Anda di halaman 1dari 11

PESERTA DIDIK DALAM PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


“Filsafat Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:
Dr. H. Syamsul Huda, M. Ag.

Disusun Oleh:
Khoirotun Khisan Al-Mubarokah
NIM. 20201085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
A. Pendahuluan
Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Pendidikan Islam pada dasarnya adalah sebuah
proses bertambahnya pengetahuan menuju ke arah perbaikan, dan penguatan
potensi manusia demi terciptanya makhluk yang memiliki kecerdasan
intelectual, moral, serta spiritual.
Sebagai makhluk Allah yang bertugas melestarikan bumi, Allah
memberikan kelebihan dan juga keistimewaan yang tidak diberikan kepada
makhluk hidup lainnya, yaitu kecerdasan akal dan kepekaan hati yang mampu
merasakan sesuatu dan berfikir rasional. Setiap manusia pada dasarnya terlahir
baik dengan memiliki fitrah dan jiwa yang suci.1 Fitrah yang dibawa anak sejak
lahir bersifat potensional, sehingga memerlukan upaya-upaya tersendiri untuk
mengembangkannya.
Pendidikan merupakan proses pengembangan fitrah peserta didik agar
mampu membentuk kepribadian muslim yang bermoral dan berakhlakul
karimah. Semua manusia mampu menjadi pendidik sekaligus peserta didik.
Peserta didik bukan hanya sekedar objek pendidikan, namun saat-saat tertentu
ia menjadi subjek pendidikan. Posisi peserta didik tidak hanya sekedar pasif,
namun peserta didik juga harus aktif, kreatif, dinamis dalam berinteraksi
sekaligus dalam pengembangan keilmuannya.

B. Pembahasan
1. Definisi Peserta Didik
Secara etimologi, peserta dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz
jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, yang berarti
“orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal
juga dengan istilah Thalib jamaknya Thullab, artinya adalah “mencari”,
maksudny adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. 2

1
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2009), hal. 59-60
2
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, “Jurnal
Pendidikan Islam”, vol. 6, (November, 2015), hal. 92

1
Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk
menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan. Menurut
pengertian dari beberapa ahli, peserta didik adalah orang/individu yang
mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan agar tumbuh dan berkembanhg dengan baik serta mempunyai
kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.3
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang
tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Dengan
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah individu
yang belum dewasa, oleh karena itu memerlukan orang lain untuk
menjadikan dewasa. Dan karena secara kodrati peserta didik itu berbeda,
maka pendidikan yang dilakukan harus sesuai dengan perkembangan tiap-
tiap peserta didik pada tiap tingkat pengembangannya sehingga pendidikan
yang diberikan tepat dan berdaya guna.4

Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat


peserta didik, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan
tentang hakikat manusia. Namun, dalam arti khusus peserta didik adalah
seluruh al-insan, al-basyar,atau bani Adam yang sedang berada dalam
proses perkembangan menuju kepada kesempurnaan atau suatu kondisi
yang dipandang sempurna.

Dalam memahami hakikat peserta didik, para pendidik perlu


mengetahui dan memahami ciri-ciri peserta didik, yaitu:
a. Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam
keadaan berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan, dan
sebagainya
b. Mempunyai keinginan untuk berkembang kearah dewasa
c. Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda

3
Askhabul Kirom, Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Berbasis
Multikultural, “Jurnal Pendidikan Agama Islam”, vol. 3 no. 1, (Desember,2017), hal. 74-75
4
Jalaluddin, Abdulla Idi, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 148

2
d. Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan
potensi-potensi dasar yang dimiliki secara individu

Dalam buku Filsafat pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik terdiri dari
beberapa macam:5

a. Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik
bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di
dalam keluarga.
b. Peserta didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan
pendidik di lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti
disekolah, pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan,
tempat pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis,
bahwa peserta pengajian di masyarakat yang dilaksanakan seminggu
sekali atau sebulan sekali, semuanya orang-orang yang menimba ilmu
yang dapat dipandang sebagai anak didik.
c. Peserta didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga
pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat,
pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
kependidikan.

Beberapa hal yang terkait dengan hakekat peserta didik yaitu:6

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.


b. Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus
disesuiakan dalam proses pendidikan.
c. Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa
aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
d. Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang
lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah)

5
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, “Jurnal
Pendidikan Islam”, vol. 6, (November, 2015), hal. 95
6
Ibid, hal. 95-96

