Anda di halaman 1dari 23

1

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH EKONOMI SYARIAH

“ Produksi,Distribusi,Dan Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Syariah ”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Henny Indrawati, SP., MM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

Anggun Santika ( 1905111164 )

Nurdian (1805112799)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen
kami yaitu Ibu Prof. Dr. Henny Indrawati, SP., MM selaku dosen pengampu mata
kuliah Ekonomi Syariah. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca mengenai
“Produksi,Distribusi,Dan Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Syariah,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan,
apabila ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai kita semua.

Pekanbaru, 10 Maret 2022

Kelompok 6

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I

DAFTAR ISI...........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

2.1 Definisi,tujuan ,motivasi dan prinsip-prinsip produksi dalam Islam.........................4


2.1.1 Pengertian Produksi dalam islam......................................................................4
2.1.2 Tujuan dan motivasi produksi dalam islam.......................................................5
2.1.3 Prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi syariah...............................................7
2.2 Produksi yang Diharamkan dalam Ekonomi Syariah..............................................10
2.3 Pengertian dan Prinsip Distribusi dalam Islam......................................................11
2.4 Disribusi Pendapatan dalam Islam.........................................................................12
2.5 Kebijakan distribusi ekonomi syariah dan keadilan ekonomi Indonesia................13
2.6 Pengertian,prinsip,perilaku konsumsi dalam ekonomi syariah..............................13
2.6.1 Pengertian Konsumsi dalam ekonomi syariah.................................................13
2.6.2 Prinsip Konsumsi Dalam Islam.........................................................................14
2.6.3 Perilaku Konsumsi Dalam Islam......................................................................14
2.7 Maslahat sebagai tolak ukur konsumsi dalam ekonomi syariah.............................15
2.7.1 pengertian maslahat........................................................................................15
2.7.2 Tujuan Konsumsi.............................................................................................16
2.8 Jurnal hasil penelitian yang relevan dan pembahasannya.....................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sebagai system hidup (way of life) dan merupakan agama yang
universal sebab memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan
aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya
kajian tentang ekonomi Islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan
sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis
keIslaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah, ekonomi,
rakyat, yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.

Adapun bidang kajian yang terpenting dalam perekonomian adalah


bidang Produksi, Distribusi dan Konsumsi. Distribusi misalnya, menjadi
posisi penting dari teori ekonomi mikro baik dalam system ekonomi Islam
maupun kapitalis sebab pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak hanya
berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek social dan politik
sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan
konvensional sampai saat,ini.

Pada saat ini realita yang nampak adalah telah terjadi ketidakadilan
dan ketimpangan dalam pendistribusian pendapatan dan kekayaan baik di
negara maju maupun di negara-negara berkembang yang mempergunakan
system kapitalis sebagai system ekonomi negaranya, sehingga menciptakan
kemiskinan dimana-mana.

Menanggapi kenyataan tersebut Islam sebagai agama yang universal


diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan sekaligus
menjadi sistem perekonomian suatu negara.

Dari permasalahan di atas kami ingin membahas tentang produksi,


distribusi dan konsumsi dengan melihat perspektif Islam dengan melalui
hadits-hadit Rasullulah sebagai pendukung, oleh karena itu kami sepakat
memberikan judul makalah ini yaitu:”Produksi, Distribusi dan Konsumsi
dalam Ekonomi Islam”.
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka


rumusan masalah dari makalah ini, antara lain :

1. Apa definisi ,tujuan,motivasi dan prinsip produksi dalam ekonomi


syariah?
2. Bagaimana produksi yang diharamkan dalam ekonomi syariah?
3. Apa definisi dan prinsip distribus dalam ekonomi syariah?
4. Bagaimana distribusi pendapatan dalam ekonomi syariah?
5. Bagaimana kebijakan distribusi ekonomi syariah dan keadilan ekonomi
Indonesia?
6. Apa definisi, dan prinsip-prinsip, dan perilaku konsumsi dalam ekonomi
syariah?
7. Bagaimana maslahah sebagai tolak ukur konsumsi dalam ekonomi
syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dari


