Abstract
Background: The Bandarharjo Primary Healthcare Center was become primary health-
care center with the highest cases of hypertension in Semarang City until November 2020.
The working area of Bandarharjo primary healthcare center consisted of 4 villages with
cases of hypertension in the elderly on January-February 2021 was 400 cases. The aim of
the research was to determine the factors that affect the quality of life in elderly people with
hypertension.
Methods: The type of this research was observational analytics with cross sectional de-
sign. The research sample were 85 using purposive sampling. The instruments used were the
WHOQOL-BREF questionnaire, the IPAQ Short Form questionnaire, and the MMAS-8
questionnaire. Data were analyzed with chi square test, fisher test, and logistic regression.
Results: Variables that associated to the quality of life in the elderly with hypertension in
this study were employment status variables (p=0.007), comorbidities (p=0.022), physical
activity (p=0.021), and medication adherence (p=0.038). The factors that most influenced
the quality of life in elderly people with hypertension were work status, comorbidities, and
medication adherence.
Conclusion: Occupational status, comorbidities, and medication adherence were the fac-
tors that most influence the quality of life in elderly people with hypertension.
Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : tika.yuniarydp@gmail.com
407
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
408
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
dan fungsi keluarga (Yuliati et al., 2014 dalam hasil wawancara terhadap 13 responden lansia
Rati, 2016). Menurut Suwardana (2014), penderita hipertensi, dimana sebanyak 9 lansia
penyakit hipertensi akan memiliki dampak memiliki kualitas hidup yang buruk (69%) dan
terhadap dimensi kualitas hidup, yaitu dimensi empat lansia lainnya memiliki kualitas hidup
fisik, psikologis, dan sosial (Seftiani et al., 2018). yang baik (31%). Dari hasil wawancara tersebut,
Dampak hipertensi secara fisik dapat peneliti melihat adanya beberapa faktor yang
dilihat dengan adanya penyumbatan arteri mungkin dapat mempengaruhi kualitas hidup
koroner dan infark, hipertrofi ventrikel lansia penderita hipertensi diantaranya yaitu
kiri, gagal jantung, memicu ganggaun usia, lama menderita hipertensi, dan status
serebrovaskuler dan arteriosklerosis koroner, pekerjaan.
serta menjadi penyebab utama kematian. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
Dampak secara psikologis pada penderita bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup
hipertensi diantaranya pasien merasa hidupnya lansia penderita hipertensi di wilayah kerja
tidak berarti akibat kelemahan dan proses Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.
penyakit hipertensi yang merupakan long
life disease. Disamping itu, dengan adanya Metode
peningkatan darah ke otak akan menyebabkan Jenis penelitian ini adalah observasional
lansia sulit berkonsentrasi dan tidak nyaman, analitik dengan desain cross sectional.
sehingga akan berdampak pada hubungan Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei
sosial yaitu lansia tidak mau bersosialisasi, 2021 di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo.
yang pada akhirnya dapat menimbulkan Variabel bebas yang diteliti yaitu meliputi jenis
ketidaknyamanan dan menimbulkan kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan,
mempengaruhi kualitas hidup lansia penderita lama menderita hipertensi, jenis caregivers,
hipertensi (Seftiani et al., 2018). komorbiditas, aktivitas fisik, dukungan
Penelitian yang dilakukan oleh keluarga, kepatuhan berobat, dan kepatuhan
Anbarasan (2015), menunjukkan adanya diet hipertensi. Sedangkan variabel terikatnya
faktor-faktor yang mempengaruhi baik yaitu kualitas hidup lansia penderita hipertensi.
buruknya kualitas hidup lansia penderita Populasi dalam penelitian ini adalah
hipertensi, diantaranya yaitu usia, jenis semua lansia penderita hipertensi yang
kelamin, status pernikahan, pekerjaan, dan berobat di Puskesmas Bandarharjo selama
riwayat penyakit lain. Faktor-faktor tersebut bulan Januari-Februari tahun 2021. Teknik
kemudian dikaitkan dengan penilaian kualitas pengambilan sampel yang digunakan yaitu
hidup lansia penderita hipertensi berdasarkan purposive sampling dengan besar sampel
aspek kualitas kesehatan fisik lansia, kualitas penelitian yakni 85 responden. Kriteria inklusi
psikologis, personal sosail, dan lingkungan. dalam penelitian ini meliputi subyek penelitian
Studi pendahuluan telah dilakukan pada merupakan penduduk lansia (berusia ≥ 60
tanggal 28-29 Desember 2020 berupa wawancara tahun) yang bertempat tinggal di wilayah kerja
dengan penanggungjawab prolanis Puskesmas Puskesmas Bandarharjo, mengalami hipertensi,
Bandarharjo dan wawancara disertai pengisian dan tercatat di rekam medis Puskesmas
kuesioner terhadap 13 responden lansia Bandarharjo selama bulan Januari-Februari
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas tahun 2021. Sedangkan kriteria eksklusi dalam
Bandarharjo. Dari hasil wawancara dengan penelitian ini yakni subyek penelitian tidak
penanggungjawab, diketahui bahwa selama ini dapat ditemui selama 3 kali berturut-turut,
belum ada gambaran mengenai kualitas hidup tidak dapat berkomunikasi dengan baik, serta
lansia, khususnya yang menderita hipertensi di menderita gangguan fungsi kognitif, gangguan
Puskesmas Bandarharjo. Disisi lain, sebagian psikiatri berat, dan cacat fisik (tulis, bisu, buta
besar lansia mengungkapkan keluhannya akibat lumpuh).
