Anda di halaman 1dari 71

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN DAN BBL HOLISTIK

NAMA MAHASISWA : PUTRI UTAMI


RUANG : KIA PUSKESMAS TONJONG
TANGGAL PRAKTIK : 2021
PEMBIMBING : Novita Ika Wardani, SST, M. Kes
HARI/ TANGGAL PENYERAHAN : Sabtu 9/10/21
PENERIMA : Novita Ika Wardani, SST, M. Kes
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktek Fisiologis Holistik Persalinan telah diperiksa dan


disahkan pada tanggal

Semarang, 9 oktober 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Novita Ika Wardani, SST, M. Kes


3

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2. Tanda dan Gejala Persalinan
a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa
bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang
sesak, tetapi sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit
lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada
anggota bawah.
2) Pollikasuria
3) False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya
merupakan peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His
pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan
majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering
berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan
cervix
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang
dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan
4

beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan


penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm
namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan
tertutup.
5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira
24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari
sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan
maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan dengan
energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari
aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan
sulit.
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti
diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan
hormon terhadap sistem pencernaan.
b. Tanda pasti persalinan
1) Timbulnya kontraksi uterus
Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his
persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat
sebagai berikut :
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar.
5

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau


pembukaan cervix.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.
f) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
servix (frekuensi minimal 2kali dalam 10 menit).
Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran,
penipisan dan pembukaan serviks.
2) Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.
4) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong
dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau
selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi
kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum
persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan
mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar (Prodi
kebidanan program sarjana terapan, 2018).
3. Macam-macam persalinan
a. Persalinan Spontan
6

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,


melalui jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin (Kurniarum, A dan Nurul, 2016)

4. Persalinan berdasarkan umur persalinan


a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau
bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
b. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
c. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
d. Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau
bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.
5. Faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) Bidang-bidang
hodge :
7

Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk


menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan
kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT), Adapun
bidang hodge sebagai berikut:
1) Hodge I : Bidang yang setinggi dengan Pintu Atas Panggul
(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio-iliaca,
sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os pubis, tepi
atas symfisis pubis
2) Hodge II : Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis
berhimpit dengan PAP (Hodge I)
3) Hodge III : Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan
PAP (Hodge I)
4) Hodge IV : Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit
dengan PAP (Hodge I)
Ukuran-Ukuran Panggul :
1) Panggul luar
a) Distansia Spinarum yaitu diameter antara kedua Spina Iliaka
anterior superior kanan dan kiri ; 24-26 cm
b) Distansia kristarum yaitu diameter terbesar antara kedua
crista iliaka kanan dan kiri : 28-30 cm
c) Distansia boudeloque atau konjugata eksterna yaitu diameter
antara lumbal ke-5 dengan tepi atas sympisis pubis : 18-20
cm
d) Lingkar panggul yaitu jarak antara tepi atas sympisis pubis ke
pertengahan antara trokhanter dan spina iliaka anterior
superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi
sebelahnya sampai kembali ke tepi atas sympisis pubis.
Diukur dengan metlin. Normal: 80-90 cm
2) Panggul dalam
a) Pintu atas panggul
8

(1) Konjugata Vera atau diameter antero posterior yaitu


diameter antara promontorium dan tepi atas symfisis: 11
cm. Konjugata obstetrika adalah jarak antara
promontorium dengan pertengahan symfisis pubis.
(2) Diameter transversa (melintang), yaitu jarak terlebar
antara kedua linea inominata: 13 cm
(3) Diameter oblik (miring) yaitu jarak antara artikulasio
sakro iliaka dengan tuberkulum pubicum sisi yang
bersebelah : 12 cm
b) Bidang tengah panggul
(1) Bidang luas panggul terbentuk dari titik tengah symfisis,
pertengahan acetabulum dan ruas sacrum ke-2 dan ke-3.
Merupakan bidang yang mempunyai ukuran paling besar,
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam mekanisme
penurunan kepala. Diameter anteroposterior 12,75 cm,
diameter tranversa 12,5 cm.
(2) Bidang sempit panggul. Merupakan bidang yang berukuran
kecil, terbentang dari tepi bawah symfisis, spina ischiadika
kanan dan kiri, dan 1-2 cm dari ujung bawah sacrum.
Diameter antero-posterior : 11,5 cm ; diameter tranversa :
10 cm
c) Pintu bawah panggul
(1) Terbentuk dari dua segitiga denan alas yang sama, yaitu
diameter tuber ischiadikum. Ujung segitiga belakang pada
ujung os sacrum, sedangkan ujung segitiga depan arkus
pubis.
(2) Diameter antero posterior yaitu ukuran dari tepi bawah
symfisis ke ujung sacrum : 11,5 cm
(3) Diameter tranversa: jarak antara tuber ischiadikum kanan
dan kiri : 10,5 cm
9

(4) Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum


ke pertengahan ukuran tranversa : 7,5 cm Inklinatio pelvis
adalah kemiringan panggul, sudut yang terbentuk antara
bidang semu pintu atas panggul dengan garis lurus tanah
sebesar 55-60 derajat. Empat jenis panggul dasar
dikelompokkan sebagai berikut:
(a) Ginekoid (tipe wanita klasik)
(b) Android (mirip panggul pria)
(c) Antropoid (mirip panggul kera anthropoid)
(d) Platipeloid (panggul pipih)
b. Passenger (Janin dan Plasenta)
Pasenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus
melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari
pasenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
Ukuran Kepala Janin :
1) Diameter
a) Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm
b) Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput dan
frontal, ± 12 cm
c) Diameter vertikomento / supraoksipitomental / mento
occipitalis ± 13,5 cm, merupakan diameter terbesar terjadi
pada presentasi dahi
d) Diameter submentobregmatika ± 9,5 cm/Diameter
anteroposterior pada presentasi muka
Diameter melintang pada tengkorak janin adalah:
(1) Diameter Biparietalis 9,5 cm
(2) Diameter Bitemporalis ± 8 cm
2) Ukuran Circumferensia (Keliling)
10

a) Circumferensial fronto occipitalis ± 34 cm


b) Circumferensia mento occipitalis ± 35 cm
c) Circumferensia sub occipito bregmatika ± 32 cm
Ukuran badan lain :
a) Bahu
(1) Jaraknya ± 12 cm (jarak antara kedua akromion)
(2) Lingkaran bahu ± 34 cm
b) Bokong
(1) Lebar bokong (diameter intertrokanterika) ± 12 cm
(2) Lingkaran bokong ± 27 cm
3) Presentasi Janin
Presentasi adalah bagian jain yang pertama kali memasuki pintu
atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan
mencapai aterm. Bagian presentasi adalahbagian tubuh janin yang
pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan
pemeriksaan dalam. Faktor-faktor yang menentukan bagian
presentasi adalah letak janin, sikap janin, dan ekstensi atau fleksi
kepala janin.
4) Letak Janin
Letak adalah hubungan antarasumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung ibu). Ada dua macam letak
(a) memanjang atau vertikal, dimana sumbu panjang janin paralel
dengan sumbu panjang ibu;
(b) melintang atau horizontal, dimana sumbu panjang janin
membentuk sudut terhadap sumbu panjang ibu. Letak
memanjang dapat berupa presentasi kepala atau presentasi
sacrum (sungsang). Presentasi in tergantung pada struktur
janin yang pertama memasuki panggul ibu.
5) Sikap Janiun
Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
bagian tubuh yang lain. Janin mempunyai postur yang khas
11

