Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering tidak terdeteksi meskipun sudah
bertahun-tahun. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002). Ketika
gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit yang harus diterapi sumur hidup, pengobatan yang
harus dikeluarkan cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Selain prevalensinya yang tinggi
dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang, tingkat keganasannya juga tinggi. Bila tidak
ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting
seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi juga dapat menyebabkan permanen dan kematian
mendadak. (Dewi, 2013). Hipertensi merupakanfaktor utama penyakit kardiovaskuler penyebab dari
kematian tertinggi di Indonesia. Sejauh ini banyak penderita penyakit hipertensi yang tidak patuh
melaksanakan yang di berikan dari pihak Rumah Sakit karena kurangnya pengetahuan serta dukungan
dari keluarga tentang proses penyembuhan hipertensi (Rosyid & Effendi, 2011).

Diseluruh dunia hampir satu milyar orang menderita hipertensi. Dua pertiga penyakit hipertensi ini
terjadi di Negara berkembang. Hipertensi mengakibatkan 8 juta orang meninggal setiap tahunnya. Kira-
kira sepertiga populasi penduduk di Asia Tenggara mempunyai penyakit hipertensi (WHO, 2011).
Indonesia sendiri prevalensi hipertensi sudah melebihi rata-rata Nasional. Menurut profil kesehatan
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas
kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita hipertensi. Dari hasil survey tentang
penyakit terbanyak di rumah sakit di Provinsi Jawa Timur, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89%
pada hipertensi essensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder. (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Madiun, hipertensi menjadi urutan ke 7 dari 10 besar
penyakit di Kota Madiun pada tahun 2016. Kasus hipertensi yang terjadi pada tahun 2016 di Kota
Madiun sebanyak 7.637 kasus. Berdasarkan tingkat usia, penderita hipertensi pada tahun 2016 di Kota
Madiun menurut Dinas Kesehatan Kota Madiun terdapat 1.281 kasus atau 16,77% di Puskesmas
Banjarejo. Sebanyak 672 penderita hipertensi pada lansia atau 4,66%. Dan sebanyak 609 penderita
hipertensi pada orang dewasa atau 4,25% (Dinkes Kota Madiun, 2016).Penatalaksanaan hipertensi
bertumpu pada pilar pengobatan standar dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan,
mengatur pola aktivitas, sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan
hipertensi ini diperlukan pengetahuan keluarga dalam proses penyembuhannya, serta dukungan
keluarga agar proses penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha, et al, 2008).

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Data yang dikeluarkan
oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.1 Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan,
hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi
menjadi penyebab kematian kedua setelah stroke.2 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg, dan peningkatan tekanan diastolik
lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.3 Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
dan gagal ginjal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, baik faktor yang dapat diubah
maupun tidak. Salah satu faktor yang dapat diubah yaitu gaya hidup, dimana gaya hidup seseorang
sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya akan suatu penyakit.4

1. WHO. Hypertension fact sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments.
2011. Diambil pada 12 Maret 2016 dari http://www.searo.
who.int/linkfiles/non_communicable_diseases_hypertension-fs. pdf

2. Arthur C. Guyton, John E. Hall. Hipertensi Kronik disebabkan Gangguan Eksresi Cairan oleh Ginjal
dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC; 2007

3. Kasper et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th ed. The McGraw-Hill Company: 2005

4. Ginting, M. Determinan tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi di Kecamatan


Belawan. 2011. Diambil pada 12 Maret 2016 dari http

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2009). Dan
dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang. (Agoes, dkk 2011).

Sedangkan menurut Slameto (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
maka semakin membutuhkan pusat-pusat pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya
dan keluarganya. Jadi menurut saya, pengetahuan itu sangat penting, karna kalau kita kurang
pengetahuan maka kita juga akan menjadi kurang tanggap dalam permasalahan kesehatan ataupun
permasalahan lainnya. Dan akan menjadi suatu perkara yang nantinya menjadi masalah besar.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2009) mempunyai 6
tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (receall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruhbahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan tanda-
tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa
harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang di berikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
2.1 Hipertensi

Tanda dan Gejala

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi
berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-
tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan
pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan
itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Sugiharto, 2007).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit
kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-
tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan
seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk
meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi
sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit
kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Slameto, 2012).

Gejala Klinis Hipertensi

Pada tahap awal terjadinya hipertensi, penderita tidak sadar bahwa ia terkena hipertensi dan tidak ada
manifestasi klinis yang jelas yang didapatkan. Jika keadaan ini dibiarkan tidak terdiagnosis, tekanan
darah akan terus meningkat begitupun dengan tanda dan gejala yang semakin jelas. Tanda dan gejala
tersebut meliputi sakit kepala terus menerus, keluhan pusing, kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak,
pandangan kabur atau penglihatan ganda, atau mimisan (Black & Hawks, 2014).

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan (8 ed., Vol. 2). Jakarta: Salemba Medika.

Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut (Sugiharto, 2007) faktor resiko hipertensi ada 6 yaitu:

1. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak menderita hipertensi, lebih
tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan
ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada
gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.

