta tengkuk tegang dan nyeri. Karena hal ini ia
menjadi sulit tidur.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/Polliative
1. Apa penyebabnya
Ny.T mengatakan penyakit yang sedang dideritanya
menjadi pikiran.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan


Biasanya anak Ny.T yang paling kecil mengajak ia
mengobrol mengurangi cemasnya.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
13
Ny.T merasa takut jika ia sedang di tanyain oleh perawat.
2. Bagaimana dilihat
Ny.T kelihatan pucat dan bibirnya bergetar.
C. Region
1. Dimana lokasinya :-
2. Apakah menyebar : Tidak.
D. Time
Sudah dirasakannya setahun dan hiasanya timbul pada setiap memikirkan
hal yang berat.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan :-
c. Pernah dirawat/dioperasi : Tidak.
d. Lama dirawat :-
e. Alergi : Tidak Ada
f. Imunisasi : Lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orangtua
Ayah Ny.T meninggal karna penyakit tua, Ibu Ny. T
meninggal karena sakit lambung.
B. Saudara kandung
Tidak ada riwayat kesehatan.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada
D. Anggota keluarga yang meninggal
Suami Ny. T meninggal akibat hipertensi

14
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny.T mengatakan terganggu dengan cemas yang dialami
karena menghambat Ny.T untuk beraktivitas.
B. Konsep diri
1. Gambaran diri :Ny.T memiliki tubuh yang
kurus. Ia mengatakan
bentuk tubuhnya masih wajar
dikarenakan ia sudah
melahirkan 5 orang anak.
2. Ideal diri : Ny.T ingin sembuh.
3. Harga diri : Ny.T merasa hidupnya
tidak berarti lagi.
4. Peran diri : Ny.T adalah seorang istri
dan seorang ibu.
5. Identitas : Ny.T adalah seorang istri
dari Alm. Tn.S dan ibu dari 5
orang anak-anaknya.
C. Keadaan emosi : Kurang Stabil
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : Ke 5 anak Ny.T.
2. Hubungan dengan keluarga : Kurang Baik.
3. Hubungan dengan oranglain : Baik.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan oranglain: -

E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Ny.T menganut agama
Kristen Protestan.
2. Kegiatan ibadah : Ny.T aktif dalam ibadah gereja.
VII. STATUS MENTAL
a. Tingkat kesadaran : Compos mentis
b. Penampilan : Rapi dan bersih

15
c. Pembicaraan : Klien tampak gelisah selama
Wawancara.
d. Alam perasaan : Klien mengatakan sedih dan
khawatir jika mengingat
anak-anaknya dan
penyakitnya.
e. Afek : Sesuai ekspresi.
f. Interaksi selama wawancara : Kooperatif, kontak mata
positif.
g. Memori : Gangguan daya ingat jangka
pendek.
h. Proses pikir : Koheren (sesuai).
i. Isi pikir : Saat wawancara klien dapat
fokus.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. KeadaanUmum
Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemas, lemah,
terlihat, gelisah, menggigit bibirnya jika cemas timbul.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu Tubuh : 37 0C.
2. Tekanan Darah : 150/90 mmHg.
3. Nadi : 75 x/menit.
4. Pernafasan : 24 x/menit.
5. Skala Nyeri 5
6. TB : 168 cm.
7. BB : 70 Kg.
C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan Rambut
Bentuk : Simetris, tidak ada benjolan.
Ubun-ubun : Keras.
Kulit kepala : Bersih.

16
Rambut
Penyebaran dan Keadaan Rambut: Merata.
Warna kulit : Putih.
Wajah
Warna kulit : Putih.
Struktur wajah : Simetris.
Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan
simetris.
Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva anemis dan
scklera berwarna putih.
Pupil : Hitam dan bulat.
Kornea dan iris : Kornea transparan dan iris
mata jernih.
Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan posisi
septum nasi berada
di garis tengah.
Lubang hidung : Tidak ada sekret atau
lendir.
Cuping hidung : Tidak ada.
Telinga
Bentuk telinga : Simetris dan kembali setelah
dilipat.
Ukuran posisi telinga : Simetris.
Lubang telinga : Tidak ada lendir.
Ketajaman pendengaran : Baik.
Mulut dan Faring
Keadaan bibir : Bibir berwarna merah,
simetris.
Keadaan gusi dan gigi : Gigi berwarna kuning.
Keadaan lidah : Posisi lidah ditengah, warna

17
merah muda dan pergerakan
lidah bebas.
Leher

Posisi trakhea : Simetris.