makalah ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui definisi ,tujuan,motivasi dan prinsip produksi dalam


ekonomi syariah?
2. Untuk mengetahui bagaimana produksi yang diharamkan dalam ekonomi
syariah?
3. Untuk mengetahui apa definisi dan prinsip distribus dalam ekonomi
syariah?
4. Untuk mengetahui bagaimana distribusi pendapatan dalam ekonomi
syariah?
5. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan distribusi ekonomi syariah dan
keadilan ekonomi indonesia?
6. Untuk mengetahui apa definisi, dan prinsip-prinsip, dan perilaku
konsumsi dalam ekonomi syariah?
7. Untuk mengetahui bagaimana maslahah sebagai tolak ukur konsumsi
dalam ekonomi syariah?
3

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan Tujuan Penulisan di atas, maka manfaat penulisan dari


makalah ini, antara lain :

1. Bagi pembaca, pembahasan ini dapat memberikan wawasan serta


informasi tentang Produksi,Distribusi,Dan Konsumsi Dalam Perspektif
Ekonomi Syariah bagi yang membacanya.
2. Bagi penulis, pembahasan ini diharapkan dapat menambah wawasan
sebagai pengetahuan khususnya tentang Produksi,Distribusi,Dan
Konsumsi Dalam Perspektif Ekonomi Syariah serta dapat melatih dalam
membuat makalah.
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi,tujuan ,motivasi dan prinsip-prinsip produksi dalam Islam

2.1.1 Pengertian Produksi dalam islam

Dalam ekonomi Islam, produksi mempunyai motif kemaslatan,


kebutuhan dan kewajiban. Demikian pula, konsumsi. Perilaku produksi
merupakan usaha seseorang atau kelompok untuk melepaskan dirinya
dari kefakiran. Menurut Yusuf Qardhawi (1995), secara eksternal
perilaku produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan setiap
individu sehingga dapat membangun kemandirian ummat. Sedangkan
motif perilakunya adalah keutamaan mencari nafkah, menjaga semua
sumber daya (flora-fauna dan alam sekitar), dilakukan secara
profesional dan berusaha pada sesuatu yang halal. Karena itu dalam
sebuah perusahaan misalnya, menurut M.M. Metwally asumsi-asumsi
produksi, harus dilakukan untuk barang halal dengan proses produksi
dan pasca produksi yang tidak menimbulkan ke-madharatan. Semua
orang diberikan kebebasan untuk melakukan usaha produksi.

Berdasarkan pertimbangan kemashlahatan itulah, menurut


Muhammad Abdul Mannan, pertimbangan perilaku produksi tidak
semata-mata didasarkan pada permintaan pasar.Produksi dalam
ekonomi Islam adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan manusia
untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara
mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT
sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal
ini dapat dijelaskan dalam semua aktifitas produksi barang dan jasa
yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki apa yang
dimilikinya, baik berupa sumber daya alam dan harta dan dipersiapkan
untuk bisa dimanfaatkan oleh pelakunya atau oleh umat Islam.

Firman Allah dalam QS Al-Mulk:15 : “Dialah yang


menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala
5

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya


kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Dan firman-Nya pula dalam QS Hud:61: “Dan kepada Tsamud
(kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian
bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-
Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."

2.1.2 Tujuan dan motivasi produksi dalam islam

Tujuan dan Motivasi Produksi dalam Islam Sebagaimana


disebutkan sebelumnya, produksi adalah kegiatan menciptakan suatu
barang atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau
pemanfaatan hasil produksi tersebut.Kegiatan produksi dan konsumsi
merupakan sebuah mata rantai yang saling mengkait satu sama lain.
Oleh sebab itu, kegiatan produksi harus sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Tujuan seorang konsumen dalam mengonsumsi barang

Ada beberapa hal yang mendukung motivasi produksi dalam Islam:

1. Anjuran Islam untuk melakukan proses produksi relasinya dengan


ibadah.
Islam mendorong dan menganjurkan proses produksi mengingat
pentingnya kedudukan produksi dalam menghasilkan sumber-
sumber kekayaan dalam rangka mencukupi kebutuhan masyarakat.
Hal ini setidaknya didasarkan pada firman Allah QS Al-Mulk, [67]:
15 "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya. Dan
hanya kepada-Nya lah kamu (kembali) setelah dibangkitkan".
Perintah untuk berjalan di bumi dengan tujuan memanfaatkan rezeki
Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas merupakan bentuk
anjuran atas proses produksi. Hadis Nabi Saw. menjelaskan:
“tidaklah lebih baik seseorang memakan makanan daripada ia
6

memakan dari jerih payah darinya. Sesunggguhnya Nabi Dawud


selalu makan dari jerih payahnyasendiri". Riwayat ini
mengindikasikan adanya anjuran produksi untuk menambah sumber
penghasilan. Pekerjaan seseorang yang sesuai dengan keterampilan
yang dimiliki dikategorikan sebagai produksi.

2. Menegakkan fungsi sebagai duta Allah (khalifah) di bumi dan


semangat bekerja sama antar manusia
Dunia ini, pada hakikatnya adalah milik Allah, kepemilikan
sejati berada di tangan-Nya, dan kepemilikan manusia hanyalah
pinjaman belaka. Dalam konteks ini Islam menetapkan hakikat
manusia adalah sebagai duta, khalifah fi al-ardl. Manusia
diperkenankan untuk mempergunakan fasilitas di alam ciptaan
Allah ini dengan investasi dan bekerja. Allah telah mewakilkan
kepada manusia untuk mempergunakan layaknya seorang duta. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah, [2]:30
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi,mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Dunia merupakan amanat yang diwakilkan Allah kepada para
hamba-hamba-Nya. Setiap manusia dan setiap generasi akan
digantikan oleh generasi selanjutnya untuk memegang amanat ini.
Dalam hal ini Allah Swt. berfirman dalam QS Al-An'am, [6]:
165 “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Amanat ini, setidaknya akan mendorong manusia untuk
7

menegakkan esensi dari duta kekuasaannya di bumi ini dengan


melakukan produksi yang baik dan menjaga sumber-sumber
kekayaan di bumi untuk keberlangsungan generasi berikutnya.

3. Keyakinan bahwa Allah menciptakan dunia ini untuk dimakmurkan


dan diambil manfaatnya.
Manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk menciptakan dan
tidak memiliki daya untuk membuat. Namun Allah Swt. telah
menundukkan bumi untuk membantu manusia. Allah melengkapi
manusia dengan potensi penglihatan, pendengaran, dan kemampuan
berpikir yang dapat membantu mereka untuk mengambil
kemanfaatan di muka bumi ini. Hal ini sebagaimana dinyatakan
oleh Allah Swt. dalam beberapa Firman-Nya, seperti QS Lukman,
[31]: 20, QS Ibrahim, [14]: 34-36. Allah juga membekali manusia
dengan insting berusaha dan semangat memakmurkan bumi ini.
Output yang dihasilkan dari beberapa anugerah Allah tersebut
mendorong manusia untuk bekerja, berproduksi dan
membelanjakanharta.

2.1.3 Prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi syariah

Prinsip-prinsp produksi secara singkat adalah pedoman yang harus


diperhatikan, ditaati, dan dilakukan ketika akan berproduksi. Prinsip-prinsip
produksi dalam Islam, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berproduksi dalam lingkaran halal


Prinsip produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, baik
individu maupun komunitas adalah berpegang pada semua yang
dihalalkan Allah dan tidak melewati batas. Pada dasarnya, produsen
pada ekonomi konvensional tidak mengenal istilah halal dan haram.
Yang menjadi prioritas kerja mereka adalah memenuhi keinginan
pribadi dengan mengumpulkan laba, harta, dan uang. Ia tidak
mementingkan apakah yang diproduksinya itu bermanfaat atau
berbahaya, baik atau buruk, etis atau tidak etis. Adapun sikap seorang
muslim sangat bertolak belakang. Ia tidak boleh menanam apa-apa yang
8

