Anda di halaman 1dari 17

EVALUASI HASIL BELAJAR KEJURUAN OTOMOTIF

“VALIDITAS DAN RELIABILITAS NON TES”

Kelompok 6

1. Yopaminardo Pandiangan (5203122025)


2. Bagus Aji Pratama (5203122011)
3. Muhammad Angga Aditya (5203122026)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Penulis dapat menyelesaikan Laporan tentang “Validitas dan
Reliabilitas Non Tes Hasil Belajar” dengan tepat waktu dan terselesaikan dengan
baik.
Salah satu hikmah dari laporan ini ialah Mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara uji validitas dan reliabilitas suatu tes. Dimana dalam mengajar
guru juga mempunyai panduan untuk mengajarkan kepada siswa pelajaran mana
yang sesuai dengan aturan hukum di Indonesia, serta tanpa mengabaikan
kurikulum yang sedang berlaku saat ini.
Makalah ini disusun agar dapat memenuhi syarat mata kuliah Evaluasi
Hasil Belajar Kejuruann Otomotif yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Abd.
Hasan Saragih, M.Pd. Demi tercapainya calon pendidik yang baik dimasa yang
akan datang. Makalah ini memuat mengenai penelaahan kurikulum dan perangkat
yang terdapat pada pembelajaran. Diharapkan Pembaca dapat memahami isi dari
laporan ini kemudian dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan wadah
untuk belajar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak dijumpai kekurangan pada
makalah tentang “Validitas dan Reliabilitas Non Tes Hasil Belajar” ini.Untuk
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki
dan menyempurnakan kekurangan dan kesalahan tersebut. Semoga buku ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya

Medan, 20 Maret 2022

Penulis

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang Masalah
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian
tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba
membuat keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran Norman E. Gronlund
merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut : evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
untuk menentukan dan membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa.
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang sama, Wrightstone
dna kawan-kawan mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai berikut : evaluasi
pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan
atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.[2]Selanjutnya Guba dan Lincoln
menyatakan evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan
menimbangnya dari segi nilai dan arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi berkaitan dengan
nilai dan arti. Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli , maka dapat dipahami bahwa evaluasi adalah sesuatu yang mampu mengukur kemampuan
dan prestasi siswa selama masa-masa belajarnya baik perkembangan siswa maupun penurunan
dalam prestasi siswa.
      Adapun langkah awal yang sangat penting dilakukan dalam evalusi pendidikan adalah
pengukuran dan penilaian. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dalam berbentuk tes.
Namun, tes bukanlah satu-satunya alat yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian, sebab
masih ada tehnik yang lain, yaitu non tes.  Tehnik non tes bisa berbetuk observasi, wawancara,
angket, studi kasus, dll. Sebelum peneliti menggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur
terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu.
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga
berarti bahwa penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Selain validitas
ada juga yang dinamakan dengan reabilitas. Reabilitas juga merupakan salah satu hal yang
penting sebelum peneliti ingin menggunakan instrument penelitian.

3
Adapun yang akan menjadi topik utama di dalam pembahasan makalah ini adalah tentang
validitas dan reliabilitas non tes.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalahnya adalah :
a.       Apa-apa saja yang termasuk ke dalam instrument non tes?
b.      Bagaimana mengukur validitas dan reliabilitas non tes?

3.      Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan ini adalah:
a.       Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk ke dalam intrumen non tes
b.      Untuk mengetahui cara mengukur validitas dan reliabilitas non tes

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian  Instrument Non-tes
Pada saat melakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan
menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan non
tes  Instrumen dalam lingkup evaluasi pendidikan didefinisikan  sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Instrumen non tes
digunakan untuk mengukur aspek lain seperti sikap. Instrumen non tes seringkali digunakan
tanpa “menguji” objek/subjek penelitian tetapi digunakan dengan cara tertentu, tujuan utamanya
biasanya adalah untuk mendapatkan beragam informasi terkait kondisi objek/subjek yang sedang
diteliti.
Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat
digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi( seperti catatan harian, portofolio)
dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal
untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi belajar,
yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah, validasi uji coba
akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
Instrumen non tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dari ranah sikap
hidup ( afektif domain) dan ranah keterampilan ( psychomotoric domain ) , sedangkan tehnik tes
digunakan untuk mengukur ranah kognitif ( proses berfikir ). Kedua instrument ini sangat
penting digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
Berikut macam-macam instrument non tes, yaitu:
1.      Observasi (Pengamatan)
Secara umum, pengertian observasi/pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan pengamatan.
Pengamatan/observasi merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh
pendidik atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi

5
yang hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain lembar
pengamatan penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup.
Pelaksanan pengamatan sikap dapat dilakukan pendidik pada sebelum mengajar, saat
mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk
perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin,
tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat menghormati, sopan
santun, dan jujur.
Observasi/pengamatan dapat dilakukan baik secara partisipatif maupun nonpartisipatif.
Observasi dapat pula berbentuk eksperimental yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi
buatan atau berbentuk observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada observasi
berpartisipasi, observer( dalam hal ini pendidik yang sedang melakukan kegiatan penilaian,
seperti guru, dosen dan sebagainya) melibatkan diri di tenggah-tenggah kegiatan observe ( dalam
hal ini peserta didik sedang diamati tingkah lakunya, seperti murid, siswa, mahasiswa dan
sebgainya) sedangkan pada observasi nonpartisipasi, evaluator bearda diluar garis, seolah-olah
hanya sebagai penonton belaka.
Pada observasi eksperimental di mana tingkah laku yang diharapkan muncul karena
peserta didik dikenai perlakuan ( treatment) atau suatu kondisi tertentu, maka observasi
memerlukan perencanaan dan persiapan yang benar-benar matang, sedangkan pada observasi
yang dilaksanakan dalam situasi yang wajar, pelaksanaannya jauh lebih sederhana kareana
observasi semacam ini dapat dilakukan secara sepintas lalu saja.
Observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
1.      Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2.      Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian
yang penting
3.      Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya
wawancara atau angket
4.      Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun
menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.      Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila
seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan

6
observasi. Misalnya mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah. Tetapi belum tentu
hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.      Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah
lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.      Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
Agar pelaksanaan observasi berhasil dengan baik, diperlukan alat atau intrumen observasi itu
sendiri. Instrumen observasi adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi observer untuk mencatat
hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan observasinya. Berikut ini dijelaskan beberapa
instrument obsservasi yang bisa digunakan untuk mencatat hasil observasi, yaitu daftar cek ( check list ) ,
catatan insedental ( anecdotal recort), dan skala penilaian.

2.      Wawancara ( Interview)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1.      Wawancara terpimpin yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau
wawancara sistematis.
2.      Wawancara tidak terpimpin yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau
wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin, evaluator melakukan Tanya jawab lisan dengan pihak-pihak
yang diperlukan, misalnya wawancara dengan peserta didik, wawancara dengan orang tua atau
wali murid dan lain-lain, dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk penilaian
terhadap peserta didiknya. Wawancara ini sudah dipersiapkan secara matang, yaitu dengan
berpegang pada panduan wawancara yang butir-butir itemnya terdiri dari hal-hal yang dipandang
perlu guna mengungkap kebiasaan hidup sehari-hari dari peserta didik, hal-hal yang disukai dan
tidak disukai, keinginan atau cita-citanya, cara belajarnya, cara menggunakan waktu luangnya,
bacaannya, dan sebagainya.
Agar hasil wawancara sesuai dengan apa diinginkan oleh pewawancara, maka pewawancara
harus :
a.       Membuat pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
orang yang akan diwawancara.

7
b.      Merekam pelaksanaan wawancara untuk menganalisis jawaban dari orang yang diwawancara
( responden ).

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut[8]:
1.      Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2.      Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya
adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti
3.      Angket
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar.
Berbeda dengan wawancara di mana penilaian ( evaluator ) berhadapan secara lansung ( face to
face) dengan peserta didik atau pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket,
penggumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu
dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang
tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan
akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.
Angket dapat diberikan lansung kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada para
orang tua mereka. Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan menganalisis tingkah laku dalam proses belajar mereka. Disamping itu
juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan
program pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuisioner misalnya adalah data yang berkenaan
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam mengikuti pelajaran, cara
belajar mereka, fasilitas belajarnya, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajarnya, sikap
belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses
pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.

8
4.      Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan salah satu  cara untuk mengukur prestasi belajar anak,
yaitu dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen yang memuat informasi
mengenai riwayat hidup, seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut,
jenis penyakit yang diderita dan lain sebagainya.
Berbagai informasi tentang peserta didik dan latar be;akang keluarganya sangat
membantu guru untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Informasi tersebut dapat direkam
melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blannko isian, yang harus diisi pada saat
peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
5.      Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu prosedur evaluasi dalam upaya mempelajari satu orang siswa
atau sekelompok siswa yang dijadikan sebagai kasus, dengan cara menghimpun data dan
informasi dari semua pihak yang terkait dengan kasus tersebut, dan dengan berbagai tehnik
pengukuran yang relevan. Informasi yang dikumpulkan antara lain hal-hal yang berkenaan
dengan informasi umum, situasi masyarakat yang mempenagaruhi siswa tersebut, latar belakang
keluarga, catatan sekolah, abilitas mental. Kondisi jasmaniah dan pengalaman-pengalaman di
luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi mempelajari catatan, observasi,
pembahasan, pertemuan, analisis, kunjungan dan sebagainya.[9]
Studi kasus sama juga seperti alat penilaian hasil belajar yang lain yaitu mempunyai
kelebihan dan kelemahan salah kelebihan studi kasus adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya,
Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan
hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
2. Mengukur Validitas Non Tes
Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. [10] Validitas merupakan syarat
yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-
benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan
udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.[11]
Penggunaan instrumen-instrumen non tes seperti angket, lembar observasi,  wawancara,
pemeriksaan dokumen dan studi kasus dalam kegiatan penelitian pendidikan kini telah banyak

9
digunakan oleh mahasiswa jurusan kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi pendidikan
lainnya. Instrumen tersebut digunakan di dalam penelitian yang bersifat kualitatif seperti
penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas. Penelitian yang baik harus
menggunakan instrumen yang baik dan valid.
Penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan.
Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu langkah kegiatan
yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan apabila
peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes, maka diharapkan pada
saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen yang dipakai untuk menggali
data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang ilmiah.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian kualitatif
tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi
fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap
individu dengan berbagai latar belakangnya.
 Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti
pada obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa
yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang
diteliti. Dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang Pendidikan akan menemukan
data yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi,
Kedokteran, Tehnik dan sebagainya.
Dengan menggunakan instrument yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan
hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitiaan yang valid. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan
instrument yang telah teruji validitasnya otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid. Hal ini
masih akan dipenggaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang
menggunakan instrument untuk mengumpulkan data.

10
3.  Reliabilitas Non Tes
Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila menunjukkan keterangan hasilnya. Dengan
kata lain, orang yang akan mendapat skor yang sama bila di tes kembali dengan alat uji yang
sama. Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas
dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat
reliabilitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu reliabilitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/
selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Heraclites dalam
Nasution menyatakan bahwa “ Air mengalir terus, waktu terus berubah, situasi senantiasa
berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian
tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil.
Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan invidualistik, selalu
berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran
sendiri. Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara
terkandung unsur-unsur individualistic. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan
tidak ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama.
4.  Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas  internal ),
transferability (validitas ekternal), dependability (releabilitas),  dan
comfirmability (obyektivitas). Berikut penjelasan lebih rinci dan jelas tentang Uji keabsahan data
dalam penelitian kualitatif.
1.      Uji Credibility ( Validitas Internal )
Terdapat beberapa macam cara untuk mengetahui hasil dari uji credibility atau
kepercayaan terhadap penelitian kualitatif, yaitu :
a.       Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan adalah dimana peneliti kembali lagi kelapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan peneliti akan semakin dekat dan mengenal nara sumber,
sehingga nara sumber akan memberikan informasi secara terbuka dan dalam keadaan yang tidak
terpaksa.
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing,
masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan

11
mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Sehingga dalam mengatasi hal ini diperlukan
perpanjangan pengamatan. berapa lama perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada
keadaan, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data
sampai pada tingkat makna. Makna berarti data yang di balik yang tampak. Yang tampak orang
sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang bahagia. Keluasan
berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh.
Dalam hal ini setelah peneliti memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah
fokus penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru lagi. Data yang pasti adalah
data yang valid yang sesuai dengan apa yang terjadi. Untuk memastikan siapa yang menjadi
provokator dalam kerusuhan, maka harus betul-betul ditemukan secra pasti siapa yang menjadi
provokator.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini,
sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, apabila
setelah dicek kembali ke lapangan data suda benar berarti kredibel, maka wakyt perpanjangn
pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan
pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan
perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan
penelitian.
b.      Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok masyarakat yang
sedang olah raga pagi. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek soal-soal, atau manakala
yang telah dikerjakan, ada yang salah satu tidak
. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang  telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan diskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati sebagai bekal peneliti untuk menigkatkan ketekunan dengan

12
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi
yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasana peneliti akan
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu
benar/dipercaya atau tidak.
c.       Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara. Dan berbagai waktu dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, trangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
1.  Triangulasi sumber
Trangiualasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas
data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan data pengujian data yang telah
diperoleh dilakukan  ke bawahan yang dipimpin,ke atasan yang menugasi , dan keteman kerja
yang merupakan kelompok kerjasama.
2.  Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.
3.  Triangulasi waktu
            Triangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan
teknik wawncara dipagi hari saat nara sumber masih segar belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. 
d.      Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga
pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibilitas
data? Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih
mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,  maka peneliti mungkin
akan merubah temuannya.

13
e.       Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud menggunakan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara
perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.
f.  Mengadakan Member Check
            Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi
apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh
pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi  dengan pemberi data. Jadi tujuan member
check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
              Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setalah satu periode pengumpulan data
selesai, atu setelah mendapat suatu temuan, pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat
suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti
datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti
menyampaikan temuan kepada sekelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut,
mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah
data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatanggani, supaya lebih
otentik, selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan membercheck.
2.      Pengujian Tranferability
          Adapun cara untuk memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka
pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
            Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya,,
“semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan ( transferability), maka laporan tersebut
memenuhi standar tranferabilitas.

14
3.      Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang
reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penilaian tersebut. Dalam
penelitian kualitatif, uji dependability (reliabilitas) dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian
kelapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini perlu diuji depenabilitynya
(reliabilitasnya). Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliable atau dependable.
Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh editor yang independen, atau pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti
mulai menentukan masalah /focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan
analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat
ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “ jejak
aktivitas lapangannya”. Maka depenabilitas( reliabilitas) penelitiannya patut diragukan.
4.      Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitif disebut dengan uji obyektivitas
penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitan telah disepakati banyak orang.
Dalam penellitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfimability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

15
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1.      Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat
digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi( seperti catatan harian, portofolio)
dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal
untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi belajar,
yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah, validasi uji coba
akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
2.      Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat yang
terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan udara dan
tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
3.      Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas  internal ),
transferability (validitas ekternal), dependability (releabilitas), dan comfirmability (obyektivitas).

16
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PTRajaGrafindo,
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Cet 13, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya , 2006   
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Cet III, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu,2012
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet III,  Jakarta : Bumu Aksara, 2001
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007

[1] M.Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Cet 13, ( Bnadung :


PT Remaja Rosdakarya , 2006)h. 3
[2] M.Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi.., h. 3
[3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Cet III, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011) h.5
[4] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2012)h.122
[5] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PTRajaGrafindo, 2006 ) h. 76
[6] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi..,h.122
[7] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi..,h.122
[8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007),hlm. 194
[9] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet III, ( Jakarta : Bumu Aksara, 2001 ) h.
177
[10] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi..,h.138
[11] Oemar Hamalik, Kurikulum dan.., h. 157
[12] Oemar Hamalik, Kurikulum dan.., h. 158
[13] Sugiyono, Metode Penelitian..,h.366

17

Anda mungkin juga menyukai