penyakit hipertensi yang diderita, seperti sering Teknik pengambilan data yang dilakukan
merasa pusing, susah tidur, merasa cemas, adalah wawancara dan dokumentasi. Metode
hingga terbatas dalam menjalankan aktivitas wawancara dengan kuesioner dilakukan
sehari-hari. Hal tersebut juga didukung dengan untuk mengetahui karakteristik responden
409
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
serta beberapa variabel bebas seperti jenis Tabel 1. Hasil Analisis Univariat
caregivers, dukungan keluarga, aktivitas fisik, Variabel Frekuensi Persentase
komorbiditas, lama menderita hipertensi, (%)
kepatuhan berobat, dan kepatuhan diet Jenis Kelamin
hipertensi. Dokumentasi dilakukan dengan Perempuan 57 67,1
menggunakan data sekunder yang berupa Laki-laki 28 32,9
catatan rekam medis lansia penderita hipertensi. Status Pekerjaan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian Tidak Bekerja 61 71,8
ini adalah data primer dan data sekunder. Bekerja 24 28,2
Data primer diperoleh dengan wawancara Tingkat Pendidikan
kepada responden menggunakan kuesioner. Rendah 77 90,6
Data sekunder diperoleh dengan metode Tinggi 8 9,4
dokumentasi berupa rekam medis lansia Lama Menderita Hip-
penderita hipertensi Puskesmas Bandarharjo ertensi
selama bulan Januari-Februari tahun 2021. < 1 tahun 27 31,8
Analisis data dalam penelitian ini ≥ 1 tahun 58 68,2
menggunakan analisis univariat, bivariat, dan Komorbiditas
multivariabel dengan uji statistik chi square, Ya 52 61,2
Tidak 33 38,8
uji fisher, dan uji regresi logistik. Penelitian ini
Jenis Caregivers
telah memenuhi prinsip ethical clearance dari
Informal 83 97,6
Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Ilmu
Formal 2 2,4
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
Dukungan Keluarga
dengan nomor 053/KEPK/EC/2021.
Tidak Baik 45 52,9
Baik 40 47,1
Hasil dan Pembahasan Aktivitas Fisik
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui Rendah 46 54,1
bahwa sebagian besar responden berjenis Sedang 31 36,5
kelamin perempuan dengan persentase sebesar Tinggi 8 9,4
67,1% dan sebanyak 32,9% responden lainnya Kepatuhan Berobat
merupakan responden berjenis kelamin laki- Tidak Patuh 47 55,3
laki. Distribusi responden berdasarkan status Patuh 38 44,7
pekerjaan diketahui mayoritas responden Kepatuhan Diet Hiper-
(71,8%) berstatus tidak bekerja sedangkan tensi
untuk variabel tingkat pendidikan ditemukan Tidak Patuh 15 17,6
90,6% responden memiliki tingkat pendidikan Patuh 70 82,4
yang rendah. Sebagian besar responden (68,2%) Kualitas Hidup
diketahui sudah menderita hipertensi selama Buruk 62 72,9
lebih dari 1 tahun dan sebanyak 61,2% responden Baik 23 27,1
memiliki komorbiditas. Pada variabel jenis
caregivers, sebanyak 97,6% atau hampir seluruh Pada tabel 2 menunjukkan bahwa ada
responden didampingi oleh caregiver jenis hubungan antara status pekerjaan (p 0,007; RP
informal sedangkan untuk variabel dukungan 1,639; 95% CI 1,080-2,488), komorbiditas (p
keluarga ditemukan sebanyak 52,9% responden 0,022; RP 1.436; 95% CI 1,045-1,974), aktivitas
tidak mendapatkan dukungan keluarga dengan fisik (p 0,021), dan kepatuhan berobat (p 0,038;
baik. Dilihat dari pola hidup, sebanyak 54,1% RP 1,371; 95% CI 1,028-1,828) dengan kualitas
responden memiliki aktivitas fisik kategori hidup lansia penderita hipertensi. Sedangkan
rendah, sebanyak 55,3% responden tidak patuh tidak ada hubungan antara jenis kelamin (p