3
maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi,
sosial, bakat, minat dan lingkungan yang mempengaruhinya.
e. Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun
terdiri dari banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta,
rasa dan karsa).
f. Peserta didik merupakan obyek pendidikan yang aktif dan kreatif serta
produktif. Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang biasanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
2. Peran dan Posisi Peserta Didik Menurut Pandangan Filsuf Muslim
Peserta didik sangat penting dalam pendidikan, karena pendidikan
merupakan bekal untuk masa depan. Dan yang memiliki masa depan adalah
peserta didik. Sehingga peserta didik merupakan aliran progresivisme. Ilmu
tidak akan berarti jika tidak disalurkan kepada para generasi. Karena
peserta didik pembawa estafet nilai pembelajaran.
Dalam pendidikan tidak lepas dari pengertian hakekat manusia,
hakekat manusia yaitu:
a. Manusia adalah makhluk individu dan sosial
Seorang pendidik harus memahami bahwa peserta didik memiliki sifat
individu namun peserta didik juga tidak dapat mengurung diri karena
merupakan makhluk sosial.
b. Manusia adalah makhluk bebas dan terikat
Peserta didik bebas mengeluarkan pendapat dan menjadi terikat ketika
ada hak atau norma orang lain yang terinjak atau terlewati
c. Manusia adalah makhluk mensejarah
Peserta didik memiliki memori untuk mengenang masa lalu. Jangan
sampai pendidik memberi kesan negatif sehingga peserta didik
mengenang dengan kurang baik. Sebagai pendidik harus memberi kesan
positif sehingga dapat dikenang dengan baik.
Peserta didik dalam prespektif pendidikan Islam sebagai objek
sekaligus subjek dalam proses pembelajaran. Sedangkan dalam prespektif
filsafat pendidikan Islam, semua makhluk pada dasarnya adalah peserta
didik. Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, mu’allim, atau mu’addib,

4
Allah pada hakikatnya adalah pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Dialah yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk. Pemeliharaan
Allah mencakup sekaligus kependidikan-nya. Karena dalam perspektif
filsafat pendidikan Islam, peserta didik itu mencakup seluruh makhluk
Allah, seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.7
Hal diatas tergambar dalam al-Qur'an surat al-Baqorah ayat 30-31:
ٰۤ
‫ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْْٓوا‬ ِ ‫َواِ ْذ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِ ْي َجا ِع ٌل فِى ْاْلَ ْر‬
‫ِك‬
َ ‫سبِ ُح بِ َح ْمد‬ َ ُ‫الد َم ٰۤا َۚ َء َون َْح ُن ن‬
ِ ُ‫اَت َ ْجعَ ُل فِ ْي َها َم ْن يُّ ْف ِسد ُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفك‬
‫>و َعلَّ َم ادَ َم ْاْلَ ْس َم ٰۤا َء‬ َ 03< َ‫ِس لَ َك ۗ قَا َل ا ِِن ْْٓي ا َ ْعلَ ُم َما َْل ت َ ْعلَ ُم ْون‬ ُ ‫َونُقَد‬
ٰۤ َ ‫ض ُه ْم َعلَى ْال َم ٰۤل ِٕى َك ِة فَقَا َل ا َ ْۢ ْن ِبـ ْونِ ْي ِبا َ ْس َم ٰۤا ِء ْٓهؤ‬
‫ُْل ِء ا ِْن ُك ْنت ُ ْم‬ َ ‫ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر‬
ُٔ
>03< َ‫ص ِدقِيْن‬
Artinya Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

(30)"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka


bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(31) Dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!"

Ada dua peserta didik yang diperbincangkan dalam ayat ini, yaitu
malaikat dan Nabi Adam. Pendidiknya adalah Allah, Dia mengajarkan
malaikat dan juga Nabi Adam. Malaikat diberikan hak berbicara mengenai
apa yang akan Allah Lakukan yaitu penciptaan manusia sebagai kholifah di
muka bumi. Dan Nabi adam sebagai peserta didik tidak hanya menerima

7
Musaddad Harahap, Esensi Peserta Didik dalam Prespektif Pendidikan Islam, “Jurnal Al-
Thariqah”, vol. 1 no. 2, (Desember, 2016), hal. 149

5
transfer ilmu, tanpa usaha dari Allah. Tetapi Allah memberikan daya
kepadnya, berupa indra, akal dan atau qolbu, sehingga membuat Nabi Adam
aktif dan memperoleh ilmu.

Tujuan dari setiap proses pembelajaran adalah menta’lim,


mentarbiyah, atau menta’dibkan ilmu ke dalam diri setiap peserta didik.
Karenanya dalam konteks ini peran utama setiap peserta didik adalah
mempelajari ilmu dan mempraktikkan atau mengamalkan sepanjang
kehidupan.8 Berkenaan dengan tanggung jawab, dalam perspektif falsafah
pendidikan Islami, tanggung jawab utama peserta didik adalah memelihara
agar semua potensi yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya dapat
diberdayakan sebagaimana mestinya. Dimensi jismiyah wajib dipelihara,
agar secara fisikal peserta didik mampu melakukan aktivitas belajar,
meskipun harus melakukan rihlah ke berbagai tempat. Demikian pula,
dimensi ruhiyah juga wajib dipelihara, agar bisa difungsikan sebagai energi
atau kekuatan untuk melakukan aktivitas belajar.

