Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA AKSEPTOR PROGESTIN


DENGAN AMENORE PADA NY. N
DI PMB MARTAPURA
TAHUN 2021

Dosen Pembimbing : Rusmilawaty S.KM.,M.PH

Laporan Asuhan Kebidanan Kehamilan


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktik Klinik Kebidanan (PKK) II

Oleh:
Vira Yana
NIM. P07124119097

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus untuk pembuatan Laporan Asuhan
Kebidanan Keluarga berencana pada Ny.N Akseptor KB Suntik di Praktik Mandiri Bidan
Cahaya Ummi

Nama : Ny. N

Umur : 28 Tahun

Alamat :Sekumpul

Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan laporan
dokumentasi kompetensi pada PKK 2 oleh :

Nama : Vira Yana

NIM : P07124119097

Mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kebidanan semester V .

Banjarbaru, 17 September 2021

Mengetahui,

pembimbing Lahan Mahasiswa

Radliyah Am.Keb Vira Yana

NIP. NIM.P07124119097

2
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS

Disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus Asuhan Kebidanan dengan judul
“Dokumentasi Asuhan Kebidanan Praktik Klinik Kebidanan PKK II Di PMB Cahaya
Ummi Tahun 2021”

Tentang : Akseptor KB Suntik dengan Amenore


Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik
Klinik Kebidanan II, oleh :
Nama :Vira Yana
NIM : P07124119097
Mahasiswi Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin Prodi DIII Jurusan
Kebidanan Semester V

Banjarbaru, 2021
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Rusmilawaty, SKM. MPH


NIP. 19710501 199703 2 003

3
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul“Laporan Asuhan
Kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Akseptor Progestin dengan Amenore pada Ny.N di
Pmb Martapura Tahun 2021”ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
praktik klinik kebidanan .
Saya mengucapkan terima kasih kepada CI dan kepada Pembimbing praktik
klinik kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, 25 September 2021

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS.............................................2


LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS...................................................3
Kata Pengantar..............................................................................................................4
DAFTAR ISI.................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................6
A. Latar Belakang...................................................................................................6
B. Rumusan Masalah..............................................................................................7
C. Tujuan................................................................................................................7
D. Manfaat..............................................................................................................7
BAB II KONSEP DASAR............................................................................................9
A. Konsep Dasar Suntik Progestin.........................................................................9
B. Konsep dasar Amenore....................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................................18
BAB IV PENUTUP....................................................................................................21
A. Kesimpulan......................................................................................................21
B. Saran................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan KB nasional adalah salah satu bentuk dari kontrasepsi yang
bertujuan untuk pengaturan kelahiran dengan jalan mencegah kehamilan. Upaya
ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen dan upaya ini dapat
dilakukan menggunakan cara, alat atau obatobatan. Saat ini tersedia banyak
metode atau alat kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap,
kondom. Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi
suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat
(NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan Cyclofem. Jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan adalah kontrasepsi hormonal yang tersedia
dalam bentuk oral, suntik dan implan.
Metode kontrasepsi hormonal dianggap salah satu metode dengan tingkat
efektifitas yang tinggi, tetapi disisi lain kontrasepsi hormonal terutama yang
mengandung progestin dapat mengubah menstruasi. Perubahan ini tidak dapat
diduga, bervariasi antara masing-masing wanita sampai beberapa tingkat
terhadap metode kontrasepsi. Pada sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan
insiden bercak darah yang tidak teratur dan sedikit atau perdarahan diluar siklus,
siklus yang berkepanjangan, dan oligomenore atau bahkan amenore. Jenis
kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung progestin terdiri dari Mini Pil,
KB Suntik DMPA dan implan. Puji Lestari menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara lama pemakaian DMPA dengan siklus menstruasi, lama
menstruasi dan kejadian spotting. Semakin lama penggunaan maka jumlah darah
menstruasi yang keluar juga semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenore.
Efek samping yang terjadi karena penggunaan alat kontrasepsi hormonal
progestin terutama gangguan menstruasi merupakan kekurangan yang perlu
disampaikan oleh petugas kesehatan kepada klien. Peran bidan dalam
memberikan konseling sangat penting karena konseling merupakan aspek dalam
memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam kasus ini adalah
”Bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada Akseptor Suntik Progestin
dengan Amenore?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
pada Akseptor Suntik Progestin dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun
2021.

1 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian (pengumpulan data dasar) Pada Akseptor
Suntik Progestin dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
b. Mampu menginterpretasi data dasar Pada Akseptor Suntik Progestin
dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah Pada Akseptor Suntik
Progestin dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
d. Mampu melakukan evaluasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera, konsultasi, kolaborasi Pada Akseptor Suntik Progestin dengan
Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan Pada Akseptor Suntik Progestin
dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan Pada Akseptor Suntik Progestin
dengan Amenore Di PMB Martapura Tahun 2021.
g. Mampu melakukan evaluasi Pada Akseptor Suntik Progestin dengan
Amenore PMB Martapura Tahun 2021.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan mahasiswa lain untuk meningkat proses pembelajaran.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekan teori secara langsung dilapangan dalam memberikan
asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan lebih mampu membuat
pendokumentasiannya dengan metode SOAP.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan mahasiswa lain untuk meningkatkan proses pembe;ajaran
dan data dasar untuk asuhan kebidanan pada pasien kesehatan reproduksi

8
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Suntik Progestin


1. Pengertian Suntikan Progestin
Suntikan Progestin adalah suatu cara kontrasepsi hormonal yang berisi
hormone progesterone yang diberikan melalui suntikan intramuscular
(Saifuddin, 2009)
2. Jenis
Sulistyawati (2010) menyatakan jenis-jenis suntikan progestin yaitu:
a. Depo Medroxiprogesterone Asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara IM pada daerah bokong.
b. Depo Noristeron Eriantet (Depo Noristerat) yang mengandung dosis 200
mg. noritindron Enantat, diberikan setiap bulan dengan cara disuntik
secara IM pada daerah bokong.
3. Mekanisme Kerja
Sulistyawati (2011) menyatakan cara kerja kontrasepsi suntik progestin yaitu:
a. Menekan ovulasi
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang sudah dibuahi.
d. Mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam tuba fallopi.
4. Manfaat
Sulistyawati (2011) menyatakan keuntungan suntik progestin yaitu :
a. Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan)
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e. Tidak mempengaruhi produksi ASI

9
f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
g. Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampao premenopause\
membantu mencegah kehamilan
5. Keterbatasan
Sulistyawati (2011) menyatakan efek samping kontrasepsi suntikan progestin
yaitu:
a. Sering ditemukan gangguan haid seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang
2) Pendarahan yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
4) Tidak haid sama sekali
b. Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan)
c. Tidak dapat diberikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya
d. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
e. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan infeksi menular seksual,
Hepatitis B virus atau infeksi HIV
f. Terlambatnya kembali kesuburan setelah perhentian pemakaian
g. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas)
h. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, dan sakit kepala
6. Indikasi
Sulistyawati (2011) menyatakan indikasi kontrasepsi suntik progestin yaitu :
a. Perempuan usia produktif
b. Perempuan multipara atau yang telah memiliki anak
c. Perempuan yang hendak kontrasepsi jangka panjang dan yang telah
memilih efektifitas tinggi
d. Perempuan yang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
e. Perempuan setelah abortus
f. Perempuan yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
g. Perempuan yang telah banyak anak tetapi tidak mau tubektomi

10
7. Kontraindikasi
Arum (2011) menyatakan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi
suntikan progestin, antara lain:
a. Hamil atau dicurigai hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore
d. Mnderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
e. Kelain jantung
f. Menyusui dibawag 6 minggu pascasalin
8. Kondisi-kondisi yang memerlukan kehati-hatian
Kondisi-kondisi yang memerlukan kehati-hatian dalam penggunaan suntikan
progestin (Handayani, 2010) yaitu:
a. Sedang menyusui (<6 minggu pascasalin)
b. Mengalami sakit kuning (hepatitis virus simptomatik atau simbosis)
9. Peringatan bagi pemakai suntik progestin
Arum (2011) peringatan bagi pemakai suntik progestin antara lain:
a. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan hamil
b. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi
c. Sakit kepala migraine, sakit kepala berulang yang berat atau kaburnya
penglihatan
d. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid

10. Informasi lain yang perlu disampaikan


Arum (2011) menyatakan informasi lain yang perlu disampaikan:
a. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid.
Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit-sedikit sekali
mengganggu kesehatan.
b. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala,
dan nyeri payudara, efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan
cepat hilang.

11
c. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada
ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
d. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus
kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
tidak haid tersebut.
e. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan.
Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat
juga menggunakan kontrasepsi darurat.
f. Bila klien misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan
dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang
lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikan terdapat juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.

11. Efek Samping dari Kontrasepsi Progestin


a. Gangguan menstruasi atau haid. Baik dari pemendekan siklus haid atau
malah memanjang, perdarahan yang banyak saat menstruasi atau malah
sedikit, spotting (ngeflek), bahkan ada yang tidak mengalami haid sama
sekali (amenore).
b. Cendrung mudah gemuk, efek samping penambahan berat badan ini paling
sering ditakuti oleh ibu-ibu.
c. Setelah suntikan diberikan, kesuburan akan kembali dengan lambat
d. Perubahan lipid serum (kolesterol) menjadi tinggi pada penggunaan jangka
panjang.

12
e. Dapat menurunkan densitas atau kepadatan tulang pada penggunaan
jangka panjang.
f. Pola penggunaan jangka panjang juga dapat menurunkan libido,
pengeringan vagina, gangguan emosi, sakit kepala, dan timbulnya jerawat.

B. Konsep dasar Amenore


1. Pengertian
Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut
(Ningsih, 2013).
2. Klasifikasi
a. Amenore primer : Apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak
pernah haid.
b. Amenore sekunder : Penderita pernah mandapat haid, kemudian dia tidak
dapat haid lagi (Ningsih, 2013).
Amenore fisiologis dapat terjadi pada :
a. Sebelum pubertas
b. Masa kehamilan
c. Masa laktasi
d. Sesudah menophouse
3. Etiologi
Menurut Fitri (2015) etiologi amenorhoe adalah sebagai berikut:
a. Etiologi amenore primer :
1) Pubertas terlambat.
2) Kegagalan dari fungsi indung telur.
3) Agenesis utero vaginal ( tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina).
4) Gangguan pada susunan saraf pusat.
5) Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
menstruasi, apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal.
b. Etiologi amenorhoe sekunder:
1) Penurunan berat badan yang drastis.
2) Olahraga yang berlebihan.
3) Mengonsumsi hormon tambahan.
4) Obesitas
13
5) Stress emosional
6) Kelainan endokrin , misalnya sindroma cushing yang menghasilkan
sejumlah besar hormon kortisol oleh kelenjar adrenalin.
7) Obat-obatan, misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil kb,
fenotiazid.
8) Kelainan pada rahim seperti, molahidatidosa, dan sindrom asherman
(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Amin, 2016 tanda dan gejala dari amenorhoe adalah sebagai berikut:
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
c. Nyeri kepala
d. Badan lemah
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk
tubuh.
b. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan
lembab.
d. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit,
dan lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenoroe :
a. Sakit kepala
b. Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui )
c. Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

14
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
5. Patofisiologis
Menurut Amin, 2016 patofisiologi dari amenorhoe adalah tidak adanya
uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom hemaprodit
seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer.
Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Klien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap
dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh
feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi
biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong
dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada
di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini menyebabkan klien mengalami
amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum.
Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan
pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya
endometrium karena tidak ada yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini
adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorhoe merupakan salah satu penyebab
amenorhoe primer. Hypergonadotropic amenorhoe adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur
menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang
individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic

15
amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah
mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk
kumpulan jaringan pengikat.
Amenorhoe sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang
akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan polycystic ovary
syndrome.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Amin, 2016 pemeriksaan diagnostik amenorhoe adalah
pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul maupun tes kehamilan harus
dilakukan untuk menjauhkan dari diagnosa kehamilan. Tes darah yang dapat
dilakukan untuk mengecek kadar hormon, antara lain:
a. Follicle stimulating hormone (FSH).
b. Luteinizing hormone (LH).
c. Prolactin hormone (hormon prolaktin).
d. Serum hormone (seperti kadar hormon testoteron).
e. Thyroid stimulating hormone (TSH).
Tes lain yang dapat dilakukan, meliputi:
a. Biopsi endometrium.
b. Tes genetik.
c. MRI.
d. CT scan.
7. Penatalaksanaan
Menurut Amin, 2016 penatalaksaan amenore adalah sebagai berikut:
Pengelolaan pada klien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab
adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa
penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu
dapat dipertahankan.

16
Penatalaksaan amenore yang disebabkan karena efek samping dari
hormon progesteron dan estrogen adalah dengan cara tetap tetap memberikan
suntik kombinasi dan ditunggu perkembangan bulan depan, jika tidak haid
maka akan diberikan terapi pil kombinasi (Yanti, 2019).
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorhoe
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas olahraga adalah terapinya,
belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih
juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang
mengalami amenorhoe primer, sedangkan pada Amenore tiroid atau
disebabkan oleh gangguan hipofisis dapat diobati dengan obat-obatan.