2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi mereka yang mengalami
hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara
benar.

3. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding pria, yang menunjukkan
adanya pengaruh hormone.

4. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah kurang makmur
dengan daerah maju, seperti bangsa Indian, Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak
banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding masyarakat barat.

5. Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya hipertensi. Mereka yang
kelebihan berat badan di atas 30%, mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan
mudah terkena hipertensi.

6. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok dengan hipertensi
adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu
darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi
terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin).
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluhdarah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih
berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan
oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa
untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.

Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi sendiri menurut (Junaidi, 2010) yaitu :

1. Olahraga atau aktivitas fisik

Olahraga atau aktivitas fisik yang cukup dan teratur merupakan salah satu cara yang efektif dan terbukti
dapat membantu menurunkan hipertensi. Olahraga dan aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
hipertensi adalah derajat sedang dan dilakukan sekitar 30 – 60 menit setiap hari.

2. Mengelola stres
Untuk mengatasi stres bisa dilakukan dengan teknik relaksasi seperti meditasi, latihan pernafasan
dalam, rileksasi otot progresif, dan sebagainya. Kegiatan tersebut sangat sederhana tetapi mampu
membarikan respon rileks yang dibutuhkan oleh tubuh yang mengalami stres seperti duduk dengan
santai, menonton televisi, membaca buku dan berbaring santai.

3. Tidak merokok

Merokok juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi. Dalam rokok terkandung berbagai
zat yang dapat merusak lapisan dinding arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di
arteri. Kerak dan plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau diameter arteri, sehingga diperlukan
tekanan yang lebih besar untuk memompa darah hingga organ-organ yang membutuhkan.

4. Membatasi konsumsi alkohol

Alkohol atau etanol jika diminum dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah. Hal itu dapat
terjadi karena alkohol merangsang dilepaskan epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri menciut
dan menyebabkan penimbunan air dan natrium. Selain itu orang yang mengonsumsi alkohol secara
berlebih beresiko terkena penyakit jantung dan stroke.

5. Membatasi konsumsi kafein

Kafein merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan tekanan darah yang terdapat dalam kopi, teh,
coklat, dan soft drink. Untuk mengurangi efeknya, batasilah konsumsi kafein dengan hanya meminum
tiga cangkir teh, dua cangkir kopi, atau dua kaleng soft drink sehari.

6. Mengatasi kegemukan

Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan sebagai akibat penimbunan lemak untuk
menyimpan energi, sebagian lagi untuk menyekat panas, menyerap guncangan, dan untuk fungsi lainya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode potong lintang tanpa melakukan
intervensi oleh peneliti. Data penelitian merupakan data pasien rawat jalan yang datang ke poli umum
pada bulan April sampai dengan Juni 2016. Populasi target adalah pasien rawat jalan poli umum Rumah
Sakit Universitas Udayana. Populasi terjangkau adalah populasi target yang datang ke Rumah Sakit
Universitas Udayana pada tahun 2016. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu pasien rawat jalan, usia 17-50 tahun, mampu
berkomunikasi dengan baik, tidak memiliki gangguan mental, memiliki latar pendidikan diluar bidang
kesehatan, bekerja diluar bidang layanan kesehatan. Kriteria eksklusi adalah pasien yang tidak bersedia
bekerjasama untuk mengikuti penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
non-probability sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑛 =2

1−∝/2 P(1 − P)

Keterangan:

n = jumlah sampel

Z1-α/2 = derajat kemaknaan 95%, ditentukan sebesar 1,65

P = probabilitas kesalahan, ditentukan sebesar 0,5

d = tingkat presisi, ditentukan sebesar 0,1

Melalui rumus ini, didapatkan jumlah sampel sebesar 68 responden. Sebesar 10%ditambahkan pada
jumlah sampel, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 75 responden.Penambahan jumlah sampel
dilakukan sebagai antisipasi pada keadaan yang tidak diinginkan seperti kerusakan instrument
penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan merujuk pada kuesioner
penelitian oleh Astuti.

Kuesioner terdiri atas 2 bagian, bagian pertama merupakan data karakteristik responden, sedangkan
bagian kedua merupakan instrumen untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang hipertensi. Bagian
kedua berisi 30 pertanyaan beserta pilihan jawaban, jawabanbenar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai
0. Pertanyaan dalam bentuk skala Guttmanyang bersifat tegas dan konsisten yaitu memberikan jawaban
tegas pada pertanyaan.

Responden memilih salah satu jawaban yang telah disediakan yaitu benar (B) atau salah (S) dengan
memberikan tanda check list (√). Uji coba terhadap kuesioner penelitian dilakukan terlebih dahulu
kepada 20 orang responden. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner
dapat dimengerti oleh responden dan menghindari kesalahan interpretasi. Kemudian dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap hasil kuesioner. Analisa
data menggunakan analisis univariat agar karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dapat
dijelaskan.

Anda mungkin juga menyukai