Anda di halaman 1dari 15

Pendampingan Rekomendasi Gubernur

Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perencanaan tata ruang merupakan suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Perencanaan tata ruang
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana
umum tata ruang secara hirarki terdiri atas Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional,
RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota. Rencana rinci tata ruang terdiri atas Rencana Tata
Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan, RTR Kawasan Strategis Nasional (KSN), Rencana Zonasi
Kawasan Strategis Nasional Zona Tertentu (KZ KSNT), Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah
(RZKAW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 5 Tahun 2021 tentang
RTRW Kabupaten Bojonegoro Tahun 2021-2041, telah ditetapkan Perkotaan Kalitidu yang
meliputi Perkotaan di Kecamatan Kalitidu, Kecamatan Ngasem, Kecamatan Malo, dan Kecamatan
Gayam ditetapkan dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Perkotaan
Kalitidu memiliki potensi perkembangan ekonomi dan sosial khususnya untuk kegiatan di sektor
perdagangan dan jasa, pertambangan minyak dan gas bumi, pendidikan, dan kesehatan. Sangat
strategis karena dilalui oleh jalan nasional serta rencana jalan lintas selatan sehingga dapat memacu
perkembangan investasi di daerah tersebut. Di samping itu, mengacu pada RTRW Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2021-2041 Kecamatan Kalitidu dan Kecamatan Gayam ditetapkan menjadi
salah satu lokasi Kawasan Peruntukan lndustri (KPI) serta Kecamatan Kalitidu, Kecamatan
Ngasem dan Kecamatan Gayam merupakan kawasan produksi pertambangan minyak dan gas
bumi.
Efektivitas penerapan rencana tata ruang sangat dipengaruhi oleh tingkat ketelitian atau
kedalaman pengaturan dan skala peta dalam rencana tata ruang. Perencanaan tata ruang yang
mencakup wilayah yang luas pada umumnya memiliki tingkat ketelitian atau kedalaman
pengaturan dan skala peta yang tidak rinci.
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah diubah
melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengamanahkan bahwa
rencana rinci tata ruang disusun apabila rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar
dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dan rencana umum
tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam rencana umum tata
ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan. Oleh karena itu, dalam penerapan

Proposal Bab I - 1
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

dan operasionalisasi RTRW Kabupaten Bojonegoro serta sebagai dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang diperlukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Perkotaan
Kalitidu. Pekerjaan ini juga sekaligus menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Rencana Detail Tata Ruang. lntegrasi antara KLHS dengan RDTR ini penting dilakukan agar
dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan, rencana, dan program
dapat diminimalisir dengan baik.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1 Maksud
Maksud dilaksanakannya kegiatan ini adalah mewujudkan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Kalitidu yang mendukung terciptanya kawasan perkotaan
yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan ini adalah membuat dokumen materi teknis dan menyusun
Raperkada tentang RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Kawasan Perkotaan Kalitidu dan menyusun
dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR Perkotaan Kalitidu.

1.3 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dalam pekerjaan Pendampingan Rekomendasi Gubernur Materi Teknis
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu meliputi:

1.3.1 Ruang Lingkup Materi


Lingkup materi dalam kegiatan Pendampingan Rekomendasi Gubernur Materi Teknis
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu dibagi menjadi dua, yaitu Penyusunan RDTR dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Kalitidu serta Penyusunan KLHS RDTR Perkotaan Kalitidu
yang meliputi beberapa tahap pekerjaan sebagai berikut:
1. Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Perkotaan Kalitidu
Tahapan pekerjaan dalam penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Perkotaan Kalitidu
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penyusunan RDTR Perkotaan Kalitidu meliputi kegiatan:
1) Pembentukan Tim Penyusun RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Pembentukan tim
ahli dari pihak pelaksana diketuai oleh profesional perencana wilayah dan kota
yang bersertifikat dan pernah menyusun RDTR, dengan anggota profesional pada
bidang keahlian sebagaimana kualifikasi tenaga ahli.
2) Kajian awal data sekunder, mencakup peninjauan terhadap:

Proposal Bab I - 2
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

a) RTRW Kabupaten Bojonegoro;


b) RPJPD dan RPJMD; dan
c) Ketentuan sektoral terkait pemanfaatan ruang.
3) Penetapan delineasi awal Wilayah Perencanaan (WP) Perkotaan Kalitidu.
4) Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a) Penyimpulan data awal;
b) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
c) Penyiapan rencana kerja rinci; dan
d) Penyiapan perangkat survey (checklist data yang dibutuhkan: panduan
wawancara, kuesioner, panduan observasi, dokumentasi, dan lain-lain) serta
mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan.
5) Pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RDTR, tim
ahli yang terlibat, tahapan penyusunan, dan penjelasan lain yang diperlukan
melalui media massa, brosur leaflet, surat edaran, kegiatan pameran, pemasangan
poster, pamphlet, papan pengumuman, media digital, pusat informasi dan atau
pertemuan terbuka dengan masyarakat.
Hasil dari kegiatan persiapan meliputi:
1) Gambaran umum wilayah perencanaan (WP);
2) Kesesuaian dengan RTRW yang sudah disusun;
3) Metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
4) Rencana kerja pelaksanaan penyusunan peraturan zonasi; dan
5) Perangkat survei data primer dan data sekunder yang akan digunakan pada saat
proses pengumpulan data dan informasi (survei).

b. Tahap Pengumpulan Data dan lnformasi


1) Data dan lnformasi untuk RDTR
Untuk keperluan pengenalan karakteristik WP dan penyusunan rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang WP, dilakukan pengumpulan data primer dan data
sekunder, meliputi:
a) Data primer, terdiri atas:
(1) Aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha dan komunitas adat serta
informasi terkait potensi dan masalah penataan ruang yang didapat
melalui metode penyebaran angket, forum diskusi publik, wawancara,
kotak aduan, dan lainnya;
(2) Kondisi dan jenis guna lahan/bangunan, intensitas ruang, serta
konflik-konflik pemanfaatan ruang, maupun infrastruktur perkotaan
yang didapat melalui metode observasi lapangan; dan

Proposal Bab I - 3
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

(3) Kondisi fisik dan sosial ekonomi WP secara langsung melalui


kunjungan ke semua bagian dari wilayah perencanaan.
b) Data sekunder, terdiri atas:
(1) Data wilayah administrasi;
(2) Data dan informasi kependudukan;
(3) Data dan informasi bidang pertanahan;
(4) Data dan informasi kebencanaan;
(5) Peta dasar dan peta tematik yang dibutuhkan, antara lain:
(a) Peta dasar rupa bumi Indonesia atau peta dasar lainnya dengan
skala minimal 1:5.000;
(b) Peta geomorfologi, peta geologi, peta topografi, serta peta
kemampuan tanah dengan skala minimal 1:5.000;
(c) Peta penatagunaan tanah dengan skala minimal 1 :5.000,
meliputi:
● Peta penguasaan tanah I pemilikan tanah I gambaran umum
penguasaan tanah
● Peta penggunaan dan/atau pemanfaatan tanah
(6) Peta satuan wilayah sungai (SWS) dan daerah aliran sungai (DAS);
(7) Peta klimatologis (curah hujan, hidro-geologi, angin, dan temperatur);
(8) Peta kawasan rawan bencana dan/atau resiko bencana di level
kabupaten/kota; dan
(9) Apabila masih terdapat pada wilayah tersebut, peta tematik sektoral
tertentu seperti:
(a) Peta kawasan obyek vital nasional dan kepentingan pertahanan
dan keamanan dari instansi terkait;
(b) Peta lokasi kawasan industri maupun kluster industri kecil dari
kementerian perindustrian;
(c) Peta sebaran lahan gambut (peat/and) dari instansi terkait;
(d) Peta kawasan hutan dari instansi terkait baik di pusat maupun
daerah;
(e) Peta kawasan pertanian dari instansi terkait baik di pusat
maupun daerah;
(f) Peta destinasi pariwisata dari instansi terkait baik di pusat
maupun daerah;
(g) Peta lokasi bangunan bersejarah dan bernilai pusaka, dari
instansi terkait; dan/atau

