Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENYAKIT PNEUMONIA

Dosen pengajar : Firdaus.SKM.M.Kes

Disusun Oleh : kelompok 4

1. Welly Safira
2. Safrinda
3. Emi Febrianti
4. I Gede Bayu aditia

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Palu, 1 April 2022

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan Peneliti........................................................................................
D. Manfaat Peneliti......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Pneumonia.................................................................................
B. Klasifikasi Data.......................................................................................
C. Etiologi Pneumonia.................................................................................
D. Patogenesi Pneumonia.............................................................................
E. Patofisiologi Pneuminia..........................................................................
F. Tanda Gejala Pneumonia........................................................................
G. Factor Resiko Pneumonia........................................................................
H. Penatalksanaan pneumonia.....................................................................
I. Penularan Pneumonia..............................................................................
J. Pencegahan Pneuonia..............................................................................
K. Faktor Penyebab Pneumonia...................................................................
L. Epidemiologi Pneumonia........................................................................
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang menyerang
paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut
alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernafas. Ketika seseorang
menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan, yang
membuat pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi asupan oksigen
(WHO, 2019).
Pneumonia adalah penyebab kematian menular tunggal terbesar
pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia membunuh 808.694 anak di
bawah usia 5 tahun pada tahun 2017, terhitung 15% dari semua kematian
anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia menyerang anak-anak dan
keluarga di mana-mana, tetapi paling umum di Asia Selatan dan Afrika
sub-Sahara. Anak-anak dapat dilindungi dari pneumonia, dapat dicegah
dengan intervensi sederhana seperti diberikan vaksin, dan dirawat dengan
biaya rendah, pengobatan dan perawatan berteknologi rendah (WHO,
2019).
Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi berbagai bakteria,
virus dan jamur. Namun, penyakit pneumonia yang disebabkan karena
jamur sangatlah jarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70%
penyakit pneumonia disebabkan oleh bakteria. Bakteri penyebab
pneumonia tersering adalah Hemophilus influenzae (20%) dan
Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah
Staphylococcus aureaus dan Klebsiella pneumoniae (Kartasasmita, 2010).
Menurut WHO pada tahun 2018 pneumonia merenggut nyawa
lebih dari 800.000 anak balita di seluruh dunia, atau 39 anak per detik.
Separuh dari kematian balita akibat pneumonia tersebut di lima negara
meliputi Nigeria (162.000), India (127.000), Pakistan (58.000), Republik
Demokratik Kongo (40.000), dan Ethiopia (32.000). Pneumonia juga
merupakan penyebab kematian Balita terbesar di Indonesia. Pada tahun
2018, diperkirakan sekitar 19.000 anak meninggal akibat pneumonia.
Estimasi global menunjukkan bahwa satu jam ada 71 anak di Indonesia
yang tertular pneumonia (WHO, 2019).
Berdasarkan data laporan rutin Subdit ISPA Tahun 2018,
didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,06% hampir
sama dengan data tahun 2017 yaitu 20,56%. Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan
penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia secara
nasional sebesar 3,55% namun angka perkiraan kasus pneumonia di
masing-masing provinsi menggunakan angka yang berbeda-beda sesuai
angka yang telah ditetapkan (Kemenkes RI, 2019).
Angka kematian akibat pneumonia pada balita tahun 2018 sebesar
0,08% (Kemenkes RI, 2019). Pada tahun 2018 capaian terendah di
provinsi Kalimantan Tengah 5,35% dan tertinggi di Sulawesi Tengah
95,53%. Indikator Renstra yang digunakan sejak tahun 2015 adalah
persentase Kabupaten/Kota yang 50% puskesmasnya melakukan
pemeriksaan dan tatalaksana standar pneumonia baik melalui pendekatan
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), maupun program P2 ISPA.
Hasil pada tahun 2015 tercapai 14,62% sedangkan target sebesar 20%,
tahun 2016 tercapai 28,07% dari target 30%, tahun 2017 tercapai 42,6%
dari target 40%. Tahun 2018 tercapai sebesar 43% dari target 50%. Pada
tahun 2018 tidak mencapai target, namun bila dilihat capaiannya
meningkat dari tahun sebelumnya (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan
Kebon Jeruk bahwa angka kejadian pneumonia pada balita mengalami
peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2017 sebesar 86,14%, tahun
2018 sebesar 89,40%, dan tahun 2019 sebesar 93,16% dan jumlah
kunjungan selama bulan Januari – Maret 2020 sebanyak 510 balita.
Balita mudah terserang pneumonia karena daya tahan tubuhnya
paling rendah. Menurut (Kartasasmita, 2010) bahwa ketahanan tubuh
balita akan menurun sejak mereka tidak lagi menyusu/disapih, maka saat
itulah kondisi balita paling rentan. Kejadian pneumonia akan meningkat
pada usia balita. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi tertinggi
pneumonia pada kelompok usia < 5 tahun dan terjadi peningkatan dari
1,6% pada tahun 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di
Indonesia pada tahun 2018.
Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya
mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor
resiko tersebut adalah pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan
lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang
adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi
bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara
(polusi industri atau asap rokok) (Said, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pneumonia ?
2. Jelaskan etiologi pneumonia!
3. Jelaskan patogenesis pnumonia!
4. Jelaskan patofisiologi pneumonia!
5. Jelaskan tanda gejala pneumonia!
6. Apa saja faktor resiko pneumonia?
7. Bagaimana cara penularan pneumonia?
8. Bagaimana cara pencegahan pneumonia?
9. Jelaskan hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia!
C. Tujuan