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA AKSEPTOR
SUNTIK PROGESTIN DENGAN AMENORE DI PMB S DI MARTAPURA
TAHUN 2021

PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jum’at,17 September 2021
Waktu : 10.15 WITA

IDENTITAS
Istri Suami
Nama Ny. N Tn. A
Umur 28 tahun 35 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Sekumpul

PROLOG
Ibu P1A0 ke PMB pada tanggal 17 Semptember 2021 ingin mendapatkan suntik ulang
3 bulan, ibu telah menjadi akseptor KB ini selama 2,5 tahun sejak melahirkan
anaknya yang pertama dan tidak pernah mengalami keguguran. Selama
menggunakan kontrasepsi suntik ini, ibu jarang mendapatkan haid, kadang-kadang
hanya berupa flek-flek sekitar 2 hari saja. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
berbahaya maupun menular.

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ingin melanjutkan suntik KB 3 bulan dan ibu mengatakan siklus
haidnya tidak normal kadang ada bercak dan untuk 3 bulan ini tidak ada haid.

OBJEKTIF

18
KU baik, kesadaran composmentis, TD: 120/70 mmHg, BB: 60 kg, sklera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, muka tidak oedema, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan vena jugularis, tidak ada pembesaran pada uterus, tidak ada nyeri
tekan disekitar perut, tidak ada varises dan haemoroid, PP Test (-).

ANALISA
Akseptor KB suntik 3 bulan

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu dalam keadaan baik
2. Memberikan KIE :
a. Menjelaskan kepada ibu bahwa efek samping dari kontrasepsi depo progestin
yaitu : tidak haid atau bisa disebut amenore. Ibu tidak perlu khawatir karena
darah haid tidak terkumpul kedalam rahim. Ibu mengerti
b. Memberitahukan kepada ibu kalau ingin siklus haidnya normal kembali bisa
berganti dengan jenis kontrasepsi yang lainnya berupa pil kombinasi atau
suntik kombinasi. Bila terlalu lama dalam pemakaian depo progestin dapat
mengakibatkan kesulitan dalam mendapatkan kesuburan kembali. Ibu
memahami penjelasan dan memilih untuk berganti menggunakan kontrasepsi
suntik kombinasi pada jadwal kunjungan suntikan yang berikutnya.
3. Menyiapkan ruangan tertutup dengan pencahayaan yang cukup. Ruangan siap
untuk dipakai.
4. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk penyuntikan seperti spuit 3 cc,
needle,alkohol swab, dan obat KB. Alat telah disiapkan
5. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin dengan berbaring dalam posisi tengkurap.
Ibu telah mendapatkan posisi ternyaman.
6. Memberikan pelayanan KB suntik sebanyak 3 cc secara intramuscular di 1/3
bokong, kemudian melakukan disenfeksi, dan menyuntikkan obat dengan
memasukkan obat KB dengan sebelumnya melakukan aspirasi, dan kemudian
cabut suntikan, dan tekan daerah bekas suntikkan dengan kapas alkohol. Tindakan
sudah dilakukan

19
7. Melakukan pencatatan hasil tindakan dan tanggal untuk kunjangan ulang
berikutnya di buku register KB dan kartu peserta KB ibu. Pencatatan sudah
dilakukan.
8. Meminta ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi . Ibu bersedia untuk
kunjungan ulang.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian kepada Ny.N didapatkan data
subjektif dan objektif ditegakkan diagnose G1P0A0 akseptor suntik progestin
dengan amenore, dan dilakukan intervensi dan penatalaksanaan sesuai dengan
kasus yaitu ,menjelaskan kepada ibu bahwa efek samping dari kontrasepsi depo
progestin yaitu : tidak haid atau bisa disebut amenore, kalau ibu ingin siklus
haidnya normal kembali bisa berganti dengan jenis kontrasepsi yang lainnya
berupa pil kombinasi atau suntik kombinasi. Ibu memilih untuk berganti
menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi pada jadwal kunjungan suntikan
yang berikutnya.

B. Saran
Diharapkan untuk penulis dapat meningkatkan pengetahuan pembelajaran
wawasan dan keterampilan dalam melakukan pengkajian untuk menangani dan
menganalia kasus yang ada dilahan praktik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Arif Al. (2015) Asuhan Keperawatan Amenore. Diakses: 11 April 2021.

Dyah Noviawati Setya Arum dan Sujiyatini, 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Jogyakarta : Nuha Medika

Fitri. (2015) Amenore. Diakses pada 11 April 2021.

Ningsih, Dewi Andariya. (2013) Askeb KB Suntik Dengan Amenorhoe. Diakses: 11


April 2021.

Sulistyawati, A, 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta: Salemba Medika.

Yanti, Juli Selvi.(2020) Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan
amenorea di klinik Pratama Afiyah Pekanbaru Tahun 2019. Diakses: 11
April 2021.

22

Anda mungkin juga menyukai