Proposal Bab I - 4
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

(h) Peta kawasan terpapar dampak perubahan iklim dari BMKG


atau instansi terkait.
Ketentuan mengenai peta dasar dan tematik adalah sebagai berikut:
1) Peta yang digunakan dalam penyusunan RDTR bersumber dari instansi yang
berwenang. Jika peta yang dibutuhkan tidak tersedia, maka peta dapat
diperoleh dari pihak terkait lainnya yang berkompeten;
2) Dalam hal peta dasar dan peta tematik tidak tersedia pada instansi
berwenang, maka perlu dilakukan penyiapan peta dasar secara mandiri
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; dan
3) Apabila tingkat ketelitian peta tematik tidak mencapai skala minimal yang
dimaksudkan, maka dapat digunakan peta tematik dengan tingkat ketelitian
yang lebih kecil (kurang dari 1:5.000) dengan ditambahkan catatan kaki
mengenai keterbatasan data tersebut.
Selain data dan informasi di atas, dapat ditambahkan data dan informasi sebagai
berikut:
1) Data dan informasi tentang kebijakan antara lain RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJP Kabupaten, dan RPJM Kabupaten;
2) Data fisiografis;
3) Data kondisi fisik tanah;
4) Data sosial budaya;
5) Data dan informasi penggunaan lahan eksisting dan intensitas pemanfaatan
bangunan eksisting berdasarkan klasifikasi umum;
6) Data penatagunaan tanah, meliputi:
a) Data penguasaan tanah/pemilikan tanah/gambaran umum penguasaan
tanah
b) Data penggunaan dan/atau pamanfaatan tanah
7) Data peruntukan ruang (yang dapat diperoleh dari RTRW, RDTR kawasan
yang bersebelahan, dan lain-lain);
8) Data dan informasi rekomendasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
(KKPR) eksisting, baik dari sektor kehutanan, kelautan, pertanahan,
pertambangan, dll, terutama yang berskala besar;
9) Data dan informasi persetujuan dan rekomendasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang (KKPR);
10) Data ketersediaan prasarana dan sarana;
11) Data dan informasi tentang peluang ekonomi;
12) Data kemampuan keuangan pembangunan daerah;

Proposal Bab I - 5
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

13) Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah;


14) Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas blok eksisting, tata
bangunan);
15) RDTR kawasan yang bersebelahan dengan kawasan perencanaan (jika
ada);
16) Data dan informasi terkait kondisi geologi kawasan termasuk pemanfaatan
ruang di dalam bumi (jika ada); dan
17) Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan.

2) Data dan lnformasi untuk Peraturan Zonasi (PZ)


Data dan informasi untuk penyusunan Peraturan Zonasi (PZ) terdiri dari data dan
informasi yang digunakan untuk menyusun RDTR dan ditambahkan dengan data
dan informasi sebagai berikut:
a) Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
b) Jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c) Jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
d) Identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi
bangunan dan lingkungannya);
e) Kajian dampak kegiatan terhadap zona yang bersangkutan;
f) Standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari peraturan
perundang-undangan nasional maupun daerah; dan
g) Peraturan perundang-undangan pemanfaatan lahan dan bangunan, serta
prasarana di daerah terkait.
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi
penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data
dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan kedalaman
data setingkat kelurahan/desa. Data berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan
dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada bagian dari
wilayah kabupaten/kota. Penjaringan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan
melalui konsultasi publik. Hasil kegiatan pengumpulan data akan menjadi bagian
dari dokumentasi Buku Fakta dan Analisis.