Thyroid : Tidak ada pembengkakan.
Suara : Nyaring.
Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkakan.
Vena jugularis : Teraba.
Denyut nadi karotis : Teraba.
Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : Bersih.
Kehangatan : Hangat.
Warna : Putih.
Turgor : Baik, pada saat dicubit
dengan ujung jarikulit
kembali ke posisi
semula.
Kelembapan : Lembab.
Kelainan pada kulit : Tidak ada.

Pemeriksaan Thoraks/Dada
Inspeksi : Pengembangan dada
simetris.
Pernafasan : Frekuensi (reguler) dan
Irama (vesikuler).
Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada.

Pemeriksaan Muskuloskeletal/Ekstremitas
Kesimetrisan : Simetris.
Kekuatan otot : Skala 4.
Edema : Tidak ada.

Pemeriksaan Neurologi
18
Fungsi Sensorik : Ny.T berespon ketika
diberikan stimulus.

19
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
Frekuensi makan/hari : 3x sehari.
Nafsu makan : Berkurang.
Nyeri ulu hati : Tidak ada.
Alergi : Tidak ada.
Mual dan muntah : Tidak ada.
Waktu minum : Ny.T sering minum air putih.
II. Perawatan diri/personal hygiene
Kebersihan tubuh : Bersih.
Kebersihan gigi dan mulut : Bersih.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Tidak bersih.
III. Pola kegiatan/aktivitas
Aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dibantu anak terakhir.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 1 x sehari.
Karakter feses : Lunak.
Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.
BAB terakhir : Pagi hari.
Diare : Tidak ada.
Penggunaan laksatif : Tidak ada.

2. BAK
Pola BAK : 5 x sehari.
Karakter feses : Kuning keruh.
Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada.
Penggunaan diuretik : Tidak ada.
Upaya mengatasi masalah : Tidak ada.

20
V. Mekanisme Koping
Klien dapat menyelesaikan masalahnya. Ia lebih suka
memendam masalahnya sendiri daripada membagikannya ke
orang lain.

3.3.2 Analisa Data


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ditemukan analisa data pada tabel
berikutlebih difokuskan pada masalah psikososial, yaitu:
Tabel 1 Analisa Data dengan Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di
derita.

No. Data Masalah


1. Data Subjektif: Ansietas
a) Klien mengatakan
dirinya takut, cemas,
dan khawatir akan
penyakitnya.
b) Klien mengatakan
banyak sekali hal-hal
yang dipikirkan
e) Klien mengatakan
takut kenapa tekanan
darahnya tidak turun
Data Objektif:
a) Kontak mata ada, klien
kooperatif.
b) Klien sesekali terlihat
melamun.

21
c) Wajah tamppak
tegang.
d) Mukosa bibir kering.
e) Tampak menggigit
bibir.
Tekanan darah 150/90
mmHg, Nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 36,5˚C.

Tabel 2 Analisa Data dengan Pola Tidur Terganggu berhubungan dengan


kecemasan.

No. Data Masalah


2. Data Subjektif : Pola tidur
a) Klien mengatakan terganggu
sulit tidur lama

b) Klien mengatakan
sudah 3 hari tidur tidak
nyenyak.
Data Objektif:
a) Klien tampak lemah,
kadang tampak kurang
bersemangat.
b) Mukosa kering.
c) Tekanan darah
150/90 mmHg, Nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit,
Suhu 36,5˚C.

22
3.3.3 Rumusan Masalah
Masalah keperawatan yang menjadi prioritas:
1. Ansietas.
2. Pola tidur terganggu.

Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di derita.
2. Pola tidur terganggu berhubungan dengan kecemas

3.3.4 Perencanaan
Berdasarkan masalah yang ditemukan dari analisa data diatas, maka penulis
melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada Ny. A yang tercantum dalam tabel berikut:
No. Dx Perencanaan Keperawatan

1. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan:

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien mampu


Mengatasi masalah ansietas yang dialaminya dengan teknik
relaksasi.

2. Klien dapat mengenal ansietasnya.

Kriteria Hasil:

1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya terhadap perawat


2. Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab
ansietas, dan perilaku akibat ansietas
3. Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas

23
Rencana tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya


percaya. merupakan dasar dari
terjadinya komunikasi
teraupetik sehingga akan
memfasilitasi dalam
pengungkapan perasaan,
emosi, dan harapan klien.
2. Bantu klien mengenal 2. Dengan mengenal
ansietas. ansietasnya, klien akan lebih
kooperatif terhadap tindakan
keperawatan. Menyamakan
persepsi bahwa ansietas terjadi
pada klien.
3. Ajarkan pasien teknik 3. Di dapatkannya cara lain
relaksasi untuk yang sehat yang akan
meningkatkan kontrol dan membantu klien untuk mencari
rasa percaya diri. cara yang adaptif dalam
4. Motivasi klien mengurangi atau
melakukan teknik relaksasi menghilangkan ansietasnya.
setiap kali ansietas muncul. 4. Untuk memotivasi klien
sembuh.
No. Dx Perencanaan Keperawatan

2. Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan:

Setelah 2x24 jam diharapkan kebutuhan tidur klien dapat


terpenuhi.

