PRODI GIZI
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2021
1
1. Pengertian Tekanan Darah
2
2. Pengertian dan Klasifikasi Hipertensi
3
3. Etiologi Penyakit Hipertensi
4
a. Usia
4. Faktor
Risiko
f. Kebiasaan Terjadinya
merokok dan Hipertensi
konsumsi c. Jenis kelamin
minuman
beralkohol
e. Kurang aktivitas
d. Obesitas
fisik
5
5. Gejala dan tanda hipertensi
6
3. Etiologi Penyakit Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi sangat berbahaya karena dapat memperberat kerja
organ jantung.
Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan beberapa
kejadian sebagai berikut :
c. Gangguan
a. Penyakit Jantung b. Cedera Otak d. Masalah Ginjal
Penglihatan
7
7. Patofisiologis
8
1. PENGOBATAN HIPERTENSI
9
1. PENGOBATAN HIPERTENSI
10
2. PENGATURAN DIET PADA PASIEN HIPERTENSI
• Prinsip utama dari pengaturan makanan untuk orang yang hipertensi adalah
membatasi konsumsi makanan ataupun bahan makanan yang mengandung
ikatan natrium. Salah satu Prinsip utama dari pengaturan makanan untuk
orang yang hipertensi adalah membatasi konsumsi makanan ataupun bahan
makanan yang mengandung ikatan natrium. Salah satu kunci untuk
mengurangi konsumsi natrium atau garam adalah bijak memilih makanan
yang dikonsumsi.
• Garam yang dimaksud adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir
semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah
satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu
dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau
dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
11
Tujuan Diet Garam Rendah
Jenis diet yang ada pada
adalah membantu
Penuntun Diet edisi baru terdiri
menghilangkan retensi garam
dari 3 jenis yaitu Diet Garam
atau air dalam jaringan tubuh
Rendah I, Diet Garam Rendah II
dan menurunkan tekanan
dan Diet Garam Rendah III.
darah pada pasien hipertensi.
12
Anjuran diet yang terdapat pada Diet Garam Rendah sesuai dengan
kandungan garam/natrium yakni :
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) untuk pasien dengan
edema, ascites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan
masakannya tidak menambahkan garam dapur.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok teh garam
dapur.
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na) untuk pasien dengan
edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan 1 sendok teh (4 gram) garam
dapur.
13
Aturan makan pada penderita hipertensi ini terdiri dari
beberapa prinsip yaitu:
14
15
16
17
18
19
2. ASUHAN GIZI
: Terdapat empat langkah dalam proses asuhan gizi yaitu asesmen atau pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi gizi serta monitoring dan evaluasi gizi.
20
2. Data Antropometri
• Setelah itu dilakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan untuk
mendapatkan data antropometri. Bila
pasien tidak dapat diukur tinggi
badannya maka dapat diukur rentang
lengan, tinggi lutut, lingkar lengan atas
dan lingkar pinggang. Banyak kasus
hipertensi mengalami kelebihan berat
badan, sehingga aktivitas fisik cenderung
menjadi berkurang.
3. Data Biokimia
• seperti kadar hemoglobin, protein total,
albumin, gula darah, profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, kolesterol
high density lipoprotein (HDL) dan low
density lipoprotein (LDL) , tes fungsi hati,
ginjal dan enzim jantung, pemeriksaan
urinalisa dan kultur urine dll serta
pemeriksaan EKG.
21
4. Data pemeriksaan fisik klinis terkait
gizi
dicatat tentang keadaan umum pasien :
nyeri dada, sesak nafas, sakit kepala,
gangguan kesadaran, nyeri tengkuk.
Pemeriksaan klinis : pengukuran
tekanan darah, penampakan
konjungtiva anemis atau tidak, nadi,
respirasi, suhu, adanya oedema atau
tidak.
22
b. Diagnosis Gizi
• Penulisan kalimat diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau problem
etiologi dan sign/symstoms (ADA, 2008). Beberapa contoh diagnosis gizi yang
biasa ditemukan pada penderita hipertensi :
• 1) NI 5 : kelebihan asupan zat gizi berkaitan dengan kebiasaan makan dalam
porsi besar ditandai oleh hasil recall > 150% kebutuhan dan IMT >25.
• 2) NI 8 : kekurangan asupan serat berkaitan dengan seringnya mengkonsumsi
makanan gorengan dan kurang menyukai sayur dan buah ditandai oleh asupan
serat harian 14 gram dan frekuensi buang air besar (BAB) hanya 3 kali seminggu.
• 3) NC 3.3 : overweight berkaitan dengan kelebihan asupan energi ditandai oleh
IMT 28
• 4) NC 2.1 : gangguan utilitas zat gizi berkaitan dengan kegagalan fungsi ginjal
ditandai oleh tekanan sistolik/diastolik 165/95 mm Hg.
• 5) NB 1.5 : Gangguan pola makan berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
ditandai oleh seringnya mengkonsumsi makanan kaleng dan minuman bersoda
• 6) NB 1.3 : ketidaksiapan melakukan diet atau perubahan pola makan berkaitan
dengan kurangnya motivasi ditandai oleh ketidakpatuhan terhadap anjuran diet
dan masih mengkonsumsi makanan yang diawetkan dengan garam.
23
c. Intervensi Gizi
• Adapun tujuan dari intervensi gizi adalah untuk mengatasi masalah gizi
yang teridentifikasi dalam diagnosa gizi.
• Terdapat dua komponen dalam intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi.
• Perencanaan intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan.
• Intervensi Gizi dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian
makanan (ND), edukasi gizi (E), konseling gizi (C) dan koordinasi
asuhan gizi (RC).
• Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana tenaga gizi
mengkomunikasikan rencana intervensi gizi yang sudah ditetapkan
kepada pasien/klien dan kepada pihak terkait lainnya misalnya kepada
bagian produksi makanan, perawat termasuk keluarga pasien/klien.
24
d. Monitoring dan Evaluasi
• Pada monitoring dan evaluasi gizi, data digunakan untuk mengevaluasi dampak
dari intervensi gizi sesuai dengan outcome dan indikator asuhan gizi. Indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan intervensi gizi tersebut
adalah asupan makan dan minum (konsumsi selama dirawat), asupan ini
dimonitor setiap hari, nilai laboratorium terkait gizi, perubahan berat badan,
keadaan fisik klinis pasien.
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43