Anda di halaman 1dari 26

TETANUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : dr Eko Priyono, MM

DISUSUN OLEH:

Elisa Wahyu Handayani (108117025)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan ini dapat
diselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai kendala dan
kesulitan, namun berkat Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran,
ketekunan, dan usaha serta bantuan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas
baik fasilitas tenaga dan pikiran sehingga makalah Keperawatan Gawat Darurat
yang berjudul “TETANUS” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh darI
kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan,
demi terciptanya tujuan yang ingin dicapai. Atas bantuan dan kritikan serta
saran dari semua pihak, maka penuulis mengucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1

Bab II Pembahasan

A. Definisi...................................................................................................................2
B. Etiologi ..................................................................................................................2
C. Manifestasi Klinik..................................................................................................3
D. Patofisiologi............................................................................................................3
E. Komplikasi.............................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................5
G. Penatalaksanaan
a. Medis................................................................................................................6
b. Keperawatan (primer, tersier dan sekunder)....................................................6
H. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian........................................................................................................6
b. Diagnosa...........................................................................................................7
c. Intervensi..........................................................................................................7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan.............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12
C. Daftar Pustaka

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot
rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka.Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu
nampak pada otot masester dan otot rangka
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh
genderang berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan
toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini terutama
oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan
perawatan yang salah. Selain diluar tubuh manusia, tersebar luas ditanah. Juga
terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat samapai pada tusuk sate bekas. Basil ini
bila kondisinya baik (di dalam tubuh manusia) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini
dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit, dan merupakan
tetanospamin, yaitu toksin yang neutropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot.
Tetanus terjadi diseluruh dunia dan endemik pada 90 negara yang sedang
berkembang, tetapi insidensinya sangat bervariasi. Bentuk yang paling sering adalah
tetanus neonatorum (umbilicus). Tetanus merupakan penyakit yang sering
ditemukan , dimana masih terjadi di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah
ke bawah. Di RS sebagian besar pasien tetanus berusia lebih dari 3 tahun dan kurang

4
dari 1 minggu. Dari seringnya kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan, maka
sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan
mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan  pada klien dengan
ganguan tetanus
2.  Tujuan Khusus
1.  Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan gangguan
tetanus.
2.  Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan gangguan
tetanus.
3.  Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan gangguan
tetanus.
4.  Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan gangguan tetanus.

1.3 Manfaat
1.  Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit tetanus dan juga
mengimplementasikan cara untuk mencegahnya.
2.  Bagi Masyarakat
Agar masyarakat mengetahui bagaimana proses terjadinya penyakit
tetanus serta penyebarannya, dan masyarakat dapat mencegah
terjadinya tetanus dengan mencegah terjadinya luka dengan infeksi
piogenik.
3.  Bagi insitusi
Agar makalah ini menjadi refrensi untuk dapat menambah wawasan
tentang bahayanya penyakit tetanus.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Tetanus
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang
susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang
dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus
masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi
telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini
akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain
tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot
bergaris.
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat. Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik
spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan
neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Tetanus disebut juga
dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin
seperti strichnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari
tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi
derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. (Nicalaier 1884,
Behring dan Kitasato 1890 ).
Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka
pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada
infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum ).
2.2 Etiologi Tetanus
Kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium Tetani; berbentuk
batang yang langsing dengan ukuran panjang 2–5 um dan lebar 0,3–0,5 um,
termasuk gram positif dan bersifat anaerob. Clostridium Tetani dapat
dibedakan dari tipe lain berdasarkan flagella antigen.