dalam menjalankan pengobatan hipertensi, 0,318), tingkat pendidikan (p 0,677), lama
dan sebanyak 82,4% responden patuh dalam menderita hipertensi (p 1,000), jenis caregivers
menjalankan diet hipertensi. (p 1,000), dukungan keluarga (p 0,070), dan
410
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
kepatuhan diet hipertensi (p 0,219). sudah tidak mampu lagi untuk bekerja. Hal
Hasil analisis bivariat pada variabel ini didukung dengan penelitian (Livana et
jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada al., 2018) yang menyatakan bahwa intensitas
hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas pekerjaan lansia lebih sedikit dibandingkan
hidup lansia penderita hipertensi (p 0,318). dengan pekerjaan orang di usia muda.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasil analisis bivariat menunjukkan
Melani dkk (2017) yang menunjukkan tidak bahwa terdapat hubungan antara status
adanya perbedaan jenis kelamin terhadap total pekerjaan (p 0,007) dengan kualitas hidup
komponen kesehatan fisik dan komponen lansia penderita hipertensi. Hasil penelitian
kesehatan mental (p >0,05) sehingga ini sejalan dengan penelitian Indrayani &
didapatkan hasil bahwa jenis kelamin tidak Ronoatmodjo (2018) yang menunjukkan bahwa
mempengaruhi kualitas hidup dengan nilai p ada hubungan yang bermakna antara status
value sebesar 0,37 dan 0,78. Persamaan hasil pekerjaan (p 0,000) dengan kualitas hidup
dari kedua penelitian ini disebabkan karena lansia penderita hipertensi, dimana mayoritas
sebagian besar responden sama-sama berjenis responden yang tidak bekerja cenderung
kelamin perempuan. Namun berbeda dengan memiliki kualitas hidup yang buruk. Pada
hasil penelitian Chendra dkk pada tahun 2020 penelitian tersebut, lansia yang tidak bekerja
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan 3,5 kali berisiko memiliki kualitas hidup yang
antara jenis kelamin dengan kualitas hidup buruk dibandingkan dengan lansia yang tidak
responden prolanis penderita hipertensi (p bekerja (Indrayani & Ronoatmodjo, 2018).
value 0,013). Menurut Cahyati & Lestari (2018)
Pada penelitian ini, responden berjenis lansia yang tidak bekerja cenderung
kelamin perempuan cenderung memiliki kurang melakukan aktivitas sehingga tidak
kualitas hidup yang buruk dibandingkan dapat membakar lemak dalam tubuh yang
dengan responden laki-laki. Hasil ini didukung menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar
dengan sebuah studi di Hongkong, China, yang dan menjadikan beban jantung meningkat,
dilakukan pada 3351 pasien hipertensi berusia sehingga berisiko meningkatkan tekanan
60 tahun keatas yang membuktikan bahwa darah. Disamping itu, lansia yang tidak bekerja
skor indeks kualitas hidup pada perempuan cenderung mudah merasa cemas, bingung,
cenderung lebih rendah dibandingkan laki-laki ketakutan, serta adanya ketergantungan dalam
seiring bertambahnya usia (Wong et al., 2020). masalah ekonomi. Adanya kondisi tersebut
Penelitian lain yang dilakukan oleh Eisele, tentunya dapat mempengaruhi kualitas hidup
dkk (2015) di Inggris juga menemukan bahwa lansia penderita hipertensi.
kualitas hidup perempuan lanjut usia yang Tingkat pendidikan sangat erat
menerima perawatan hipertensi cenderung kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang
lebih rendah dibandingkan laki-laki. berperan penting dalam perilaku kesehatan.
