Anda di halaman 1dari 7

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM INDONESIA

Tugas individu

Oleh:

Gema Ikrar Muhammad

140410070057

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM INDONESIA

Keanekaragaman Hayati dan Konservasi

Keberadaan makhluk hidup merupakan sebuah komponen penting bagi ekosistem di


dunia. Indonesia yang merupakan Negara terbesar ke-3 di dunia akan keanekaragaman
hayati memiliki berbagai macam jenis makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan,
sehingga Indonesia seharusnya wajib menjaga dan melestarikan (mengonservasi)
keanekaragaman hayati tersebut.

Konservasi sumberdaya alam di Indonesia di atur dalam Undang-undang no.5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, hal ini ditetapkan untuk
menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Pemanfaatan
terhadap sumberdaya alam di Indonesia sebenarnya telah jelas dalam Undang-undang
No.5 Tahun 1990 tersebut, secara eksplisit telah menunjukkan bahwa pemanfaatan harus
secara berkelanjutan, agar proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia menjadi
terpelihara.

Semakin berkembangnya zaman, pertumbuhan populasi manusia kini terus meningkat,


dimana kebutuhan hidup terus bertambah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup
tersebut, manusia melakukan berbagai usaha dalam memenuhi keberlangsungan
hidupnya dan dilakukan eksploitasi terhadap sumberdaya alam, ditambah dengan
kesadaran masyarakat Indonesia sendiri yang kurang akan pelestarian sumberdaya alam
yang telah mereka manfaatkan. Keadaan ini yang membuat terdesaknya kehidupan flora
maupun fauna yang ada di Indonesia. (Alikodra, S, H. 1990)

Perhatian dunia internasional terhadap kepentingan perlindungan flora dan fauna sangat
besar, oleh karena itu dunia internasional mengadakan perjanjian atau membentuk suatu
organisasi yang bergerak dalam bidang konservasi, seperti IUCN dan CITES. Indonesia
sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar ketiga di duni
juga merupakan salah satu anggota dari IUCN dan CITES.

IUCN

International Union for the Conservation of Natur and Natural Resources atau IUCN,
merupakan organisasi dunia yang bergerak dalam bidang konservasi sumberdaya alam,
baik flora maupun tumbuhan. Badan ini didirikan pada 1948 dan berpusat
di Gland,Switzerland. IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah,
735organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. IUCN Red
List memberikan gambaran taksonomi, distribusi spesies, analisa informasi taksa dan
status konservasi secara global.

(Rafianti, Ria. 2009)

Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources)
dalam melakukan klasifikasi terhadap spesies-spesies berbagai makhluk hidup yang
terancam kepunahan. Dari status konservasi ini kemudian IUCN mengeluarkan IUCN
Red List of Threatened Species atau disingkat IUCN Red List, yaitu daftar status
kelangkaan suatu spesies. Kategori status konservasi dalam IUCN Red List pertama kali
dikeluarkan pada tahun 1984. Hingga saat ini daftar kategori dari IUCN sangat
berpengaruh terhadap status konservasi keanekaragaman hayati di dunia.

Status konservasi oleh IUCN dalam jangka waktu beberapa tahun mengalami beberapa
revisi, akibat perubahan yang terjadi terhadap keanekaragaman hayati, baik flora maupun
fauna, setidaknya lima tahun sekali atau sepuluh tahun sekali.

• Versi 1.0: Mace and Lande (1991). Dokumen pertama yang mendiskusikan aturan
baru untuk klasifikasi.
• Versi 2.0: Mace et al. (1992). Revisi besar terhadap versi 1.0.
• Versi 2.1: IUCN (1993).
• Versi 2.2: Mace and Stuart (1994)
• Versi 2.3: IUCN (1994).
• Versi 3.0: IUCN/SSC Criteria Review Working Group (1999)
• Versi 3.1: IUCN (2001).