6
Kuman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan
ujung yang butat, khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini
tahan dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam
autoclaf bila dipanaskan selama 15–20 menit pada suhu 121°C. Bila tidak
kena cahaya, maka spora dapat hidup di tanah berbulan–bulan bahkan sampai
tahunan. Juga dapat merupakan flora usus normal dari kuda, sapi, babi,
domba, anjing, kucing, tikus, ayam dan manusia. Spora akan berubah menjadi
bentuk vegetatif dalam anaerob dan kemudian berkembang biak.
Bentuk vegetatif tidak tahan terhadap panas dan beberapa antiseptik
Kuman tetanus tumbuh subur pads suhu 17°C dalam media kaldu daging dan
media agar darah. Demikian pula dalam media bebas gula karena kuman
tetanus tidak dapat mengfermentasikan glukosa.
Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam
eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan
protein dengan berat molekul 150.000 Dalton, larut dalam air labil pada panas
dan cahaya, rusak dengan enzim proteolitik. tetapi stabil dalam bentuk murni
dan kering. Tetanospasmin disebut juga neurotoksin karena toksin ini melalui
beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala
berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang–kejang. Tetanolisin
menyebabkan lisis dari sel–sel darah merah.
2.3 Klasifikasi Tetanus
1. Tetanus Lokal (lokalited Tetanus)
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten,
pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator).
Hal inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot tersebut
biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan
biasanya menghilang secara bertahap. Lokal tetanus ini bisa berlanjut
menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang
menimbulkan kematian. Bisajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai

7
prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. Hal ini
terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin.
2. Cephalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa
inkubasi berkisar 1 –2 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti
dilaporkan di India ), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya
benda asing dalam rongga hidung.
3. Generalized Tetanus
Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan
komplikasi yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala
timbul secara diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering
dijumpai ( 50 %), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,
bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya
kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus
(Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus ( kekakuan otot
punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia.
Bisa terjadi disuria dan retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan
didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi
begitupun bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun
hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita
biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan hanya berdasarkan gejala
klinis.

4. Neotal Tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali
pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk
disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh
penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun
penggunaan obat-obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi.

8
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat
tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam
terjadinya neonatal tetanus. Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian
Ilmu Kesehatan Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada tahun 1981. ada 42
kasus dan tahun 1982 ada 40 kasus tetanus. Biasanya ditolong melalui

tenaga persalianan tradisional ( TBA =Traditional Birth Attedence ) 56


kasus ( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus ( 24,39 % ) ,dan selebihnya
melalui dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ). Berikut ini tabel. Yang
memperlihatkan instrument Untuk memotong tali pusat.
2.4 Patofisiologi
Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui
luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi
bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan
oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama ditentukan oleh kondisi
luka. Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan kecepatan
produksi toksin serta jumlah toksin yang mencapai susunan saraf pusat.
Faktor-faktor tersebut selain ditentukan oleh kondisi luka, mungkin juga
ditentukan oleh strain Clostridium tetani. 
2.5 Penyebaran toksin
Toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium tetani menyebar dengan
berbagai cara, sebagai berikut:
1.  Masuk ke dalam otot
Toksin masuk ke dalam otot yang terletak dibawah atau sekitar luka,
kemudian ke otot-otot sekitarnya dan seterusnya secara ascenden melalui
sinap ke dalam susunan saraf pusat.
2.  Penyebaran melalui sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan secara cepat masuk ke dalam nodus
limfatikus, selanjutnya melalui sistem limfatik masuk ke peredaran darah
sistemik.