Bekerja sering dikaitkan dengan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
penghasilan dan kebutuhan manusia. Dengan maka akan semakin mudah pula mereka untuk
bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan, menerima informasi, sehingga akan semakin
baik kebutuhan sehari-hari maupun banyak pengetahuan yang mereka dapatkan
kebutuhan keluarganya. Pada penelitian ini, (Azmi et al., 2018). Pada penelitian ini sebagian
mayoritas responden lansia (71,8%) berstatus besar responden berpendidikan tamat Sekolah
tidak bekerja. Sebagian besar responden Dasar (SD) bahkan terdapat pula responden
mengungkapkan alasan mereka sudah tidak yang tidak sekolah. Sejalan dengan penelitian
bekerja dikarenakan beberapa faktor, salah Anbarasan (2015) juga menunjukkan mayoritas
satunya yaitu kondisi fisik yang mulai melemah responden lansia berpendidikan tamat SD yaitu
akibat dari proses penuaan. Disamping itu sekitar 51,7% dan terdapat sekitar 47,1% lansia
mereka juga mengungkapkan bahwa keluhan yang tidak sekolah. Hasil penelitian ini sesuai
yang dirasakan akibat penyakit hipertensi dengan data Statistik Penduduk Lanjut Usia
seringkali mengganggu aktivitas sehari- tahun 2020, yang menggambarkan bahwa lansia
hari sehingga mereka menganggap dirinya di Indonesia masih didominasi oleh kelompok
411
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
lansia dengan latar pendidikan rendah yakni bahwa penyakit penyerta yang sering dialami
32,48% tidak tamat SD dan bahkan sebanyak oleh penderita hipertensi diantaranya yaitu
13,96% tidak pernah sekolah (Badan Pusat diabetes mellitus, gagal ginjal, hiperkolesterol,
Statistik, 2020). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK),
Hasil analisis bivariat menunjukkan rheumatoid arthritis, dan dyspepsis. Menurut
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat Alfian, dkk (2017) terdapat hubungan yang
pendidikan (p 0,677) dengan kualitas hidup sangat kuat antara hipertensi dengan diabetes
lansia penderita hipertensi. Hasil penelitian ini mellitus karena terdapat beberapa kriteria
searah dengan penelitian Chendra, dkk (2020) yang sering ditemukan pada pasien hipertensi
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat yakni peningkatan tekanan darah, obesitas,
hubungan yang bermakna antara tingkat dislipidemia, dan peningkatan glukosa darah.
pendidikan dengan kualitas hidup peserta Hasil penelitian di lapangan juga
prolanis yang menderita hipertensi dengan menemukan bahwa sebagian responden yang
nilai p value sebesar 0,063. Pada penelitian memiliki komorbiditas cenderung memiliki
tersebut sebagian responden memang lebih kualitas hidup yang buruk. Hasil ini didukung
banyak yang berpendidikan tinggi, akan tetapi dengan penelitian yang dilakukan (Bota, 2017)
jumlah responden yang berpendidikan tinggi yang menemukan bahwa sekitar 67% kualitas
juga sebanding dengan jumlah responden yang hidup yang buruk terjadi pada pasien hipertensi
memiliki kualitas hidup yang baik. Adanya dengan komplikasi. Penelitian yang dilakukan
asosiasi dalam hal tersebut yang menjadi alasan oleh Alfian, dkk (2017) terhadap pasien
kesamaan antara kedua penelitian ini. hipertensi dengan penyakit penyerta gagal
Berdasarkan hasil analisis bivariat jantung juga menemukan mayoritas pasien
dapat diketahui bahwa terdapat hubungan hipertensi dengan penyakit penyerta gagal
yang bermakna antara komorbiditas (p jantung kualitas hidupnya cenderung kurang
0,022) dengan kualitas hidup lansia penderita baik. Hal ini menegaskan bahwa dengan adanya
hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penyakit penyerta atau komorbiditas yang
penelitian di China yang didapatkan hasil dialami oleh pasien hipertensi menimbulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan dampak yang dapat berpengaruh negatif
antara jumlah penyakit kronis dengan kualitas terhadap kualitas hidup pasien sehingga
hidup (p <0,001). Pada penelitian tersebut juga kualitas hidupnya akan semakin menurun.
ditemukan adanya korelasi yang kuat antara Dilihat dari lama menderita hipertensi,
kualitas hidup pasien hipertensi yang memiliki hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
komorbiditas diabetes mellitus dengan nilai terdapat hubungan antara lama menderita
OR sebesar 3,82 (Bao et al., 2019). Penelitian hipertensi (p 1,000) dengan kualitas hidup
lain yang dilakukan Wong et al (2020) juga lansia penderita hipertensi. Menurut Chendra,
mendukung hasil penelitian ini, dimana dkk (2020) hipertensi yang terjadi pada
terdapat hubungan yang signifikan antara seseorang dalam waktu yang lama akan
status multimorbiditas dengan kualitas hidup menimbulkan komplikasi pada berbagai organ
lansia penderita hipertensi. Seiring dengan tubuh diantaranya yaitu otak, mata, jantung,
adanya proses penuaan, terjadi penurunan pembuluh darah arteri, dan dinjal. Dampak
fungsi tubuh sehingga usia lanjut berisiko komplikasi ini adalah penurunan kualitas hidup
untuk terkena satu penyakit dan diikuti dengan penderita yang kemungkinan terburuknya
penyakit penyerta lainnya. adalah terjadinya kematian.