(sikap) saat berada dalam rahim. Hal ini sebagian merupakan


akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian
janin terhadap bentuk rongga rahim. Pada kondisi normal,
punggung janin sangat fleksi kepala fleksi ke arah dada, dan paha
fleksi kearah sendi lutut. Sikap ini disebut fleksi umum. Tangan
disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak diantara lengan
dan tungkai. Penyimpangan sikap normal dapat menimbulkan
kesulitan saat anak dilahirkan. Misalkan pada presentasi kepala,
kepala janin dapat berada dalam sikap ekstensi atau fleksi yang
menyebabkan diameter kepala berada dala posisi yang tidak
menguntungkan terhadap batas-batas pangul ibu. Diameter
biparietal adalah diameter lintang terbesar kepala janin. Dari
semua diameter anteroposterior, terlihat bahwa sikap ekstensi atau
fleksi memungkinkan bagian presentasi dengan ukuran diameter
memasuki panggul ibu. Kepala yang berada dalam sikap fleksi
sempurna memungkinkan diameter suboksipitobregmatika
(diameter terkecil) memasuki panggul dengan mudah.
6) Posisi Janin
Posisi adalah hubungan antara bagian presentasi (oksiput, sacrum,
mentum/dagu, sinsiput/puncak kepala yang defleksi/menengadah)
terhadap empat kuadran panggul ibu. Yaitu posisi oksipito
Anterior Kanan (OAKa). Oksipito tranversa kanan (OTKa),
oksipito posterior kanan (OPKa), oksipito posterior kiri (OPKi),
oksipito tranversa kiri (OTKi), oksipito anterior kiri (OAKi).
Engagement menunjukkan bahwa diameter tranversa terbesar
bagian presentasi telah memasuki pintu atas panggul. Pada
presentasi kepala yang fleksi dengan benar, diameter biparietal
meruakan diameter terbesar.
c. Power (Kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan
12

janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga


kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks
berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut
kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan
kontraksi involunter.
d. Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan yaitu mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya
gravitasi membantu penurunan janin.
e. Psikologis
Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika
ditanya. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya
merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan
diperlukannya (Utami,I & Enny, 2020).
6. Tahapan persalinan
a) Kala I
1) Pengertian
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi
menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
2) Tahapan kala I
a) Fase laten persalinan
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
(2) Pembukaan servix kurang dari 4 cm
(3) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b) Fase aktif persalinan
13

Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi


maximal, dan deselerasi
(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika
terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih
(2) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga permbukaan
lengkap (10 cm)
(3) Terjadi penurunan bagian terendah janin
3) Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke
depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa
yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus
kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala
janin masuk ke rongga pelvik.
4) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:
a) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan
kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Panjang
serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah
(beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan
panjangnya serviks berkurang secara teratur sampai
menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat
tipis ini disebut sebagai menipis penuh
b) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari
serviks. Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks
digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari
tangan saat peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka
lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
14

c) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan


mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks
b) Kala II
1) Pengertian
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
2) Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan
multipara rata-rata 0.5 jam
h) Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detak jantung bayi setelah kontraksi
3) Fisiologis Kala II
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan
keluarnya cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong
dan banyak
c) Pasien mulai mengejan
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai
di dasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan
rectum terbuka
15

e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan


hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak
lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”
f) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh
vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang
ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah
symphisis disebut “Kepala keluar pintu”
g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-
ubun besar, dahi dan mulut
h) pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,
perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya
karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut
i) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang, vulva menekan pada leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan
j) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu
depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral,
sesuai dengan paksi jalan lahir
k) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak
keluar waktu ketubanpecah, kadang-kadnag bercampur
darah
l) Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20
menit
4) Mekanisme persalinan spontan
a) Masuknya kepala bayi dalam PAP
(1) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada
primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan
tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan
persalinan.
16

(2) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura


sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak
punggung (Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan
punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba
melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila
punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke
kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam
posisi fleksi ringan.
(3) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari
PAP maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena
menempati ukuran yang terkecil dari PAP
(4) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan
lahir yaitu tepat di antara symphysis dan promontorium,
maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi
synclitismus os parietale depan dan belakang sama
tingginya.
(5) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis
atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka
yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
(6) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati symphisis dan os parietale belakang lebih
rendah dari os parietale depan.
(7) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis
mendekati promontorium sehingga os parietale depan
lebih rendah dari os parietale belakang
(8) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi
asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala janin
masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement.
17

b) Majunya kepala janin


(1) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada
kala II
(2) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala
dalam rongga panggul terjadi bersamaan.
(3) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
(4) Majunya kepala disebabkan karena:
 Tekanan cairan intrauterin
 Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
 Kekuatan mengejan
 Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
c) Fleksi
(1) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran
yang paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito
18

bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis (11


cm)
(2) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul
atau dasar panggul
(3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi
karena momement yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada moment yang menimbulkan defleksi
(4) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi
fleksi maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan
(5) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.

d) Putar paksi dalam


(1) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
(2) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah symphisis
19

(3) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,


karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
(4) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala
dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-
kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
(5) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
(a) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah
dari kepala
(b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
(c) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior

e) Ekstensi
(1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
(2) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di
dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan
20

suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan


defleksi untuk dapat dilahirkan.
(3) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum.
(4) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.
(5) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar
f) ekstensi
(1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
(2) Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan menembusnya
(3) Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke
bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan
dasar panggul
(4) Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka
yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan dengan
subocciput
g) Putar paksi luar
(1) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran
paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin.
(2) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
(3) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul,
21

apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi


depan belakang.
(4) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian
bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

c) Kala III
1) Pengertian
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung
tidak lebih dari 30 menit disebut dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta
2) Fisiologis
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di
salam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran
rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran
uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran
tempat melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya
plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan
menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding
22

uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil


akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta
akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa
kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi
hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu,
kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan
dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen
kebidanan dari kala III yang kompeten.
3) Tanda gejala
 Semburan darah
 Pemanjatan tali pusat
 Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam
abdomen

4) Pemantauan kala III


 Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang
kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir
 Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika
tidak rawat bayi segera
d) Kala IV
1) Pengertian
 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
23