c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi:

Proposal Bab I - 6
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

1) Analisis struktur internal WP;


2) Analisis sistem penggunaan lahan (land use);
3) Analisis kedudukan dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas;
4) Analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan WP;
5) Analisis sosial budaya;
6) Analisis kependudukan;
7) Analisis ekonomi dan sektor unggulan;
8) Analisis transportasi (pergerakan);
9) Analisis sumber daya buatan;
10) Analisis kondisi lingkungan binaan;
11) Analisis kelembagaan;
12) Analisis karakteristik peruntukan zona;
13) Analisis jenis dan karakteristik kegitan yang saat ini berkembang dan mungkin
akan berkembang di masa mendatang;
14) Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona;
15) Analisis dampak kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona;
16) Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
17) Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan;
18) Analisis karakteristik spesifik lokasi;
19) Analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait; dan
20) Analisis kewenangan lama perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Keluaran dari pengolahan data meliputi:
1) Potensi dan masalah pengembangan di WP;
2) Peluang dan tantangan pengembangan;
3) Tema pengembangan WP;
4) Kecenderungan perkembangan;
5) Perkiraan kebutuhan pengembangan di WP;
6) Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
(termasuk prasaranaflnfrastruktur dan utilitas);
7) Indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan; dan
8) Kriteria performa zona/subzona yang termuat pada label kriteria
pengklasifikasian zona/subzona dalam RDTR;
9) Definisi zona dan kualitas lokal minimum yang diharapkan;
10) Kesesuaian/kompatibilrtas kegiatan dengan peruntukan/zona/sub zona;

Proposal Bab I - 7
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

11) Kesesuaian/kompatibilitas kegiatan dengan kualitas lokal peruntukan/


zona/subzona sebagai dasar perumusan ketentuan ITBX;
12) Dampak kegiatan terhadap peruntukan/zona/subzona, sebagai dasar perumusan
ketentuan ITBX;
13) Lokasi-lokasi dengan karakterislik spesifik yang membutuhkan pengaturan
yang berbeda (khusus atau perlu penerapan teknik pengaturan zonasi);
14) Rumusan tabel atribut kegiatan untuk peta zonasi;
15) Kebutuhan prasarana minimum/maksimum dan standar-standar pemanfaatan
ruang;
16) Kebutuhan teknik pengaturan zonasi; dan
17) Konsep awal peraturan zonasi termasuk untuk mitigasi bencana, pemanfaatan
ruang dalam bumi, dan lain-lain.
Hasil dari tahap pengolahan dan analisis data didokumentasikan di dalam Buku
Fakta dan Analisis.

d. Tahap Perumusan RDTR dan Muatan Peraturan Zonasi (PZ)


1) Perumusan Konsep RDTR dilakukan dengan:
a) Mengacu pada RTRW;
b) Mengacu pada pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
dan
c) Memperhatikan RPJP dan RPJM Kabupaten Bojonegoro.
Konsep RDTR dirumuskan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep RDTR, yang berisi:
a) Rumusan tentang tujuan penataan WP; dan
b) Konsep struktur internal WP.
Penyusunan alternatif konsep RDTR ini berdasarkan prinsip optimasi
pemanfaatan ruang kawasan perkotaan (ruang darat, ruang laut, ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi) dan mempertimbangkan rekomendasi perbaikan
hasil pelaksanaan KLHS. Kegiatan penyusunan konsep RDTR melibatkan
masyarakat secara aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog
dilakukan antara lain melalui konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, dan
bentuk komunikasi dua arah lainnya. Konsultasi publik pada tahap penyusunan
konsepsi minimal dilakukan 1 (satu) kali yang melibatkan DPRD, perguruan
tinggi, pemerintah Provinsi, swasta, dan masyarakat dituangkan dalam berita
acara.
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar
perumusan RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR terdiri atas:

Proposal Bab I - 8
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

a) Tujuan Penataan WP;


b) Rencana Struktur Ruang;
c) Rencana Pola Ruang;
d) Ketentuan Pemanfaatan Ruang; dan
e) Peraturan Zonasi
Perumusan muatan peraturan zonasi meliputi:
(1) Penentuan deliniasi blok peruntukan
(2) Perumusan aturan dasar, yang memuat:
(a) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan Daftar kegaiatan pada
label ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan mengacu pada
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) digit 3 dan
dapat ditambahkan sesuai kebutuhan;
(b) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
(c) Ketentuan tata bangunan;
(d) Ketentuan prasarana minimal;
(e) Ketentuan khusus;
(f) Ketentuan pelaksanaan meliputi:
i. Ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
ii. Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
iii. Ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai (non
confonning situation) dengan peraturan zonasi.
(3) Perumusan teknik pengaturan zonasi yang dibutuhkan.
Dalam rangka kemudahan pelayanan perizinan dan keterbukaan informasi,
maka diperlukan RDTR dalam bentuk digital yang terintegrasi dengan
sistem palayanan perizinan berusaha secara elektronik.

e. Tahap Penyusunan Raperkada tentang RDTR dan PZ


Penyusunan aperkada tentang RDTR dan PZ, terdiri atas:
1) Penyusunan kajian raperkada tentang RDTR dan PZ;
2) Penyusunan raperkada tentang RDTR dan PZ yang merupakan proses penuangan
materi teknis RDTR dan PZ ke dalam pasal-pasal dengan mengikuti kaidah
penyusunan peraturan perundang-undangan; dan
3) Pembahasan raperkada tentang RDTR dan PZ yang melibatkan Pemerintah
Kabupaten yang berbatasan dan masyarakat.
Rekomendasi perbaikan hasil pelaksanaan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup
Strategis) harus tetap dipertimbangkan dalam muatan raperkada tentang RDTR dan
PZ.

Proposal Bab I - 9
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

Kegiatan penyusunan raperkada tentang RDTR dan PZ melibatkan masyarakat dalam


bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap naskah raperkada RDTR
dan PZ, melalui media massa, website resmi pemerintah, surat terbuka di media
massa, kelompok kerja, diskusi/temu warga, konsultasi publik minimal 1 (satu) kali,
workshop, FGD, seminar, konferensi, dan panel. Konsultasi publik dalam penyusunan
raperkada RDTR dan PZ ini dilakukan minimal 1 (satu) kali dituangkan dalam berita
acara dengan melibatkan DPRD, perguruan tinggi, pemerintah Provinsi, swasta, dan
masyarakat.
Hasil pelaksanaan penyusunan raperkada tentang RDTR dan PZ ini terdiri atas:
1) Kajian kebijakan raperkada tentang RDTR dan PZ;
2) Naskah raperkada tentang RDTR dan PZ beserta seluruh lampirannya; dan
3) Berita acara pembahasan RDTR dengan para pemangku kepentingan, antara lain:
a) Berita acara konsultasi publik; dan
b) Berita acara pembahasan dengan kabupaten/kota yang berbatasan.

2. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR


Lingkup pekerjaan yang harus dilakukan dalam kegiatan penyusunan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang Kalitidu meliputi beberapa kegiatan sebagai
berikut:
a. Telaah rencana pengembangan wilayah berdasarkan RTRW Kabupaten Bojonegoro;
b. ldentifikasi permasalahan lingkungan prioritas di wilayah studi sehingga dapat
dilakukan perlingkupan isu pembangunan berkelanjutan;
c. Penggalian data sekunder yang terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan yang
telah ditetapkan;
d. Penggalian aspirasi, pendapat dan masukan dari masyarakat dan stakeholder yang
berhubungan dan berinteraksi langsung dengan isu pembangunan berkelanjutan yang
telah ditetapkan sebagai upaya mengakomodasi segala permasalahan yang ada;
e. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang meliputi karakteristik
umum fisik wilayah (letak geografis, morfologis, dsb.), potensi rawan bencana,
potensi sumber daya alam, kesesuaian penggunaan lahan dan kesesuaian intensitas
pemanfaatan ruang dengan daya dukung fisik dan daya dukung prasarana/infrastruktur
dan utilitas pada kawasan perencanaan;
f. Mengidentifikasi pengaruh/dampak KRP RDTR terhadap isu yang disepakati;
g. Menyiapkan alternatif dan mitigasi dampak KRP RDTR dan mengintegrasikan
kedalam instrument lain yang relevan;