Pada penelitian ini, terdapat Hasil penelitian ini sejalan dengan
50% responden memiliki komorbiditas penelitian yang dilakukan Abdiana (2019)
diabetes mellitus, kemudian diikuti dengan yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
hiperkolesterolemia sebanyak 34,6%, dan antara lama menderita hipertensi (p 0,195)
diikuti dengan penyakit penyerta lain seperti dengan kualitas hidup peserta prolanis
gastritis, penyakit jantung koroner, dan penyakit penderita hipertensi. Penelitian lain yang
lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian dilakukan di Nepal juga menunjukkan bahwa
Pratiwi, dkk (2020) yang menyebutkan durasi hipertensi bukan merupakan prediktor
412
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
atau faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yang belum sepenuhnya baik. Hasil penelitian
dalam domain fisik dan mental (Bhandari et ini ditemukan berbeda dengan penelitian
al., 2016). Tidak adanya hubungan antara lama Luthfa, (2018) yang menunjukkan bahwa
menderita hipertensi dengan kualitas hidup sebagian besar lansia yang tinggal bersama
lansia penderita hipertensi pada penelitian ini keluarga memiliki kualitas hidup yang baik
diduga disebabkan karena adanya faktor lain dibandingkan lansia yang tinggal di rumah
yaitu tidak adanya perbedaan yang signifikan pelayanan sosial.
antara status kesehatan lansia yang menderita Tidak adanya hubungan antara jenis
hipertensi ≥1 tahun dengan lansia yang caregiver dengan kualitas hidup lansia
menderita hipertensi <1 tahun, hal tersebut penderita hipertensi pada penelitian ini
diketahui dari pernyataan sebagian lansia yang disebabkan karena sebagian besar responden
menderita hipertensi <1 tahun yang merasakan yang didampingi oleh family caregiver justru
status kesehatan mereka masih tergolong cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk
kurang baik dengan adanya penyakit penyerta daripada kualitas hidup yang baik. Disamping
lain yang diderita sehingga berpengaruh itu, responden yang didampingi oleh informal
terhadap penurunan kualitas hidup mereka. caregiver juga diketahui memiliki kualitas
Caregiver dapat diartikan sebagai hidup yang buruk sehingga belum dapat
anggota keluarga yang telah tinggal bersama ditemukan perbedaan kualitas hidup lansia
pasien dan terlibat erat dalam aktivitas penderita hipertensi secara signifikan, baik
sehari-hari, perawatan kesehatan maupun yang didampingi oleh informal caregiver
interaksi sosialnya selama lebih dari satu tahun maupun formal caregiver.
(Swaroop et al., 2013). Hasil analisis bivariat Pada variabel dukungan keluarga,
pada variabel jenis caregivers menunjukkan diperoleh nilai p value sebesar 0,070 yang
bahwa tidak ada hubungan antara jenis berarti bahwa tidak ada hubungan antara
caregivers (p 1,000) dengan kualitas hidup dukungan keluarga dengan kualitas hidup
lansia penderita hipertensi. Berdasarkan hasil lansia penderita hipertensi. Hasil penelitian ini
wawancara dengan responden, dapat diketahui sejalan dengan penelitian Panjaitan & Perangin-
bahwa dalam menjalankan aktivitas sehari-hari angin (2020) yang menunjukkan bahwa tidak
sebagian besar responden lansia didampingi ada hubungan yang signifikan antara dukungan
oleh informal/family caregiver, dalam hal ini keluarga dengan kualitas hidup lansia dengan
adalah anggota keluarga yang tinggal satu nilai koefisien korelasi 0,204. Pada penelitian
rumah dengan responden. Pada dasarnya, tersebut sebagian responden mendapatkan
family caregiver adalah individu yang selalu dukungan keluarga dalam kategori rendah
mendampingi dan merawat pasien dengan namun kualitas hidup lansia dalam kategori
pasien kronis. Mereka memiliki peranan yang cukup dan baik. Namun hasil penelitian ini
sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari ditemukan berbeda dengan penelitian Rati
pasien, dimana semakin hari kehadiran family (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat
caregiver semakin dibutuhkan oleh pasien hubungan yang signifikan antara dukungan
dengan penyakit kronis seperti hipertensi keluarga dengan kualitas hidup lansia penderita
(Swartz & Collins, 2019). hipertensi.