 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran


plasenta, 30 menit
 pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak
stabil, perlu dipantau lebih sering
2) fisiologis kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari
dibawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah
yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
3) Tujuk pemantauan kala IV
 Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta
lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan
adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus.
Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan
fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi
dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus
akan terjadi atonia uteri.
 Perdarahan
Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
 Kandung kencing
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta
untuk kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan
menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
 Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan
vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi
perineum terbagi atas :
24

- Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan
kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu
dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan
- Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum dan otot perineum. Pada derajat II
dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
- Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot spingter ani
external
- Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan
karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur
khusus
7. Kebutuhan Dasar Ibu selama Persalinan
a. Kebutuhan fisiologis
1) Oksigen
2) Makan dan minum
3) Istirahat selama tidak ada his
4) Kebersihan badan terutama genetalia
5) Buang air kecil dan buang air besar
6) Pertolongan persalinan yang terstandar
7) Penjahitan perineum bila perlu
b. Kebutuhan rasa aman
1) Memilih tempat dan penolong persalinan
2) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang akan
dilakukan
25

3) Posisi tidur yang dikehendaki ibu4) Pendampingan oleh


keluarga
4) Pantauan selama persalinan
5) Intervensi yang diperlukan
c. Kebutuhan dicintai dan mencintai
1) Pendampingan oleh suami/keluarga
2) Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)
3) Masase untuk mengurangi rasa sakit
4) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut dan sopan
5) Kebutuhan harga diri
a) Merawat bayi sendiri dan mentekinya
b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu
c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati
d) Informasi bila akan melakukan tindakan
e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang
ibu lakukan
d. Kebutuhan aktualisasi diri
1) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan
2) Memilih pendamping selama persalinan
3) Bounding and attachment
4) Ucapan selamat atas kelahirannya
8. Penatalaksanaan asuhan persalinan kala i
Asuhan yang diberikan untuk ibu dengan memberikan asuhan sayang
ibu, sebagai upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan
pengalaman yang menegangkan dengan
a. cara:
1) Memberi dukungan emosional
Dukungan serta anjurkan suami dan anggota keluarga
mendampingi ibu selama persalinan dan minta mereka untuk
berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai
upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.2.
26

Membantu pengaturan posisi ibu . Anjurkan ibu untuk mencoba


posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi dan anjurkan suami atau keluaga untuk mendampingi,
seperti berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring,
merangkak. Beri tahu ibu untuk tidak berbaring telentang lebih
10 menit (posisi ini dapat menimbulkan tekanan uterus dan
isinya menekan vena cava inferior yang berakibat turunnnya
aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta dan menyebabkan
hipoksia), adapat juga dilakukan intervensi untuk mengurangi
hyeri dengan cara menggunakan birthing ball yaitu penggunaan
birthing ball tersebut dapat membantu ibu lebih rileks dan dapat
mengurangi ketidak nyamanan dan rasa nyeri yang di alami,
sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian bahwa ada
pengaruh penggunaan birthing ball terhadap penurunan tingkat
nyeri pada Ibu bersalin kala I fase aktif di Puskesmas Lompoe.
Berdasarkan tabel tingkat nyeri ibu bersalin pada kelompok
perlakuan menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum
penggunaan birthing ball sebagian responden mengalami nyeri
yang sangat mengganggu aktifitas yaitu sebanyak 7 orang
(35%), dan sesudah penggunaan birthing ball tingkat nyeri
yang dirasakan mengalami perubahan sehinggat ibu bersalin
tidak lagi merasa nyeri yang sangat mengganggu. Karena
penggunaan birthing ball sebagian Latihan atau terapi birthball
yang dilakukan ibu bersalin dengan cara duduk dengan santai
dan bergoyang di atas bola, memeluk bola selama kontraksi
memiliki manfaat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri
saat persalinan. Seorang ibu yang mampu melakukan relaksasi
seirama kontraksi uterus berlangsung maka ibu tersebut akan
rnerasakan kenyamanan selama proses persalinannya. Selain itu
birthball sangat baik mendorong dengan kuat tenaga ibu yang
diperlukan saat melahirkan, posisi postur tubuh yang tegak
27

akan menyokong proses kelahiran serta membantu posisi janin


berada di posisi optimal sehingga memudahkan melahirkan
dengan normal. Selama terapi ibu bersalin duduk senyaman
mungkin dan bentuk bola yang dapat rnenyesuaikan dengan
bentuk tubuh ibu membuat ibu lebih mudah relaksasi, selain itu
ligamen dan otot terutama yang ada di daerah panggul menjadi
kendor dan mengurangi tekanan pada sendi sacroiliac,
pembuluh darah sekitar uterus dan tekanan pada kandung
kemih, punggung, pinggang, tulang ekor serta dapat
mengurangi tekanan pada perineum (Irawati, 2019). Selain itu
dapat juga dilakukan dengan teknik relaksasi pernafasan yaitu
dengan cara Tepatkan satu atau dua tangan pada abdomen tepat
di bawah tulang iga. meminta ibu untuk menarik nafas dalam
melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup hingga hitungan 1.2.3
selama inspirasi. Konsentrasi dan beritahu ibu setiap kontraksi
rasakan seperi ada gelombang-gelombang cinta dan kasih
sayang terhadap ibu dan calon bayi, tetap kondisi rileks
pastikan posisi punggung ibu tidak miring kiri/kanan dan bila
terdapat kesulitan menaikan abdomen, Tarik nafas dalam
dengan cepat, lalu nafas kuat lewat hidung. melakukan
observasi pada responden selama 30 menit pertama, responden
melakukan penaarik nafas dari hidung dalam waktu 3-5 detik,
lalu menghembuskan nafas 3-5 detik pada kontraksi uterus.
Kemudian pasien bernafas normal 1-2 menit, lalu menarik
nafas dalam dengan mengempiskan rongga abdomen lalu
mengeluarkan dari mulut dalam waktu 3-5 detik (Marsilia, ID
& Nina, 2021). dukungan emosinal pada ibu baik dari bidan,
suami maupun dari orang terdekat ibu hal tersebut sesaui
dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa Pendampingan
suami dapat menimbulkan emosi (senang) dari ibu yang akan
menjadi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbic dan
28

diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga


terjadi rangsangan pada nukleus ventromedial dan area di
sekelilingnya sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
akhirnya kecemasan menurun dan hasil penelitian tersebut pun
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami
dengan kecemasan ibu bersalin (Aisya, 2021).
2) Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu mendapatkan asupan (makanan ringan dan
minum ) selama persalinan dan kelahiran bayi, karena hal ini
akan memberikan banyak energi dan mencegah dehidrasi.
3) Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan, minimal 2 jam sekali.
4) Monitoring kemajuan persalinan
Monitoring kemajuan persalinan kala I dilakukan dengan
lembar observasi untuk fase laten, sedangkan untuk fase aktif
menggunakan partograf (contoh lembar observasi dan
5) partograf yang perlu dilakukan pencatatannya adalah:
a) Denyut jantung janin setiap ½ jam.
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam.
c) Nadi setiap ½ jam.
d) Pembukaan servik setiap 4 jam.
e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam.
f) Tekanan darah dan temperature tubuh setiap 4 jam.
g) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam.
6) Persiapan pertolongan (bila ibu sudah masuk fase aktif )
a) Ruang bersalin dan asuhan bayi baru lahir
(1) Ruangan yang hangat dan bersih dengan sirkulasi udara
yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
(2) Penerangan yang cukup, baik yang siang maupun
malam hari.
29

(3) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.