24
Kriteria Hasil:

1. Klien dapat tidur dengan nyenyak.

2. Jam tidur klien kembali normal.

Rencana tindakan Rasional

1. Bina hubungan saling 1. Untuk membuat klien lebih


percaya dengan klien. merasa yakin.
2. Kaji pola tidur klien. 2. Untuk mengetahui pola tidur
3. Identifikasi yang efektif.
kemungkinan efek obat 3. Mengetahui dosis obat yag
terhadap pola tidur. tepat.
4. Batasi kegiatan yang 4. Membantu klien untuk dapat
memicu sulit tidur. menemukan solusi dari
5. Monitor pola tidur dan masalah tidurnya.
jam tidur klien. 5. Untuk memantau pola tidur.
6. Diskusikan pada pasien 6. Memungkinkan klien untuk
faktor yang bisa mengatur jadwal tidurnya
mempengaruhi sulit kelak.
tidur.

25
3.3.5 Implementasi dan Evaluasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
(SOAP)

1. Rabu, 10.00- 1. Membina hubungan S :


06 12.00 saling percaya
Oktober Klien mengatakan takut
dengan klien.
2021 terhadap penyakitnya.
2. Membantu klien
mengenal ansietas
Klien mengatakan Ia terlalu
dengan cara
memikirkan anak-anaknya
menguraikan
yang tidak pernah
perasaannya.
mengunjunginya.
3. Membantu klien
menyadari perilaku O :
akibat ansietas. Kontak mata ada, klien

4. Mengajarkan pasien kooperatif.


teknik relaksasi Klien sesekali terlihat

(tarik nafas dalam) melamun.

5. Memotivasi klien Wajah tampak tegang.


untuk melakukan Menggigit bibirnya.
teknik relaksasi Wajah tampak memerah.
setiap ansietas Tekanan darah 150/90 mmHg,
muncul. Nadi: 88x/menit, RR:
20x/menit, Suhu: 36,5˚C.

A:
Masalah belum teratasi
- Klien masih tampak tegang.

P : Intervensi dilanjutkan
- Motivasi klien untuk

26
melakukan teknik relaksasi

27
DAFTAR PUSTAKA

Adam, A.J. et. al. (1999). Essential Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.
Agustarika, B. (2009). Pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien
dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis. Program
Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Aivazyan, T.A., et. al. (1988). Efficacy of relaxation techniques in hypertensive
patients. Health psychology, 7, 193-200.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.
Dosh, S.A. (2001). The diagnosis of essential and secondary hypertension in
adults. Journal Fam Practice, 50, 707-712.
Harapan, M.S. (2005). Ansietas penderita jantung. 10 Juni 2013.
http://health.detik.com/read/2005/08/10/132550/419549/178/ansietaspende
rita-jantung
Fisher, B.H. (2007). The effects of utilizing a preshot routine and deep breathing
on reducing performance anxiety and improving serving performance
among youth tennis players. Thesis. Morgantown: School of Physical
Education West Virginia.
Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Mansjoer. (1999). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Aesculapius.
NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC:
Jakarta.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1.
Jakarta: EGC.
Purba, J. M,. Nasution, M.L., Wahyuni, SE., & Daulay, W. (2008). Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.

28
Setiawan, Z. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor risikohipertensi
studi ekologi di pulau jawa tahun 2004. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric
nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Supriati, L. (2010). Pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle
relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di RSUD
Dr. Soedono Madiun. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wardayati, K.T. (2011). Polusi perkotaan pemicu hipertensi. 10 Juni 2013.
http://intisari-online.com/read/polusi-perkotaan-pemicu-hipertensi
Wei & Wang. (2006). Anxiety symptoms in patients with hypertension: a
community-based study. International Journal Psychiatry in medicine, 36,
315-322.
Widiyani, R. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. Jakarta: EGC
Wiguna. (2003). Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta:EGC
Wilkinson dan Ahern. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA,
Intervensi NIC, Hasil Kriteria NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
Wisnu, I.M.L. (2013). Waspadai hipertensi, pemicu penyakit kelas berat. 10 Juni
2013.http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaming
gu&ki d=24&id=74882