Setelah dilakukan analisis lebih lanjut Berdasarkan hasil wawancara, sebagian
didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia besar responden mengungkapkan bahwa
yang didampingi informal caregiver justru meskipun mereka tinggal bersama keluarga,
memiliki kualitas hidup yang buruk (70,6%) namun mayoritas berada dalam keadaan
dan diperoleh hanya sekitar 27,1% lansia ekonomi menengah ke bawah, sehingga
yang didampingi informal caregiver memiliki keluarga kurang memfasilitasi dalam hal
kualitas hidup yang baik. Hal ini dapat pengobatan dan perawatan hipertensi pada
disebabkan karena faktor lain seperti peran responden. Hasil ini searah dengan penelitian
caregiver terhadap perawatan kesehatan lansia Wafroh & Lestari (2016) yang menyebutkan
yang belum optimal, sehingga berdampak pada bahwa sebagian besar lansia mendapatkan
status kesehatan yang dirasakan oleh lansia dukungan keluarga kategori kurang, hal ini
413
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
414
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
yakni tingkat kepatuhan berobat responden yang patuh menjalankan diet dikarenakan
yang berada pada kategori rendah atau adanya kesadaran dari masing-masing individu
dapat diartikan bahwa sebagian responden setelah mendapatkan dorongan dan informasi
sama-sama tidak patuh dalam menjalankan dari petugas kesehatan.
pengobatan hipertensi. Berdasarkan analisis bivariat, diperoleh
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian hasil bahwa tidak ada hubungan antara
besar responden mengungkapkan bahwa kepatuhan diet hipertensi (p 0,219) dengan
terkadang mereka lupa mengonsumsi obat kualitas hidup lansia penderita hipertensi.
bahkan selama 2 pekan terakhir pernah dengan Tidak adanya hubungan antara kepatuhan
sengaja tidak mengonsumsi obat dikarenakan diet hipertensi dengan kualitas hidup lansia
beberapa alasan, diantaranya yakni ketika penderita hipertensi pada penelitian ini diduga
mereka merasa kondisinya sedikit sehat, disebabkan karena faktor lain seperti gangguan
mereka berhenti mengonsumsi obat untuk tidur yang dialami oleh lansia. Sebagian
sementara waktu. Disamping itu, tidak sedikit besar lansia menuturkan bahwa mereka
dari responden yang merasa terganggu dengan mengalami kesulitan tidur terutama ketika
kewajiban mereka terhadap pengobatan malam hari, sehingga mayoritas dari lansia
hipertensi yang harus dijalani. Menurut tidak dapat beristirahat dengan cukup. Hal ini
Agustiningsih & Fikriana (2020) banyaknya menunjukkan bahwa lansia patuh menjalankan
pasien yang tidak patuh mengonsumis obat diet hipertensi dalam hal pola makan namun
antihipertensi disebabkan karena beberapa terkait pola hidup sehat seperti kebiasaan
faktor, diantaranya yaitu karena responden istirahat yang cukup masih tergolong dalam
sudah merasa kondisinya membaik sehingga kategori kurang.
menghentikan pengobatan dengan inisiatif Hasil penelitian ini sejalan dengan
mereka sendiri. penelitian (Indayati, 2016) yang menunjukkan
Hipertensi merupakan penyakit kronis bahwa tidak terdapat hubungan antara
yang tidak dapat disembuhkan atau dapat pengaturan diet dengan kualitas hidup penderita
kambuh kapan saja, demikian pula pengobatan hipertensi (p=0,12). Persamaan hasil penelitian
hipertensi pun membutuhkan waktu yang lama, ini dengan penelitian tersebut disebabkan
namun hipertensi dapat dikendalikan dengan karena sama-sama menunjukkan hasil bahwa
berbagai cara diantaranya yakni penderita tidak adanya perbedaan yang signifikan antara
hipertensi harus mematuhi program diet yang kepatuhan diet dengan kualitas hidup lansia.
dianjurkan oleh tenaga kesehatan Tumenggung Pada penelitian ini ditemukan mayoritas lansia
(2017). Pada penelitian ini, sebagian besar yang patuh dalam menjalankan diet hipertensi
responden mengungkapkan bahwa mereka justru cenderung memiliki kualitas hidup yang
sudah berusaha menerapkan pola makan buruk dibandingkan dengan lansia yang tidak
sehat sehari-hari seperti membatasi konsumsi patuh dalam menjalankan diet hipertensi.
garam, mengurangi konsumsi makanan Hal ini diduga disebabkan adanya faktor lain
berlemak (seperti sate, jeroan, dan daging adanya komorbiditas pada lansia penderita
merah), meningkatkan konsumsi sayur dan hipertensi. Sebagian lansia yang patuh dalam
buah yang kaya serat, melakukan diet rendah menjalankan diet hipertensi diketahui memiliki
kolesterol dengan menghindari daging bebek komorbiditas yang juga membutuhkan terapi
dan makanan bersantan, serta menerapkan atau pola diet tertentu, namun seringkali lansia
pola hidup sehat dengan tidak merokok mengabaikan terapi atau pola diet terhadap
dan menghindari minum minuman yang komorbiditas yang mereka miliki sehingga hal
mengandung soda dan alkohol. Searah dengan tersebut menjadi salah satu faktor terhadap
penelitian Rati (2016), pada umumnya lansia status kesehatan lansia penderita hipertensi.
415
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik lansia penderita hipertensi yang tidak patuh
yang ditunjukkan pada Tabel 3, dapat diketahui dalam menjalankan pengobatan berisiko 3,619
bahwa variabel status pekerjaan, komorbiditas, kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang
dan kepatuhan berobat merupakan faktor yang buruk dibandingkan dengan lansia penderita
berkontribusi kuat terhadap kualitas hidup hipertensi yang patuh dalam menjalankan
lansia penderita hipertensi di wilayah kerja pengobatan. Menurut Célia, dkk (2016)
Puskesmas Bandarharjo. Nilai Rasio Prevalens kepatuhan terhadap pengobatan farmakologis
(RP) masing-masing variabel berturut-turut hipertensi memiliki dampak positif pada
adalah 4,933; 4,304; dan 3,619. Pada variabel domain mental dan fisik serta pada skor kualitas
komorbiditas diketahui hasil bahwa terdapat hidup pasien hipertensi. Hasil penelitian ini
pengaruh yang signifikan antara komorbiditas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
terhadap kualitas hidup lansia penderita Park & Shin pada tahun 2018. Pada penelitian
hipertensi. Lansia penderita hipertensi yang tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan
memiliki komorbiditas berisiko 4,304 kali berobat merupakan salah satu faktor yang
lebih besar untuk memiliki kualitas hidup yang secara signifikan berpengaruh terhadap kualitas
buruk apabila dibandingkan dengan lansia hidup lansia penderita hipertensi (p = 0,007).
penderita hipertensi yang tidak disertai dengan Hasil ini juga didukung dengan penelitian
komorbiditas. Hasil penelitian ini sesuai Khayyat, dkk (2018) yang menyatakan
dengan penelitian Alfian, dkk (2017) yang bahwa kepatuhan berobat merupakan satu-
menyebutkan adanya pengaruh komorbiditas satunya faktor penentu kualitas hidup pasien
terhadap kualitas hidup penderita hipertensi. hipertensi. Pasien hipertensi yang patuh dalam
Penderita hipertensi dengan komorbiditas menjalankan pengobatan cenderung memiliki
diabetes mellitus merupakan kombinasi kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan
penyakit yang belum dapat disembuhkan, dengan pasien hipertensi yang tidak patuh
namun apabila kadar gula darah dapat terkontrol dalam menjalankan pengobatan.
dengan baik maka keluhan fisik dapat dicegah Pada variabel status pekerjaan diketahui
atau diminimalisir. Kedua penyakit tersebut hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
memerlukan terapi pengobatan secara terus antara status pekerjaan terhadap kualitas hidup
menerus sehingga efektifitas dan efek samping lansia penderita hipertensi. Berdasarkan hasil
pengobatan dapat berpengaruh terhadap analisis yang telah dilakukan menunjukkan
penurunan kualitas hidup pasien hipertensi bahwa status pekerjaan merupakan variabel
(Alfian et al., 2017). yang memiliki kontribusi atau pengaruh
Pada variabel kepatuhan berobat terkuat terhadap kualitas hidup lansia penderita
diketahui hasil bahwa terdapat pengaruh yang hipertensi. Nilai RP sebesar 4,933 menunjukkan
signifikan antara kepatuhan berobat terhadap bahwa lansia penderita hipertensi yang
kualitas hidup lansia penderita hipertensi. berstatus tidak bekerja berisiko 4,933 kali
Nilai RP sebesar 3,619 menunjukkan bahwa lebih besar memiliki kualitas hidup yang
416
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
buruk dibandingkan dengan lansia penderita EQ-5D pada pasien hipertensi yang masih
hipertensi yang berstatus masih bekerja. Hasil bekerja lebih tinggi dibandingkan pasien
penelitian ini sejalan dengan penelitian Zhang, hipertensi yang tidak bekerja. Sehingga dapat
dkk di Provinsi Shaanxi, China pada tahun diartikan bahwa pasien hipertensi yang bekerja
2016. Pada penelitian tersebut didapatkan memiliki kualitas hidup yang jauh lebih baik
hasil bahwa status pekerjaan merupakan dibandingkan dengan pasien hipertensi yang
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidak bekerja (Zhang et al., 2016).
hidup pasien hipertensi, dimana skor indeks
Tabel 3. Hasil Analisis Multivariabel
Variabel P value RP 95% CI
Status Pekerjaan 0,007 4,933 1,545 - 15,744
Komorbiditas 0,011 4,304 1,393 - 13,298
Kepatuhan Berobat 0,024 3,619 1,181 - 11,095
Kesimpulan Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan Kerja Puskesmas Rendang Pada Periode 27
kesimpulan bahwa variabel status pekerjaan, Februari Sampai 14 Maret 2015. Intisari Sains
Medis, 4(1), 113. https://doi.org/10.15562/
komorbiditas, aktivitas fisik, dan kepatuhan
ism.v4i1.57
berobat berhubungan dengan kualitas hidup
Arifin, M. H. B. M., Weta, I. W., & Ratnawati, N. L. K.
lansia penderita hipertensi di wilayah kerja A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang. Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok
Variabel yang tidak berhubungan dengan Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas
kualitas hidup lansia penderita hipertensi Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016.
yakni variabel jenis kelamin, tingkat E-Jurnal Medika Udayana, 5(7).
pendidikan, lama menderita hipertensi, jenis Azmi, N., Karim, D., & Nauli, F. A. (2018). Gambaran
caregivers, dukungan keluarga, dan kepatuhan Kualitas Hidup Lansia Dengan Hipertensi
diet hipertensi. Variabel status pekerjaan, di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo
Kecamatan Tampan Pekanbaru. JOM FKp,
komorbiditas, dan kepatuhan berobat
5(2), 942–947.
merupakan faktor yang paling berpengaruh
Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik Penduduk
terhadap .kualitas hidup lansia penderita Lanjut Usia.
hipertensi dengan nilai probabilitas sebesar Bao, X., Xie, Y., Zhang, X., Peng, X., Huang, J.,
94%. Du, Q., & Wang, P. (2019). The association
between multimorbidity and health-related
Daftar Pustaka quality of life : a cross- sectional survey
Abdiana. (2019). Kualitas Hidup Penderita Penyakit among community middle-aged and elderly
Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas residents in southern China. BioMed Central
Kecamatan Padang Utara Kota Padang Journal, 17(107), 1–9.
Tahun 2017. Jurnal Sehat Mandiri, 14(2), Bhandari, N., Bhusal, B. R., K.C., T., & Lawot,
38–47. I. (2016). Quality of life of patient with
Afiani, N., Sargowo, D., & Rini, I. S. (2014). hypertension in Kathmandu. International
Hubungan Kepatuhan Terapi Terhadap Journal of Nursing Sciences, 3(4), 379–384.
Kualitas Hidup Pasien dengan Hipertensi https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.10.002
Derajat II. Bota, M. K. (2017). Gambaran Kualitas Hidup
Agustiningsih, N., & Fikriana, R. (2020). Tekanan Pasien Hipertensi di Puskesmas Gamping I
Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi : A Sleman.
Literature Review. Jurnal Citra Keperawatan, Cahyati, E., & Lestari, N. (2018). Pengaruh Peer
08(2), 101–108. Group Education Terhadap Kualitas Hidup
Alfian, R., Susanto, Y., & Khadizah, S. (2017). Kualitas Dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Desa
Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Sumberbendo Kecamatan Pare Kabupaten
Penyerta Di Poli Jantung RSUD Ratu Zalecha Kediri. JURNAL ILKES (Jurnal Imu
Martapura. Jurnal Pharmascience, 04(01), Kesehatan), 9(1), 75–84.
39–47. Célia, A., Souza, C. De, Wicto, J., Borges, P., Maria,
Anbarasan, S. S. (2015). Gambaran Kualitas Hidup T., & Moreira, M. (2016). Quality of life
417
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
418
Yuniar Dwi Prastika, Nur Siyam / Faktor Risiko Kualitas / IJPHN (1) (3) (2021)
419