Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

“PEMBENTUKAN PERADABAN PERIODE KENABIAN”

Dosen Pengampu : Drs.H Mursalin ilyas.M.A

Disusun oleh :

Kelompok 3

Rahma Djuddah (10120210051)

Sulistiawati (10120210065)

PROGRAM STUDI TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A.   LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B.     RUMUSAN MASALAH...................................................................................4
C.     TUJUAN MASALAH.......................................................................................4
BAB II........................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A.FASE MEKAH………………………………………………………………………………………………….5

SISTEM DAKWAH……………………………………………………………………………………………5

B.FASE MADINAH………………………………………………………………………………………………5

A.KONDISI SOSIAL MASYARAKAT……………………………………………………………………..5

B.KONDISI KEBUDAYAAN MASYARAKAT……………………………………………………………5

C.KONDISI POLITIK MASYARAKAT……………………………………………………………………..5

D. KONDISI MILITER MASYARAKAT ……………..………………………………………………….5

E.KONDISI EKONOMI MASYARAKAT…………………………………………………………………5

BAB III ………………………………………………………………………………………………………………….6

PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………..6

SARAN……………………………………………………………………………………………………………….…6
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ PEMBENTUKAN
PERADABAN PERIODE KENABIAN“. Pada kesempatan ini kami
ucapkan terima kasih kepada Ayah Sukirno S.HI.M.H. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dan sudi membagi ilmunya kepada
kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Tak lupa juga kami
ucapakan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

              Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari
berbagai pihak. Sebagai manusia biasa, kami berusaha dengan sebaik-
baiknya dan semaksimal mungkin, dan sebagai manusia biasa juga kami
tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun makalah
ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khusunya bagi kami dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.
Amin.

Makassar, 25 Februari 2022

           
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT,
yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya,mendapat
tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena
pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-
berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian
itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara
sembunyi-sembunyi,terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat
sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam
semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk
melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy
menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal
mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara
diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan, Allah pin
memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah.
Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad


ketika Fase Makkah?
2. Bagaimana pembentukan sitem kemasyarakatan, milIter, politik,
dakwah, ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase
Madinah?

C.     TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi


Muhammad ketika Fase Makkah.
2. Untuk mengetahui pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter,
politik, dakwah, ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase
Madinah
BAB II
PEMBAHASAN
                                                                            

A.    FASE MEKAH
SISTEM DAKWAH :

Nabi Muhammad Saw yang membawa ajaran tauhid dianggap telah


merusak keyakinan masyarakat arab pada umumnya yang menyembah
berhala dengan menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan. Dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, Dilakukan dengan dua cara:
( Mubarok, 2005: 43)
1.)  Dakwah secara diam-diam
Setelah menerima wahyu kedua, Rasulullah menyadari tugas yang
dibebankan pada dirinya. Maka mulailah secara diam-diam mengajak orang
memeluk islam, mula-mula kepada keluarga kemudian para sahabat dekat
Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala
dan hanya mau menyembah Allah yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan
itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:
1.Istri beliau sendiri, Khadijah
2.Kalangan pemuda, Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid Ibn Harits.
3.Dari kalangan budak, Bilal.
4.Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar Al-Shiddiq.
Setelah Abu bakar masuk islam,banyak orang-orang yang mengikuti
untuk masuk agama islam. Orang-orang ini tekenal dengan julukan Al-
Sabiqun al-Awwalun, orang yang terdahulu masuk islam, seperti: Utsman
Ibn Affan, Zubair Ibn awwam, Talhah Ibn Ubaidillah, Fatimah binti
khathab, Arqam Ibn Abd. Al-Arqam, dan lain-lain. Mereka itu mendapat
agama islam langsung dari Rasulullah sendiri. Sebagai pusat pembinaan
waktu itu di rumah Arqam Ibn Abd. Al-arqam ( Dar al-Arqam).
2.) Dakwah secara terang-terangan