Mengidentifikasi gambaran pengetahuan orang tua tentang hubungan


kebiasaan merokok dengan kejadian pneumonia.
D. Manfaat

a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu
referensi untuk penulisan penelitian selanjutnya dan dapat
menambah wawasan, pemahaman dan pengetahuan mengenai
hubungan perokok dalam pneumonia

b. Bagi pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu


sumber informasi masyarakat luas dalam memperhatikan
kesehatan bagi keluarga perokok di dalam

c. Bagi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu


referensi dalam meyusun bahan ajar dan dapat mengembangkan
teori-teori keperawatan.

.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pneumonia

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) Pneumonia adalah salah satu


penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi
saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut Ridha (2014) Pneumonia
adalah peradangan dari parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan
radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan batuk disertai
nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita (Ridha, 2014).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pneumonia adalah
peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran
pernafasan bawah akut dimana asinus terisi dengan cairan radang yang
ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan mycoplasma(fungi).
B. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi menurut Zul Dahlan 2001 dalam Padila (2013) :


a. Berdasarkan cirri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris
dengan opasitas lobus atau loburis.
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrast paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan factor lingkungan :
1. Pneumonia komunita
2. Pneumonia nosokomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imu
6. Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal
yang terutama mengenal parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan
dan jarang disertai konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang
disebabkan Mycoplasma, Chlamydia pneumonia atau Legionell
C. Etiologi Pneumonia
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram
positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza,
Klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus. (Padila, 2013)