(4) Tempat yang bersih untuk memberi asuhan bayi baru
lahir.
(5) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan
persalinan.
(6) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir.
b) Perlengkapan, bahan, dan obat esensial
Perlengkapan, bahan, dan obat esensial diletakkan pada
trolley dengan alasnya.
(1) Bagian atas berisi:
(a) Bak instrument yang berisi partus set:
(b) 2 pasang handscone
(c) ½ kocher
(d) Gunting episiotomi
(e) Benang tali pusat/klem umbilical
(f) 2 arteri klem
(g) Gunting tali pusat
(h) Kassa steril
(i) Spuit
(j) Kateter nelaton
(k) Kom tertutup berisi de lee
c) Kom kecil berisi:
(1) Oksitosin 1 ampul
(2) Lidokain 1% 1 ampul
(3) Kom kecil yang berisi kapas DTT
(4) Bak instrument yang berisi hecting set:
(5) Handscone
(6) Spuit
(7) Pinset
(8) Needle holder
30

(9) 2 buah nald hecting yang terdiri dari 1 buah nald kulit
dan 1 buah nald
(10) otot cut gut (chromic)
d) Tensi meter
e) Stetoskop
f) Thermometer
g) Bagian bawah berisi:
1) Leanec
2) 2 buah nierbeken
3) 1 buah piring placenta
4) Schort
5) Masker
6) Geogle (kaca mata)
7) Sepatu boot/sandal tertutup
8) 1 buah handuk kecil untuk cuci tangan
9) 3 buah kain bersih
10) 2 buah handuk bersih
11) Pakaian bayi terdiri dari:
(a) Kain varnel/bedong
(b) Popok bayi
(c) Baju bayi
12) Pakaian ibu, yang terdiri dari:
(a) Pakaian dalam
(b) Pembalut
(c) Baju ibu
13) Partograf
14) Baki dengan alasnya berisi peralatan infuse:
(a) Cairan NaCl 0,9% dan RL
(b) Abocath
(c) Kassa
(d) Plester
31

(e) Gunting
15) Bak instrument berisi:
(a) 1 handscone panjang steril
(b) 1 handscone pendek steril
(c) Foley kateter steril
(d) Kocher
(e) Suit 5 cc
16) Perlengkapan resusitasi bayi:
(a) 3 buah kain
(b) Balon resusitasi, sungkup No 0 dan 1
(c) Kom bertutup berisi de lee
(d) Kassa tempat dalam tempatnya
(e) Kapas DTTq) Medikamentosa:
(f) Analgetik (petidin 1-2 mg/kg BB), ketamin HCL
0,5/kg BB
(g) Sedative (diazepam 10 mg)
(h) Atropine sulfas 0,25 – 0,50 mg
(i) terotonika (oksitosin, ergometrin, prostaglandin)
(j) Oksigen dan regulator
(k) arutan klorin 0,5 % dan tempatnya
(l) Tiga buah tempat sampah:
(m) 1 buah berwarna merah untuk tempa sampah kering
(n) 1 buah berwarna kuning untuk tempat sampai
infeksi
(o) 1 buah berwarna hitam untuk pakaian kotor
(p) Satu buah ember berisi larutan klorin 0,5%
(q) Rujukan (bila diperlukan)
(r) Formulir yang disiapkan:
Formulir informed consent
Formulir rujukan
9. Penatalaksanaan kala II
32

a. Memastikan adanya tanda pasti gejala kala II


b. Persiapan penolong
c. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
d. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
e. Persiapan ibu dan keluarga
f. Pembersihan perineum
g. Pengosongan kandung kemih
h. Periksa dalam dan amniotomi (bila ketuban belum pecah)
i. Pengaturan posisi ibu meneran
j. Bimbingan ibu untuk meneran
k. Pencegahan laserasi / melakukan epsiotomi
l. Pertolongan kelahiran bayi
- Melahirkan kepala
- Pemeriksaan tali pusat pada leher
- Melahirkan bahu (cek tanda dan gejala distosia bahu)
- Melahirkan seluruh tubuh bayi
Catatan :
a. Pemilihan posisi mengejan
1) Litotomi
Menurut penelitian menyatakan bahwa pada posisi litotomi
memudahkan pemantauan jalan lahir, kepala bayi untuk
diarahkan dan dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya
kepala, serta memudahkan pembebasan bila terdapat lilitan tali
pusat pada leher bayi dengan mengarahkan kepala bayi
mendekati perutibu. Penahanan pada perineum antara anus dan
vagina dapat dilakukan dengan mudah agar tidak terjadi
robekan perineum yang luas. Efefktifitas lama persalinan kala
II posisi miring dan posisi litotomi dilihat dari nilai rata-rata
waktu lamanya kala II, dapat kita simpulkan bahwa posisi
litotomi lebih efektif. Serta hasil penelitiannya pun mengatakan
bahwa posisi litotomi lebih efektif dibandingkan dengan posisi
33

miring kiri dalam mempercepat kala II, dimana dalam


penelitian tersebut dijelaskan bahwa ibu bersalin kala II dengan
posisi mengejan miring kiri rata-rata selama 75,33 menit
sedangkan pada posisi litotomi selama 37,33 (Sari, 2021).
2) Mc. Robert
posisi mc. Robert dengan pertimbangan TFU yang besar untuk
mencegah distosia bahu, posisi ini bertujuan agar sumbu jalan
lahir lebih pendek dengan sudut inklinasi berkurang dari 26º
menjadi 10º walaupun diameter pelvis tidak berkurang
sehingga menyebabkan rotasi sympisis pubis ke arah atas,
sumbu jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar
jadi lebih pendek, dan suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga
dapat berlangsung secara maksimal.Manuver ini dilakukan
dengan meletakkan kaki dan punggung melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu, tindakan ini
menyebabkan sacrum melebar, rotasi simpisis pubis kearah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi meskipun
ukuran panggul tidak berubah (Wardanis, 2018)
b. Cara mengejan yang benar
1) Jika posisi yang dipilih litotomi atau posisi mc. Robert yaitu
dengan cara tangan merangkul kedua paha sampai batas siku,
kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dada dan perut
terlihat.
2) Kebiasaan yang tidak perlu dilakukan pada kala II pada saat
mengedan adalah mengedan dengan menahan napas panjang, hal
ini dapat menimbulkan kekurangan oksigen janin dalam
kandungan, mengedan dengan posisi telentang dan tidak
mengangkat kepala atau tida memposisikan kepala lebih tinggi,
hal ini dapat menekan aorta bagian bawah dan menurunkan
aliran darah kerahim dan anggota gerak bawah dan juga dapat
menyebabkan gangguan aliran darah dari ibu ke janin.
34