Setelah Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah yang bersifat


rahasia, terhimpunlah pengikut Nabi sebanyak tiga puluh orang. Dakwah
dikala itu dilaksanakan secara diam-diam. Setelah fase itu, Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu
dengan turunnya ayat (QS. Al-Hijr, 15:94):
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah pada orang-orang musyrik”
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwah
secara terus terang dan terbuka. Rencana yang dilakukan, pertama ditujukan
pada kerabat sendiri, kemudian seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan
dakwah secara terang-terangan ini menambah jumlah pengikut yang masuk
Islam. Hal ini tidak disenangi oleh orang-orang Quraisy. Apalagi secara
tegas Rasulullah mencela ibadah mereka, dan mencerca berhala yang dipuja,
serta mengkritisi tradisi mereka yang sudah membudaya.
Sehubung dakwah Nabi itu akan melenyapkan agama dan tradisi
nenek moyangnya, maka kaum Quraisy mengadakan reaksi dengan aksi
penindasan, penyiksaan, dan intimidasi terhadap pengikut Rasul. Namun,
para sahabat tetap memegang teguh aqidah tidak gentar terhadap ancaman
dan siksaan pihak kuffar. Karena itu, kaum Quraisy berusaha melenyapkan
Muhammad. Mereka berambisi menangkap Nabi, namun Abu Thalib
senantiasa melindunginya.
Perangai orang-orang Quraisy berubah setelah Nabi menyeru untuk
mengesakan Allah. Perubahan sikap mereka antara lain:

1. Yang semula cinta berganti menjadi benci.


2. Yang semula dekat menjadi jauh.
3. Yang semula memberi pengakuan atas kejujuran beliau berganti
menjadi mengejek dan mencemoohnya.
4. Yang semula memberi gelar Al-Amin berganti mengatakan  majnun
(gila) dan dikatakan tukang sihir.
5.  Yang semula bersahabat dan berkerabat berubah menjadi musuh
yang utama.
Faktor-faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Nabi
antara lain:

1. Faktor gengsi; Orang Quraisy beranggapan, tunduk / menyerah


kepada Muhammad berarti tunduk dan menyerahkan pimpinan /
kekuasaan kepada keluarga Bani Abdul Muthalib para ketua kabilah
takut kehilangan pengaruh / kekuasaan.
2. Faktor taqlid; yaitu taqlid membuta pada nenek moyangnya dalam
kepercayaan, upacara dan peribadatan serta tata pergaulan  yang
merupakan suatu kebiasaan yang sudah berakar dikalangan bangsa
Arab. Karena itu, mereka merasa berat untuk meninggalkannya.
3.  Ajaran Islam menyetarakan antara hamba sahaya dan bangsawan.
Bangsa Quraisy dengan seluruh kabilahnya memandang dan merasa
lebih tinggi derajatnya dibanding bangsa lain, apalagi dengan
budak / hamba sahaya.
3.).Adapun Taktik dan Strategi Dakwah Rasulullah:
Taktik yang dijalankan Nabi dalam berdakwah adalah sebagai berikut,
sebelum mempunyai power, dakwah berjalan dengan diam-diam, setelah
banyak pengikutnya dakwah berjalan terang-terangan, dengan resiko
menghadapi teror dari musuh yang lebih banyak dan kuat. Untuk
menghindarkan dari kekejaman dan teror kuffar pada pengikutnya, Nabi
menganjurkan mereka berhijrah ke luar Makkah, yaitu Habasyah.
Secara politis hijrah ke Habasyah merupakan upaya mencari suaka
politik pada raja yang beragama samawi. Terjadi dua kali hijrah ke
Habsyah. Pada hijrah pertama berangkat dua belas orang pria empat orang
wanita, yang dipimpin oleh Utsman Ibn Affan bersama istrinya Ruqqayah
binti Rasulallah. Pada hijrah kedua berangkat satu rombongan yang terdiri
dari delapan puluh tiga laki-laki dan sebelas orang wanita, dipimpin oleh
Ja’far ibn Abi Thalib.
Dengan dakwah agama Islam mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Ajaran Islam simple, mudah, tidak memberatkan, tidak banyak


tuntutan dan aturan

2.  Prinsip-prinsip dari masyarakat Islam bersendikan ukhuwah


Islamiyah.

3. Islam tersiar luas dan cepat semata-mata karena Dakwah bi al-


Hikmah dari Nabi dan para sahabat.

Jihad dalam Islam mempunyai fungsi dan kedudukan:

 Melindungi dan membela dakwah dari gangguan.

 Melindungi masyarakat Islam dankaum Muslimin.

 Merupakan tindakan pengamanan.

Adapun Ruang Lingkup Dakwah Islamiyah tidak hanya untuk bangsa


Arab atau hanya di jazirah Arab saja. Rasul diangkat sebagai rahmatan
lil’alamin, maka dakwah adalah untuk seluruh umat di dunia. Terbukti
sebagaimana yang telah dilakukan Rasul, setelah menata kehidupan Jazirah
Arab secara Islami, Rasul menyeru kepada seluruh raja-raja, penguasa yang
ada disekitar Jazirah Arab, dengan mengirim utusan yang membawa surat
seruan mengikuti dakwah Islamiyah.

Menurut Tarikh Ibnu Hisyam dan Tarikh al-Thabari, surat-surat dari Nabi
itu dikirim kepada:

a) Heraclius, Kaisar Romawi, yang diantar oleh duta atau utusan


dibawah pimpinan Dakhiyah ibn Khalifah al-Kalby al-Khazraji.
b) Kisra Persi, yang dibawa oleh perutusan dibawah pimpinan
Abdullah ibn Huzaifah al Sahmy.

c) Negus, Maharaja Habsyah, yang diantar oleh perutusan dibawah


pimpinan Umar Ibn Umayyah al-Dlamary.

d) Maqauqis, Gubernur Jendral Romawi untuk wilayah Mesir,


disampaikan oleh Khatib ibn Abi Baltaah al-Lakhmy.

e) Hamzah ibn Ali al-Hanafi, Amir negri Yamamah, diantar perutusan


dipimpin Sulaith ibn Amr al-Amiry.

f) Al-Haris ibn Abi Syamr, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn


Wahab.

g) Al-Mundzir ibn Sawy, Amir Ghassan, dibawa oleh Syuja’ibn


Wahab.

h) Duaputera al-Jalandy, Jifar dan Ibad, yang dibawa oleh Amr ibn
Ash.

B. FASE MADINAH

A.) KONDISI SOSIAL MASYARAKAT :


Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling
dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa
kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad
Al-Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan
asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan
wahyu. Diantaranya sebagai berikut.

1.     Pembangunan masjid nabawi

Dikisahkan bahwa unta tunggangan Rasulullah berhenti disuatu tempat


maka Rasulullah memerintahkan agar di tempat itu dibangun sebuah masjid.
Rasulullah ikut serta dalam pembangunan masjid tersebut. Beliau
mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan tangannya
sendiri. Saat itu, kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis. Tiang masjid terbuat
dari batang kurma, sedangkan atapnya dibuat dari pelepah daun kurma.
Adapun kamar-kamar istri beliau dibuat di samping masjid. Tatkala
pembangunan selesai, Rasulullah memasuki pernikahan dengan Aisyah
pada bulan Syawal. Sejak saat itulah, Yastrib dikenal dengan Madinatur
Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum muslimin melakukan berbagai
aktivitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, belajar, memutuskan
perkara mereka, berjual beli maupun perayaan-perayaan. Tempat ini
menjadi factor yang mempersatukan merek.

2.      Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.

Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-
dasarnya untuk menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan
persaudaraan (Ukhwah Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin,
dan mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang telah lama bermusuhan dan
bersaing.    (Supriyadi,2008:63).

Ikatan persaudaraan Anshar dan Muhajirin melebihi ikatan


persaudaraan karena pertalian darah, sebab ikatannya berdasar iman.
Terbukti apa yang dimiliki Anshar disediakan penuh untuk saudaranya
Muhajirin. Sebagaimana firman Allah; dalam surat Al Hasyr [59] ayat
9.  ( Subarman. 2008: 35).

Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka


kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri
dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada hanya
persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini,
Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama
sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
(Supriyadi,2008:63).

3.      Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non


Muslimin

Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-


orang arab, serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir,
Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan
dengan mereka untuk terjaminnya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk
melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi diantara golongan
tersebut.

B.KONDISI KEBUDAYAAN MASYARAKAT :


Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada
masyarakat Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah
An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan
terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-
cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib
dan maju, dan berperadaban; kedua, membangun masjid. Masjid bukan
hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana
penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Disamping itu, masjid juga
menjadi pusat kegiatan pemerintahan; ketiga Nabi Muhammad Saw
membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu mempersaudarakan
kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yatsrib) dengan
Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin
di Yatsrib).

Hasil dari tulisan ini membuktikan bahwa nilai-nilai Islam dalam


bentuk Piagama Madinah yang berlaku dalam kehidupan masyarakat
Yatsrib itulah yang kemudian mendasari terbentuknya kebudayaan dan
peradaban yang tinggi. Diantara nilai-nilai tersebut adalah bahwa Islam
menghapuskan kebodohan (buta huruf), Islam merangsang daya observasi
untuk memperhatikan dan meneliti alam semesta, Piagam madinah juga
membina daya cipta masyarakat, membina bakat dan potensi sehingga
seimbang lahir dan batinnya, seimbang ilmu dan akhlaknya, seimbang
ikhtiar dan do’anya. Dengan demikian seharusnya ini menjadi kesadaran
semua pihak dalam melakukan pengembangan dan pembinaan masyarakat.
Bahwa masyarakat madinah yang dibina oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam adalah contoh masyarakat ideal yang harus di ikuti.

C.KONDISI POLITIK MASYARAKAT :


Sistem politik Islam adalah bahwa kedaulatan itu tidak di tangan rakyat
maupun kepala negara (khalifah), melainkan ditangan syara' (aturan dan
hukum Islam). Sementara kekuasaan khalifah adalah untuk melaksanakan
dan menerapkan hukum syariat Islam.Sistem pemerintahan Islam dimulai
sejak zaman Rasulullah SAW. Semua pemikir Muslim sepakat bahwa
Madinah merupakan contoh negara Islam pertama. Tugas Rasulullah SAW
adalah memimpin masyarakat Islam dalam awal terbentuknya negara Islam
Madinah bermula dari konflik antarklan Arab (suku Aus dan Khazraj) yang kerap
terjadi di wilayah jazirah Arab. Konflik yang terjadi pada masa itu bukan
disebabkan perebutan kekuasaan, melainkan karena perebutan sumber air yang
terdapat di luar wilayah kekuasaan masing-masing. Bagi mereka, air adalah sumber
kehidupan dan kekayaan. Sumber air yang diperebutkan bernama Bu'bs, lembah
yang terletak tidak jauh dari Yatsrib (Madinah).

Konflik yang terus berkepanjangan ini, membuat masyarakat Arab Yatsrib


khawatir keamanan wilayah mereka terancam dari kemungkinan serangan
musuh. Kekhawatiran dan rasa tidak aman ini membuat masyarakat Yatsrib
merindukan figur seorang tokoh pemimpin yang adil dan mampu
menegakkan peraturan yang dapat diterima semua pihak. Oleh sebab itu,
Suku Aus dan Khazraj terus berusaha mencari tokoh yang diharapkan.
Selanjutnya, Nabi Saw. Merumuskan piagam yang berlaku bagi seluruh
pendudukan Yatsrib, baik orang muslim maupun non muslim (Yahudi).
Piagam inilah yang oleh Ibnu Hasyim disebut sebagai Undang-undang
Dasar Negara Islam (Daulah Islamiyah) yang pertama.

1) Setiap kelompok mempunyai pribadi keagamaan dan politik. Adalah


hak kelompok, menghukum orang yang membuat kerusakan dan
memberi keamanan kepada orang patuh.

2) Kebebasan beragama terjamin buat semua warga Negara.

3) Adalah kewajiban penduduk madinah, baik kaum muslimin maupun


bangsa Yahudi, untuk saling membantu, baik secara moril atau
materil. Semuanya dengan bahu membahu harus menangkis setiap
serangan terhadap kota Madinah

Rasulullah adalah kepala Negara bagi penduduk Madinah. Kepada


Beliaulah segala perkara dibawa dan segala perselisihan yang besar
diselesaikan. (Subarman, 2008:36).