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui


penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos. (Padila, 2013)
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)
D. Patogenesis Pneumonia
Gambaran patologis dalam batas tertentu tergantung pada agen etiologis,
Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai
konsolidasi. Kasus pneumonia bakteri kebanyakan disebabkan oleh bakteri
Pneumonia pneumococcus. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan
anatomi. Pneumonia lobaris menunjukkan daerah infeksi yang terjadi pada
satuatu lebih lobus.Pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menunjukkan
penyebaran daerah infeksi yang ditandai dengan bercak berdiameter sekitar 3-4
cm mengelilingi dan mengenai bronchus. (Irman Somantri, 2007)
Stadium dari pneumonia bakteri yang disebabkan oleh bakteri
Pneumonia pneumococcus yang tidak diobati adalah:
a) Penyumbatan ( 4-12 jam pertama): eksudat serosamasuk kedalam
alveolus dari pemnuluh darah yang bocor.
b) Hepatilasi Merah (48 jam berikutnya): paru – paru tampak merah dan
tampakbergaulakarenaeritrosit,fibrin,danleukositpolimorphonuceus(PM
N) mengisi aleveolus
c) Hepatitasi Kelabu (3-8 hari): paru – paru tampak berwarna abu –abu
karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus yang
terserang.
d) Pemulihan (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan diireabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula.(Irman
Somantri, 2007)
E. Patofisilogi Pneumonia
Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa, atau riketsia,
pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia
terjadi akibat aspirasi. Pada klien yang diintubasi, kolonisasi trakhea dan terjadi
mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang terinfeksi. Tidak semua
kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia. Mikroorganisme dapat mencapai
paru melalui beberapa jalur :
1) Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2) Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi)
dari peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3) Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal
orofaring dapat menjadi patogenik.
4) Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui
sirkulasi dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang
terkontaminasi(Asih & Effendy, 2004)
F. Tanda Gejala Pneumonia
Sebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar antara
ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil
berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu rawat-inap. Secara
umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu :
a) Gejala umum : Demam, sakit kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala
gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.
b) Gejala respiratorik : Batuk, napas cepat (tachypnoe / fast breathing), napas
sesak (retraksi dada/chest indrawing), napas cuping hidung, air hunger
dan sianosis.
Hipoksia merupakan tanda klinis pneumonia berat. Anak pneumonia
dengan hipoksemia 5 kali lebih sering meninggal dibandingkan dengan
pneumonia tanpa hipoksemia (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
G. Faktor Risiko Pneumonia
Faktor risiko adalah faktor atau keadaan yang mengakibatkan seorang
anak rentan menjadi sakit atau sakitnya menjadi berat (Kartasasmita, 2010)
a. Faktor Lingkungan
a) Kualitas udara dalam rumah
Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di dalam
rumah mempunyai peran pada risiko kematian balita di beberapa
negara berkembang. Diperkirakan 1,6 juta kematian berhubungan
dengan polusi udara dari dapur. Hasil penelitian Dherani, dkk (2008)
menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi pembakaran dari
dapur akan menurunkan morbiditas dan mortalitas pneumonia.
Hasil penelitian juga menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang
dapurnya menggunakan listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit
ISPA dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah yang
memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu.
Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai
faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan
lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya tidak merokok (16%