3) Hal lain yang harus dihindari adalah mengedan sebelum


pembukaan lengkap (10 cm) karena hal ini dapat menyebabkan
pembengkakan mulut rahim dan kemungkinan robekan mulut
rahim.
4) Teknik bernapas selama persalinan yaitu inspirasi dan ekspirasi
seimbang, bernapas dalam sebelum ınengedan, bernapas melalui
hidung (bukan melalui mulut) menghindari kekeringan pada
mulut, bernapas pendek dan cepat setelah mengedan. Pada saat
kontraksi mencapai puncaknya, mengedan sekuat tenaga sampai
tidak dapat menahan napas lagi, pada saat kontraksi rahim
hilang, bernapas cepat dan dangkal agar tubuh rileks.
5) Posisi persalinan dapat dipilih mulai posisi setengah duduk,
duduk tegak, berdiri, jongkok, merangkak, atan posisi miring,
dan posisi lainnya (Rani, 2018).

STANDARD OPERATING PROCEDUR PERTOLONGAN


ASUHAN PERSALINAN KALA II
NO LANGKAH
1 Persiapan tempat
persalinan, peralatan
dan bahan Cek semua
peralatan
a. Troli dan alas
b. Bak instrument yang berisi alat steril
 2 pasang sarung tangn steril
 1 buah ½ khoher
 2 pinset anatomi
 Gunting episiotomy
 2 buah klem
 1 buah gunting tali pusat
35

 Pengikat tali pusat


 Kassa steril dan depper secukupnya
 Penghisap lender

c. Alat lain:
 Duk steril
 Kom berisi kapas larutan DTT dan betadine
 Peralatan on steril
 Tensimeter
 Stethoscope
 Bengkok
 Tempat sampah medis dan non medis
 Air DTT dan air Klorin 0,5%
 Underpad /pengalaman bokong
 Atur alat secara sistematik dan dekatkan di
tempat yang mudah terjangkau
2 Menyiapkan pertolongan bayi: Cek kelengkapan
alat, bahan dan obat-obatan esensial untuk pertolongan
dan penatalaksanaan komplikasi bayi baru lahir.
3 Persiapan untuk bayi
 Nyalakan lampu untuk penghangat
 tempat datar dan keras,
 2 kain
 1 handuk bersih dan kering,
 lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi
 Menggelar kain tempat resusitasi
 Ganjal bahu bayi.
 Instrumen sterile berisi
 Delee
 Klem 2 buah
36

 Penjepit tali pusat

 Salep mata
 Metelin
 Timbangan bayi
 Pakaian bayi
4 Melakukan pengecekan tanda doranteknusperjolpulka
(dorongan meneran, tekanan pada anus dan penonjolan
pada perenium serta vulva membuka) disertai ibu ingin
meneran.
5 Persiapan Petugas/penolong
a. Pakai celemek plastik
b. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai
c. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kering-kan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering
d. Menggunakan sarung tangan kanan
6 Menyiapkan pertolongan persalinan
 Masukkan oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik
dan meletakkan kembali dipartus set/wadah
 Pakai sarung tangan kiri
 Tangan kanan mengambil 5 kapas DTT untuk
melakukan DTT vulva
7 Memberitahu ibu akan dilakukan periksa dalam
8 Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap
37

9 Memberitahu ibu hasil periksa pembukaan lengkap serta


(bila ketuban masih utuh akan dipecah)

10 Memecahkan ketuban bila masih utuh


 Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam lalu
sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah
engaged dan tidak teraba tali pusat atau bagian2 kecil
lainnya disekitar kepala
 Pegang 1/2 klem kocher dengan tangan kiri serta
masukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2
jari tangan kanan yang mengenakan menyentuh
selaput ketuban dengan hati2
Saat kekuatan his berkurang, dengan 2 tangan
kanan menggoreskan klem kocher untuk menyobek
1-2 cm hingga pecah
 Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan
 Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%.
 Pertahankan 2 jari tangan kanan anda di dalam
vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan
memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat.
 Setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba
tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina
38

secara perlahan.
 Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada
mekonium(kotoran bayi) atau darah.
 Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan
sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan
terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
 Cuci kedua tangan.
11 Periksa kembali denyut jantung janin.
12 Memberitahu ibu
 Pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
 Ketuban sudah dipecah
 Mengatur posisi sesuai keinginan
 Meminta meneran bila ada his

Melakukan pencatatan pada partograf waktu dilaku-


kan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan
DJJ
13 Pimpin ibu mengejan jika ibu sudah merasakan adanya
dorongan spontan untuk meneran
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
serta janin dan mendokumentasikan semua temuan
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar
 Mengatur posisi ibu sesuai keinginannya, seperti
contoh dibawah ini
14 Posisi mengejan duduk atau setengah duduk
39

15 Posisi jongkok atau berdiri

16 Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri

17 Memantau selama penatalaksanaan kala II persalinan.


 Melakukan penilaian kondisi ibu dan janin serta
kemajuan persalinan selama kala dua persalinan
secara berkala
 Setelah tidak ada his, melakukan pemeriksaan DJJ
 Memberitahu keluarga untuk memberi minum
40

 Minta keluarga untuk


melakukan rangsangan putting
susu Bila sudah ada kontraksi ,
pimpin kembali ibu untuk
meneran
18 Jika kepala bayi telah terlihat di vulva 5-6 cm
 Meletakkan handuk bersih di atas perut
 Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
 Buka tutup partus set dan perhatikan kelengkapannya
 Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan
19 Episiotomi (bila ada indikasi)
 Memberitahu dan menjelaskan ibu akan disuntik di
daerah perineum
 Menyuntikan lidokain dibawah kulit perineum, terus
kejaringan dibawahnya
 Memastikan bahwa anestesi sudah bekerja
 Melindungi daerah dalam perineum dengan jari
telunjuk dan tengah tangan kiri
 Memasukkan gunting episiotomi diantara jari telunjuk
dan jari tengah
 Insisi dengan gunting episiotomi yang tajam pada
comisura posterior ke arah serong ke kanan atau
kiri kurang lebih 3 cm (saat ada His)
 Tekan dengan kasa daerah insisi perinium
 Bereskan alat dan rendam ke larutan klorin 0,5%
41

20 Melahirkan kepala
 Saat sub occiput tampak di bawah simfisis, tangan
kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan
kain di bawah bokong ibu, sementara tangan kiri
menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi
yang terlalu cepat saat kepala lahir
 Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan
muka janin dari lendir dan darah.


