Anda di halaman 1dari 2

KESIALAN DALAM KEBAIKAN

Pada siang hari menjelang sore, ada seorang anak bernama Ade yang bersama 2 orang temannya
yang bernama Raden dan Riski. Mereka bertiga seperti biasa selalu bermain pada sore hari, mereka
bertiga memiliki sifat yang berbeda yang mana si Ade memiliki sifat yang baik, Riski memiliki sifat
yang penurut dan Raden memiliki sifat yang nakal. Pada sore itu Raden memiliki ide yang buruk yaitu
mencuri bola agar kami bisa bermain bola tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.

Kata Raden,”Oi bagaimana sore ini kita mencuri bola yang ada di lapangan?”(Kata dia yang
mengatakannya dalam keadaan merasa tidak bersalah).

Lalu aku pun menentangnya dengan berkata,”Apa kau sudah gila? kau mengatakan hal itu dalam
keadaan tidak bersalah sama sekali, apa kau telah memikirkan akibatnya nanti jika kita ketahuan?”
(Ujar kata ku dalam keadaan marah)

Dan Raden pun meminta pendapat kepada Riski tentang usulannya, lalu Riski pun berkata,”Aku
sih terserah kalian, selama kita bisa bermain sore ini aku akan ikut kalian”. Aku pun sedikit geram
kepada Riski yang hanya menerima pendapat orang lain. Lalu aku mengusulkan kepada mereka
untuk kita pergi mengambil buah ceris.

Kataku,”Bagaimana kalau kita pergi meminta buah ceris ibu Dara?”(ujarku untuk mengalihkan
pendapat Raden). Lalu Riski pun setuju atas pendapatku, tapi berbeda dengan Raden yang masih
saja memikirkan bola yang ada dilapangan tersebut. Walaupun ada perdebatan diantara aku dan
Raden, tapi pendapat akulah yang menang dan Raden pun mengikuti usulanku. Lalu kami pun pergi
ke rumah ibu Dara untuk meminta buah ceris. Sesampainya disana ibu dara sudah ada di depan
rumahnya sambil duduk meminum teh.

Kata Riski,”Bu Dara, kami boleh minta buah ceris itu.”

Kata ibu Dara,”Nanti kalian jatuh!”(ujarnya untuk kami tidak naik batang pohon ceris tersebut).

Kata Riski,”kami akan berhati-hati bu!”

Kata ibu Dara,”Baiklah ambil saja buahnya, tapi kalian harus berhati-hati saat naik pohon.”

Kata kami,”Baiklah”.

Dan kami pun naik pohon ceris tersebut, Raden yang dari awal menolak untuk mengambil buah
ceris tersebut malah dia yang paling dahulu naik pohon. Disusul Riski dan lalu aku yang terakhir naik.
Kami pun mengambil buah ceris tersebut dengan banyak, aku tidak sengaja melihat burung yang
sangat indah hinggap di dahan pohon. Namun tidak berselang lama aku terjatuh dari pohon,
terpelesat gara-gara ingin melihat burung itu lebih dekat. Aku terjatuh di antara selokan bersemen
yang membuat tangan kananku patah dan mengeluarkan darah yang sangat banyak. Buah ceris yang
susah payah kami kumpulkan, malah terkena darah dari tanganku. Sontak teman-temanku langsung
panik dan turun untuk membantuku dan ibu Dara pun kaget melihat kondisiku tersebut, lalu ibu dara
memanggil suaminya untuk mengantar kerumahku. Kata ibu Dara,”sudahku bilang hati-hati kalau
naik pohonnya.”(ujarnya karena panik dan memanggil suaminya)

Lalu suami ibu Dara mengantarku kerumah, sontak ibuku langsung panik saat melihat kondisiku.

Kata ibuku,”bagaimana dia bisa jadi begini?”(panik)

Kata suami ibu dara,”Dia jatuh dari pohon ceris di depan rumahku.
Lalu ibuku menyuruh suami ibu Dara untuk membawaku ke Rumah sakit ditemani oleh kakakku yang
juga kaget saat melihat kondisiku. Aku dibawa ke Rumah sakit untuk mengobati tangan kananku
yang patah. Dan hasilnya tangan kananku benar-benar patah. Lalu aku berpikir, Bagaimana bisa aku
jadi begini padahal niatku sudah baik dengan menghindari usulan Raden untuk tidak mencuri bola,
apakah usulan Raden tadi aku turuti saja ya, kataku yang sudah pasrah dengan keadaan.

Amanat: Musibah selalu datang pada saat yang tidak terduga walaupun kita sudah berbuat baik
sekalipun, Untuk itu kita harus selalu sabar jika musibah tersebut menimpa kita.

Anda mungkin juga menyukai