Menurut Ibn Khaldun, dalam proses belajar atau menuntut ilmu


pengetahuan, manusia disamping harus bersungguh-sungguh juga harus
memiliki bakat. Dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam
seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan melinkan juga harus
memiliki bakat. Karena berhasilnya suatu keahlian dalam satu bidang ilmu
atau disiplin memerlukan pengajaran.
Peserta didik harus berakhlak kepada guru sebagai orang yang
berilmu. Akhlak tersebut tentunya mengacu kepada nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits. Akhlak adalah hal-hal yang
berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditunjukkan oleh
peserta didik kepada siapapun. Akhlak peserta didik sangat memengaruhi
efektivitas dan keberhasilannya dalam mendapatkan ilmu pada proses

8
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, “Jurnal
Pendidikan Islam”, vol. 6, (November, 2015), hal. 96

6
belajar mengajar.9 Oleh karena itu peserta didik hendaknya mengetahui
tugas dan kewajibannya.
Athiyah al-Abrasyi mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban
yang harus senantiasa dilakukan peserta didik adalah : 10
a. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih
dahulu membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar
mengajar itu merupakan ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati
yang bersih.
b. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan
berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
c. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun,
meskipun harus meninggalkan keluarga dan tanah air.
d. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang
sebelum menukar guru.
e. Hendaklah menghormati guru, memuliakan dan mengangungkannya
karena Allah serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang
baik.
f. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan dihadapannya, jangan duduk
ditempat duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.
g. Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru
membukakan rahasia, dan jangan pula menipunya.
h. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
i. Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta didik.
j. Peserta didik harus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan
mengurangi percakapan dihadapan gurunya.
k. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik diwaktu
senja dan menjelang subuh atau diantara waktu isya’ dan makan sahur.
l. Bertekad untuk belajar seumur hidup.

9
Aisyah Sava Ramadila, Mustaufiyatul Khoiriyah, DKK. Kedudukan dan Peran Guru serta Peserta
Didik dalam Pendidikan Islam, "Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Manejemen Pendidikan
Islam". Vol. 1, No. 1, (Februari, 2022), hal. 22
10
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, “Jurnal
Pendidikan Islam”, vol. 6, (November, 2015), hal. 99-100

7
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam peserta didik
hendaknya dituntut memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam
diri dan kepribadiannya. Imam al-Gazali merumuskan sebelas kode etik
yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu:

a. Belajar dengan nilai ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk
menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercelah
dan mengisi dengan akhlak yang terpuji.
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah
ukhrawi. Artinya belajar tak semata-mata untuk mendapatkan
pekerjaan, tetapi belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi
tercapainya derajat kemanusiaan yang tinggi baik dihadapan manusia
dan Allah SWT.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan
pribadi untuk kepentingan pendidikannya sekalipun ia cerdas.
d. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,
sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh
dan mendalam dalam belajar.
e. Mempelajari ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun ilmu agama
f. Belajar dengan bertahap dan berjenjang.
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu
yang dapat membahagiakan serta memberi keselamatan dunia akhirat.
k. Harus tunduk dan patuh pada nasehat pendidik sebagaimana tunduknya
orang sakit terhadap dokternya, mengikuti segala prosedur dan metode
mazhab yang dianjurkan pendidik pada umumnya.
C. Kesimpulan
Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang
tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious

8
dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Peserta didik
dalam prespektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam
proses pembelajaran. Sedangkan dalam prespektif filsafat pendidikan Islam,
semua makhluk pada dasarnya adalah peserta didik. Pendidikan merupakan
proses pengembangan fitrah peserta didik agar mampu membentuk
kepribadian muslim yang bermoral dan berakhlakul karimah. Posisi peserta
didik tidak hanya sekedar pasif, namun peserta didik juga harus aktif,
kreatif, dinamis dalam berinteraksi sekaligus dalam pengembangan
keilmuannya. Serta peserta didik juga harus memeperhatikan beberapa
kewajiaban-kewajibannya sebagai peserta didik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, M. (2016). Esensi Peserta Didik dalam Prespektif Pendidikan Islam.


Jurnal Al-Thariqah, 149.

Jalaluddin, & Idi, A. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media.

Kirom, A. (2017). Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural. Jurnal Pendidikan Islam , 74-75.

Ramadila, A. S., Khoiriyah, M., & DKK. (2022). Kedudukan dan Peran Guru
serta Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. "Jurnal Pendidikan Agama
Islam dan Manejemen Pendidikan Islam", 22.

Raqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.

Saprutra, M. I. (2015). Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan


Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 92.

10

Anda mungkin juga menyukai