berbanding 11%) (Kartasasmita, 2010). Asap rokok dan asap hasil
pembakaran bahan bakar untuk memasak dan untuk pemanasan dengan
konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga
akan memudahkan balita terkena infeksi bakteri pneumokokus ataupun
Haemophilus influenzae. (Kartasasmita, 2010)
b) Ventilasi Udara Dalam Rumah
Ventilasi mempunyai fungsi sebagai sarana sirkulasi udara segar masuk
ke dalam rumah dan udara kotor keluar rumah dengan tujuan untuk
menjaga kelembaban udara didalam ruangan. Rumah yang tidak
dilengkapi sarana ventilasi akan menyebabkan suplai udara segar
didalam rumah menjadi sangan minimal. Kecukupan udara segar
didalam rumah sangat di butuhkan oleh penghuni didalam rumah,
karena ketidakcukupan suplai udara segar didalam rumah dapat
mempengaruhi fungsi sistem pernafasan bagi penghuni rumah,
terutama bagi bayi dan balita. (Indria Cahya, 2011)
c) Jenis Lantai Rumah
Balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai tidak memenuhi syarat
memiliki risiko terkena pneumonia sebesar 3,9 kali lebih besar
dibandingkan anak balita yang tinggal di rumah dengan jenis lantai
memenuhi syarat. Rumah yang belum berubin juga lebih lembab
dibandingkan rumah yang lantainya sudah berubin. Risiko terjadinya
pneumonia akan lebih tinggi jika balita sering bermain di lantai yang
tidak memenuhi syarat (Yuwono, 2008).
d) Kepadatan Hunian Rumah
Balita yang tinggal di kepadatan hunian tinggi mempunyai peluang
mengalami pneumonia sebanyak 2,20 kali dibandingkan dengan balita
yang tidak tinggal di kepadatan hunian tinggi (Hartati, 2011)
e) Kebiasaan merokok didalam rumah
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, racun utama
pada rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida. (Sugihartono &
Nurjazuli, 2012).
b. Faktor Individu anak
1) Berat Badan Lahir
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), pembentukan zat
anti kekebalan kurang sempurna, berisiko terkena penyakit infeksi
terutama pneumonia sehingga risiko kematian menjadi lebih besar
dibanding dengan berat badan lahir normal (Hartati et al., 2012)
2) Status Gizi
Pemberian Nutrisi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak dapat mencegah balita terhindar dari penyakit infeksi sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi optimal (Hartati et al.,
2012). Status gizi pada anak berkontribusi lebih dari separuh dari
semua kematian anak di negara berkembang, dan kekurangan gizi pada
anak usia 0-4 tahun 34 memberikan kontribusi lebih dari 1 juta
kematian pneumonia setiap tahunnya. (Unicef, 2016)
3) Pemberian ASI Eksklusif
Hal ini secara luas diakui bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI
eksklusif mengalami infeksi lebih sedikit dan memiliki penyakit yang
lebih ringan daripada mereka yang tidak mendapat ASI eksklusif. ASI
mengandung nutrisi, antioksidan, hormon dan antibodi yang
dibutuhkan oleh anak untuk bertahan dan berkembang, dan membantu
sistem kekebalan tubuh agar berfungsi dengan baik. (Unicef, 2016)
H. Penatalaksanaan Pneumonia
Salah satu penatalaksanaan pneumonia dalam bagan MTBS adalah
kunjungan ulang pada balita setelah 2 hari, memiliki tujuan untuk menilai
derajat pneumonia, melakukan perawatan dan pengobatan dengan antibiotika
(Unicef & WHO, 2006). Tatalaksana pada balita dengan pneumonia yang
mengalami nafas cepat adalah dengan pemberian oksigen.Pemberian oksigen
pada bayi muda kurang dari 2 bulan dengan pernafasan merintih (grunting),
bayi muda dengan infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang memiliki
risiko terjadi apnea dan kegagalan pernafasan jika tidak diberikan oksigen
pada saat dibutuhkan.
Pada balita usia 2 bulan hingga 5 tahun diberikan oksigen jika
frekuensi pernafasan 70 kali/menit atau lebih. Terapi lain adalah pemberian
antibiotik yang sesuai dengan bagan MTBS adalah cotrimoxazole. Penelitian
di Pakistan mengenai penggunaan antibiotik (cotrimoxazole dan amoxilin)
terhadap tingkat resisten kuman mendapatkan hasil bahwa cotrimoxazole
kurang efektif terhadap penyembuhan pneumonia pada beberapa anak
dibandingkan dengan amoxilin (Unicef & WHO, 2006). Hal yang penting
untuk diperhatikan adalah apabila seorang anak batuk dan sulit bernapas,
untuk mencegah menjadi berat dan kematian, anak tersebut