Kategori Status Konservasi IUCN

Beberapa kategori status konservasi yang dikeluarkan oleh IUCN setidaknya ada 9
kategori status, sebagai berikut:

1. Extinct (EX; Punah) adalah status konservasi yag diberikan kepada spesies yang
terbukti (tidak ada keraguan lagi) bahwa individu terakhir spesies tersebut sudah
mati. Dalam IUCN Redlist tercatat 723 hewan dan 86 tumbuhan yang berstatus
Punah. Contoh satwa Indonesia yang telah punah diantaranya adalah; Harimau
Jawa dan Harimau Bali.
2. Extinct in the Wild (EW; Punah Di Alam Liar) adalah status konservasi yang
diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau
di luar habitat alami mereka. Dalam IUCN Redlist tercatat 38 hewan dan 28
tumbuhan yang berstatus Extinct in the Wild.
3. Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang diberikan
kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat. Dalam IUCN
Redlist tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang berstatus Kritis. Contoh
satwa Indonesia yang berstatus kritis antara lain; Harimau Sumatra, Badak Jawa,
Badak Sumatera, Jalak Bali, Orangutan Sumatera, Elang Jawa, Trulek Jawa, Rusa
Bawean.
4. Endangered (EN; Genting atau Terancam) adalah status konservasi yang
diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar
yang tinggi pada waktu yang akan datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 2.573
hewan dan 2.316 tumbuhan yang berstatus Terancam. Contoh satwa Indonesia
yang berstatus Terancam antara lain; Banteng, Anoa, Mentok Rimba, Maleo,
Tapir, Trenggiling, Bekantan, dan Tarsius.
5. Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan
datang. Dalam IUCN Redlist tercatat 4.467 hewan dan 4.607 tumbuhan yang
berstatus Rentan. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain;
Kasuari, Merak Hijau, dan Kakak Tua Maluku.
6. Near Threatened (NT; Hampir Terancam) adalah status konservasi yang diberikan
kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati
terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam. Dalam IUCN
Redlist tercatat 2.574 hewan dan 1.076 tumbuhan yang berstatus Hampir
Terancam. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Alap-
alap Doria, Punai Sumba,
7. Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah kategori IUCN yang diberikan
untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori
manapun. Dalam IUCN Redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang
berstatus Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Ayam
Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau, dan Landak.
8. Data Deficient (DD; Informasi Kurang), Sebuah takson dinyatakan “informasi
kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan
akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam
IUCN Redlist tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Informasi
kurang. Contoh satwa Indonesia yang berstatus Terancam antara lain; Punggok
Papua, Todirhamphus nigrocyaneus,
9. Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson dinyatakan “belum
dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas.

(Alamendah. 2010)

CITES

Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora atau
biasa dikenal dengan CITES, merupakan sebuah perjanjian internasional yang telah
diterima sejak tahun 1973 pada konferensi internasional di Washington DC, Amerika
Serikat. Tujuan diadakannya CITES adalah untuk mengendalikan perdagangan
kehidupan liar yang terancam kepunahan maupun bagian-bagiannya (Alikodra. 1990).

Status untuk setiap species tumbuhan dan hewan dikelompokkan ke dalam apendiks
berdasarkan tingkat ancaman dari perdagangan internasional, dan tindakan yang perlu
diambil terhadap perdagangan tersebut. Dalam apendiks CITES, satu spesies bisa saja
terdaftar di lebih dari satu kategori. Adapun kategori apendiks CITES adalah sebagai
berikut:

1. Apendiks I: daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam
segala bentuk perdagangan internasional

2. Apendiks II: daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam
punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan

3. Apendiks III: daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara
tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa
dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I.

(Meita. 2011)

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2010. Kategori Status Konservasi IUCN Red List.


http://alamendah.wordpress.com/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/.
diakses pada tanggal 25 Mei 2011.

Alikodra, S, Hadi. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Ilmu Hayati
Institut Pertanian Bogor.
Meita. 2011. Mengenal IUCN dan CITES. http://www.kaskus.us/showthread.php?
t=6753150. Diakses pada 27 Mei 2011

Rafianti, Ria. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pekan Baru. Jurusan Pendidikan
Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Tugas individu.

Anda mungkin juga menyukai