9
3.  Penyebaran ke dalam pembuluh darah.
Toksin masuk ke dalam pembuluh darah terutama melalui sistem limfatik,
namun dapat pula melalui sistem kapiler di sekitar luka. Penyebaran melalui
pembuluh darah merupakan cara yang penting sekalipun tidak menentukan
beratnya penyakit. Pada manusia sebagian besar toksin diabsorbsi ke dalam
pembuluh darah, sehingga memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan dengan
pemberian antitoksin dengan dosis optimal yang diberikan secara intravena.
Toksin tidak masuk ke dalam susunan saraf pusat melalui peredaran darah karena
sulit untuk menembus sawar otak. Sesuatu hal yang sangat penting adalah toksin
bisa menyebar ke otot-otot lain bahkan ke organ lain melalui peredaran darah,
sehingga secara tidak langsung meningkatkan transport toksin ke dalam susunan
saraf pusat.
4.  Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SSP)
Toksin masuk kedalam SSP dengan penyebaran melalui serabut saraf, secara
retrograd toksin mencapai SSP melalui sistem saraf motorik, sensorik dan
autonom. Toksin yang mencapai kornu anterior medula spinalis atau nukleus
motorik batang otak kemudian bergabung dengan reseptor presinaptik dan saraf
inhibitor.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestsi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus
sampai kejang yang hebat. Masa timbulnya gejala awal tetanus sampai kejang
disebut awitan penyakit, yang berpengaruh terhadap prognostik.
Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu:
a. Tetanus lokal
Tetanus lokal merupakan bentuk penyakit tetanus yang ringan dengan angka
kematian sekitar 1%. Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap
disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat
berkembang menjadi tetanus umum.
b. Tetanus sefal

10
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari,
yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.
Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus
kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum
dan prognosisnya biasanya jelek.
c. Tetanus umum
Bentuk tetanus yang paling sering ditemukan. Gejala klinis dapat
berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada
dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, rasa
sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi
dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran
yang tetap baik.
d. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali
pusat,umumnya karena tehnik pemotongan tali pusat yang aseptik dan ibu
yang tidakmendapat imunisasi yang adekuat. Gejala yang sering timbul
adalahketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh
kekakuan dan spasme. Posisi tubuh klasik : trismus, kekakuan pada otot
punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal.
Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan
mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas
bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari
kaki. Kematian biasanya disebabkan henti nafas, hipoksia, pneumonia,
kolaps sirkulasi dan kegagalan jantung paru.
Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Ablett’s :
a. Derajat I (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, kekakuan umum, spasme tidak ada,
disfagia tidak ada atau ringan, tidak ada gangguan respirasi.
b. Derajat II (sedang)

11
Trismus sedang dan kekakuan jelas, spasme hanya sebentar, takipneu dan
disfagia ringan
c. Derajat III (berat)
Trismus berat, otot spastis, spasme spontan, takipneu, apnoeic spell,
disfagia berat, takikardia dan peningkatan aktivitas sistem otonomi
d. Derajat IV (sangat berat)
Derajat III disertai gangguan otonomik yang berat meliputi sistem
kardiovaskuler, yaitu hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi,
hipertensi berat atau hipotensi berat. Hipotensi tidak berhubungan dengan sepsis,
hipovolemia atau penyebab iatrogenik. Bila pembagian derajat tetanus terdiri dari
ringan, sedang dan berat, maka derajat tetanus berat meliputi derajat III dan IV.
2.7 Komplikasi
Komplikasi tetanus biasanya terjadi akibat perawatan di rumah sakit yang
berlangsung lama. Pasien harus tiduran terus, dipasang kateter untuk membantu
buang air kecil, sehingga dapat terserang infeksi saluran kencing, pneumonia (infeksi
paru) dan luka decubitus (luka di punggung, ataupantat). Dapat terjadi Pneumia
Aspirasi (Infeksi Paru akibat tersedak) sekitar 50-70%. (suaramerdeka.com).
Komplikasi yang berat adalah kematian. Sebagian kematian tetanus terjadi pada
pasien di atas 60 tahun dan pasien yang tidak mendapatkan imunisasi. 
2.8 Prognosis
Prognosis tetanus pada anak dipengaruhi oleh beberapa factor.Jika masa tunas
pendek ( kurang dari 7 hari ); usia yang sangatmuda ( neonatus), bila disertai
Frekuensi kejang yang tinggi, pengobatan terlambat, period of onset yang pendek
(jarak antara trismu dan timbulnya kejang), adanya komplikasi terutama spasme otot
pernapasan dan abstruksi jalan napas, kesemuanya itu prognosisnya buruk. Mortalitas
tetanus masihtinggi; di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta didpatkan angka
80 % untuk tetanus neonatorum dan 30 % untuk tetanus anak. (posyandu.com)

12
2.9 Penatalaksanaan
A. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan
peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai
pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: -membersihkan
luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang
benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini
penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS
dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Hila ada trismus, makanan
dapat diberikan personde atau parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan
terhadap penderita.
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Obat-Obatan
1. Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-
40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam
dosis terbagi ( 4 dosis ).
Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis
200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini
hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin

13
yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika
broad spektrum dapat dilakukan(1,8.10).
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG)
dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary
aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang
serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin,
yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya
adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1
fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan
dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan
secara IM pada daerah pada sebelah luar.(1.8.9)
3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan
dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik
yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Anti kejang (antikonvulsan)

1. Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan mula-


mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max. 200mg/hari).
2. Klorpromasin: 3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6 mg/kg
BB.
3. Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam.
C. BAYI
1. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan
bersih.
2. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka.
3. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang
sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan

14
untuk mencegah agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran
pernafasan.
4. Ruangan dan lingkungan harus tenang
5. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI
dengan menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau
menyusui).
6. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
7. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa
anaknya harus dirujuk ke RS
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus meliputi:
1. Darah
a. Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang.
b. BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi
kejang kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).
2. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi.
3. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak
yang utuh untuk mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.

2.10 Diagnosis Tetanus

Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien


sewaktu istirahat, berupa :
1. Gejala klinik : Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus
sardonicus( sardonic smile ).
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria

15
1.5 IMUNISASI
1.5.1 TT
Vaksinasi tetanus bertujuan untuk mencegah kerusakan saraf.
Tetanus (berasal dari bahasa yunani : -teinein = menegang) yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini tersebar diseluruh
dunia, menyerang bayi, anak-anak, dan remaja, terutama yang tidak
memperoleh vaksinasi. Tetanus, terutama tetanus neonatarum, sampai saat
ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi
penyebab 8%-69% dari kematian bayi baru lahir (menjadi penyebab
kematian utama terutama di negara-negara sedang berkembang, termasuk
di Indonesia). Pada tahun 2002, WHO melaporkan 198.000 kematian pada
anak berusia kurang dari 5 tahun disebabkan oleh penyakit tetanus.

a. Penyebab

Infeksi tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, basil berbentuk


batang panjang, tipis (2-5 μm x 3-8 μm), gram positif, bakteri berspora
bersifat anaerob murni. Dalam bentuk spora, kuman ini tersebar luas di
tanah, debu jalanan, kotoran hewan (kuda, ayam, babi, anjing), dan
juga tinja manusia.

b. Cara penularan

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia melalui


luka, misalnya luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka
gigit, luka suntikan, infeksi telinga, rahim sesudah persalinan atau
keguguran, pemotongan tali pusat yang tidak steril (sebagai penyebab
utama Tetanus neonaratum). Bentuk spora yang menginfeksi luka
akan berubah menjadi bentuk negatif, yang kemudian mengeluarkan
dua macam racun, yaitu tetanolisin dan tetanospamin (merusak sel-sel
saraf).

16
c. Gejala Klinik
Dalam waktu 3 hari sampai 4 minggu setelah kuman masuk
melalui luka, racun Clostridium tetani akan merusak sistem saraf dan
segera memunculka gejala serta tanda-tanda tetanus, misalnya kejang
dan kekakuan otot rahang (lockjaw), postur badan kaku dan tidak
dapat ditekuk karena kekakuan otot leher dan punggung (opistotonus),
dinding perut mengeras seperti papan, gangguan menelan, dan muka
seperti menyeringai/tertawa (risus sardonicus). Pasien tetanus mudah
sekali mengalami kejang, terutama apabila mendapatkan rangsangan
seperti suara berisik, terkejut, sinar, dan sebagainya sehingga ia perlu
diisolasi dalam ruang tersendiri/ tetanus pada bayo baru lahir disebut
tetanus neonatorum, yang penularannya terjadi pada saat pemotongan
tali pusat yang dilakukan secara tidak steril. Tetanus neonatorumlebih
mudah terjadi bila bayi tidak mendapat imunisasi pasif atau bila pada
saat ibunya hamil tidak pernah mendapat imunisasi.

d. Pencegahan dan pengobatan


Pencegahan tetanus dilakukan melalui upaya sterilitas alat,
misalnya saat memotong tali pusat, pembersihan dan perawatan luka
dan segera mengobati luka infeksi. Tetapi, upaya pencegahan yang
paling efektif adalah melalui imunisasi pasif dan aktif. Pada penyakit
tetanus berat, resiko terjadinya kematian sangat tinggi. Obat antibiotik
dan imunisasi pasif atau antitetanus belum tentu mampu memperbaiki
keadaan penyakit. Cara yang palng efektif adalah mencegah sebelum
terkena tetanus melalui vaksinasi.

e. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif diindikasikan pada seseorang yang mengalami
luka kotor, diperoleh dengan memberikan serum yang sudah

17
mengandung antitoksin heterolog (ATS) atau antitoksin homolog
(imunoglobulin antitetanus)

Tabel 1. Pemberian Vaksin Tetanus pada Orang yang Mengalami Luka

Vaksinasi Luka Bersih Luka Kotor


Sebelumnya Toksoid ATS Toksoid ATS
Tidak ada/tidak Ya* Tidak Ya* Ya
pasti
1x DT atau DPT Ya* Tidak Ya* Ya
2x DT atau DPT Ya* Tidak Ya* Ya
3x DT atau DPT Tidak + Tidak Tidak++ Tidak

Keterangan :
*seri imunisasi yang harus dilengkapi
+ kecuali booster terakhir sudah 10 tahun yang lalu atau lebih
+ + kecuali booster terakhir sudah 5 tahun yang lalu atau lebih
DT vaksinasi difteri tetanus
DPT vaksinasi difteri pertusis tetanus

f. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikkan toksoid tetanus
dengan tujuan merangsang ubuh membentuk antibodi. Vaksin tetanus
diberikan pada :
1. Bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun
2. Ibu hamil
3. Semua orang dewasa

18
Vaksin tetanus memiliki berbagai kemasan seperti preparat
tunggal (TT), kombinasi dengan toksoid difteri dan atau pertusis (dT,
DT, dTwP, dtaP) dan kombinasi dengan komponen lain seperti Hib
dan hepatitis B.

Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari


vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus). DPT diberikan satu seri terdiri
atas 5 suntikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan, dan
terakhir saat sebelum masuk sekolah (4-6 tahun). Bagi orang dewasa,
sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT (tetanus toksoid) setiap
10 tahun.

Untuk mencegah tetanus neonatorum, wanita hamil dengan


persalinan berisiko paling tidak mendapatkan 2 kali dosis dosis vaksin
TT. Dosis TT kedua sebaiknya diberikan paling tidak 4 minggu
setelah pemberian dosis pertama, dan dosis kedua sebaiknya diberiakn
paling tidak 2 minggu sebelum persalinan. Untuk ibu hamil yang
sebelumnya pernah menerima TT x pada waktu calon pengantin atau
pada kehamilan sebelumnya, maka diberikan booster TT 1 kali saja.

Vaksin tetanus tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat


reaksi alergi berat (anafilaksis) pada pemberian sebelumnya, pada orang
yang alergi terhadap komponen vaksin, dan wanita hamil. Pemberian
vaksin DPT pada anak-anak harus ditunda jika anak mengalami demam
tinggi, memiliki kelainan saraf, atau mengalami gangguan pertumbuhan.

g. Efek samping/ KIPI


Efek samping pemberian vaksinasi tetanus biasanya bersifat
ringan, berupa rasa nyeri, warna kemerahan dan bengkak di tempat
penyuntikan, dan demam. Penggunaan kain lembap dingin di tepat yang
sakit dapat mengurangi rasa sakit. Parasetamol dapat diberikan untuk

19
mengurangi rasa sakit dan demam, serta minum air yang banyak. Segera
bawa ke dokter apabila dijumpai hal berikut ini :
1. Kejang- kejang dalam 3-7 hari setelah imunisasi
2. Kejang-kejang yang makin memburuk
3. Reaksi alergi
4. Kesulitan makan atau gangguan pada mulut, tenggorokan atau
muka
5. Panas badan > 40 derajad C
6. Pingsan dalam dua hari ppertama setelah imunisasi
7. Terus menangis lebih dari 3 jam di dua hari pertama setelah
imunisasi

Nama Tetanus
Vaksinasi
Sasaran Bayi dan anak usia kurang dari 10 tahun, ibu hamil, dan semua
imunisasi orang dewasa
Macam Vaksin Toxoid
Dosis Anak-anak 5 dosis
Dewasa yang sudah mendapat imunisasi lengkap cukup diberikan
booster
Ibu hamil 2 dosis
Jadwal Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari
Pemberian vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)
Usia 2 bulan
Usia 4 bulan
Usia 6 bulan
Usia 15-18 bulan
Usia 4-6 tahun
Bagi yang dewasa sebaiknya menerima booster dalam bentuk TT
(tetanus toksoid) setiap 10 tahun

20
Ibu hamil mendapatkan 2 dosis tetanus toxoid
Cara pemberian Suntikan intra muskular/otot
Efektifitas 90%
Kontraindikasi Ibu hamil
Alergi terhadap vaksin
Efek samping Rasa nyeri, warna kemerahan dan bengkak di tempat penyuntikan,
serta demam, reaksi alergi berat (jarang)

1.5.2 DPT
1. Arti

Imunisasi DPT (diphtheria, pertussis, tetanus) merupakan


imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri,
pertussis, dan tetanus. Vaksin DPTini merupakam vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunny,
namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).
Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap
pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ – organtubuh
membut zat ini. Pada pemberian DPT dapat berefek samping ringan
ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis
hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi
kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri,
pertussis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena
penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi
dan anak balita.

21
Hasil penelitian muchalastrining (2005) menunjukan bahwa
jumlah kasus difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak
dari golongan usia 15 -44 tahun (37,42 %). Pasien pertussis yang dirawat
inap paling banyak dari kalangan bayi dan anak-anak merupakan golongan
usia yang rentan terhadap penyakit pertussis. Pasien tetanus yang dirawat
inap paling banyak golongan usia di atas 45 tahun (44,16%)

2. Tujuan imunisasi DPT

Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap 3


penyakit penting yaitu difteri, tetanus dan pertusis.

3. Jadwal imunisasi DPT

Imunisasi DPT termasuk salah satu imunisasi dasar di Indonesia.


Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali. Diberikan pada anak mulai usia
lebih dari 6 minggu dengan interval 1-2 bulan untuk pemberian
selanjutnya. Pemberian imunisasi DPT pada anak usia kurang dari 6
minggu tidak dianjurkan karena respon terhadap pertusis tidak optimal.

4. Kapan diberikan imunisasi DPT ulangan (booster)?

Imunisasi DPT ulangan diberikan 1 kali pada usia 18 bulan. Dan


diulang lagi ketika usia 5 tahun

5. Pemberian imunisasi DPT

Imunisasi DPT diberikan dengan cara menyuntikkan vaksin DPT


ke otot anak. Biasanya penyuntikan dilakukan di otot paha.

6. Biaya imunisasi DPT

22
Karena termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan maka biaya
imunisasi DPT digratiskan pemerintah. Anda dapat melakukan imunisasi
DPT anak anda di posyandu atau puskesmas terdekat.

7. Jenis vaksin DPT

Imunisasi DPT merupakan salah satu jenis  vaksin combo.


Artinya, dalam satu vaksin mengandung beberapa jenis vaksin untuk
beberapa jenis penyakit. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin DPT.

Yang pertama dengan kandungan seluruh sel kuman pertusis


(whole cell pertussis) disingkat dengan DTwP. Vaksin kombo inilah yang
tersedia di posyandu dan puskesmas.

Yang kedua , yang tidak mengandung  kuman pertusis, tapi berisi


komponen spesifik toksin dari kuman pertusin, disebut sebagai aseluler
pertusis, disingkat DTaP. Keuntungan vaksin yang ini, angka kejadian
komplikasi yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding vaksin yang whole
cell. Artinya, lebih sedikit bikin demam , bengkak,nyeri atau komplikasi
lainnya. Kerugiannya, harganya relatif mahal.

Biasanya dokter akan menanyakan, bu mau yang bikin panas atau


yang tidak panas? Maksud dokternya, vaksin yang bikin panas yang whole
cell, sedang yang tidak bikin panas yang aseluler.

8. Komplikasi imunisasi DPT

1. Reaksi lokal pada bekas tempat penyuntikan berupa


kemerahan,bengkak dan nyeri. Kejadian ini terjadi pada 42,9%
penerima imunisasi DPT.
2. Demam ringan. Hanya sekitar 2,2% yang mengalami demam
tinggi

23
3. Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam
pasca suntikan
4. Kejang demam terjadi sebanyak 0,06%
5. Reaksi alergi dan ensefalopati sangat jarang

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit akut, paralitik yang disebabkan oleh
tetanospasmin, eurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus
adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot spasme tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gambaran penyakit ini berupa : trismus (kaku pada
rahang  sulit membuka rahang bawah), rhesus sardonicus (muka seperti
monyet meringis), kaku kuduk (leher kaku, tidak bisa untuk mengangguk),
opistotonus (badan kaku seperti busur), kaku perut, kejang, dan kemungkinan
adanya luka sebagai tempat masuknya kuman. Penyakit tetanus biasanya
timbul di daerah yang mudah terkontaminasi dengan tanah dan dengan
kebersihan dan perawatan luka yang buruk.
Pengobatannya dengan merawat pasien di ruang yang tenang, kemudian
diberikan Anti Tetanus Serum (ATS) sesuai berat badannya secara intravena
dan sisanya intramuscular. Kejang diatasi dengan pemberian anti kejang
(misal diazepam) secara intravena. Juga diberikan antibiotika. Perawatan
pasien ini mungkin melibatkan berbagai bidang kedokteran, misalnya
penyakit dalam, bedah, gigi, dan THT.
5.2 Saran
Jangan sepelekan atau meremehkan luka kecil di tubuh, terutama di
bagian kaki atau tangan yang mudah terkena kotoran seperti debu atau tanah.
Luka kecil ini bisa menjadi pemicu tetanus, penyakit yang sudah jarang terjadi
tapi cukup mematikan. Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh

24
infeksi bakteri. Bakteri ini akan memproduksi racun yang menyebabkan
kejang otot kronis. Tetanus ini sangat berbahaya tapi mudah diatasi jika Anda
teliti dan bertindak cepat.

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyono B, Suharjo J.B.2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah
Penyakit Infeksi.Yogyakarta: Kanisius
2. Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta:
EGC
3. http://medicastore.com/penyakit/91/Tetanus.html di akses tanggal 20
September 2013
4. Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Penerjemah MonicaEster, EGC, Jakarta
5. Muttaqin, arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
6. Retarwan,Kiking.2004.Tetanus.
http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf. diakses
pada tanggal 19 September 2013 pukul 11.00 WIB
7. Siti,2006, Buku Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam F.KUniversitas Indonesia.
8. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Universitas Indonesia
Press :Jakarta.
9. Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan
Anak Nelson Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000
10. Sudoyo W. Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, K. Simadibarata
Marellus, Setiati

26

Anda mungkin juga menyukai