harus segera mendapatkan pertolongan sesuai dengan pedoman tatalaksana.


(Kementerian Kesehatan RI, 2010)
I. Penularan Pneumonia
Menurut WHO (2016), pneumonia dapat menyebar dalam beberapa
cara. Virus dan bakteri biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak
yang dapat menginfeksi paru – paru jika dihirup.Virus dan bakteri juga dapat
menyebar melalui droplet udara lewat batuk atau bersin.Selain itu, radang
paru – paru bisa menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah
lahir. (WHO, 2016)

J. Pencegahan Pneumonia
Menurut Kemenkes (2010) pencegahan pneumonia selain dengan
menghindarkan atau mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan kesehatan di komunitas,
perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan.
Pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan
antibiotika yang benar dan efektif, dan waktu untuk merujuk yang tepat dan
segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan gizi termasuk
pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi,
dan pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor
risiko. Penelitian terkini juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat
mengurangi kejadian pneumonia. (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut Kementerian Kesehatan
RI, 2010 yaitu:
a. Pencegahan Non spesifik, yaitu:
1. Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
2. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
b. Pencegahan Spesifik
1. Cegah BBLR
2. Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
3. Berikan imunisasi
K. Faktor penyebab Pneumonia
A. Faktor Agent

Studi mikrobiologik menemukan bahwa penyebab utama


bakteriologik pneumonia pada balita adalah Stretococcus pneumoniue
pneumococcus(30-50%),dan Hemo philus influenza type b/Hib (10-
30%kasus), serta Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumonia pada
kasus berat. Bakteri lain seperti Mycoplasma pneumonia, Chlamydia spp,
Pseudomonas spp, Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan pneumonia.
. Nair (2010) dalam BuletinPneumonia melaporkan estimasi insidens
global pneumonia RCV anak-balita adalah 33,8 juta episode baru di
seluruh dunia dengan 3,4 juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-
inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian 66.000-199.000 anak
balita karena pneumonia RSV, 99% diantaranya terjadi di Negara
berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran RSV sebagai
etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-nalita baik
penyebab tunggal maupun bersama dengan penyebab bakteri lain.(29, 30)
B. Faktor Host (Penjamu)
a) Umur
Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang, sebab
itu umur dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang.Bayi dan
balita memiliki pertahanan tubuh yang masih lemah dibanding orang
dewasa.Hal ini disebabkan oleh imunitas yang masih belum sempurna
dan relatif sempit.Usia yang sangat muda dan sangat tua juga lebih
rentan menderita penyakit pneumonia yang lebih berat. Bayi lebih
muda terkena pneumonia daripada balita.
b). Jenis Kelamin
Dalam program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Akut ( P2
ISPA) dijelaskan bahwa laki-laki adalah faktor yang mempengaruhi
kesakitan pneumonia. Menurut data statistik rumah sakit di Indonesia
pada tahun 2008 dalam Buletin Pneumonia jumlah pneumonia laki-laki
lebih besar daripada jumlah pneumonia perempuan baik pada rawat
jalan maupun rawat inap.
c). Pemberian ASI Ekslusif
ASI memiliki zat unik bersifat anti infeksi dan juga mengandung
nutrisi, antioksidan, hormone dan antibodi yang dibutuhkan oleh anak
untuk betahan dan berkembang sebagai system kekebalan tubuh yang
baik. PP Nomor 33 Tahun 2013 tentang pemberian air susu ibu yakni
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambah dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 128 ayat 1
tentang ASI ekslusif menjelaskan bahwa sejak setiap bayi berhak
mendapatkan air susu ibu ekslusif sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan kecuali ada indikasi medis.
d).Pemberian Vitamin A
Vitamin A berguna untuk meningkatkan imunitas dan melindungi
saluran pernapasan dari infeksi kuman. Kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan kekebalan tubuh menurun yang mengakibatkan
seseorang mudah terkena infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan
paru mudah mengalami kretinisasi sehingga mudah dimasuki bakteri
dan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan.Pada
defisiensi vitamin A yang ringan, terjadi dua kali peningkatan insidens
penyakit saluran pernapasan dan 4 - 12 kali peningkatan mortalitas
pada anak-anak.
e). Status Imunisasi
Imunisasi dapat membantu mengurangi kematian anak dari pneumonia
dalam dua cara. Pertama, vaksinasi yang membantu mencegah anak-
anak dari infeksi yang berkembang langsung yang menyebabkan
pneumonia, misalnya Haemophilus influenza tipe b (Hib).Kedua
imunisasi ini dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan
pneumonia sebagai komplikasi dari penyaki (misalnya, campak dan
pertusis).
f). Berat Bayi Lahir
Bayi dengan berat lahir rendah memilki risiko kematian yang lebih
besar dibandingkan bayi yang lahir dengan berat normal, terutama pada
bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,
terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya.
g). Status Gizi
Indikator kesehatan dan kesejateraan pada anak dapat ditentukan
dengan status gizi.Masalah gizi buruk balita adalah
malnutrisi.Malnutrisi menjadi masalah kesehatan utama di negara-
negara berkembang. Diperkirakan sepertiga balita diseluruh dunia
mengalami malnutrisi dan 70% diantaranya berada di kawasan Asia
Tenggara, 26% di Afrika, dan 4% di Amerika Latin dan Karibia.
C. Lingkungan (Environment)
Lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama

lingkungan rumah yang menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap

kesehatan penghuninya.Lingkungan rumah yang dimaksud adalah rumah

yang sehat yang dapat dilihat dari rumah yang mempunyai ventilasi,

mendapatkan sinar matahari, lantai rumah dan dinding rumah yang baik.

Penyebaran penyakit dipengaruhi oleh kepadatan populasi dalam satu

wilayah, dimana peluang terjadinya kontak dengan penderita akan semakin

besar sehingga penularan penyakit semakin mudah. Kepadatan penduduk

yang tinggi akan membutuhkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang

tinggi serta mempermudah penyebaran penyakit. Selain itu faktor sanitasi

yang memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyebaran

penyakit.Sanitasi yang dimaksud adalah meliputi sanitasi dasar (tempat


pembuangan sampah pengelolaan airlimbah dan sarana air bersih).

Kemiskinan erat kaitanya dengan penyakit dan hubungannya tidak pernah

putus.
L. Epidemiologi pneumonia
Penyakit infeksi traktus respiratorius bagian bawah masih menjadi
penyebab kematian yang tinggi di dunia, yaitu pada urutan ke-4 dengan
jumlah kematian 3,1 juta orang pada tahun 2012.2
Insidensi pneumonia di Amerika berkisar antara 4 juta hingga 5

juta kasus per tahun, dengan kurang lebih 25% membutuhkan perawatan
di rumah sakit.18 Di Eropa, insidensi pneumonia adalah berkisar 1,2 – 11,6
kasus
per 10.000 populasi per tahun, dengan angka yang sedikit lebih tinggi pada

populasi pria umur yang sangat tua. perawata di sakit


dan Angka n rumah

berkisar antara 22 % – 51 % disertai dengan angka kematian 0,1 – 0,7 per

1000 orang. Penyebab terbanyak dari pneumonia adalah S. pneumoniae, yang

terjadi pada 20 – 75 % dari kasus, diikuti oleh Mycoplasma pneumoniae


(1 – 18 %), Chlamydia pneumoniae (4 – 19 %), dan berbagai virus (2 – 16
%).1 Penelitian itu juga menyebutkan bahwa jenis kuman penyebab
terbanyak yang ditemukan adalah S. pneumoniae (49%), P. aeruginosa
(15%),C. pneumoniae (9%), dan H. influenzae (6%).10
Hasil ini didukung juga oleh sebuah penelitian kohort di
Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa insidensi pada pasien usia tua
adalah 18,3/1000 populasi dan meningkat lebih dari 5 kali, dari 8,4/1000
pada usia 65- 69 tahun hingga 48,5 pada usia 90 tahun atau lebih.
Mortalitas pada pasien CAP yang dirawat di rumah sakit berkisar antara
10% – 25%, di mana angka ini tinggi terutama pada orang tua dan pasien
dengan komorbiditas. Studi di Spanyol tadi menyebutkan bahwa 30-day
case fatality rate meningkat drastis dengan umur yang meningkat.22
Sementara itu, sebuah penelitian di Spanyol menyatakan
adanya mortalitas total sebanyak 5% (95% CI: 2% - 8%) dari pasien
pneumonia, dengan jumlah subyek meninggal 12 dari 93 subyek. Dari 12
subyek meninggal, semuanya meninggal di ICU kecuali 3 subyek.1
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
disimpulkan pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut dimana asinus terisi
dengan cairan radang yang ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan mycoplasma(fungi).

B. Saran

Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca


dapat memahami tentang penyakit pneumonia. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan
tentang penyakit pneumonia.
Daftar Pustaka

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2332/3/file%203%20ron.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/5022/2/BAB%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai