Anda di halaman 1dari 160

TUGAS TTI: TRAINING KP A

Pelatihan Mindfulness untuk Meningkatkan Attention pada


Pengajar dan Siswa Ubaya Language Center (ULC)

Dosen pembimbing: Dr. Frikson Christian Sinambela, S.Psi., M.T.


Oleh:
Kelompok 6 (Kancah Sekolah)

Annisa Zaenab N. F. 150116057


Nur Qomariah F. W. T. 150116088
Almira Kreza 150116174
Apriliana Tri 150116213
Devin Sandy P. 150116292

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SURABAYA
2018
Kata Pengantar

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya, sehingga
laporan pelatihan yang berjudul “Mindfulness untuk Meningkatkan Attention” ini
tersusun hingga selesai. Mindfulness merupakan topik yang sedang hangat akhir-
akhir ini untuk dibicarakan, karena mindfulness mengajarkan kesadaran akan hal-
hal yang terjadi pada masa kini. Hal ini bisa dipraktikkan oleh semua orang di
berbagai kalangan dan fokus pelatihan ini yaitu terhadap pengajar di Ubaya
Language Center (ULC) Universitas Surabaya.
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dalam memberikan sumbangsih baik dalam bentuk materi maupun
pikiran. Ucapan terima kasih ini kami haturkan kepada
1. Dr. Frikson Christian Sinambela, S.Psi., M.T.selaku dosen pengajar mata
kuliah Training dan sekaligus dosen pembimbing
2. Katherine Amadea dan Youngki selaku pengajar Ubaya Language Center
dan juga merupakan partisipan
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Kami
menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa,
penyusunan, atau pun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna menjadi acuan bekal pengalaman bagi kami
untuk berusaha lebih baik di masa yang akan datang.

Surabaya, Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pusat Bahasa atau yang lebih dikenal dengan nama ULC (Ubaya Language
Center) adalah salah satu unit penunjang akademik Universitas Surabaya dengan
misi ” menyediakan jasa atau pelayanan yang bermutu dalam bidang pelatihan
bahasa dan keterampilan berkomunikasi bagi para pelanggannya yaitu civitas
academica Ubaya dan masyarakat umum. Visi ULC adalah menjadikan ULC
sebagai ”Center of Excellence for Services in Language and Communication Skills
Training”. Untuk mencapai misinya ini, ULC didukung oleh staf pengajar yang
berkualitas, fasilitas yang memadai dan suasana akademik yang menyenangkan.
ULC berlokasi di Jl. Kalirungkut, Gedung FF Lantai 6. Adapun layanan
yang disediakan diantaranya (1) Kursus Bahasa Ingggris, Perancis, Jerman,
Belanda, Spanyol, Korea, Jepang , Mandarin, (2) ILPSOL (Bahasa Indonesia untuk
mahasiswa atau orang asing), (3) Persiapan Tes Bahasa: TOEFL, IELTS, iBT, TSE,
Japanese Proficiency Test, (4) Tes TOEFL (paper-Based) setiap Selasa dan Kamis
jam 10.00, (5) ECC (English Communication Club) - hanya untuk mahasiswa
Ubaya – gratis, (6) UPSS (Ubaya Public Speaking Society– hanya untuk mahasiswa
Ubaya – gratis, (7) Tutorial program – mahasiswa ubaya - gratis.
Sebagai salah satu pusat bahasa yang ada di Ubaya, ULC memiliki visi
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi para mahasiswa, dosen dan
karyawan Ubaya dalam mewujudkan cita-cita Ubaya menjadi ” the world class
university”. Dengan demikian, tempat pembelajaran dan juga pusat bahasa ini
menekankan pentingnya skill dan knowledge mengenai bahasa asing, tidak hanya
bahasa inggris. Melainkan adapun bahasa jepang, bahasa perancis dan bahasa
jerman. ULC sendiri pun memiliki mentor pengajar yang juga sebagai mahasiswa
aktif Universitas Surabaya dari berbagai fakultas. Mentor diseleksi dengan ketat,
dengan serngkaian proses seleksi, salah satunya micro-teaching. Hal ini bertujuan
agar ULC mampu mencetak murid yang pembelajar, memiliki pengetahuan dan
skill dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Dalam proses
pembelajarannya sendiripun, mentor ULC dituntut untuk profesional, mereka
bertindak sebagai guru walaupun siswa yang diajar mereka adalah mahasiswa, yang
dimana posisinya adalah sama dengan mereka. Tidak jarang, mentor merasa sedikit
kesulitan dalam menerapkan figur sebagai pengajar, diantaranya mempertahankan
fokus mereka dalam mengajar. Terlebih, saat banyak siswa masih mengabaikan
peraturan untuk tidak menggunakan HP saat pelajaran dan ujian.
Pada tanggal 18 Agustus dan 19 Agustus, Trainer melakukan wawancara
untuk menggali permasalahan apa saja yang ada di Ubaya Language Center.
Wawancara dilakukan pada dua pengajar aktif ULC, dimana keduanya merupakan
mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2016
dan 2017. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat masalah yang ada di
tingkat makro, meso dan mikro, tetapi pada tahap ini kami hanya fokus pada level
meso dan mikro . Pada level Meso adapun secara general, kesenjangan yang terjadi
adalah perihal atensi mahasiswa saat pembelajaran berlangsung. Kenyataan yang
terjadi ialah masih banyak mahasiswa yang tidak fokus karena bermain gadget, dan
harapan yang diinginkan oleh ULC ialah mahasiswa fokus pada pelajaran. Pada
level Mikro, adapun kesenjangan berupa pengendalian emosi mentor. Kenyataan
yang terjadi ialah mentor emosinya rentan terganggu dikarenakan mahasiswa yang
tidak kondusif untuk proses pembelajaran. Terbukti dari hasil wawancara:

“Tidak kondusifnya pembelajaran itu seringkali membuat aku pingin teges gitu ke
mereka (mahasiswa), tapi di sisi lain aku ya takut kalau marah-marah, nama
baikku jadi jelek dong. Susah nahan emosi, kalau lihat mahasiswa yang nggak
atensi pada proses pembelajaran” (Pengajar 2 ULC, Psikologi 2017)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, trainer menyimpulkan bahwa


masalah utama yang sebaiknya segera diintervensi ialah masalah kurangnya
attention (perhatian), karena hal itu sangat menghambat proses pembelajaran dan
pemahaman siswa secara keseluruhan. Sehingga masalah kurang attention
(perhatian) dapat diatasi dengan melakukan intervensi training yang dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu pelatihan mindfulness.
Trainer menganalisis kesenjangan yang terjadi pada masing-masing level, yakni:
Makro (Organisasional), Meso (Komunitas), serta Mikro (Individu). Berdasarkan
analisis kesenjangan yang sudah dituliskan pada Tabel Training Need Analysis (ada
pada Lampiran) inilah pada akhirnya trainer membuat suatu pelatihan yang
menyasar pada kesenjangan yang terdapat pada level meso dan mikro. Adapun
kesenjangan yang berada pada level makro ialah terkait: (1) Keefektifan metode
pengajaran pada kelas bahasa asing, (2) Keaktifan mahasiswa dalam mengikuti
tutor bahasa asing di ULC, (3) Pengenalan ULC menuju outstanding. Lalu
kesenjangan yang berada pada level mesi ialah terkait: (1) Pencapaian skor Standar
untuk TOEFL, (2) Kemampuan mempertahankan nilai pada mahasiswa, (3)
Karakter mahasiswa, (4) Konsentrasi mahasiswa, (5) Keaktifan mahasiswa, (6)
Fokus mahasiswa, (7) Kemampuan attention switching (memperhatikan dan
mencatat), (8) Konsentrasi mahasiswa saat proses belajar, (9) Soal terlalu sulit.
Selanjutnya, kesenjangan yang berada pada level mikro ialah: (1) Kemampuan
konsentrasi mahasiswa yang menurun saat KBM dikarenakan lapar dan mengantuk,
(2) Pengendalian emosi mentor.
Berdasarkan Training Need Analysis inilah trainer memilih untuk membuat
pelatihan yang berfokus pada level meso dan mikro. Dimana kesenjangan tersebut
jika dikatikan dengan aspek attention ialah Selective Attention: mengarahkan dan
membatasi perhatian pada informasi tertentu. Masih banyak mahasiswa yang tidak
fokus karena bermain gadget. Hal ini disebabkan karena budaya penggunaan gadget
dan coping stress yang kurang adaptif. Trainer menganalisis bahwa selective
attention berkaitan dengan pembatasan perhatian dari informasi tertentu, ditinjau
dari permasalahan yang ada di ULC bahwa mahasiswa kurang bisa membatasi
perhatiannya pada gadget. Mereka cenderung lebih memilih atensi pada gadget
dibandingkan penjelasan pengajar saat proses pembelajaran berlangsung. Attention
Switching: kemampuan mengubah fokus perhatian secara fleksibel dan adaptif.
Kenyataannya, mahasiswa hanya mencatat materi tapi tidak memperhatikan
pengajar. Terdapat kesenjangan berupa kemampuan attention switching
(memperhatikan dan mencatat) pada mahasiswa. Trainer menganalisis bahwa
attention switching berkaitan dengan kemampuan mengubah fokus, dimana pada
situasi yang sama mahasiswa diminta untuk tidak hanya fokus pada satu hal saja,
tentunya hal tersebut yang menunjang kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,
mahasiswa kurang bisa mengubah fokus antara menulis materi dengan
memperhatikan pengajar yang menjelaskan. Tidak adanya atensi dari mahasiswa
terhadap pengajar, menimbulkan kegiatan belajar yang searah dan monoton, karena
tidak ada komunikasi aktif antara pengajar dengan mahasiswa. Sustained Attention
: mencapai dan mempertahankan kondisi waspada atau kesiagaan. Pada proses
pembelajaran berlangsung, ada beberapa mahasiswa yang mengobrol di kelas. Hal
ini disebabkan juga karena tidak ada nya peringatan dari pengajar saat ada
mahasiswa yang ngobrol saat pembelajaran serta penegakan aturan yang belum
mampu untuk meminimalisir masalah ini. Trainer menganalisis bahwa sustained
attention berkaitan dengan mempertahankan kondisi waspada (fokus), disini
mahasiswa sudah lelah dan tidak memiliki coping untuk menyikapi kejenuhannya
dalam proses pembelajaran. Alhasil, mereka melakukan coping yang kurang tepat
yakni mengobrol di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dan mengacu pada tabel Training Need
Analysis tersebut, trainer menyimpulkan bahwa masalah utama yang sebaiknya
segera diintervensi ialah masalah kurangnya attention (perhatian), karena hal itu
sangat menghambat proses pembelajaran dan pemahaman siswa secara
keseluruhan. Sehingga masalah kurang attention (perhatian) dapat diatasi dengan
melakukan intervensi training yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
yaitu pelatihan mindfulness.
1.2. Tujuan Pelatihan
Pelatihan yang dilakukan untuk pengajar dan siswa kursus ULC,
mendapatkan pemahaman mengani cara meningkatkan attention melalui meditasi
sederhana mindfulness dan mampu menerapkan mindfulness dalam kegiatan sehari-
hari tentunya untuk menunjang konsentrasi di kegiatan pembelajaran. Hal lain yang
akan didapatkan dari hasil pelatihan yang akan dilakukan adalah siswa mampu
melakukan attention switching tanpa terdistrak gangguan apapun, ditengah proses
pembelajaran yang saat ini seringkali menggunakan metode ceramah. Sehingga visi
misi ULC dapat tercapai, suasana pembelajaran menjadi nyaman.
Pengembangan dan pelatihan yang kami lakukan menitik beratkan pada beberapa
aspek :
Sesi Aspek Tujuan
1. Peserta mengetahui
konsep mindfulness
2. Peserta mengetahui
manfaat mindfulness
untuk meningkatkan
Sesi 1 Knowledge
attention
(Entering The Gate of dan 3. Peserta mampu
mengimplementasikan
Mindfulness) Skill
mindfulness untuk
meningkatkan attention
4. Peserta mampu
merefleksikan dan
menerapkan mindfulness
di kehidupan sehari-hari
Sesi 2 1. Peserta mengetahui
konsep mindfulness
(The Important of Knowledge
Mindfulness)
Sesi 3 1. Peserta mengetahui
( Just Attention) Knowledge manfaat mindfulness
untuk meningkatkan
attention
1. Peserta mengetahui
berbagai praktik latihan
mindfulness
2. Peserta mengetahui
manfaat setiap praktik
Sesi 4 Knowledge
mindfulness
(Journey of Mindfulness dan 3. Peserta mampu
) Skill mempraktikkan
mindfulness untuk
meningkatkan attention
secara efektif
1. Peserta mengetahui
berbagai praktik latihan
mindfulness
Sesi 5 Knowledge 2. Peserta mengetahui
manfaat setiap praktik
(My Body) dan
mindfulness
Skill 3. Peserta mampu
mempraktikkan
mindfulness secara
efektif
Sesi 6 1. Peserta mengetahui
berbagai praktik latihan
(What I Feel )
mindfulness
2. Peserta mengetahui
manfaat setiap praktik
mindfulness
Sesi 7 Attitude 1. Peserta menyadari
pentingnya latihan
(Move On) Skill
mindfulness
Knowledge 2. Peserta dapat
melakukan praktik
mindfulness secara rutin
tiap hari
3. Peserta memahami
teknik untuk mengatasi
tantangan dalam latihan
mindfulness

Sesi 8 Attitude 1. Peserta menyadari


pentingnya latihan
( If I) dan
mindfulness
Skill 2. Peserta dapat
melakukan praktik
mindfulness secara rutin
tiap hari
1.3. Sasaran Pelatihan
Adapun pemilihan sasaran peserta pelatihan tersebut didasari pada
pertimbangan krusial dan urgensi dari permasalahan yang ditemukan, yakni
permasalahan yang umumnya terkait dengan attention pada pengajar dan
siswa ULC. Diharapkan nantinya, intervensi berupa pelatihan yang
dilakukan dapat memberikan manfaat terkait attention pada mahasiswa
ULC saat proses pembelajaran berlangsung.
Trainer menganalisis aspek Attention miliki Groover (2011), yang
sesuai dengan karakteristik pengajar dan siswa ULC. Berdasarkan
kesesuaian karakteristik inilah yang menjadi dasar trainer untuk membuat
sasaran pelatihan. Aspek kognitif siswa harus dirangsang secara terus
menerus, agar mental siswa dapat bereaksi dengan cepat setiap mengelola
informasi sehingga dapat mengefisienkan dan mengefektifkan semua
sumber daya yang dimiliki oleh siswa, seperti mental, energi dan berbagai
macam yang dibutuhkan untuk mendorong peningkatan motivasi belajar
siswa.
Rangsangan terhadap aspek kognitif siswa dapat pula berpengaruh
pada perhatian (attention/atensi) yang dimiliki oleh siswa sehingga
diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dan persepsi siswa terhadap
pelajaran. Membuat konsentrasi siswa tetap pada tingkat yang diharapkan
menjadi tantangan bagi guru, olehnya itu guru perlu mengetahui beberapa
jenis perhatian (atensi), guna melakukan pemetaan dalam rangka
menemukan pemecahan dan solusi yang dihadapi oleh siswa.
Sesuai dengan karakteristik pengajar maupun siswa ULC menilai
diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Merasa
lelah ketika metode pembelajaran membosankan, serta kurang bisa dalam
mengubah fokus saat proses pembelajaran berlangsung. Sebagai akibat dari
perubahan struktur fisik dan kognitif yang berupaya untuk tampak lebih
dewasa.
1.4. Nama dan Jadwal Kegiatan Pelatihan
Pelatihan Mindfulness untuk Meningkatkan Attention- being Mindful
Everyday, yang dilaksanakan pada Selasa, 6 November 2017, pukul 08.00-selesai.
Berlokasi di Ruang PD 31 Universitas Surabaya. Adapun detail kegiatan pelatihan
yakni:
No Sesi Waktu Sub Sesi Durasi
Lecturing 25’
1 Entering The 08.30-09.25 Bread 20’
Gate of excercise
Mindfulness Writing task 10’

Mental 15’
Imagery:
Mindfulness
2 The Important 09.25-10.00 Thins
Mental 10’
of Mindfulness
Imagery :
Description
things
Discussion 10’
Game 25’
Opposite
Game
3 Just Attention 10.00-11.15 Video 10’
Lecturing 30’
Review 10’
Three Part 20’
Breath
Review Three 5’
4 Journey of 11.25-12.50 Part Breath
Ocean Breath 20’
Mindfulness
Review Ocean 5’
Breath
Counting 20’
Breath
Review 5’
Counting
Breath
Discussion 10’
Body Scan 20’
5 My Body 12.50-14.15 Review Body 5’
Scan
Yoga 50’
Review Yoga 5’
Aromatherapy 40’
Listening
6 What I Feel 14.15-15.20
Sound
refleksi dari 10’
aromatherapy
dan listening
sound
Discussion 15’
Walking 30’
exercise
Windmill 15’
7 Move On 15.35-17.05 partner
Butterfly 10’
exercise
Writing task 10’
Listening and 25’
movement with
music
Awareness 35’
start from
yourself first
8 If I 17.05-18.35 Discussion 15’
Muddy pond 25’
Discussion 15’
1.5. Skema TNA
Setelah melakukan proses wawancara dengan mentor ULC, diketahui bahwa mahasiswa yang sedang mengikuti kelas di ULC
atau kursus, mengalami masalah kurang atensi atau perhatian, hal ini dapat dilihat dari kesenjangan-kesenjangan pada tabel TNA yang
berhubungan dengan atensi. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkannya pelatihan mindfulness untuk meningkatkan attention,
pada kesenjangan-kesenjangan yang telah dikelompokkan telah dikelompokkan berdasarkan facet yang ada didalam mindfulness.

Fokus Mahasiswa
Kemampuan
GAP 1
attention switching ATTENTION
Non-Reactivity to
(memperhatikan dan
Inner Experience mencatat)
Kebutuhan akan
GAP 2
Gap Baris 10 Tabel peningkatan atensi
Acting with
TNA pada mahasiswa
Awareness
Kesenjangan Level bimbingan ULC
Meso
Gap 11 Tabel TNA Memegang
Kesenjangan Level kendali pikiran
Meso secara jelas dan
nyata, terhadap
Konsentrasi suatu dari
mahasiswa berbagai hal atau
GAP 3 rangkaian pikiran
Observing yang mungkin
muncul.
Gap baris 12 Tabel
TNA
Kesenjangan Level
Meso
1.6. Skema Intervensi
Untuk meningkatkan atensi mahasiswa ULC perlu dilakukan pelatihan mindfulness, oleh karena itu pada pelatihan mindfulness terdiri
dari 8 sesi, dimana pada tiap-tiap sesinya telah dikelompokkan berdasarkan facet-facet yang ada didalam mindfulness

MINDFULNESS

Sesi 1
Sesi 2
“Entering The Gate of
“The Important of Mindfulness”
Mindfulness” Materi :
Materi : Pentingnya menjadi
Konsep Mindfulness.
Mindfull Facets: describing
Facets: awareness

Sesi 3 Judul: “Pelatihan Mindfulness


Sesi 4 “Journey of “Just Attention” Materi I : untuk Meningkatkan Attention”
Mindfulness” Materi 1: Mindfulness untuk
Breathing Exercise Facets: meningkatkan attention
observing Facets: attention

ATTENTION
Kebutuhan akan attention pada
Sesi 5 siswa ULC
“My body” Materi I: Physical Sesi 6
“What I Feel” Materi I:
Activities Facets: non
Sensory Activities Facets:
reactivity to inner
observing
experience

Sesi 8 Sesi 7
“ If I ” Materi I: Sustaining “Move on” Materi I : Practice
Mindfulness Facets: Physical Activities Facets:
awareness non judging
observing
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1. Attention (DV)
II.1.1. Pengertian Attention
Menurut William James (1890, dalam Cherry, 2017), attention (atau
perhatian dalam bahasa Indonesia) adalah “memegang kendali pikiran secara jelas
dan nyata, terhadap satu dari berbagai hal atau rangkaian pikiran yang mungkin
muncul. Attention membutuhkan pengabaian beberapa hal agar dapat berurusan
dengan suatu hal secara efektif.” Dengan demikian, attention meliputi beberapa hal:
- Memusatkan perhatian pada satu hal khusus. Attention dapat digambarkan
sebagai stabilo yang menonjolkan kalimat tertentu di buku;
- Mengabaikan berbagai informasi dan stimulus yang mengganggu. Attention
membantu mengesampingkan informasi, sensasi, dan persepsi yang tidak
relevan untuk saat itu dan memfokuskan energi hanya pada informasi yang
penting;
- Memengaruhi persepsi terhadap stimulus di sekeliling kita. Perhatian yang
hanya terfokus pada suatu hal khusus menyebabkan kita tidak menyadari hal-
hal lain. Hal ini terjadi misalnya saat begitu terhanyut dalam mengerjakan
tugas sehingga tidak menyadari hari sudah malam.
Dari segala faktor yang memengaruhi proses belajar, perhatian atau
attention terhadap materi yang dipelajari dapat menjadi faktor paling penting
(Posner & Rothbart, 2014). Semua proses belajar, baik itu secara sadar maupun
tidak sadar (misalnya belajar kosa kata baru dengan membaca novel) pasti
memerlukan attention (Schmidt, 1995). Tanpa adanya attention pada suatu materi,
tidak mungkin seseorang dapat mempelajarinya.
II.1.2. Aspek Attention
Attention menurut Posner & Peterson (1990, dalam Jha, Baime, &
Krompinger, 2007) terdiri atas 3 aspek:
1) Alerting atau sustained attention: mencapai dan mempertahankan kondisi
waspada atau kesiagaan
2) Orienting atau selective attention: mengarahkan dan membatasi perhatian
pada informasi tertentu
3) Conflict monitoring atau executive control/divided attention: membuat
prioritas dari berbagai pikiran/perasaan/respon yang saling bersaing
Miersky dkk. (1991, dalam Chiesa, Calati, & Serretti, 2011) menambahkan aspek
ke-4: shift of attention atau attention switching, yaitu kemampuan mengubah fokus
perhatian secara fleksibel dan adaptif.
II.1.3. Faktor yang Memengaruhi Attention
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi attention (Ormrod, 2012)
sebagai berikut:
- Pergerakan: Objek yang melibatkan pergerakan lebih memicu perhatian
- Ukuran: Objek yang berukuran lebih besar cenderung lebih diperhatikan
- Intensitas: Objek yang lebih intens (misalnya warna yang sangat cerah atau
suara yang sangat keras) lebih meliv,narik perhatian
- Sesuatu yang baru (novelty): Stimulus yang baru atau tidak biasa bagi
seseorang cenderung lebih diperhatikan
- Keganjilan: objek yang tidak sesuai dengan konteks lebih mudah menarik
perhatian
- Petunjuk sosial (social cues): Orang cenderung ikut memerhatikan objek
yang diperhatikan oleh orang-orang lain
- Emosi: Stimulus yang memiliki hubungan kuat dengan emosi cendering
lebih menarik perhatian.
- Signifikansi Personal: Kebermaknaan atau seberapa penting stimulus
terhadap seseorang memotivasinya untuk memerhatikan/tidak
memerhatikan dan mempertahankan perhatiannya pada stimulus tersebut.

Attention di sekolah dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, antara lain


manajemen kelas oleh guru (meliputi penyesuaian akomodasi, gaya mengajar),
pelatihan self-management, behavior therapy (behavioral parent training,
behavioral classroom management, behavioral peer interventions, dan
sebagainya), dan pengobatan (untuk pengidap ADHD) (Center for Mental Health
in Schools, 2015). Namun, ditemukan pula bahwa pelatihan mindfulness di kelas
mampu meningkatkan attention siswa, di samping juga menurunkan stres siswa
yang berpengaruh terhadap attention (Napoli, Krech, & Holley, 2005).
II.2. Mindfulness (IV)
II.2.1. Pengertian dan Sejarah Mindfulness
Mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran sepenuhnya akan kondisi pada
saat itu (Chiesa, Calati, & Serretti, 2011). Seseorang dikatakan ‘mindful’ saat
seluruh bagian dalam dirinya hadir/tertuju sepenuhnya dalam situasi yang berlaku
saat itu. Kesadaran yang dimaksud melibatkan pikiran, emosi, sensasi melalui
panca indera, tindakan, serta lingkungan. Mindfulness merupakan konsep yang
unik, karena saat manusia berada dalam fase ‘mindful’ atau dalam bahasa Pali
disebut ‘sati’ atau ‘appamada’, mereka dapat mengarahkan pikiran untuk
mengamati situasi tanpa adanya penilaian (judgement) apapun.
Mindfulness telah menjadi salah satu komponen utama dalam meditasi
Buddha yakni Vipassana yang muncul 25 abad silam (Gunaratana, 2011).
Vipassana tidak sama dengan meditasi lainnya, karena vipassana merupakan proses
pembentukan mindfulness dan awareness untuk mendapatkan insight. Meditasi
Buddha melibatkan tiga aspek yang saling terkait dan dapat terbentuk secara
simultan, yakni moral, konsentrasi, dan kebijaksanaan bila secara tekun
dipraktekkan. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep mindfulness mulai digunakan
untuk mengatasi problem yang sifatnya klinis melalui meditasi seperti stress, terapi
kognitif, hingga intervensi perilaku.
II.2.2. Aspek-aspek Mindfulness
Ditinjau dari definisinya, mindfulness terdiri atas dua aspek utama (dalam
Gambrel & Keeling, 2010):
a. Awareness, yakni kemampuan menaruh perhatian pada saat itu juga (Brown
dkk., 2007). Awareness juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengobservasi dan mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang
dialami pada saat itu, menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan
dengan pengalaman aktual yang sedang dialami tanpa menjauh atau
menghindarinya (Germer, 2005; Kabat-Zinn, 1994);
b. Acceptance, yaitu kelembutan, penerimaan akan suatu pengalaman secara
apa adanya, non-evaluasi, kebaikan, keterbukaan, dan keingintahuan
(Kabat-Zinn, 1994; Siegel, 2007).

II.2.3. Tujuan Mindfulness


Tujuan utama dari mindfulness adalah insight. Relaksasi yang selama ini
banyak terkait dengan berbagai bentuk meditasi bukanlah tujuan yang sebenarnya
ingin dicapai. Saat melakukan praktik mindfulness, konsentrasi dan relaksasi
memang menjadi kunci utama keberhasilan dalam pelatihan tapi bukan itu yang
sedang dicari.
Kata lain untuk menggambarkan insight adalah understanding (Gunaratana,
2011). Praktik mindfulness ada bukan untuk mengosongkan pikiran dan menjadi
sama sekali tidak sadar dengan sekitar. Justru sebaliknya, praktik mindfulness
dirancang untuk meningkatkan tujuan utama yang lain, yaitu awareness. Jadi, ada
dua tujuan utama dari mindfulness, yakni insight dan awareness.

II.2.4. Komponen Mindfulness

Mindfullnes mempunyai komponen-komponen yang terkandung


didalamnya atau disebut dengan facet (Baer dkk., 2008) . Facet-facet dari
mindfulness adalah observing (mengobservasi), describing (mendeskripsikan),
acting with awareness (bertindak dengan kesadaran), non-judging of inner
experience ( sikap tidak menilai pengalaman) dan non-reactivity to inner of
experience (bersikap tidak reaktif pada pengalaman). Adapun kegiatan-kegiatan
dalam pelatihan mindfulness untuk meningkatkan atensi yang sesuai dengan facet-
facet dari mindfulness adalah :
a. Observing
Observing merupakan kemampuan untuk memperhatikan atau
menghadirkan pengalaman internal dan eksternal, seperti sensasi, kognisi,
emosi, pemandangan, suara, dan bau (Baer dkk., 2008). Observing termasuk
kedalam aspek mindfulness yaitu awareness. Awareness adalah kemampuan
untuk mengobservasi dan mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang
sedang dialami pada saat itu, menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap
bersentuhan dengan pengalaman actual yang sedang dialami tanpa menjauh
atau menghindarinya (Germer, 2005; Siegel, 2007). Observing dan
awareness memiliki keterkaitan akan kemampuan mengobservasi
pengalaman yang berkaitan dengan sensasi, kognisi, emosi, pemandangan,
suara, dan bau.
b. Describing
Describing adalah kemampuan seseorang untuk menemukan kata –
kata tentang perasaannya (Baer dkk., 2008), menemukan kata-kata tentang
perasaan artinya peserta mampu medeskripsikan perasaananya tentang
pengalaman baru yang ia rasakan. Describing termasuk kedalam aspek
mindfulness yaitu awareness. Awareness adalah kemampuan untuk
mengobservasi dan mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang
dialami pada saat itu, menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan
dengan pengalaman actual yang sedang dialami tanpa menjauh atau
menghindarinya (Germer, 2005; Siegel, 2007). Describing dan awareness
memiliki keterkaitan dalam kemampuan mendeskripsikan, mengobservasi
dan mengenali perasaan yang terjadi saat itu.
c. Acting with Awareness
Acting with awareness adalah kemampuan bertindak dengan
kesadaran mencakup yang mencakup aktivitas seseorang saat itu dan dapat
dikontraskan dengan berperilaku mekanis sementara perhatian terfokus di
tempat lain (Baer dkk., 2008). Acting with awareness masuk kedalam aspek
mindfulness yaitu awareness, awareness adalah kemampuan menaruh
perhatian pada saat itu juga (Brown dkk., 2007). Acting with awareness dan
awareness memiliki keterkaitan akan kemampuan memusatkan perhatian
dengan sadar pada pengalaman yang terjadi saat itu.
d. Non-Judging of Inner Experience
Non-Judging of inner experience adalah mengambil sikap non-
evaluatif terhadap pikiran dan perasaan (Baer.,dkk, 2008), non- evaluatif
yang dimaksudkan adalah sikap menerima pengalaman yang dialami
dengan apa adanya tanpa men-judge (dengan pikiran dan perasaan) pada
suatu hal yang akan dilakukan saat itu. Non-judging of inner experince
termasuk kedalam aspek mindfulness yaitu acceptance. Acceptance adalah
kemampuan kelembutan, penerimaan akan suatu pengalaman apa adanya,
non-evaluasi, kebaikan, keterbukaan, dan keingintahuan (Kabat-Zinn, 1994;
Siegel, 2007). Non-judging of inner experince dan acceptance memiliki
keterkaitan yang sama yaitu sama-sama bersifat non-evaluasi terhadap
pengalaman-pengalaman yang melibatkan pikiran dan perasaan.
e. Non-Reactivity to Inner Experience
Non-Reactivity to Inner Experience adalah kecenderungan untuk
membiarkan pikiran dan perasaan datang dan pergi, tanpa terperangkap atau
terbawa oleh pikiran dan perasaan tersebut (Baer dkk., 2008). Non-
Reactivity to Inner Experience termasuk kedalam aspek mindfulness yaitu
awareness dan acceptance. Awareness adalah kemampuan untuk
mengobservasi dan mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang
dialami pada saat itu, menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan
dengan pengalaman aktual yang sedang dialami tanpa menjauh atau
menghindarinya (Germer, 2005; Siegel, 2007), sedangkan acceptance
adalah kemampuan kelembutan, penerimaan akan suatu pengalaman apa
adanya, non-evaluasi, kebaikan, keterbukaan, dan keingintahuan (Kabat-
Zinn, 1994; Siegel, 2007). Non-Reactivity to Inner Experience dan
awareness memiliki keterkaitan akan kemampuan mengenali pikiran dan
perasaan yang terjadi saat itu, sedangkan Non-Reactivity to Inner
Experience dan acceptance keterkaitan antara penerimaan pengalaman
actual terkait dengan perasaan dan pikiran yang dibiarkan datang dan pergi
(bekerja apa adanya).
II.2.5. Manfaat Mindfulness
Menurunkan anxiety
Terbentuknya mindfulness dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini
dikarenakan mindfulness mempengaruhi proses kognitif. Bersamaan dengan
menurunnya tingkat kecemasan, pemrosesan dan penggunaan bahasa atau
komunikasi dapat ditingkatkan. Implikasinya mengarah ke short-term memory
yang lebih optimal dan attention (Dickinson, Friary, & McCann, 2017). Hal ini
terbukti pada penderita aphasia yang memang memiliki masalah dengan bahasa
dapat mengalami peningkatan karena kecemasan merupakan salah satu risk factor
bagi penderita aphasia.

Meningkatkan creative thinking


Penelitian yang dilakukan Colzato et al. (2012, dalam Dickinson, Friary, &
McCann, 2017) mengenai pengaruh Focused Attention (FA) dan Open Monitoring
(OM) meditation terhadap creative thinking (divergen dan konvergen)
menunjukkan korelasi positif. Kedua jenis meditasi ini berkaitan erat dengan
mindfulness. Dalam FA, partisipan diminta untuk fokus pada bagian tubuh tertentu,
sedangkan dalam OM partisipan diminta untuk menyadari pikiran-pikiran yang
muncul dan menyikapinya secara non-judgemental (tidak melakukan penilaian
apapun). Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kedua jenis meditasi
mempengaruhi perkembangan mood yang positif.

Meningkatkan attention
Menurut Chiesa, Calati, & Serreti (2011), mindfulness terbukti
berkontribusi dalam peningkatan attention. Dari empat jenis attention yang
dipaparkan, sustained dan selective attention berkaitan langsung dengan
mindfulness. Dalam eksperimen (Josefsson & Broberg, 2010; Moore &
Malinowsky, 2009), ditemukan bahwa peningkatan mindfulness berkaitan dengan
peningkatan attention dengan catatan bahwa meditator mindfulness memiliki jam
terbang yang tinggi atau sudah ahli.

Meningkatkan kapasitas working memory


Kapasitas working memory juga dapat meningkat melalui mindfulness
training. Semakin sering dilakukan, maka peningkatannya semakin signifikan
diukur dengan Wechsler Adult Intelligence Scale (The Psychological Corporation,
1997). Selain meningkatkan, penurunan working memory karena stress juga dapat
dihindari, serta meningkatkan mood positif dan mengurangi mood negatif diukur
dengan Positive and Negative Affective Scale (Watson, Clark, & Tellegen, 1988).

II.3. Hubungan Mindfulness dan Attention


Berdasarkan hasil penelitian terbaru, mindfulness telah terbukti sebagai
faktor yang dapat meningkatkan attention pada siswa sekolah dasar (Napoli, Krech,
& Holley, 2005) dan bahkan pada pengidap gangguan Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder (Modesto-Lowe dkk., 2015). Pada praktik di kelas, siswa
menjadi lebih mampu fokus dan santai, tidak terlalu cemas sebelum menghadapi
ujian, dan membuat keputusan yang lebih baik dalam konflik, dan lebih mudah
mengarahkan perhatian (Napoli, Krech, & Holley, 2005). Hal ini dikarenakan
mindfulness “membuat kita dapat mempersepsikan berbagai sudut pandang dalam
menghadapi suatu situasi, menyadari hal yang baru dari informasi yang sedang
diterima, menyadari konteks informasi, dan memiliki pemahaman lebih baik
terhadap informasi melalui pembuatan kategori-kategori baru” (Kabat-Zinn, dalam
Napoli, Krech, & Holley, 2005). Hal-hal tersebut tentunya meningkatkan proses
belajar siswa.
Ditinjau berdasarkan tujuan dan sasaran praktiknya, ada dua aspek
mindfulness yakni focused/concentrative dan open monitoring/receptive sebagai
berikut:
1) Focused/concentrative attention meditation
Yakni fokus pada pikiran tertentu, seperti membayangkan sesuatu atau
fokus pada sensasi tubuh, sambil mengabaikan distraksi hal-hal lain yang tidak
relevan (Holzel dkk., dalam Modesto-Lowe dkk., 2015). Hal ini melatih seseorang
untuk konsentrasi pada satu hal dalam satu waktu, alih-alih membagi perhatian pada
beberapa hal. Contoh meditasi ini ialah praktik bernapas (breathing exercise), yakni
peserta dilatih untuk fokus pada napasnya dan mempertahankan perhatian pada
sensasi napasnya selama latihan. Jika perhatiannya teralihkan ke hal selain napas,
ia harus mengembalikan perhatian pada napas. Latihan ini dapat mengurangi
perhatian yang terganggu (distractibility) dan meningkatkan kemampuan bertahan
pada suatu tugas. Maka, latihan ini dapat meningkatkan attention aspek orienting
dan conflict monitoring sebagai seleksi perhatian secara sadar.
2) Open monitoring/receptive attention meditation
Merupakan observasi terhadap pengalaman seseorang (misalnya sensasi,
pikiran dan perasaan) dari waktu ke waktu tanpa bereaksi. Dalam meditasi ini,
perhatian dipusatkan dalam kesadaran sepenuhnya. Latihan meliputi kesiagaan
akan berbagai stimulus yang muncul pada saat itu, alih-alih fokus hanya pada satu
hal. Praktik ini meningkatkan kemampuan attention switching, yaitu mengubah
pusat perhatian dengan tujuan yang disengaja (Chambers, Lo, & Allen, dalam
Modesto-Lowe dkk., 2015). Dengan mengarahkan perhatian pada pengalaman saat
itu juga, peserta belajar mengenali dan menghilangkan reaksi otomatis yang tidak
diinginkan. Peningkatan receptive attention dapat meningkatkan regulasi diri dan
kontrol impuls. Maka, latihan ini dapat meningkatkan attention aspek alerting dan
attention switching.

II.4. Materi Tambahan: Rutin Berlatih Mindfulness


Pentingnya Praktik Mindfulness dilakukan Secara Rutin
Banyak orang yang menjadikan praktik mindfulness sebagai solusi ketika
sedang mengalami stres, mengatasi kecemasan, atau hanya sekedar merasakan
damai. Sebenarnya, mindfulness diibaratkan sebagai tabungan, yang akan kita
gunakan ketika diperlukan. Karena itu, mindfulness adalah kebiasaan yang
dibangun sehari-hari. Latihan mindfulness dapat diibaratkan sebagai api yang perlu
dijaga nyalanya dengan selalu meletakkan kayu pada kobaran api (Carne, 2016).
Ketika dilakukan, latihan mindfulness akan dihadang oleh kondisi fisik
maupun mental. Ketika masalah muncul, sudah merupakan insting manusia untuk
menghindari masalah tersebut. Meski begitu, dalam latihan mindfulness, malah
latihan harus tetap dilakukan meski ada masalah, tujuannya adalah menjadi familiar
dengan kondisi kita. Sama dengan pelari yang melompati rintangan, kita pun perlu
menyadari bahwa akan ada rintangan, sehingga dapat mengukur, mengira-ngira,
dan mengatur strategi cara agar rintangan tersebut dilewati dengan baik (Carne,
2016).
Tantangan Fisik ketika Melakukan Meditasi Mindfulness
Berikut merupakan jenis-jenis hambatan fisik:
1) Penyakit
Dalam hal ini, penyakit dapat dikategorikan menjadi dua hal, yaitu penyakit
akut dan penyakit kronis. Contoh yang diberikan dalam salah satu penyakit akut
yaitu flu dan beberapa penyakit lain yang mungkin akan terjadi selama bertahun-
tahun. Penyakit ini dapat melumpuhkan kita sementara waktu, dan dari situ pun kita
juga dapat pulih kembali. Jenis penyakit akut yang membuat kita untuk tetap di
tempat tidur, akan memengaruhi tubuh dan pikiran, sehingga kita tidak dapat
berlatih kesadaran. Penyakit kronis lebih sulit bila dibandingkan dengan penyakit
akut, penyakit kronis dapat memengaruhi emosi kita seperti kita mungkin putus asa
dalam menjalankan pemulihan, atau kita tidak mempunyai kemampuan untuk
melanjutkan. Penyakit kronis sebenarnya bisa dijadikan alasan mengapa kita perlu
berlatih mindfulness karena latihan tersebut merupakan salah satu harapan untuk
mengatasinya (Carne, 2016).
2) Rasa Sakit
Rasa sakit dalam hal ini bisa digambarkan seperti cidera, atau ketegangan
fisik Saat melakukan meditasi pun rasa sakit seperti rasa nyeri juga bisa timbul pada
punggung. Rasa sakit ini juga bisa terjadi ketika kita memiliki perasaan tidak ada
orang lain yang mau mendengar apa yang anda alami, sehingga anda meyimpan hal
tersebut untuk anda sendiri. Memang ada banyak pilihan untuk menghilangkan rasa
sakit, tetapi terkadang efek samping obat lebih sakit dari rasa sakit itu sendiri
(Carne, 2016).
3) Kantuk
Terkadang kita tidak menyadari bahwa kita itu lelah. Ketika kita sedang
latihan dengan posisi duduk maupun berbaring, tiba-tiba keinginan untuk tidur
muncul. Hal ini dapat terjadi juga ketika kita melakukan meditasi dengan posisi
duduk. Tidur bisa jadi keengganan seperti “Jika aku tidur, maka aku tidak
melakukan meditasi”, atau karena anda benar-benar butuh untuk beristitirahat dan
tidur (Carne, 2016).
4) Kelelahan
Dalam satu waktu di kehidupan kita, kita pasti mengalami kelelahan.
Kelelahan yang kita alami ini merupahan kelelahan yang muncul akibat tidur kita
yang kurang nyenyak. Hal tersebut diakibatkan oleh karena terlalu banyak bekerja,
merawat bayi, belajar telat untuk ujian, cemas, stres, kesehatan yang buruk,
insomnia, dan masih banyak lagi. Apapun itu alasannya, hasil yang didapat akan
sama, seperti tidak ada energi untuk menjaga diri kita sendiri, menikmati hidup,
berat untuk melewati hari berikutnya, oleh karena itu kita akan mempunyai
kecenderungan yang kuat untuk mencari makanan atau minuman yang mengandung
gula, di mana keduanya akan membuat kita merasa lebih baik (Carne, 2016).
5) Insomnia
Ketidakmampuan kita untuk tidur merupakan suatu masalah. Hal ini dapat
terjadi karena pikiran yang tidak dapat beralih. Pikiran yang terus berputar-putar
memikirkan tentang sesuatu yang terlebih dahulu terjadi dan membuat kita
memiliki perasaan tidak nyaman atau tidak enak mengenai sesuatu itu. Salah satu
faktor yang lain yaitu cemas dikarenakan tidak bisa tidur dan memunculkan
pemikiran seperti ini “Jika saya tidak bisa tidur, maka besok akan sangat
mengerikan”. Kecemasan seperti inilah yang membuat kita tetap terjaga dan tidur
akan menjadi suatu hal yang tidak bisa dicapai.
Insomnia akan merusak kehendak dan antusiasme kita, oleh karena itu hal
tersebut akan menjadi suatu hambatan dalam melakukan meditasi. Bagaimanapun
juga, mindfulness adalah tentang terbangun dengan pengalaman kita dan jika kita
menderita insomnia ketika kita melakukan mindfulness hal yang paling kita
inginkan yaitu untuk bisa tidur (Carne, 2016).
BAB III
METODE DAN RANCANGAN

III.1. Profil Trainer dan Fasilitator


1. Nama :Annisa Zaenab Nur Fitria
NRP :150116057
Usia : 21 tahun
Email : annisazaenab@gmail.com
Pendidikan : S1 Psikologi Ubaya
Pengalaman : Trainer mata kuliah TTI Training tahun 2018
2. Nama : Nur Qomariah F.W.T.
NRP : 150116088
Usia : 21 tahun
Email : qomariahfwt@gmail.com
Pendidikan : S1 Psikologi Ubaya
Pengalaman : Trainer mata kuliah TTI Training tahun 2018
3. Nama : Almira Kreza Retandri
NRP : 150116174
Usia : 20 tahun
Email : almirakresa9@gmail.com
Pendidikan : S1 Psikologi Ubaya
Pengalaman : Trainer mata kuliah TTI Training tahun 2018
4. Nama : Apriliana Tri Damayanti
NRP : 150116213
Usia : 20 tahun
Email : aprilliliana@gmail.com
Pendidikan : S1 Psikologi Ubaya
Pengalaman : Trainer mata kuliah TTI Training tahun 2018
5. Nama : Devin Sandy Putra
NRP : 150116292
Usia : 19 tahun
Email : devinsandyp@gmail.com
Pendidikan : S1 Ubaya
Pengalaman : Trainer mata kuliah TTI Training tahun 2018
III.2. Identitas Peserta

Peserta yang mengikuti Pelatihan Being Mindful Everyday ini


berjumlah 72 orang. Keseluruhan peserta merupakan mahasiswa
Universitas Surabaya. Mahasiswa merupakan campuran dari pengajar ULC
maupun siswa ULC. Adapun pemilihan sasaran peserta pelatihan tersebut
didasari pada pertimbangan krusial dan urgensi dari permasalahan yang
ditemukan, yakni permasalahan yang umumnya terkait dengan attention
pada mahasiswa ULC. Diharapkan nantinya, intervensi berupa pelatihan
yang dilakukan dapat memberikan manfaat terkait attention pada
mahasiswa ULC saat proses pembelajaran berlangsung.
Adapun beberapa detail identitas peserta yang merupakan
koordinator kelompok, berupa:
Nama NRP Email
Timothy 150116017 Timothyhanjaya1130@gmail.com
Zahra Maulidya 150116045 Zahramaulidya3@gmail.com
Dian Ayu 150116128 Dianayup90@gmail.com
Primawardani
Wahyu Putri 150116200 wputriningrum@gmail.com
Ningrum
Rachel Novrida 150116283 racealpurba@gmail.com
Purba
Rizki Amalia 150116130 Rizkiamal1898@gmail.com
Syafitri
Faradillah Nur 150116387 fandyllah@yahoo.com
Aulia
Ceven Lodiko 150116153 Lodiko30@gmail.com
Maria Veronica 150116266 Shyellie.glen@gmail.com
Shyellie
III.3. Rundown Pelatihan (penuh)
PANDUAN PELATIH DAN PESERTA PELATIHAN
Pelatihan Mindfulness untuk Meningkatkan Attention
(KS6)
Rundown Pelatihan
REGISTRASI
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
08.00- 15’  Peserta yang telah  Peserta datang tepat waktu  Daftar
08.15 mendaftarkan diri (15 menit sebelum acara nama
dipersilahkan dimulai) peserta
menandatangani  Name Tag
form registrasi  Alat Tulis
 Peserta diberikan  Manual
name tag, for
manual, modul, Trainee
alat tulis, dan  Modul for
konsumsi (roti) Trainee
 Peserta  Konsumsi
dipersilahkan
masuk ke ruangan

PEMBUKAAN
Tujuan Umum: Tujuan Khusus:
1. Peserta mengenal masing-masing pelatih 1. Mengetahui jumlah peserta
2. Peserta mengetahui gambaran ringkas setiap sesi dalam 2. Memastikan bahwa seluruh peserta memahami peraturan
pelatihan 3. Memastikan kenyamanan dan keamanan peserta
4. Memastikan setiap peserta mendapatkan fasilitas penunjang pelatihan berupa
modul dan nametag

Waktu Durasi metode Rincian kegiatan Indikator keberhasilan Keterangan


Perlengkapan Trainer
08.15- 15’ Lecturing -Para pelatih Seluruh peserta mampu -Microphone
08.30 memperkenalkan diri menyelesaikan pretest dengan murni -Modul for
-Pelatih memberikan mengandalkan kondisi awal, Trainee
gambaran sesi-sesi sebelum pelatihan diberikan
pelatihan Trainer mendapatkan tolak ukur
Pengisian Pre-Test mengenai:
- Kondisi mindful yang ditinjau dari
5 facets mindfulness yang dimiliki
peserta sebelum pelatihan
- Pemahaman konsep dan teori
mengenai kaitan mindfulness dengan
attention

Sesi 1 (Durasi 55’)


“Entering The Gate of Mindfulness”
Tujuan Umum : Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui konsep mindfulness 1. Peserta memahami facet mindfulness yakni awareness
2. Peserta mengetahui manfaat mindfulness untuk meningkatkan 2. Peserta mengetahui berbagai manfaat facet mindfulness yakni
attention awareness
3. Peserta mampu mengimplementasikan mindfulness untuk 3. Peserta mengetahui manfaat praktik dari facet mindfulness yakni
meningkatkan attention awareness
4. Peserta mampu merefleksikan dan menerapkan mindfulness di 4. Peserta mampu mengimplementasikan awareness di kehidupan sehari-
kehidupan sehari-hari hari
5. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan awareness
4. Peserta menyadari perlunya awareness
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet awareness
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui awareness
Materi I : Konsep Mindfulness
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
08.30- 25’ Lecturing 1. Penjelasan 95% Peserta memerhatikan -Microphone
08.55 pengertian dan sejarah penjelasan dari trainer -Speaker Trainer: Annisa
singkat mindfulness -LCD Zaenab
2. Berbagai manfaat 95% Peserta aktif dalam proses Projector
mindfulness lecturing (adanya interaksi dua arah) -Laptop
-File Asisten Trainer:
presentasi Devin Sandy

08.55- 20’ Brathing excercise The Bread Exercise: 95% Peserta melakukan apa yang - Roti Observer: Ria
09.15 Pelatih diinstruksikan trainer secara urut konsumsi
menginstruksikan - Microphone
peserta untuk Peserta memahami dan mampu - Speaker Perlengkapan:
membuka, mempraktekkan proses bread - Manual Almira Kreza
menyentuh, dan excercise dengan tepat. Trainer
mengamati roti Dokumentasi+Ti
konsumsi me Keeper:
(penampilan, tekstur,
aroma, rasa)
09.15- 10’ Writing task Peserta menuliskan 95% Peserta mengisi lembar refleksi -Microphone Lina
09.25 refleksi setelah secara lengkap -Speaker
melakukan “The -Alat tulis
Bread Exercise” -Lembar
refleksi
(dalam
Manual
peserta)

Sesi 2 (Durasi 35’)


“The Important of Mindfulness”
Tujuan Umum : Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui konsep mindfulness 1. Peserta memahami dan mengetahui facet mindfulness yakni describing
2. Peserta mampu menerapkan facets yakni describing dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
3. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan describing
4. Peserta menyadari perlunya describing
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada kondisi
mindful berdasarkan facet describing
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui describing
Materi I : Pentingnya menjadi Mindful
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
09.25- 15’ Mental Imagery Mindfulness of things 90% Peserta mempertahankan - Objek yang Trainer: Ria
09.40 : peserta diminta fokusnya pada objek yang diberikan dilihat
menjelaskan benda -Microphone
yang dilihatnya secara -Speaker Asisten Trainer:
detail dari segi -Manual Almira K.
bentuk, warna, peserta
tekstur, dll Observer:
Devin
09.40- 10’ Mental Imagery Peserta 90% Peserta mendeskripsikan - Objek yang
09.50 membanyangkan bagian-bagian dari objek yang dilihat Perlengkapan:
benda yang disentuhnya melalui metode mental -Microphone Lina
disentuhnya seperti imagery yang diberikan -Speaker
tekstur, ukuran, berat, -Manual Dokumentasi+Ti
dll peserta me Keeper:
Annisa Zaenab
09.50- 10’ Discussion Mendiskusikan apa 80% Peserta aktif dalam -Microphone
10.00 yang telah diketahui membagikan informasi terkait -Speaker
dari benda tersebut dengan apa yang dirasakan saat -Manual
menjalani kegiatan yang diberikan peserta
-Pulpen
Sesi 3 (Durasi 85’)
“Just Attention”
Tujuan Umum : Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui manfaat mindfulness untuk meningkatkan 1. Peserta mengetahui manfaat praktik mindfulness
attention untuk meningkatkan attention.
2.Peserta memiliki gambaran bahwa mindfulness dapat meningkatkan
attention
3. Peserta dapat menyebutkan peran mindfulness dalam meningkatkan
attention
4. Peserta dapat mengimplementasikan mindfulness dalam meningkatkan
attention di kehidupan sehari-hari
Materi I : Mindfulness untuk meningkatkan attention
10.00- 25’ Game Pelatih memandu 90% peserta aktif dan mampu -Microphone Trainer: Lina
10.25 peserta untuk bermain mengikuti seluruh instruksi game
game: yang diberikan tanpa mengeluh Asisten Trainer:
1. Big Hand Almira K.

10.25- Video Memutar video 95% peserta memperhatikan dan -Microphone Observer:
10.35 10’ tentang kurangnya mampu menganalisis isi dari video -Speaker Annisa Zaenab
attention dalam yang ditampilkan -LCD
kehidupan sehari-hari, Projector Perlengkapan:
dan memberikan -Laptop Devin
sedikit penjelasan
Dokumentasi: Ria
10.35- 30’ Lecturing Peran mindfulness 90% peserta memerhatikan dan -Microphone
11.05 dalam meningkatkan mampu menjelaskan kembali peran -Speaker
attention (Napoli, mindfulness untuk meningkatkan -LCD
2005) attention Projector
-Laptop
-File
presentasi
11.05- 10’ Review Pelatih memandu 80% peserta aktif untuk membagikan -Microphone
11.15 peserta untuk me- informasi dari materi yang -Speaker
review materi yang sebelumnya sudah didapatkan
telah diberikan pada
sesi I
COFFEE BREAK
11.15- 10’ -Peserta dipersilahkan -Peserta menikmati sajian kopi yang -Microphone
11.25 beristirahat dan disediakan -Termos
menikmati sajian kopi berisi kopi
-Gelas plastik

Sesi 4 (Durasi 85’)


“Journey of Mindfulness”
Tujuan Umum: Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui berbagai praktik latihan mindfulness 1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
2. Peserta mengetahui manfaat setiap praktik mindfulness yakni observing
3. Peserta mampu mempraktikkan mindfulness untuk 2. Peserta dapat merasakan manfaat facet mindfulness yakni observing
meningkatkan attention secara efektif dari praktik yang dilakukan
3. Peserta mampu menerapkan facets yakni observing dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
4. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan kemampuan observing
5. Peserta menyadari perlunya observing
6. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet observing
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui observing
Materi 1: Breathing Exercise
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
11.25- 20’ Pelatih memandu 90% Peserta mampu melakukan -Microphone Trainer: Almira
11.45 peserta untuk teknik pernafasan dengan benar -Speaker K.
mempraktekkan Three yakni : mulut tertutup, menghirup -Manual
Part Breathe udara melalui hidung, saat menarik Trainer
nafas usahakan dada terangkat, Asisten Trainer:
dengan posisi punggung tegak. Lina

90% Peserta mampu menjaga situasi Observer:


kondusif sehingga menciptakan Devin
suasana yang dapat meningkatkan
fokus peserta Perlengkapan:
Simulation Annisa Zaenab
11.45- 5’ Menuliskan hasil 90% Peserta mampu menuliskan hasil -Manual
11.50 refleksi Three Part refleksi mengenai observing : kognisi, Trainee Dokumentasi+Ti
Breath emosi, dan sensasi -Pulpen me Keeper: Ria
-Microphone
-Speaker
11.50- 20’ Pelatih memandu 90% Peserta mampu melakukan teknik
12.10 peserta untuk pernafasan dengan benar yakni : mulut
mempraktekkan tertutup, menghirup udara melalui
Ocean Breath hidung, saat menarik nafas usahakan
-Microphone
dada terangkat, dengan posisi
-Speaker
punggung tegak.
-Manual
Trainer
90% Peserta mampu menjaga situasi
kondusif sehingga menciptakan
suasana yang dapat meningkatkan
fokus peserta
12.10- 5’ 90% Peserta mampu menuliskan hasil -Manual
12.15 Menuliskan hasil refleksi mengenai observing : kognisi, Trainee
refleksi Ocean Breath emosi, dan sensasi -Pulpen
-Microphone
-Speaker

12.15- 20’ Pelatih memandu 90% Peserta mampu melakukan teknik


12.35 peserta untuk pernafasan dengan benar yakni : mulut
mempraktekkan tertutup, menghirup udara melalui
Counting Breaths hidung, saat menarik nafas usahakan
dada terangkat, dengan posisi
punggung tegak. -Microphone
-Speaker
90% Peserta mampu menjaga situasi -Manual
kondusif sehingga menciptakan Trainer
suasana yang dapat meningkatkan
fokus peserta

90% Peserta mampu menghitung


jumlah tarikan nafas selama 1 menit.
12.35- 5’ -Manual
12.40 90% Peserta mampu menuliskan hasil Trainee
Menuliskan hasil
refleksi mengenai observing : kognisi, -Pulpen
refleksi Counting
emosi, dan sensasi -Microphone
Breaths
-Speaker

12.40- 10’ Discussion Pelatih mengajak 90% Peserta mampu menyampaikan -Microphone
12.50 peserta untuk makna dan kegunaan dari kegiatan -Speaker
membagikan refleksi breathing exercise untuk dirinya dan
peserta yang lain.
Sesi 5 (Durasi 85’)
“My body”
Tujuan Umum: Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui berbagai praktik latihan mindfulness 1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
2. Peserta mengetahui manfaat setiap praktik mindfulness yakni non-reactivity to inner experience
3. Peserta mampu mempraktikkan mindfulness secara efektif 2. Peserta dapat merasakan manfaat konsep dari facet mindfulness yakni
non-reactivity to inner experience
3. Peserta mampu menerapkan facets yakni non reactivity to inner
experience
4. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan kemampuan non-reactivity to inner experience
5. Peserta menyadari perlunya non reactivity to inner experience
6. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan non reactivity to inner experience
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui non reactivity to
inner experience

Materi I: Physical Activities


Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
12.50- 20’ Simulation Pelatih memandu 75 % Peserta terlihat dapat -Microphone Trainer: Devin
13.10 peserta untuk mengikuti setiap instruksi dengan bai -Speaker Asisten Trainer:
melakukan Body Scan seperti yang dicontohkan oleh trainer -Manual Annisa Zaenab
Trainer
13.10- 5’ Writing task Menuliskan hasil Setiap individu menuliskan hasil Manual Trainee Observer: Ria
13.15 refleksi Body Scan refleksi yang berhubungan dengan -Pulpen
kesadaran peserta dengan sensasi -Microphone
tubuh yang dirasakan saat melakukan Perlengkapan:
body scan. Almira Kreza
13.15- 50’ Pelatih memandu -Microphone
Peserta terlihat dapat mengikuti setiap Dokumentasi+Ti
14.05 peserta untuk -Speaker
Simulation gerakan yang diinstruksikan oleh me Keeper: Lina
melakukan Yoga -Manual
trainer dengan baik dan benar.
Trainer
14.05- 10’ Menuliskan hasil Setiap individu menuliskan hasil
Manual
14.15 refleksi Yoga yang berhubungan dengan
Trainee
Writing task kemampuan mereka menerima rasa
-Pulpen
tidak nyaman yang dihasilkan dari
-Microphone
gerakan yoga yang mereka lakukan.
Sesi 6 (Durasi 80’)
“What I Feel”
Tujuan Umum: Tujuan Khusus:
1. Peserta mengetahui berbagai praktik latihan mindfulness 1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
2. Peserta mengetahui manfaat setiap praktik mindfulness yakni observing
2. Peserta dapat merasakan manfaat facet mindfulness yakni observing
dari praktik yang dilakukan
2. Peserta mampu menerapkan facets yakni observing dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
3. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan kemampuan observing
4. Peserta menyadari perlunya observing
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet observing
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui observing
Materi I: Sensory Activities
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
14.15- 40’ Simulation -Kertas Trainer: Annisa
14.55 Setiap individu saat melakukan Parfum (3) Zaenab
kegiatan sensory activites merasakan -Kertas
Aromatherapy ketenangan yang dapat diobservasi Freshcare (3) Asisten Trainer:
Listening Sound melalui situasi yang kondusif. -Microphone Lina
-Speaker
Setiap individu pada kegiatan ini Observer: Ria
dapat melakukan langkah-langkah
sensory activites sesuai dengan
instruksi yang diucapkan oleh Perlengkapan:
trainer. Almira Kreza

14.55- 10’ Menuliskan hasil Seluruh peserta dapat menyelesaikan Dokumentasi+Ti


15.05 refleksi dari seluruh pertanyaan sesuai dengan me Keeper: Devin
aromatherapy dan kondisinya masing-masing
-Manual
listening sound
Trainee
Writing task Seluruh peserta dapat memahami
-Pulpen
kondisi mindful dan merasakannya saat
-Microphone
mengalami suatu kejadian yang
mampu menyita attention

