Anda di halaman 1dari 4

NAMA : DONI SAPUTRA

NIM : 01010582024036
KELAS : 4A2
MATA KULIAH : PENGAUDITAN

Analisis PT BANK IBK Indonesia.Tbk


SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL Internal Control System


Sistem pengendalian internal Bank dilakukan oleh Audit Internal yang dibentuk untuk dapat
mengidentifikasi
hhhhhhkemungkinan terjadinya suatu kejadian yang dapat mempengaruhi
operasional Bank, serta untuk mengelola risiko agar tetap dalam batas toleransi (risk tolerance)
dan besaran risiko (risk appetite) sesuai ukuran dan kompleksitas produknya, serta untuk Untuk
saat ini, Bank telah menyesuaikan dengan kerangka pengendalian internal yang diakui secara
internasional yaitu COSO ERM framework (Internal Environment, Objective Setting, Event
Identification, Risk Assessment, Risk Response, Control Activities, Information &
Communication and Monitoring) dalam rangka memperkuat sistem pengendalian intern Bank.
Bank melakukan evaluasi efektivitas penerapan sistem pengendalian internal secara terus
menerus dan berkesinambungan guna memantau dan memitigasi risiko-risiko yang dihadapi
Bank secara efektif.
Selanjutnya hasil evaluasi menjadi dasar untuk tahapan perbaikan dan penyempurnaan sistem
ataupun kebijakan pengendalian yang memungkinkan Bank meningkatkan efektivitas kegiatan
operasional sekaligus meminimalisir kejadian risiko yang merugikan Bank.
SISTEM WHISTLEBLOWING Whistleblowing System
Dalam rangka memperkuat sistem pengendalian Fraud, Bank IBK Indonesia telah memiliki
dan menerapkan strategi anti Fraud secara efektif setelah penunjukan melalui surat keputusan
Direksi No. SKEP/002/ DIR/X115 tanggal 27 November 2015 tentang perubahan penunjukan
pejabat khusus penerapan strategi anti fraud dan perubahan SKEP.004/DIR/XII/16 tanggal 20
Desember 2016 tentang perubahan penunjukan pejabat khusus penerapan strategi anti Fraud,
diperbarui dengan SKEP 002/DIR/IX/19 Pembentukan Fungsi Anti Fraud,memberikan
keyakinan yang memadai dalam rangka pencapaian tujuan Bank.
PENGELOLAAN RISIKO
Risk Management
Sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen risiko, maka
pengelolaan risiko yang dilakukan oleh Bank mencakup sebagai berikut:
1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan /atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank. Apabila jumlah kredit bermasalah cukup material,
maka dapat menurunkan kinerja Bank yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat
kesehatan dan pendapatan Bank.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko kerugian pada posisi neraca dan rekening administratif
termasuk transaksi derivatif akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar,
termasuk risiko perubahan harga option risiko pasar antara lain meliputi risiko suku
bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, fraud, kegagalan sistem, atau adanya
kondisi eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Bank menghitung kebutuhan modal untuk menutup risiko operasional sesuai dengan
Surat Edaran OJK No. 24/ SEOJK.03/2016 tanggal 14 Juli 2016 tentang Perhitungan
ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar,
4. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan / atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan Bank untuk menghimpun
sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dalam jangka waktu tertentu.
5. Risiko Stratejik
Risiko stratejik adalah risiko yang timbul karena penetapan dan pelaksanaan strategi
Bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.
Dalam mengelola risiko stratejik, Bank telah membuat rencana bisnis yang direview
setiap tahun ataupun revisi yang dilakukan di pertengahan tahun dan membuat rencana
jangka panjang (corporate strategic plan). Rencana bisnis yang sudah ditetapkan
dikomunikasikan kepada seluruh jajaran pegawai, dan perkembangan realisasi dari
rencana bisnis akan selalu dipantau.
6. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/ atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Risiko kepatuhan dapat disebabkan oleh kegagalan Bank dalam mematuhi atau
melaksanakan peraturan perundan-undangan dan ketentuan lain yang berlaku seperti
ketentuan Rasio Kecukupan Modal (CAR), Kualitas Aset Produktif, Penyisihan
Penyusutan Aset Produktif dan Batas Maksimun Pemberian Kredit.
7. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko hukum lain dapat disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat keabsahan kontrak.Dalam pengelolaan risiko hukum, Bank telah
membentuk bagian legal yang bertugas untuk memantau segala hal yang berkaitan
dengan kegiatan hukum untuk mengurangi risiko hukum. Penempatan pegawai di
bagian legal telah sesuai dengan latar belakang pendidikan, dan tetap dilakukan
peningkatan pengetahuan melalui pelatihan secara berkala.
8. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang timbul dari adanya publikasi ataupun persepsi publik
yang negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Bank, Mengingat reputasi dan
kepercayaan merupakan pondasi penting dalam industri perbankan, maka hilangnya
kepercayaan nasabah tersebut dapat berdampak langsung pada menurunnya jumlah
nasabah dan pendapatan, serta peningkatan biaya untuk pemulihan kepercayaan
masyarakat melalui aktivitas kehumasan.
Dalam mengelola risiko reputasi, Bank telah mempunyai unit khusus yang menangani
pengaduan nasabah, Bank telah mempunyai Call Center untuk memudahkan nasabah
dalam menyampaikan keluhan atau kendala yang dihadapi dan dapat dengan cepat
menanggapi serta membantu nasabah menyelesaikan masalah tersebut. Upaya
peningkatan pelayanan terhadap nasabah terus diupayakan untuk ditingkatkan dengan
adanya pembukaan jaringan kantor baru dan kemudahan transaksi dengan
menggunakan jaringan ATM Bersama.

PROFIL RISIKO Risk Profile

Penilaian profil risiko Bank yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
dilakukan melalui proses self assessment untuk menghasilkan profil risiko yang terdiri
dari risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko. Penilaian risiko dilakukan
kepada 8 (delapan) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko hukum dan risiko reputasi.

Anda mungkin juga menyukai