29
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. Hari/ Tindakan
Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
1. Sabtu, 11. 00– 1. Menanyakan S: Ny. A
06 Mei 2017 12.05 WIB keadaan pasien mengatakan cemas
2. Menanyakan apakah dirasakan saat
cemas yang mengingat anak-
dirasakan anaknya.
menghambat O: Klien tampak
aktivitas. sedih dan gugup.
3. Menanyakan berapa Skala nyeri 5.
lama cemas itu Tanda-tanda Vital :
timbul. TD: 150/90 mmHg.
4. Menanyakan berapa HR: 75x/menit.
lama cemas timbul RR: 24x/menit.
dalam sehari. T: 370C.
5. Mengajarkan Ny. A: Masalah belum
A. untuk teratasi.
menenangkan diri. P: Intervensi
6. Menganjurkan klien dilanjutkan.
untuk istirahat dan - Menganjurkan
tidur yang adekuat. untuk melakukan
7. Menanyakan pada teknik distraksi.
Ny. A apakah sudah
melakukan teknik
distraksi yaitu
menonton TV,
membaca, melihat

30
No. Hari/ Tindakan
Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
1 Sabtu, 11.00 – pemandangan dan
06 Mei 2017 12.05WIB gambar,
berbincang dengan
anggota keluarga,
dan
mendengarkan
musik..
1 Sabtu, 11.00 - 1. Mengkaji tingkat S: Klien mengatakan
06 Mei 2017 12.05WIB kemampuan klien susah untuk
untuk berpindah melakukan kegiatan
dari kursi, sehari-hari.
berdiri. ketika cemasnya
2. Menganjurkan kambuh.
klien untuk tidak O: Klien tampak
melakukan kelihatan lelah.
kegiatan yang Tanda-tanda Vital :
melelahkan. TD: 150/90 mmHg.
3. Mengajarkan klien HR: 75x/menit
dalam memberikan RR: 24x/menit.
lingkungan yang T : 37ºC.
tenang dan A: Masalah belum
nyaman. teratasi.
4. Mengkaji tanda- P: Intervensi
tanda vital dilanjutkan.
sebelum, - memberikan
selama dan lingkungan nyaman
setelah dan menganjurkan
melakukan mengurangi
aktivitas. kegiatan yang
menyebabkan

31
kelelahan.

No. Hari/ Tindakan


Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
1 Minggu, 12.00 - 1. Menanyakan S: Klien mengatakan
07 Mei 2017 12.45WIB kepada pasien cemas belum
terkait teknik berkurang walaupun
relaksasi yang sudah melakukan
sudah dilakukan teknik relaksasi.
apakah mampu O: Klien
mengatasi cemas masih tampak
yang dialami oleh tegang
klien. kesakitan.
2. Membantu klien A: Masalah belum
dalam teknik teratasi.
relaksasi : dengan P: Intervensi
mengajarkan tarik dilanjutkan.
napas dalam dan - Menganjurkan
membuangnya untuk melakukan
secara perlahan- teknik relaksasi
lahan. kembali.
2 Minggu, 12.00- 7. Membina S: Klien mengatakan
07 Mei 2017 12.45WIB hubungan saling sudah mengontrol
percaya dengan lingkungan yang
klien. tenang dan nyaman
8. Mengkaji pola tetapi tidak berhasil.
tidur klien. O: Klien tampak
9. Mengidentifikasi kelelahan dalam
kemungkinan efek beraktivitas.
obat terhadap pola A: Masalah belum
tidur. teratasi.

32
No. Hari/ Tindakan
Pukul Evaluasi
Dx Tanggal Keperawatan
2 Senin, 12.10- 1. Membatasi S: -
08 Mei 2017 12.30WIB kegiatan yang O: Klien tampak
memicu sulit tidur. gelisah.
2. Memonitor pola A: Masalah belum
tidur dan jam tidur teratasi.
klien. P: Intervensi
dilanjutkan.
- Mengkaji pola
tidur pasien.
2 Senin, 08 Mei 12.00 – 1. Mendiskusikan S : Klien
2017 12.30WIB pada pasien faktor mengatakan
yang penyebab susah
mempengaruhi tidur.
sulit tidur. O : Klien tampak
2. Membuat jadwal lebih baik.
tidur yang efektif. Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg.
HR : 65x/menit.
RR : 20x/menit.
T : 36,50C.
A : Masalah
sebagian teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan oleh
klien.
- Mengevaluasi
jadwal tidur klien
dan mengurangi
kegiatan yang
berlebihan.

33

Anda mungkin juga menyukai