21 Memeriksa tali pusat
 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat.
 Ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
 Jika tali pusat melilit leher bayi dengan longgar,
lepaskan lewat
 bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
42

pusat di dua
 tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

22 Melahirkan Bahu
 Tunggu kepala bayi mengadakan putaran paksi luar
secara spontan
 Menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih
 Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada
setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu
untuk meneran pada kontraksi berikutnya
 Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar
secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga
bahu bawah tampak dibawah arkus pubis
 Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah
ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior
bayi
23 Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
 Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala,
leher, dan bahu janin bagian posterior dengan ibu
jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat
jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara
tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian
43

anterior saat badan dan lengan lahir.


 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri
menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin) mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya).
 Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi
bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga
bayi menghadap ke arah penolong.
 Nilai bayi, kemudian letakan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila
tali pusat terlalu pendek, letakan bayi di tempat yang
memungkinkan.


24 Memotong tali pusat
 Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali tali pusat.
 Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm
dari umbilikus bayi.
 Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan
44

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.


 Memegang tali pusat diantara 2 klem
menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari
tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua
klem.
25 Pertolongan bayi baru lahir
(merupakan lanjutan untuk pembahasan topik
berikutnya).

10. Penatalaksanaan kala iii /implementasi


Setelah Anda dapat mentukan diagnosa dari kala III, selanjutnya Anda
akan melakukan penatalaksaaan kala III atau implementasi pada
persalinan kala III melalui manajemen aktif kala III. Tujuan dari
manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah selama kala III
persalinan. Adapun langkah dari manajemen aktif kala III sesuai
standar yaitu meliputi hal berikut ini.
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir, untuk melakukan ini dengan cara:
1) Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah
disiapkan di atas perut ibu dan minta ibu untuk memegangi
bayi.
2) Pastikan tidak ada bayi lain di dalam uterus dengan cara sisi
tangan kiri (ulnar) menekan tinggi fundus uteri (TFU) dengan
hati-hati jangan terlalu keras, bila TFU setinggi pusat atau <2
cm menunjukkan tidak ada bayi dalam uterus.
3) Melakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bagian
atas paha bagian luar yang sudah dipersiapkan sebelum
pertolongan kala II dengan cara memberitahu ibu bahwa ia
akan disuntik.
45

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dengan


langkah berikut ini.
1) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu
tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk mendeteksi
kontraksi dan tangan lain memegang klem untuk menegangkan
tali pusat.
2) Bila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah
bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan
plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
3) Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar
plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina.
4) Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan
dalam wadah penampung.
5) Pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
6) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban (Suprapti, 2018).
Catatan : melakukan IMD pada kala III bertujuan untuk melakukan
bounding antara ibu dan bayi serta mempercepat kala III (kelahiran
plasenta, dalam penelitian yang dilakukan oleh Qonitun
menjelaskan bahwa Kala III persalinan terdiri atas dua fase
berurutan yaitu fase pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.
Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi , yang mulai
terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi.
Pelepasan plasenta dimulai dengan penurunan plasenta kedalam
segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks
ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar.Pengeluaran plasenta
adalah satu dari dua mekanisme (Wahyuningsih, 2007). Dimana
pada proses kala III persalinan, pengisapan bayi pada payudara ibu
46

dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu


involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan dan
membantu proses lama kala III (Qonitun, 2020).
c. Melakukan massase fundus uteri, dengan meletakkan telapak
tangan di fundus dan lakukan massase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
untuk mencegah perdarahan (Suprapti, 2018).
SOP Manajemen Aktif Kala III
N LANGKAH
O
1 Ucapkan selamat atas kelahiran bayi, karena kala III
akan dimulai dari setelah lahirnya bayi sampai dengan
lahirnya plasenta.

2 Lakukan Pengecekan alat dalam partus set:


a. Spuit 3 cc
b. Spuit 5 cc
c. Handscoon steril
47

Bahan:
a. 1 (satu) oksitosin
b. Aquabides
c. Metergin 0,2mg

3 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari


vulva.
4 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu
(di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan
lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
5 Setelah uterus berkontraksi:
Tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversion
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting
susu.
48

6 Mengeluarkan Plasenta
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan
uterus ke arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran
tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah
kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya
ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika
uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan
lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas).
b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic)
jika kandung kemih penuh.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya.
49

Catatan: Jika plasenta tidak lahir 30 menit sejak bayi


lahir atau terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual (Dapat Anda
pelajari pada materi Gawat Darurat Maternal).
6 Mengeluarkan Plasenta
Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan
uterus ke arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran
tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah
kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.
d) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya
ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama jika
uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan
lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas).
e) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta.
f) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic)
jika kandung kemih penuh.
(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali
50

pusat 15 menit berikutnya.

Catatan: Jika plasenta tidak lahir 30 menit sejak bayi


lahir atau terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual (Dapat Anda
pelajari pada materi Gawat Darurat Maternal).
7 Melahirkan plasenta
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum
DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal.
51

8 Rangsangan Taktil (Massase) uterus


Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan massase uterus, letakkan telapak tanga di fundus
dan lakukan massase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

Catatan: Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik


setelah rangsangan taktil/ massase, lakukan
tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual
Internal, Kompresi Aorta Abdominalis,
Tampon Kondom-Kateter) (Dapat Anda
pelajari pada materi Gadar Maternal).
9 Menilai Perdarahan
52

Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal)


pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap. Masukkan
plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

11. Penatalaksanaan pada kala iv/ implementasi


Setelah Anda dapat mentukan diagnosa dari kala IV, selanjutnya Anda
akan melakukan penatalaksaaan kala IV. Tujuan dari implementasi
asuhan kala IV adalah untuk memastikan ibu dan bayi berada dalam
kondisi stabil serta mendeteksi dini komplikasi pasca bersalin dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi
(Kemenkes RI., 2014). Untuk melakukan ini Anda dapat
mempergunakan lembar kedua dari partograf (kala IV) yang dilakukan
ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua dan juga kondisi dari bayi baru lahir(Suprapti, 2018)
53