diharamkan. Seorang muslim tidak boleh menanam segala jenis


tumbuhan yang membahayakan manusia, seperti tembakau yang
menurut keterangan WHO, sains, dan hasil riset berbahaya bagi
manusia. Selain dilarang menanam tanaman-tanaman yang berbahaya
bagi manusia, sorang muslim juga dilarang memproduksi barang-barang
haram, baik haram dikenakan maupun haram dikoleksi. Misalnya
membuat patung atau cawan dari bahan emas dan perak, dan membuat
gelang emas untuk laki-laki. Syariat juga melarang memproduksi produk
yang merusak akidah, etika, dan moral manusia, seperti produk yang
berhubungan dengan pornografi dan sadisme, baik dalam opera, film,
dan musik.

2. Keadilan dalam berproduksi


Sistem ekonomi Islam telah memberikan keadilan dan persamaan
prinsip produksi sesuai kemampuan masing-masing tanpa menindas
orang lain atau menghancurkan masyarakat. Kitab suci Al-Quran
memperbolehkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan jujur,
sederajat, dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak dan tidak
membenarkan cara-cara yang hanya menguntungkan seseorang, lebih-
lebih yang dapat mendatangkan kerugian pada orang lain atau
keuntungan yang diperoleh ternyata merugikan kepentingan umum.
Setiap orang dinasihatkan berhubungan secara jujur dan teratur serta
menahan diri dari hubungan yang tidak jujur sebagaimana tersebut
dalam QS An Nisa’: 29 yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.
Ayat di atas melarang cara mendapatkan kekayaan dengan cara
yang tidak adil dan memperingatkan akan akibat buruk yang
ditimbulkan oleh perbuatan-perbuatan yang tidak adil. Jika seseorang
mencari dan mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar ia
9

tidak hanya merusak usaha dirinya, tetapi akan menciptakan kondisi


yang tidak harmonis di pasar yang pada akhirnya akan menghancurkan
usaha orang lain.

3. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal
yang Islami.
Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses
produksi hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen semuanya
harus mengikuti moralitas Islam. Metwally (1992) mengatakan
”perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada
tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi
pasarnya”. Produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas dan
menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius tidak akan diperbolehkan.
Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas (dharuriyah,
hajjiyah dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta
melarang sikap berlebihan, larangan ini juga berlaku bagi segala mata
rantai dalam produksinya.

4. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan


Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan
harmoni dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam
masyarakat dalam skala yang lebih luas. Selain itu, masyarakat juga
berhak menikmati hasil produksi secara memadai dan berkualitas. Jadi
produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen (staock
holders) saja tapi juga masyarakat secara keseluruhan (stake holders).
Pemerataan manfaat dan keuntungan produksi bagi keseluruhan
masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling baik merupakan
tujuan utama kegiatan ekonomi.

5. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi


lebih kompleks.
Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber
daya ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga
10

disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian optimalisasi segala anugerah


Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupunmanusia. Sikap
terserbut dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman atau
pengingkaran terhadap nikmat Allah. Hal ini akan membawa implikasi
bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi secara luas
adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya
ekonomi dalam kerangka pengabdian manusia kepada Tuhannya.

6. Kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat alturistik sehingga


produsen tidak hanya mengejar keuntungan maksimum saja.
Produsen harus mengejar tujuan yang lebih luas sebagaimana
tujuan ajaran Islam yaitu falah didunia dan akhirat. Kegiatan produksi
juga harus berpedoman kepada nilainilai keadilan dan kebajikan bagi
masyarakat. Prinsip pokok produsen yang Islami yaitu:
a. memiliki komitmen yang penuh terhadap keadilan
b. memiliki dorongan untuk melayani masyarakat sehingga segala
keputusan perusahaan harus mempertimbangkan hal ini
c. optimasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua
prinsip di atas.

2.2 Produksi yang Diharamkan dalam Ekonomi Syariah

Produksi yang Diharamkan dalam Ekonomi Syariah usaha


manusia, pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang Produksi adalah
pekerjaan yang memerlukan kesungguhan dalam lingkungan tertentu
untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Islam menganjurkan
dan mendorong proses produksi mengingat pentingnya kedudukan
produksi dalam menghasilkan sumber-sumber kekayaan. Produk juga
merupakan bagian penguat sekaligus sumber untuk mencukupi kebutuhan
masyarakat.

Akan tetapi, Islam memberi rambu-rambu dan batasan-batasan mengenai


produksi yang tidak diperbolehkan atau diharamkan, antara lain:

1. Investasi harta dengan cara yang membahayakan masyarakat.


11

2. Praktik produksi secara ribawi.


3. Jual beli yang tidak jelas dan mengandung unsur penipuan.
4. Pengambilan barang yang dilakukan secara batil, seperti pencurian,
perampokan, perampasan, korupsi dan lain-lain.
5. Menimbun (ihtikar) barang yang menyebabkan naiknya harga di
masyarakat.
6. Maisir, perjudian dan spekulasi yang dapat merugikan banyak
pihak.

2.3 Pengertian dan Prinsip Distribusi dalam Islam

Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai makna yang lebih luas


mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi, dan sumber-
sumber kekayaan. Dalam ekonomi Islam sudah di atur kaidah distribusi
pendapatan, baik antara unsur-unsur produksi maupun antara individu dan
masyarakat dan anggota perserikatan, maupun distribusi dalam sistem
jaminan sosial.

Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memiliki kekayaan,


tetapi tidak membiarkan manusia begitu saja untuk memiliki semua apa yang
dia suka, dan menggunakan cara apa saja yang mereka kehendaki. Kekayaan
adalah suatu hal yang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah cara
pendistribusiannya, karena jika distribusi kekayaan itu tidak tepat maka
sebagian kekayaan itu akan beredar di antara orang kaya saja. Akibatnya,
banyak masyarakat yang menderita karena kemiskinan. Oleh karena itu,
kesejahteraan rakyat tidak sepenuhnya tergantung pada hasil produksi, tetapi
juga tergantung pada distribusi pendapatan yang tepat.

Sistem ekonomi yang berbasis islam menghendaki bahwa dalam hal


pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan
keadilan kepemilikan. Kebebasan di sini adalah kebebasan dalam bertindak
yang di bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman
kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia
untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak manapun, tetapi
sebagai keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang
12

dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara suatu


masyarakat dengan masyarakat yang lainnya.

Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam Al-


quran agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang
dagangan yang hanya beredar di antara orang-orang kaya saja, akan tetapi
diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat
sebagai suatu keseluruhan.

2.4 Disribusi Pendapatan dalam Islam

Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah


kepemilikan private (pribadi). Oleh sebab itu, permasalahan yang muncul
adalah adanya perbedaan yang mencolok pada pemilikan dan pendapatan dan
bahkan harta pusaka peninggalan leluhurnya masing-masing. Lembaga hak
milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme. Hal ini sangat
memengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan individu-individu.
Sedangkan sosialis lebih melihat kepada kerja sebagai basic dari distribusi
pendapatan. Setiap kepemilikan hanya bisa dilahirkan dari buah kerja
seseorang. Oleh sebab itu, adanya perbedaan dalam kepemilikan tidak
disebabkan oleh kepemilikan pribadi tetapi lebih kepada adanya perbedaan
pada kapabilitas dan bakat setiap orang."

Komunis sebagai bentuk dari sosialisme yang paling ekstrem lebih


menekankan bahwa kebutuhan adalah dasar dari system distribusi, di mana
pendistribusian menjadi penting untuk diarahkan kepada penyediaan segala
hal yang dapat memberi kepuasan kepada hajat dasar hidup penganutnya.
Sistem ini meyakini bahwa dengan cara tersebut, fenomena perbedaan dan
pendapatan ataupun kelas sosial dapat dieliminasi dan bahkan dihapus habis.

Dalam Islam, kebutuhan menjadi alasan untuk mencapai pendapatan


minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik adalah hal
yang paling mendasar dalam sistem distribusi kekayaan. Setelah itu baru
dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan pribadi. Islam tidak menjadikan
complete income equality untuk semua umat sebagai tujuan dari sistem
distribusi dan pembangunan antar pendapatan umat adalah sebuah keharusan.
13

Ajaran Islam ekonomi. Akan tetapi, upaya untuk mengeliminasi kesenjangan


meyakini bahwa ketidakseimbangan materi ditentukan sebagai cobaan hidup
manusia.

2.5 Kebijakan distribusi ekonomi syariah dan keadilan ekonomi Indonesia

Pemerintah berperan secara aktif dalam sistem distribusi ekonomi di


dalam mekanisme pasar Islami yang bukan hanya bersifat temporer dan
minor, tetapi pemerintah mengambil peran yang besar dan penting.
Pemerintah bukan hanya bertindak sebagai ‘wasit’ atas permainan pasar (al-
muhtasib) saja, tetapi ia akan berperan aktif bersama-sama pelaku-pelaku
pasar yang lain. Pemerintah akan bertindak sebagai perencana, pengawas,
produsen sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar.

Mekanisme sistem distribusi ekonomi Islam dapat dibagi menjadi dua (2)
yaitu mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi. Mekanisme ekonomi
meliputi aktivitas ekonomi yang bersifat produktif, berupa berbagai kegiatan
pengembangan harta dalam akad-akad mu’amalah, seperti membuka
kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab kepemilikan
individu dan pengembangan harta melalui investasi, larangan menimbun harta,
mengatasi peredaran dan pemusatan kekayaan di segelintir golongan, larangan
kegiatan monopoli, dan berbagai penipuan dan larangan judi, riba, korupsi dan
pemberian suap . Sedangkan mekanisme non-ekonomi adalah mekanisme
yang tidak melalui aktivitas ekonomi produktif melainkan melalui aktivitas
non-produktif, seperti pemberian hibah, shodaqoh, zakat dan warisan.

2.6 Pengertian,prinsip,perilaku konsumsi dalam ekonomi syariah

2.6.1 Pengertian Konsumsi dalam ekonomi syariah

Aktivitas ekonomi yang paling utama adalah konsumsi. Setelah adanya


konsumsi dan konsumen baru ada kegiatan lainnya seperti produksi/produsen,
distribusi/distributor dan lain-lain. Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah
upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga mampu
memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk
mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) .
14

Dalam alquran dan hadist juga membicarakan mengenai konsumsi dalam


islam yaitu salah satunya sebagai berikut:
Artinya :  “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al-
A’araf;31).
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihiwasallam bersabda:
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia
menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidakakan memenuhi
mulutnya (merasapuas) selaintanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima
taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih.HR. Bukhari no. 6439
dan Muslim no. 1048)

2.6.2 Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Prinsip konsumsi dalam islam terbagi 5 :


a. Prinsip keadilan yaitu mencari rezeki yang halal dan tidak dilarang
hukum
b. Prinsip kebersihan yaitu makanan yang dikonsumsi haruslah baik dan
cocok untuk dimakan, tidak kotor, juga tidak menjijikan sehingga
merusak selera
c. Prinsip kesederhanaan ialah prinsip yang mengatur perilaku manusia
mengenai makan dan minum tidak berlebihan
d. Prinsip kemurahan hati. Dengan menaati perintah Islam, tidak ada
bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan meminum makanan dan
minuman halal yang disediakan Allah SWT.

2.6.3 Perilaku Konsumsi Dalam Islam

Dalam prilaku konsumsi seseorang atau suatu rumah tangga dapat


dibagi dalam beberapa tingkatan:

1.Tingkatan konsumsi Al-Mutadann


15

Konsumsi pada tingkat ini ialah tingkat konsumsi seseorang atau rumah
tangga yang hanya bisa memenuhi sebagian kecil saja dari kebutuhannya.

2.Tingkat konsumsi Sadd Ramq

Tingkatan konsumsi pada level Sadd Ramq merupakan tingkatan


Konsumsi dimana rumah tangga atau orang tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya saja.

3.Tingkatan konsumsi Al-Kifayah/Al-Qonaah

4.Rumah tangga atau masyarakat yang konsumsinya pada level Al-


Kifayah adalah rumah tangga atau masyarakat dengan kondisi ekonomi
diatas miskin atau hidup dalam kondisi cukup/sederhana.