15.05- 15’ Peserta Seluruh peserta berperan aktif dalam -Manual


15.20 menndiskusikan proses diskusi Trainer
Discussion pertanyaan pelatih -Pulpen
75 % kelompok peserta dapat -Microphone
memaparkan mengenai fungsi dari -Speaker
sensory activities kaitannya dengan
kondisi mindful
LUNCH BREAK
15.20- 15’ Peserta dipersilahkan Peserta menikmati konsumsi makan -Microphone
15.35 beristirahat dan siang yang disediakan -Nasi kotak
menikmati konsumsi -Aqua gelas
makan siang yang -Kantung
dibagikan plastik untuk
tempat
sampah
Sesi 7 (Durasi 90’)
“Move on”
Tujuan Umum : Tujuan Khusus:
1. Peserta menyadari pentingnya latihan mindfulness 1. Peserta memahami dan mengetahui facet mindfulness yakni non-
2. Peserta dapat melakukan praktik mindfulness secara rutin judging to inner experience
tiap hari 2. Peserta mampu menerapkan facets yakni non judging dalam kehidupan
3. Peserta memahami teknik untuk mengatasi tantangan sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
dalam latihan mindfulness 3. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan kemampuan non judging
4. Peserta menyadari perlunya non judging
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet non judging
6. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui non judging
Materi I : Practice Physical Activities
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
15.35- 30’ Walking exercise: 75% Peserta menerapkan kegiatan -Microphone Trainer: Ria
16.05 peserta melangkah yang dillakukan dengan baik dan -Speaker
dengan langkah yang sabar tanpa mengeluh pada langkah- -Manual Asisten Trainer:
telah ditentukan Trainer Almira K.
langkah pada kegiatan ini
16.05- 15’ Windmill partner : 75% Peserta menerapkan kegiatan -Microphone Observer: Devin
16.20 Simulation Peserta mencari yang dilakukan dengan baik dan -Speaker
pasangan dan sabar tanpa mengeluh pada langkah- -Manual Perlengkapan: Ria
membuat badan Trainer
langkah pada kegiatan ini
seperti bentuk kincir Dokumentasi+Ti
angin me Keeper:
16.20- 10’ Butterfly exercise : 75% Peserta menerapkan kegiatan -Microphone Annisa Zaenab
16.30 Peserta menggoyang- yang dillakukan dengan baik dan -Speaker
goyangkan kaki sabar tanpa mengeluh pada langkah- -Manual
seperti kepakan kupu- Trainer
langkah pada kegiatan ini
kupu
16.30- 10’ Writing Task Peserta menuliskan 95% Peserta menuliskan apa saja -Microphone
16.40 refleksi dari kegiatan yang didapat dari kegiatan yang -Speaker
yang dilakukan dilakukan
16.40- 15’ Simulation Listening and 90% Peserta dapat mengikuti -Microphone
16.55 movement with music gerakan yang sudah dicontohkan -Speaker
16.55- 10’ : peserta bergerak dan oleh trainer. -Manual
17.05 mendengarkan musik- Trainer
musik yang berbeda
Sesi 8 (Durasi 90’)
“ If I ”
Tujuan Umum : Tujuan Khusus:
1. Peserta menyadari pentingnya latihan mindfulness 1. Peserta memahami facet mindfulness yakni awareness
2. Peserta dapat melakukan praktik mindfulness secara rutin 2. Peserta mengetahui berbagai manfaat facet mindfulness yakni
tiap hari awareness
3. Peserta mengetahui manfaat praktik dari facet mindfulness yakni
awareness
4. Peserta mampu mengimplementasikan awareness di kehidupan sehari-
hari
5. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih
akan awareness
4. Peserta menyadari perlunya awareness
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet awareness
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui awareness
Materi I: Sustaining Mindfulness
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keberhasilan Keterangan
Perlengkapan Trainer
17.05- 35’ Mental imagery Awareness start from 80% peserta mendengarkan cerita -Microphone Trainer: Lina
17.40 yourself first: yang dibacakan tanpa berbicara -Speaker Asisten Trainer:
Peserta dibacakan dengan peserta lainnya Devin Sandy P.
cerita oleh pelatih
Observer:
Ria

Perlengkapan:
Annisa Zaenab
17.40- 15’ Discussion Pelatih mendiskusikan 80% peserta aktif dalam -Microphone
17.55 dengan peserta apa membagikan informasi yang telah -Speaker
Dokumentasi+Ti
yang telah didapatkan didapatkan dari materi sebelumnya
17.55- 25’ Mental imagery Muddy pond: Peserta 80% peserta aktif dan dapat me Keeper:
18.20 diajak membayangkan membayangkan instruksi dengan -Microphone Lina
berada disuatu tempat baik -Speaker

18.20- 15’ Discussion Pelatih mendiskusikan 80% peserta aktif dalam -Microphone
18.35 dengan peserta apa membagikan informasi yang telah -Speaker
yang telah didapatkan didapatkan dari materi sebelumnya
EVALUASI
18.35- 10’ Menyusun exercise 95% peserta mengisi Manual -Microphone
18.45 plan -Speaker
-LCD
Projector
Writing tasks -Laptop
-File
presentasi
-Manual
18.45- 15’ Refleksi: review 95% peserta mengisi lembar refleksi -Microphone
19.00 materi sesi 3 dan -Speaker
mengisi angket -LCD
refleksi pelatihan Projector
Pengisian Posttest -Laptop
-File
presentasi
-Manual
PENUTUP
19.00- 5’ Pelatih mengucapkan -Microphone
19.05 terima kasih atas
kesediaan peserta
mengikuti pelatihan
dengan tertib, dan
menyampaikan
harapan agar pelatihan
bermanfaat.
III.3. Rundown Pelatihan (simulasi)
PANDUAN PELATIH DAN PESERTA PELATIHAN
Pelatihan Mindfulness untuk Meningkatkan Attention
(KS6)

Introduction
Entering The Gate of Mindfulness
Tujuan Umum Tujuan Khusus
1. Peserta mengetahui konsep mindfulness 1. Peserta mengetahui konsep mindfulness
2. Peserta mengetahui konsep attention 2. Peserta mengetahui manfaat mindfulness untuk meningkatkan attention
3. Peserta mampu mengetahui hubungan mindfulness dengan attention
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keterangan
Keberhasilan Perlengkapan Trainer
11.15-11.25 10’ Lecturing  Pengertian 95% Peserta  Microphone  Trainer: Ria
Mindfulness memerhatikan  Speaker  Asisten Trainer:
 Pengertian penjelasan dari  LCD Lina
attention trainer Projector  Observer: Almira Kreza
 Hubungan  Laptop  Perlengkapan:
mindfulness  File Devin Sandy
95% Peserta aktif
dengan attention presentasi  Dokumentasi+Time
dalam proses Keeper:
lecturing (adanya Annisa Zaenab
interaksi dua arah)

Sesi Pelatihan
Entering The Gates of Mindfulness and Being Mindful Everyday
Tujuan Umum Tujuan Khusus
1. Peserta mengetahui manfaat mindfulness untuk Tujuan Khusus:
meningkatkan attention ditinjau dari salah satu facets 1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
pada mindfulness yakni observing
2. Peserta mempraktikkan mindfulness untuk 2. Peserta dapat merasakan manfaat facet mindfulness yakni observing
meningkatkan attention ditinjau dari salah satu facets dari praktik yang dilakukan
pada mindfulness 3. Peserta mampu menerapkan facets yakni observing dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
4. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan observing
5. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui observing
Waktu Durasi Metode Rincian Indikator Keterangan
Keberhasilan Perlengkapan Trainer
11.25-11.33 8’ Game  Opposite Game 90% peserta aktif  Microphone  Trainer: Devin Sandy
1. Peserta diminta dan mampu  Speaker  Asisten Trainer: Ria
mengikuti mengikuti seluruh  Observer: Annisa Zaenab
instruksi yang instruksi yang  Perlengkapan: Almira
dibacakan oleh Kreza
dibacakan oleh
trainer  Dokumentasi+Time
2. Peserta diminta trainer
Keeper:
untuk mengikuti Lina
gerakan yang
berlawanan
dengan instruksi
sebelumnya
11.33-11.43 10’ Simulation  Pelatih memandu 90% Peserta  Microphone  Trainer: Annisa Zaenab
peserta untuk mampu  Speaker  Asisten Trainer:
mempraktekkan melakukan teknik Manual Almira Kreza
Ocean Breath pernafasan dengan Trainer  Observer: Lina
benar yakni :  Perlengkapan:
Ria
mulut tertutup,
 Dokumentasi+Time
menghirup udara Keeper:
melalui hidung, Devin Sandy
saat menarik nafas
usahakan dada
terangkat, dengan
posisi punggung
tegak.

90% Peserta
mampu menjaga
situasi kondusif
sehingga
menciptakan
suasana yang
dapat
meningkatkan
fokus peserta
11.43-11.58 15’ Mental  Shaping your 80% peserta  Microphone  Trainer: Lina
Imagery inner awareness: mendengarkan  Speaker  Asisten Trainer:
Peserta dibacakan cerita yang Almira Kreza
cerita oleh pelatih dibacakan tanpa  Observer: Annisa Zaenab
berbicara dengan  Perlengkapan:
Devin Sandy
peserta lainnya
 Dokumentasi+Time
Keeper: Ria
11.58-12.13 15’ Writing  Menuliskan hasil 90% Peserta
task refleksi Ocean mampu  Manual  Trainer: Almira Kreza
Breath menuliskan hasil  Peralatan  Asisten Trainer:
 Menuliskan hasil refleksi mengenai tulis Lina
refleksi Mental
observing :  Observer: Annisa Zaenab
Imagery  Perlengkapan:
kognisi, emosi,
 Menuliskan Devin Sandy
excercise plan dan sensasi
Dokumentasi+Time
Keeper: Ria
90% Peserta
mampu
menuliskan hasil
refleksi mengenai
Mental Imagery :
kognisi, emosi,
dan sensasi
80% peserta
mampu
menuliskan
excercise plan
sesuai dengan
instruksi
Penutup
Waktu Durasi Metode Rincian Kegiatan Indikator Keterangan
Keberhasilan Perlengkapan Trainer
12.13-12.15 2’ Trainer mengucapkan  Microphone  Trainer: Devin Sandy
terima kasih atas  Asisten Trainer:
kesediaan peserta Lina
mengikuti pelatihan  Observer: Annisa Zaenab
dengan tertib,  Perlengkapan:
Almira Kreza
menyampaikan harapan
Dokumentasi+Time
agar pelatihan
Keeper: Ria
bermanfaat.
III.4. Manual for Trainer (Versi Full)
MANUAL FOR TRAINER
REGISTRASI
Waktu: 08.00-08.15 Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Penganggung Jawab  Peserta yang telah “Selamat datang, silahkan teman-
Durasi: 15’ Utama: mendaftarkan diri teman untuk tanda tangan terlebih
Apriliana dipersilahkan dahulu di presensi kehadiran,
menandatangani form
Perlengkapan: mengambil konsumsi, name tag,
registrasi
 Daftar nama peserta Trainer: Annisa Zaenab,  Peserta diberikan name manual dan modul, dan alat tulis untuk
 Name Tag Almira Kreza anda gunakan selama proses pelatihan
tag, manual, modul, alat
 Alat Tulis ini dan jangan sampai hilang, yang
tulis, dan konsumsi (roti)
 Manual for Trainee
Perlengkapan dan time  Peserta dipersilahkan sudah selesai silahkan masuk ke dalam
 Modul for Trainee
keeper: Devin Sandy, Ria masuk ke ruangan ruangan, terima kasih.”
 Konsumsi

PEMBUKAAN
Waktu : 08.15-08.30 Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Penanggung Jawab  Para pelatih “Selamat pagi teman-teman semua.
Durasi: 15’ Utama: Ria memperkenalkan diri Terima kasih atas partisipasi teman-
 Pelatih memberikan teman mengikuti pelatihan
Perlengkapan: Trainer: Devin Sandy, Lina gambaran sesi-sesi mindfulness ini. Sebelumnya tak kenal
pelatihan
Microphone maka tak sayang, izinkan kami
 Pelatih mengajarkan
-Modul for Trainee Perlengkapan dan Time memperkenalkan tim pelatih. (pelatih
yel-yel yang
keeper: Annisa Zaenab, digunakan selama menyebutkan nama satu per satu).
Almira Kreza proses pelatihan Silahkan membuka modul masing-
masing. Pelatihan ini terdiri atas 3 sesi
masing-masing selama 90 menit: Pada
sesi pertama, “Entering The Gate of
Mindfulness”, teman-teman akan
mengenal lebih dekat mindfulness dan
attention; Pada sesi kedua, “The
Journey of Mindfulness”, teman-
teman akan melakukan praktik
mindfulness dengan dipandu pelatih;
Sesi ketiga, “Being Mindful
Everyday” akan memaparkan
pentingnya latihan dan kiat-kiat untuk
menjadi mindful setiap hari.
Sebelumnya kami akan mengajarkan
sebuah jargon yang akan digunakan
selama proses pelatihan. Bila kami
mengataka,n “Mindfulness” maka
teman-teman menjawab, “I am the
master of my mind”. Selamat
menikmati pelatihan.”
Sesi 1 (Durasi55’)
“Entering The Gate of Mindfulness”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: Trainer: Devin Sandy . Penjelasan pengertian dan “Teman-teman, kami akan
08.30-08.55 Asisten Trainer: sejarah singkat mindfulness menjelaskan mengenai pengertian
Annisa Zaenab 2. Berbagai manfaat mindfulness dan tentunya sejarah
Durasi: 25’ Observer: mindfulness singkat mengenai apa itu
Ria mindfulness”
Perlengkapan: Perlengkapan:
-Microphone Almira Kreza
-Speaker Dokumentasi+Time
-LCD Projector Keeper:
-Laptop Lina
-File presentasi

“Berikutnya ada aspek-aspek yang ada


dalam mindfulness, dan tujuan, serta
manfaatnya ”
“Lalu berikutnya kami akan
menjelaskan kepada teman-teman
mengenai apa itu attention, faktornya,
beserta aspek-aspeknya”

“Dan yang terakhir kami akan


menjelaskan hubungan mindfulness
dan attention”
Waktu: 08.55-09.15 Trainer: Devin Sandy The Bread Exercise: Mindfulness? (jargon) Teman-teman,
Durasi: 20’ Pelatih menginstruksikan sudah dibagikan roti konsumsi..”
Perlengkapan: Asisten Trainer: peserta untuk membuka, “Sekarang coba buka bungkus dan
- Roti konsumsi Annisa Zaenab menyentuh, dan mengamati pegang roti. Lalu amatilah roti
- Microphone roti konsumsi (penampilan, tersebut, perhatikan dan rasakan
- Speaker Observer: tekstur, aroma, rasa) tekstur dari roti. Setelah teman-teman
- Manual Trainer Ria amati, masukkan roti dalam mulut,
rasakan di lidah, di dalam rongga
Perlengkapan:
mulut dan jangan ditelah terlebih
Almira Kreza
dahulu. Bagaimana teksturnya? Apa
perbedaan tekstur ketika anda pegang
Dokumentasi+Time Keeper:
dan di dalam mulut?”
Lina

Waktu: 09.15-09.25 Trainer: Devin Sandy Peserta menuliskan refleksi “Saat registrasi, teman-teman sudah
Durasi: 10’ setelah melakukan “The dibagikan manual khusus peserta,
Perlengkapan: Bread Exercise” silahkan membuka sesi I bagian
Microphone
-Speaker Asisten Trainer: Bread Exercise dan menuliskan
-Alat tulis Annisa Zaenab refleksi teman-teman.”
-Lembar refleksi (dalam
Manual peserta) Observer:
Ria

Perlengkapan:
Almira Kreza

Dokumentasi+Time Keeper:
Lina

Sesi 2 (Durasi 35’)


“The Important of Mindfulness”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 09.25-09.40 Trainer: Almira Kreza Mindfulness of things : peserta “Setelah ini teman-teman akan
Durasi: 15’ Asisten Trainer: diminta menjelaskan benda mengamati benda yang kalian
Perlengkapan: Annisa Zaenab yang dilihatnya secara detail pegang, silahkan teman-teman
- Objek yang dilihat Observer: dari segi bentuk, warna, mengamati secara detail, mulai dari
-Microphone Devin tekstur, dll warna, bentuk, tekstur, dan lain
-Speaker Perlengkapan: sebagainya yang bisa dilihat”
-Manual peserta Lina
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 09.40-09.50 Trainer: Almira Kreza Peserta membanyangkan “Setelah mengamati benda yang
Asisten Trainer: benda yang disentuhnya teman-teman pegang, sekarang
Durasi: 10’ Annisa Zaenab seperti tekstur, ukuran, berat, pejamkan mata teman-teman, pegang
Observer: dll benda yang teman-teman, bayangkan
Perlengkapan: Devin tekstur dari benda itu, berapa
- Objek yang dilihat Perlengkapan: ukuranya, berapa beratnya, dan yang
-Microphone Lina bisa dirasakan dari sentuhan benda
-Speaker Dokumentasi+Time Keeper: tersebut”
-Manual peserta Ria

Waktu: 09.50-10.00 Trainer: Almira Kreza Mendiskusikan apa yang telah “Setelah mengamati dan
Asisten Trainer: diketahui dari benda tersebut membayangkan benda yang teman-
Durasi: 10’ Annisa Zaenab teman pegang, sekarang silahkan
Observer: teman-teman berdiskusi secara
Perlengkapan: Devin berpasangan. Deskripsikan benda
-Microphone Perlengkapan: yang teman-teman amati dan teman-
-Speaker Lina teman bayangkan dari tekstur benda
-Manual peserta Dokumentasi+Time Keeper: tersebut”
-Pulpen Ria
Sesi 3 (Durasi 85’)
“Just Attention”
Waktu: 10.00-25 Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Durasi: 25’ Trainer: Lina Peserta bermain sesuai dengan “Mindfulness?” (jargon)
Perlengkapan: Asisten Trainer: apa yang diinstruksikan Big hand:
Microphone Ria
Observer: “Sekarang kita akan memulai game
Annisa Zaenab yang berjudul big hand. Cara main
Perlengkapan: dalam game ini yaitu ketika saya
Devin menghempaskan tangan seperti ini
Dokumentasi+Time Keeper: (diberi contoh) maka, anda melakukan
Almira Kreza tepuk tangan sesuai dengan hempasan
tangan saya. Jika saya tidak
menghempaskan tangan, maka anda
tidak perlu untuk tepuk tangan, apakah
anda paham? Sekarang mari kita coba
Waktu: 10.25-10.35 Trainer: Lina Memutar video tentang Teman-teman akan kembali
Durasi: 10’ Asisten Trainer: kurangnya attention dalam menyaksikan video, kali ini tentang
Perlengkapan: Ria kehidupan sehari-hari, dan mindfulness dan perhatian atau
Microphone Observer: memberikan sedikit attention.
LCD Annisa Zaenab penjelasan
Laptop Perlengkapan:
Speaker Devin
Dokumentasi+Time Keeper:
Almira Kreza

Waktu: 10.35-11.05 Trainer: Lina Peran mindfulness dalam Seperti yang sudah teman-teman lihat
Durasi 30’ Asisten Trainer: meningkatkan attention di video, mindfulness dan attention
Perlengkapan Ria (Napoli, 2005) memiliki hubungan erat. Seperti apa
-Microphone Observer: sih hubungannya? Kalau tadi kami
-Speaker Annisa Zaenab menjelaskan tentang mindfulness,
-LCD Projector Perlengkapan: sekarang kita akan fokus pada peran
-Laptop Devin mindfulness bagi attention.
-File presentasi Dokumentasi+Time Keeper: (Sesuai modul for trainer)
Almira Kreza
Waktu: 11.05-11.15 Trainer: Lina Pelatih memandu peserta Kita sudah menyelesaikan sesi 1,
Durasi: 10’ Asisten Trainer: untuk me-review materi yang Entering the Gate of Mindfulness.
Perlengkapan: Ria telah diberikan pada sesi I Sekarang mari kita mengingat hal-hal
-Microphone Observer: yang sudah teman-teman dapatkan:
-Speaker Annisa Zaenab 1. Apa itu mindfulness?
Perlengkapan: 2. Apa saja manfaat mindfulness?
Devin 3. Apa saja latihan untuk
meningkatkan mindfulness?
Dokumentasi+Time Keeper:
4. Apa itu attention? Apa saja
Almira Kreza aspek-aspeknya?
5. Apa manfaat mindfulness untuk
attention?
COFFE BREAK
Waktu: 11.15-11.25 Trainer: Lina Peserta dipersilahkan Sekarang kita akan beristirahat
Durasi: 10’ Asisten Trainer: beristirahat dan menikmati selama 15 menit. Silahkan teman-
Perlengkapan: Ria sajian kopi teman menikmati kopi yang telah
Microphone Observer: disediakan di belakang kursi peserta.
Kopi Annisa Zaenab
Gelas Plastik Perlengkapan:
Devin
Dokumentasi+Time Keeper:
Almira Kreza
Sesi 4 (Durasi 85’)
“Journey of Mindfulness”
Waktu: 11.25-11.45 Trainer: Almira Kreza Praktik Breathing Exercise: “Mindfulness?” (jargon)
Durasi: 20’ Asisten Trainer: Pelatih memandu peserta “Mari bersiap teman-teman. Kita
Perlengkapan: Annisa Zaenab berlatih dengan membaca akan memasuki latihan mindfulness.
Microphone Observer: instruksi Pertama-tama, kita akan melakukan
-Speaker Devin -Three Part Breath (20’) breathing exercise. Silahkan
-Manual Trainer Perlengkapan: -Ocean Breath (20’) mengikuti instruksi saya” (Sesuai
Lina -Counting Breaths (20’) modul for trainer)
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria

Waktu: 11.45-11.50 Trainer: Almira Kreza Peserta diminta untuk “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 5’ Asisten Trainer: menuliskan hasil refleksi melakukan refleksi terhadap Three
Perlengkapan: Annisa Zaenab Three Part Breath Part Breath yang sudah dilakukan,
-Manual Trainee Observer: dan menuliskannya di manual.”
-Pulpen Devin
-Microphone Perlengkapan:
-Speaker Lina
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 11.50-12.10 Trainer: Almira Kreza Praktik Breathing Exercise: “Mindfulness?” (jargon)
Durasi: 20’ Pelatih memandu peserta
Perlengkapan: Asisten Trainer: berlatih dengan membaca “Mari bersiap teman-teman. Kita
-Microphone Annisa Zaenab instruksi akan memasuki latihan mindfulness.
-Speaker Observer: -Three Part Breath (20’) Pertama-tama, kita akan melakukan
-Manual Trainer Devin -Ocean Breath (20’) breathing exercise. Silahkan
Perlengkapan: -Counting Breaths (20’) mengikuti instruksi saya” (Sesuai
Lina modul for trainer)
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 12.10-12.15 Trainer: Almira Kreza Peserta diminta untuk “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 5’ Asisten Trainer: menuliskan hasil refleksi melakukan refleksi terhadap -Ocean
Perlengkapan: Annisa Zaenab Ocean Breath Breath yang sudah dilakukan, dan
-Manual Trainee Observer: menuliskannya di manual.”
-Pulpen Devin
-Microphone Perlengkapan:
-Speaker Lina
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 12.15-12.35 Trainer: Almira Kreza Praktik Breathing Exercise: “Mindfulness?” (jargon)
Durasi: 20’ Asisten Trainer: Pelatih memandu peserta “Mari bersiap teman-teman. Kita
Perlengkapan: Annisa Zaenab berlatih dengan membaca akan memasuki latihan mindfulness.
-Microphone Observer: instruksi Pertama-tama, kita akan melakukan
-Speaker Devin -Three Part Breath (20’) breathing exercise. Silahkan
-Manual Trainer Perlengkapan: -Ocean Breath (20’) mengikuti instruksi saya” (Sesuai
Lina -Counting Breaths (20’) modul for trainer)
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 12.35-12.40 Trainer: Almira Kreza Peserta diminta untuk “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 5’ Asisten Trainer: menuliskan hasil refleksi melakukan refleksi terhadap
Perlengkapan: Annisa Zaenab Counting Breaths Counting Breaths yang sudah
-Manual Trainee Observer: dilakukan, dan menuliskannya di
-Pulpen Devin manual.”
-Microphone Perlengkapan:
-Speaker Lina
Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 12.40-50 Trainer: Almira Kreza Pelatih mengajak peserta “Sekarang teman-teman akan
Durasi: 10’ Asisten Trainer: untuk membagikan refleksi membagikan hasil refleksi masing-
Perlengkapan: Annisa Zaenab masing. Silahkan…. (menunjuk salah
-Microphone Observer: satu peserta) Ada lagi yang mau
-Speaker Devin membagikan hasil refleksi?
Perlengkapan: (menunggu respon)” (pelatih
Lina menjelaskan makna exercise sesuai
Dokumentasi+Time Keeper: modul for trainer)
Ria
Sesi 5 (Durasi 85’)
“My body”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 12.50-13.10 Trainer: Annisa Zaenab Pelatih memandu peserta “Kita akan melakukan Physical
Durasi: 20’ Asisten Trainer: melakukan body scan Activities bagian pertama yaitu Body
Perlengkapan: Devin Scan.”
Microphone Observer: Ria (sesuai modul for trainer)
Modul Perlengkapan: Almira Kreza
Speaker Dokumentasi+Time Keeper:
Lina