D.KONDISI MILITER MASYARAKAT :


Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat
perkembangan Islam dan kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul
terdiri dari:

1) Ghazwah; yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul


sendiri. Peperangan ini terjadi dua puluh tujuh kali.
2) Syariah; yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk
memimpinnya, peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali.
3) Peperangan yang dilakukan Rasul mempunyai nilai dan arti bagi
pembinaan ummat. Nilai dan arti yangterkandung antara lain:

1. Gazwatu furqan; yaitu peperangan yang menentukan mana yang hak


dan bathil, seperti Perang Badar. sebagaimana  firman Allah dalam
surat Al-Anfal ayat 41.
“Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta
rampasan perang, maka sesungguhnya satu perlimanya
(dibahagikan) untuk (jalan) Allah dan untuk RasulNya dan untuk
kerabat (Rasulullah) dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin,
serta ibnus-sabil (orang musafir yang keputusan), jika kamu beriman
kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami
(Allah) kepada hamba Kami (Muhammad) pada Hari Al-Furqan,
iaitu hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam dan kafir, di
medan perang Badar) dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu”.

2. Adabiyah al-Hujum; yaitu peperangan untuk membela diri seperti


perang Khandak.
3. Untuk perdamaian; seperti perjanjian Hudaibiyah.
4. Kewaspadaan; seperti perang Mukt‘ah.
5. Taktik menakut-nakuti; seperti Fathu Makkah.
6. Penyiaran Agama Islam; seperti Perang Hunain.
7. Konsolidasi, agar Negara menjadi bersatu dan kuat seperti Thaif.
8. Pengabdian kepada Tuhan; seperti Perang Tabuk
Peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan untuk melindungi,
mengamankan dakwah Islam dari gangguan orang-orang kafir, melindungi
dan mempertahankan masyarakat /daulah Islamiyah, membentuk
masyarakat yang Islami. (Subarman,2008: 37-38).

E.KONDISI EKONOMI MASYARAKAT :


Madinah merupakan negara yang baru terbentuk dengan kemampuan
daya mobilitas yang sangat rendah dari sisi ekonomi. Oleh karena itu,
peletakan dasar-dasar sistem keuangan negara yang di lakukan oleh
Rasulullah SAW merupakan langkah yang sangat signifikan sekaligus
berlian dan spektakuler pada masa itu, sehingga Islam sebagai sebuah
agama dan negara dapat berkembang dengan pesat dalam jangka waktu
yang relatif singkat.

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh Rasulullah Saw. dari prinsip-


prinsip Qur’ani. Al Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam telah
menetapkan  berbagai aturan sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia
dalam aktivitas disetiap aspek kehidupannya, termasuk dibidang ekonomi.

Prinsip Islam yang paling mendasar adalah kekuasaan tertinggi hanya


milik Allah semata dan manusia diciptakan sebagai khalifah-Nya di muka
bumi. Dalam pandangan Islam, kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan
menjadi kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah, melainkan sebagai satu
kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan, bahkan setelah kehidupan dunia
ini. Dengan kata lain, Islam tidak mengenal kehidupan yang hanya
memikirkan materi duniawi tanpa memikirkan kehidupan akhirat.

           
BAB III

PENUTUP

                                                                           

A.Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya masa


nabi Muhammad Saw terbagi menjadi dua fase (priode) yaitu Fase Makkah
dan Madinah. Pada fase Makkah lebih ditekankan hanya pada bidang
Dakwah, karena ini adalah masa-masa awal kelahiran agama Islam. Dakwah
yang dilakukan oleh Nabi pada Fase ini terbagi menjadi dua yaitu secara
sembunyi-sembunyi dean secara terang-terangan.

Pada fase Madinah ada beberapa bidang yang dikembangkan sebagai


wujud dari upaya Nabi untuk membentuk Negara Islam diantaranya yaitu
pembentukan sisitem sosial kemasyarakatan, militer, politik, dakwah,
ekonomi.Pada fase ini Islam menjadi agama yang dipeluk oleh seluruh
Jazirah Arab, sebagai tanda keberhasilan dakwah Nabi Muhammad.

B.  Saran

     Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan makalah ini tentunya


masih banyak yang prlu dibenahi, walaupun kami sudah berusaha
semaksimal mungkin, tetapi masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu
kritik dan saran para pembaca sangat kami harapkan, terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani


Quraisy.

Subarman, Munir. 2008. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Cirebon: Pangger


Publishing.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung CV Pustaka


Setia.

Anda mungkin juga menyukai