Proposal Bab I - 10
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

h. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) dan pembahasan baik yang dilakukan
dengan tim teknis maupun dengan pihak pemberi tugas pekerjaan dan instansi terkait;
i. Pembuatan Laporan agar dokumen KLHS yang dihasilkan bermutu, maka dalam
proses penyusunannya harus memperhatikan prinsip-prinsip keberlanjutan;
j. Konsultasi, kegiatan ini meliputi segala aktivitas konsultasi ke instansi terkait baik di
lingkup Kabupaten Bojonegoro maupun di luar Kabupaten Bojonegoro yang
diperlukan dalam pekerjaan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana
Detail Tata Ruang Kalitidu.
Metodologi dan tata cara penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR
Kalitidu mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata
Cara Penyelenggaraan Kajian lingkungan Hidup Strategis atau peraturan terbaru jika ada
perubahan).

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah pelaksanaan kegiatan Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu mencakup seluruh Kawasan Perkotaan
Kecamatan Kalitidu, Perkotaan Kecamatan Ngasem, Perkotaan Kecamatan Malo, dan Perkotaan
Kecamatan Gayam.

1.4 DASAR HUKUM


Dasar hukum yang digunakan dalam pekerjaan Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

Proposal Bab I - 11
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
10. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
12. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
14. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
15. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindunqan dan Penge/olaan
Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja;
17. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
19. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang lnforrnasi Geospasial sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
20. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
21. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja;

Proposal Bab I - 12
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

23. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sebagaimana


telah cuman dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
24. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
25. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Pangan
Berkelanjutan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja;
27. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
di Daerah;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Alas Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan
Sumber Daya Mineral;
39. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pertanian;
40. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Perindustrian;
41. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Untas
dan Angkutan Jalan;
42. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan lnformasi
Geospasial;

Proposal Bab I - 13
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

43. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran;
44. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Nasional;
45. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor BO Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;
46. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian lingkungan Hidup Strategis;
47. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kata, dan Rencana Detail Tata Ruang;
48. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyusunan Basis Data dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten, dan Kata, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
49. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 15 Tahun 2021 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
50. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2021-2041.

1.5 SISTEMATIKA PENYAJIAN


Sistematika penyajian merupakan penjelasan umum mengenai struktur dan tahapan
pembahasan dalam penyusunan laporan RDTR Kalitidu. Adapun sistematika dalam penyusunan
laporan terdiri dari 3 (tiga) pembahasan utama, yakni sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, dasar hukum, serta sistematika penyajian.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab II memuat mengenai kebijakan-kebijakan yang ada dalam ruang lingkup wilayah
perencanaan sebagai acuan dalam penyusunan RDTR. Kebijakan tersebut diantaranya
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2021-2041,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bojonegoro Tahun
2005-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2018-2023.
BAB III RENCANA KERJA

Proposal Bab I - 14
Pendampingan Rekomendasi Gubernur
Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kalitidu

Bab III memuat mengenai rencana kerja dalam penyusunan dokumen RDTR Kalitidu.
Adapun isi dari bab ini yaitu komposisi tenaga ahli, lingkup pekerjaan, sumber pendanaan,
dan jadwal tahapan pelaksanaan dan kebutuhan data.

Proposal Bab I - 15

Anda mungkin juga menyukai