5.Tingkatan konsumsi As-Sarot

Tingkatan pada level As-Sarot merupakan tingkatan konsumsi yang


cenderung berlebihan dan boros.

2.7 Maslahat sebagai tolak ukur konsumsi dalam ekonomi syariah

2.7.1 pengertian maslahat

Maslahat manfaat dan berkah. Menurut imam Shabibi, maslahat adalah


sifat atau kemampuan barang atau jasa yang mendukung elemen-elemen dan
tujuan dasar dari kehidupan manusia. Elemen-elemen tersebut yaitu
kehidupan atau jiwa (al-nafs), property atau harta benda (al-maal), keyakinan
(al-din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau keturunan (al-nasl)
(Machmud,2017).

Sifat-sifat maslahat adalah sebagai berikut :

1. Maslahat bersifat subjektif, artinya setiap individu menjadi bagian dari


dirinya masing-masing dalam menentukan apakah suatu perbuatan
maslahat atau bukan bagi dirinya
2. Maslahat orang per orang akan konsisten dengan maslahat orang
banyak
16

3. Konsep maslahat mendasari semua aktivitas ekonomi dalam


masyarakat, baik itu produksi dan konsumsi, maupun pertukaran dan
distribusi.

2.7.2 Tujuan Konsumsi

Dalam memenuhi kebutuhan, baik itu berupa barang dan jasa


ataupun konsumsi, dalam ekonomi islam harus menurut syariat islam.
Konsumsi dalam islam bukan berarti memenuhi keinginan libido atau
kebutuhan dasar saja, tetapi juga harus ditunjukan untuk akhirat melalui
niatyag baik supaya bernilai ibadah/amal saleh.

Tujuan konsumsi seseorang dalam ajaran islam dan yang harus diikuti
dalam aktivitas ekonomi antara lain :

1. Untuk mengharapkan ridha Allah SWT.


2. Untuk mewujudkan kerjasama antar anggota masyarakat dan
tersedianya jaminan social.
3. Untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab individu terhadap
kemakmuran diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari
aktivitas dan dinamisasi ekonomi.
4. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-sumber
nafkah bagi masyarakat.
5. Agar Negara melakukan kewajibannya terhadap warga Negara yang
belum berhasil dalam ekonomi (miskin).
17

2.8 Jurnal hasil penelitian yang relevan dan pembahasannya

PRODUKSI, KONSUMSI DAN DISTRIBUSI DALAM ISLAM

Agung Zulkarnain

Alang alang@gmail.com

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah luput dari


masalah ekonomi. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang
mempelajari tingkah laku manusia dan aktivitas manusia yang tak akan
pernah lepas dengan aktivitas produksi, distribusi dan konsumsi. Demi
menjamin kesejahteraan masyarakat, maka diperlukanlah aturan-aturan yang
berkaitan dengan ketiga aktivitas ekonomi tersebut. dengan aturan dan
batasan-batasan ini diharapkan pelaku ekonomi mampu mencapai tujuannya.
Karena jika aktivitas itu terjalankan tanpa ada aturan yang mengikatnya tentu
akan terjadi kekacauan, terlebih karena fitrah manusia terlahir dengan nafsu
dan keinginan yang tak aka nada habisnya. Keinginan yang tak berujung ini
yang terkadang menyebabkan manusia merampas hak orang lain serta lupa
dengan kewajibannya sebagai makhluk sosial. Untuk itulah diperlukan
pemahaman yang utuh mengenai ketiga aktivitas utama ekonomi, definisinya,
prinsip, tujuan, fungsi serta aturanaturan yang mengikatnya. Seiring dengan
kemajuan dan perkembangan ekonomi dewasa ini dan juga semakin ketatnya
persaingan yang terjadi dalam dunia usaha,baik dalam negeri maupun diluar
negeri dimana system ekonomi dewasa ini sudah memasuki era persaingan
global antar Negara.

Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pemahaman serta pengetahuan


bagi kalangan pelaku ekonomi guna meningkatkan mutu,kinerjanya dalam
mengembangkan unit-unit usahanya.dan bagi para siswa hal ini akan dirasa
sangat bermanfaat nilainya didalam kita mempelajari peranan pelaku-pelaku
ekonomi yang ada di Indonesia sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas dalam siswa mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan sebagai
bekal nantinya.Hal inilah yang melatarbelakangi penting bagi setiap siswa
untuk mempelajari aspek-aspek yang saling terkait dalam
18

perekonomian,dimana pelaku ekonomi memiliki peran yang sangat


strategis,dan pemerintah juga berperan penting sebagai pemberi juga
pemegang kebijakan yang dapat member makna positif bagi para pelaku
ekonomi baik itu kebijakan yang berdampak langsung maupun tidak langsung
bagi pelaku ekonomi itu sendiri.Jadi dengan demikian siswa dapat melakukan
analisis-analisis yang terkait dengan hal itu.Siswa juga dituntut lebih pro aktif
untuk ikut serta menyumbangkan pengetahuan maupun pemikiran-
pemikirannya untuk kemajuan ekonomi.

Masalah ekonomi terjadi apabila kebutuhan pokok untuk setiap pribadi


manusia tidak tercukupi. Masalah pemenuhan kebutuhan pokok merupakan
persoalan distribusi kekayaan. Dalam mengatasi persoalan distribusi harus
ada pengaturan menyeluruh yang dapat menjamin terpenuhinya seluruh
kebutuhan pokok pribadi, serta menjamin adanya peluang bagi setiap pribadi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perlengkapannya. Dalam persoalan
distribusi kekayaan yang muncul, Islam melalui sistem ekonomi, menetapka
bahwa berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk mengatasi
persoalan distribusi.
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ekonomi Islam, produksi mempunyai motif kemaslatan,
kebutuhan dan kewajiban. Demikian pula, konsumsi. Perilaku produksi
merupakan usaha seseorang atau kelompok untuk melepaskan dirinya dari
kefakiran. Menurut Yusuf Qardhawi (1995), secara eksternal perilaku
produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu
sehingga dapat membangun kemandirian ummat. Sedangkan motif
perilakunya adalah keutamaan mencari nafkah, menjaga semua sumber
daya (flora-fauna dan alam sekitar), dilakukan secara profesional dan
berusaha pada sesuatu yang halal.
Sistem ekonomi Islam telah memberikan keadilan dan persamaan
prinsip produksi sesuai kemampuan masing-masing tanpa menindas orang
lain atau menghancurkan masyarakat. Kitab suci Al-Quran
memperbolehkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan jujur,
sederajat, dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak dan tidak
membenarkan cara-cara yang hanya menguntungkan seseorang, lebih-
lebih yang dapat mendatangkan kerugian pada orang lain atau keuntungan
yang diperoleh ternyata merugikan kepentingan umum. Setiap orang
dinasihatkan berhubungan secara jujur dan teratur serta menahan diri dari
hubungan yang tidak jujur

Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah


kepemilikan private (pribadi). Oleh sebab itu, permasalahan yang muncul
adalah adanya perbedaan yang mencolok pada pemilikan dan pendapatan
dan bahkan harta pusaka peninggalan leluhurnya masing-masing.
Lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari
kapitalisme. Hal ini sangat memengaruhi distribusi kekayaan serta
pendapatan individu-individu. Sedangkan sosialis lebih melihat kepada
kerja sebagai basic dari distribusi pendapatan.
20

DAFTAR PUSTAKA

MA Mannan, Islamic Economic Theory And Practice A


Comparative Study, India: Idarah Al-Adabiyah, 1988.
Rozalinda, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007.
http://zfadly.blogspot.com produksi-konsumsi-dan-distribusi-
dalam.html 14 Januari 2013.
Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jakarta:
Salemba Empat, 2011.
Anto, Hendri, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta :
Jalasutra, 2003.
Abdul Ghofur,Pengantar Ekonomi Syariah,Depok:Rajawali
Pers,2017

Anda mungkin juga menyukai