12. Partograf
a. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan
klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksan
persalinan. Partograf dapat dipakai untuk memberikan
peejngatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung
lama, adanya gawat ibu dan janin. Serta perkunya
rujukan.Hal tersebut sangat penting khusunya untuk
membuat keputusan klinis selama kala 1 persalinan
(Depkes 2017). Partograf adalah alat bantu yang
digunakan selama persalinan. Tujuan utama
penggunaan patograf adalah untukMencatat hasil
obervasi dan kemajuan persalinan serta Mendeteksi
apakah proses persalinan berjalan normal
(Prawirohardjo 2010, ). Partograf adalah catatan grafis
kemajuan persalinan yang relevan tentang
kesejahteraan ibu dan janin. Yang Memiliki garis
tindakan dan garis peringatan untuk dimulainya
intervensi tambahan oleh Bidan ataupun Dokter
SPOG untuk kemajuan persalinan dalam mencegah
gangguan persalinan, yang merupakan penyebab utama
ibu dan bayi kematian, terutama di negara
berkembang(Ayenew & Zewdu, 2020). World Health
Organization (WHO, 2000) telah memodifikasi
partograf agar lebih sederhana dan lebih mudah
digunakan. Fase laten telah dihilangkan dan pencatatan
pada partograf dimulai dari fase aktif ketika
pembukaan serviks 4 cm. Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa partograf merupakan
alat bantu yang digunakan selama persalinan untuk
memantau kemajuan Kala I persalinan dan untuk
54

menentukan apakah adanya persalinan abnormal agar


dapat membuat keputusan klinik sedinimungkin.
b. Tujuan
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaandalam (Hakimi, 2010).
1) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
secara normal. Dengan demikian, juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partuslama.
2) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan
kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang
diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medic ibu
bersalin dan bayi baru lahir.
3) Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka
partograf akan membantu penolong persalinan
untuk Mencatat kemajuan persalinan, Mencatat
kondisi ibu dan janinnya, Mencatat asuhan yang
diberikan selama persalinan dan kelahiran,
Menggunakan informasi yang tercatat untuk
secara dini mengidentifikasi adanya penyulit,
Menggunakan informasi yang tersedia untuk
membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
Waktu
c. Penggunaan partograf
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan sebagai elemen penting asuhan
55

persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua


persalinan, baik normal ataupun patologis.
Partografakan sangat membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan
membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat
(rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah
sakit,dll).Secara rutin oleh semua penolong
persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin,
bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswakedokteran).Penggunaan partograf
secara rutin akan memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat
dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka (“BAHAN AJAR Praktik
Klinik Kebidanan II,” 2015).
d. Pengisian partograf
Seperti yang sudah dibahas di awal, Kala I persalinan
terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif
yang diacu pada pembukaan serviks, yaitu:
56

1) Pencatatan selama fase laten


Fase laten merupakan fase dalam pembukaan serviks kurang
dari 4 cm. Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara
terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di buku
KIA atau Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama
fase persalinan.Semua asuhan dan intervensi juga harus
dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat
secara seksama, yaitu:
a) Denyut jantung janin setiap 1/2jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2jam
c) Nadi setiap 1/2jam
d) Pembukaan serviks setiap 4jam
e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4jam
g) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4jam
h) Pencatatan selama fase aktif persalinan nilai ulang
kesehatan dan kondisi actual ibu dan bayinya. Bila
tidak ada tanda – tanda kegawatan atau penyulit, ibu
boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika
kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat
dan frekuensinya meningkat.Apabila asuhan persalinan
dilakukan dirumah, penolong persalinan hanya boleh
meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan
bayinya dalam kondisi baik.Pesankan pada
ibudankeluarganya untuk menghubungi kembali
57

penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi


kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai
jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam (“BAHAN
AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015).
2) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk:
a) Informasi tentang ibu yaitu Nama, umur, Gravida, para,
abortus (keguguran), Nomor catatan medis/nomor
puskesmas, Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di
rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai
merawat ibu), Waktu pecahnya selaputketuban.
b) Kondisi janin yaitu DJJ, Warna dan adanya air ketuban,
Penyusupan (molase) kepala janin.
c) Kemajuan persalinan yaitu Pembukaan serviks, Penurunan
bagian terbawah janin atau presentasi janin, Garis waspada
dan garisbertindak.
d) Jam dan waktu yaitu Waktu mulainya fase aktif persalinan,
Waktu aktual saat pemeriksaan ataupenilaian.
e) Kontraksi uterus yaitu Frekuensi kontraksi dalam waktu 10
menit, Lama kontraksi (dalamdetik).
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan Oksitosin, Obat-
obatan lainnya dan cairan IV yangdiberikan
g) Kondisi ibu: Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh,
Urine (volume, aseton atauprotein). Asuhan, pengamatan dan
keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia
di sisi partograf atau di catatan kemajuanpersalinan) .
3) Mencatat Temuan padaPartograf
a) Informasi tentangibu
58

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat


memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis
sebagai: "jam .atau pukul" pada partograf) dan perhatikan
kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat
waktu terjadinya pecah ketuban.

b) Kesehatan dan Kenyamanan Janin


Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk
pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan
penyusupan (kepala janin).
c) Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada
bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin
(DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda – tanda
gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan
waktu 30 menit..Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya
dengan garis tegas dan bersambung atau garis tidak
terputus.Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara
garis tebal angka 180 dan 100.Tetapi, penolong harus sudah
waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.Untuk
tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ
melampaui kisaran nor¬mal ini.Catat tindakan- tindakan yang
dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua
sisi partograf.
d) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam,
dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.Catat
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
59

U : Ketuban utuh (belum pecah)


J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering").
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan
adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ
secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin
(denyutjantung janin< 100 atau >180 kali per menit), ibu
segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai.Tetapi jika
terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi barulahir
(“BAHAN AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015)
e) Molase (penyusupan kepalajanin)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih,menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi
tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan
benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup
tidak dapat dipisahkan.Apabila ada dugaan disproprosi tulang
panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin
dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal
yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi
tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.Setiap
kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala
janin.Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
i. : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
60

mudah dapatdipalpasi
ii. : tulang-tulang kepala janin hanya salingbersentuhan
iii. : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi
masih dapatdipisahkan
iv. : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan (“BAHAN AJAR Praktik Klinik
Kebidanan II,” 2015).
f) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk
pencatatan kemajuan persalinan.Angka 0-10 yang tertera di
tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi
serviks.Masing-masing angka mempunyailajur dan kotak
tersendiri.Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya
pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain
pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa
jauh penurunan janin. Masing- masing kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30menit(Oktarina, 2016).
4) Pembukaan Serviks
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika
ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,
catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X"
harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan
serviks.Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang
dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada.
Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus) (“BAHAN AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015).
61

5) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin


Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan
fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),
atau lebih sering jika ada tanda – tanda penyulit, nilai dan catat
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapikadangkala, turunnya
bagian terbawah / presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks
sebesar 7 cm. Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5,
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda
"O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.Sebagai contoh, jika hasil
pemeriksaan palpasi kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "O" di garis
angka 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus (“BAHAN AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015)
62

6) Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1
cm per jam.Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang,
macet,dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan
(rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan
kegawat daruratan obstetri.Garis bertindak tertera sejajar dengan garis
waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan.Jika
pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka
tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba
di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui (“BAHAN AJAR
Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015).
7) Jam dan Waktu
a) Waktu mulainya fase aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera
kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu
satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
63

b) Waktu aktual saat pemeriksaandilakukan


Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap
kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak
waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi
di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh,
jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6
cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai
dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat
waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari
kiri)
8) Kontraksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan
"kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi.Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan lamanya kontraksidengan:
a) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari
20 detik.
b) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk
menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40detik.

c) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya lebih dari 40detik
(JNPK– KR, 2019 : 70).Beri titik – titik di kotak
yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya kurang dari 20 detik. Beri garis – garis di
kotak yang sesuai untuk
64

menyatakankontraksiyanglamanya20–40detik. Isi
penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
9) Obat-obatan yang diberikan
Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV:
a) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan
dalam satuan tetesan per menit.
b) Obat-obatan lain dan cairanIV Catat semua pemberian obat- obatan
tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya (Rosyati, 2017).
10) Kesehatan dan kenyamanan ibu
Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan
dan kenyamanan ibu.
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase
aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri
tanda titik pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat tekanan
darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika
dianggap akanadanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih
sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan
catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
b) Volume urin, protein atauaseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam
(setiap kali ibu berkemih). Jikamemungkinkan setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam
urin.
65

11) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya


Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi
luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan
persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan
persalinan.Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
a) Jumlah cairan per oral yangdiberikan.
b) Keluhansakitkepalaataupengelihatan (pandangan)kabur.
c) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan,
dokterumum).
d) Persiapan sebelum melakukanrujukan.
e) Upaya Rujukan.
12) Pencatatan latar belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk
bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan
Persalinan.Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa
nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan
penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai.Dokumentasi ini sangat penting untuk
membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan). Cara pengisian catatan
persalinan berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir
setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh
proses persalinanselesai (Buda, 2011).
66

B. Tinjauan Askeb
1. SOAP
Metode 4 langkah ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan
kebidanan dan dipakai untuk mendokumentasikan asuhan dalam rekam
medis klien sebagai catatan kemajuan. SOAP merupakan catatan yang
bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Seorang bidan hendaknya
menggunakan SOAP setiap kali bertemu klienya. Selama masa persalinan,
seorang bidan dalam menuliskan catatan SOAP untuk setiap kali
kunjungan, sementara masa intrapartum, seorang bidan boleh menuliskan
lebih dari satu catatanuntuk satu klien dalam satu hari. Seorang bidan
harus melihat catatan-catatan SOAP terdahulu bilamana ia merawat
seorang siswa, bidan akan mendapatkan lebih banyak pengalaman dan
urutan SOAP akan terjadi secara alamiah. Kepanjangan dari SOAP
adalah :
S ( Subyektif) : yaitu apa yang dikatakan bidan
O ( Obyektif) : yaitu apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan
sewaktu melakukan pemeriksaan
A ( Analisa) : yaitu keseimpulan apa yang dibuat dari data-data
subyektif/obyektif tersebut
P ( Planning ) yaitu apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil
pengevaluasian tersebut
a. S ( Data Subyektif)
Data subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
b. O ( Obyektif)
67

Data Obyektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen


kebidanan menurut Helen Varney pertama ( Pengkajian
data),terutama yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan
diagnosis lain.
c. A (Assessement)
A (Analysis/Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis
dan intrepretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam
pendokumentasian menejemen kebidanan karena keadaan pasien setiap
saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun obyektif, maka proses pengkajian data
akan menjadi sangat dinamis
d. P ( Planning )
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan dating. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis
dan intepretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.Tujuan pendokumentasian SOAP
adalah :
1) Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang
mengorganisir penemuan dan kesimpulan anda menjadi suatu
rencana asuhan
2) Merupakan penyaringan initsari dari proses penatalaksanaan
kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan
3) Merupakan urutan-urutan yang dapat membantu dalam
mengorganisir pikiran anda dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
2. Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney ( 1997)
68

Varney menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses


pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal
tahun 1970 an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan
pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan bagi klien maupun tenaga kesehatan.
Langkah I. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,
yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
c. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnyad. Meninjau data
laboratorium dan membandingkanya dengan hasil study
Langkah II. Intepretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah diintepretasikan sehingga ditemukan masalah
atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang
ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur. Standart nomenklatur diagnosis
kebidanan tersebut adalah :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
c. Memiliki cirri khas kebidanan
d. Didukung oleh Clinical judgement dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan menejemen kebidanan.
Langkah.III Mengidentifikasi diagnosisi atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosisi yang telah
69

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan


dilakukan pencegaha.
Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi atas perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lai sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
Langkah VI. Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam langkah kelima
hsrus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan, dan sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya.
Langkah VII. Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
70

DAFTAR PUSTAKA
Aisya, S. & S. (2021) ‘Dukungan Suami Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu
Bersalin Primigravida’, Jurnal Ilkes, Vol 12, No, pp. 382–393.
Buda, s dan A. M. (2011) Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Surabaya: Griya
Husada.
Hakimi, M. (2010) Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medika.
Irawati, A. dkk (2019) ‘Mengurangi Nyeri Persalinan dengan Teknik Birthing Ball’,
Jurnal Bidan Cerdas, Vol 2, No.
Kurniarum, A dan Nurul, H. (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Marsilia, ID & Nina, T. (2021) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Intensitas Nyeri pada Persalinan Kala I Fase Aktif di PMB Y Karawang’, Akademi
Baiturahim Jambi, Vol 10 No.
Oktarina, mika (2016) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Cetakan
I. Yogyakarta: Deepublish.
Prodi kebidanan program sarjana terapan (2018) Modul Praktikum Asuhan
Kebidanan Persalinan dan BBL. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Qonitun, U. & I. (2020) ‘Gambaran IMD Terhadap Lama Kala III Pada Ibu Bersalin
di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban’, Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan
Keperawatan, Vol 11 No.
Rani, R. (2018) Hubungan Pengetahuan Tentang Teknik Mengejan dengan Ruptur
71

Perineum Pada Persalinan Normal di RB Ranta Rani Perbaung 2018. Institut


Kesehatan Helvetia.
Rosyati, H. (2017) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Cetakan I. Jakarta:
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sari, Y. & Y. (2021) ‘Perbedaan Efektifas Posisi Miring dan Posisi Litotomi Pada
Pada Lama Persalinan Kala II Multigravida’, Jurnal Ilmiah Permas, Vol. 11 No.
Suprapti (2018) Praktik klinik Kebidanan II. Jakarta: Kemenkes RI.
Utami,I & Enny, F. (2020) Buku Ajar Asuhan Persalinan dan managemen nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Unisa.
Wardanis, M. dkk (2018) ‘Perbedaan Posisi Persalinan Mc. Robert dan Posisi
Lithotomi Modifikasi Lateral Terhadap Lama Persalinan Kala II Pada Ibu
Primigravida di Klinik Swasta Kota Pekanbaru Tahun 2018’, Proteksi Kesehatan,
Vol 7 No 2.

Anda mungkin juga menyukai