Waktu: 13.10-13.15 Trainer: Annisa Zaenab Menuliskan hasil refleksi “Teman-teman, sekarang tuliskan apa
Durasi: 5’ Asisten Trainer: Body Scan yang kalian rasakan setelah
Perlengkapan: Devin melakukan body scan “
Miscrophone Observer: Lina
Modul Perlengkapan: Almira Kreza
Speaker Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Waktu: 13.14-14.05 Trainer: Annisa Zaenab Pelatih memandu peserta “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 50’ Asisten Trainer: untuk melakukan Yoga. semua meletakkan alas kaki di depan
Perlengkapan: Devin Pelatih memandu peserta kursi masing-masing, lalu berdiri di
Microphone Observer: Lina melakukan latihan Yoga: atas karpet. Silahkan berbaris 5 sap
Modul Perlengkapan: Almira Kreza -Standing (15’) ke belakang, masing-masing berisi 4
Speaker Dokumentasi+Time Keeper: -Sitting (20’) orang. Saya akan memandu latihan
Ria -Lying Down (15’) yoga”
(sesuai modul for trainer)
Waktu: 14.05-14.15 Trainer: Annisa Zaenab Menuliskan Refleksi “Teman-teman, sekarang tuliskan apa
Durasi: 10’ Asisten Trainer: yang kalian rasakan setelah
Perlengkapan: Devin melakukan Yoga”
Microphone Observer: Lina
Modul Perlengkapan: Almira Kreza
Speaker Dokumentasi+Time Keeper:
Ria
Sesi 6 (Durasi 80’)
“What I Feel”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 14.15-14.55 Trainer: Annisa Zaenab Pelatih memandu peserta “Silahkan teman-teman kembali ke
Durasi: 40’ Asisten Trainer: untuk melakukan sensory tempat duduk masing-masing. Kita
Perlengkapan: Ria activities: akan memasuki bagian ketiga, yaitu
-Manual for Trainee Observer: Lina -aromatherapy Sensory Activities.”
-Pulpen Perlengkapan: Almira Kreza -listening to sounds (sesuai modul for trainer)
-Kertas aromaterapi Dokumentasi+Time Keeper:
Devin

Waktu: 14.55-15.05 Trainer: Annisa Zaenab Refleksi sensory activities: “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 10’ Asisten Trainer: Menuliskan hasil refleksi dari melakukan refleksi terhadap sensory
Perlengkapan: Ria aromatherapy dan listening activities yang sudah dilakukan, dan
-Manual for trainee Observer: Lina sound menuliskannya di manual.”
-Pulpen Perlengkapan: Almira Kreza (menunggu 10 menit)
-Microphone Dokumentasi+Time Keeper:
Devin
Waktu: 15.05-15.20 Trainer: Annisa Zaenab Refleksi sensory activities: “Sekarang teman-teman akan
Durasi: 15’ Asisten Trainer: Peserta menndiskusikan membagikan hasil refleksi masing-
Perlengkapan: Ria pertanyaan pelatih masing. Silahkan…. (menunjuk salah
Manual for trainee Observer: Lina satu peserta) Ada lagi yang mau
-Pulpen Perlengkapan: Almira Kreza membagikan hasil refleksi?
Dokumentasi+Time Keeper: (menunggu respon)” (pelatih
Devin menjelaskan makna exercise sesuai
modul for trainer)

LUNCH BREAK
Waktu: 15.20-15.35 Peserta dipersilahkan Sesi 6 sudah berakhir. Sebelum
Durasi: 15’ beristirahat dan menikmati memasuki sesi berikutnya, kami akan
Perlengkapan: konsumsi makan siang yang membagikan konsumsi makan siang.
-Microphone dibagikan Silahkan teman-teman beristirahat
-Nasi kotak selama 15 menit lalu kembali ke
-Aqua gelas tempat masing-masing.”
-Kantung plastik untuk
tempat sampah
Sesi 7 (Durasi 90’)
“Move on”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 15.35- 16.05 Trainer: Lina Walking exercise: peserta “Sekarang teman-teman membuat
Durasi: 30’ melangkah dengan langkah lingkaran besar, setelah ini kita akan
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira yang telah ditentukan melakukan kegiatan terkait dengan
-Microphone Kreza movement activities (lalu mengikuti
-Speaker instruksi di modul)”
-Manual Trainer Observer: Devin

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab

Waktu: 16.05- 16.20 Trainer: Lina Windmill partner : “Sekarang teman-teman membuat
Durasi: 15’ Peserta mencari pasangan dan lingkaran besar, setelah ini kita akan
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira membuat badan seperti bentuk melakukan kegiatan terkait dengan
-Microphone Kreza kincir angin movement activities (lalu mengikuti
-Speaker instruksi di modul)”
-Manual Trainer Observer: Devin

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab
Waktu: 16.20-16.30 Trainer: Lina Butterfly exercise : “Sekarang teman-teman membuat
Durasi: 10’ Peserta menggoyang- lingkaran besar, setelah ini kita akan
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira goyangkan kaki seperti melakukan kegiatan terkait dengan
-Microphone Kreza kepakan kupu-kupu movement activities (lalu mengikuti
-Speaker instruksi di modul)”
-Manual Trainer Observer: Devin

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab
Waktu: 16.30-16.40 Trainer: Lina Pelatih mengajak peserta “Sekarang kita akan berdiskusi
Durasi: 10’ untuk merefleksikan kegiatan mengenai apa yang kita dapatkan dari
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira yang dilakukan tiga kegiatan yang telah kita lakukan,
-Microphone Kreza sekarang saya ingin bertanya apa
-Speaker manfaat dari ketiga kegiatan tersebut
Observer: Devin (menunjuk peserta)”

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab
Waktu: 16.40-16.55 Trainer: Lina Listening and movement with “Sekarang teman-teman membuat
Durasi: 15’ music : peserta bergerak dan lingkaran besar, setelah ini kita akan
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira mendengarkan musik-musik melakukan kegiatan terkait dengan
-Microphone Kreza yang berbeda movement activities (lalu mengikuti
-Speaker instruksi di modul)”
-Manual Trainer Observer: Devin

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab
Waktu: 16.55-17.05 Trainer: Lina Peserta menuliskan refleksi “Sekarang teman-teman menuliskan
Durasi: 10’ dari kegiatan yang dilakukan apa yang kalian dapat Selma
Perlengkapan: Asisten Trainer:Almira mengikuti kegiatan tersebut pada
-Microphone Kreza manual trainee yang telah disediakan”
-Speaker
-Manual Trainer Observer: Devin

Perlengkapan: Ria

Dokumentasi+Time Keeper:
Annisa Zaenab
Sesi 8 (Durasi 90’)
“ If I ”
Penanggung jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 17.05- 17.40 Trainer: Devin Sandy Awareness start from yourself “Sekarang teman-teman akan
Durasi: 35’ first: dibacakan suatu cerita diharapkan
Perlengkapan: Asisten Trainer: Almira Peserta dibacakan cerita oleh teman-teman mendengarkan cerita
-Microphone Kreza pelatih yang dibacakan secara fokus, dan
-Speaker tidak boleh bermain handphone”
Observer: Ria

Perlengkapan: Annisa
Zaenab

Dokumentasi+Time Keeper:
Lina

Waktu: 17.40-17.55 Trainer: Devin Sandy Pelatih mendiskusikan dengan “Setelah mendengar cerita tersebut
Durasi: 15’ peserta apa yang telah kira-kira pa yang teman-teman dapat
Perlengkapan: Asisten Trainer: Almira didapatkan ambil hikmahnya? (menunjuk
-Microphone Kreza peserta”
-Speaker
Observer: Ria

Perlengkapan: Annisa
Zaenab

Dokumentasi+Time Keeper:
Lina
Waktu: 17.55-18.20 Trainer: Devin Sandy Muddy pond: Peserta diajak “Sekarang teman-teman pejamkan
Durasi: 25’ membayangkan berada mata, lalu posisikan badan dengan
Perlengkapan: Asisten Trainer: Almira disuatu tempat duduk senyaman mungkin, sekarang
-Microphone Kreza kalian membayangkan (sesuai
-Speaker modul)”
Observer: Ria

Perlengkapan: Annisa
Zaenab

Dokumentasi+Time Keeper:
Lina
Waktu: 18.20-18.35 Trainer: Devin Sandy Pelatih mendiskusikan dengan “Setelah mendengar cerita tersebut
Durasi: 15’ peserta apa yang telah kira-kira pa yang teman-teman dapat
Perlengkapan: Asisten Trainer: Almira didapatkan ambil hikmahnya? (menunjuk
-Microphone Kreza peserta”
-Speaker
Observer: Ria

Perlengkapan: Annisa
Zaenab

Dokumentasi+Time Keeper:
Lina
EVALUASI
Waktu: 18.35-18.45 Trainer: Devin Sandy Menyusun exercise plan “Sekarang teman-teman mengisikan
Durasi: 10’ exercise plan yang ada dimanual’
Perlengkapan: Asisten Trainer: Annisa
- Microphone Zaenab
-Speaker
-LCD Projector Observer: Ria
-Laptop
Perlengkapan: Almira Kreza
-File presentasi
-Manual
Dokumentasi+Time Keeper:
Lina
Waktu: 18.45-19.00 Trainer: Devin Sandy Refleksi: review materi sesi 3 “Silahkan teman-teman meriview apa
Durasi: 15’ dan mengisi angket refleksi saja yang didapat dari sesi 3 dan
Perlengkapan: Asisten Trainer: Annisa pelatihan silahkan mengisi angket refleksi
- Microphone Zaenab pelatihan”
-Speaker
-LCD Projector Observer: Ria
-Laptop
Perlengkapan: Almira Kreza
-File presentasi
-Manual
Dokumentasi+Time Keeper:
Lina
PENUTUP
Waktu: 19.00-19.05 Trainer: Lina Pelatih mengucapkan terima “Pelatihan hari ini telah selesai. Kami
kasih atas kesediaan peserta mau mengucapkan terima kasih dan
Durasi: 5 menit Asisten Trainer: mengikuti pelatihan dengan apresiasi pada teman-teman peserta
Ria tertib, menyampaikan harapan yang telah bersedia mengikuti
Perlengkapan: Observer: Devin agar pelatihan bermanfaat. jalannya acara dari awal hingga akhir
-Microphone Perlengkapan: Annisa dengan tertib. Kami harap pelatihan
Zaenab ini dapat teman-teman praktikkan
Dokumentasi+Time Keeper: hingga membawa manfaat bagi
Almira Kreza teman-teman semua, salah satunya
untuk kegiatan akademik teman-
teman. Mindfulness? (jargon)Selamat
menjadi lebih mindful, selamat menuai
manfaat, dan sampai jumpa. ”
III.4. Manual for Trainer (Versi Simulasi)
MANUAL FOR TRAINER
Introduction
Waktu: 11.15-11.25 Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
 Trainer: Devin Sandy  Peserta yang telah “Selamat datang, silahkan teman-
Durasi: 10’  Asisten Trainer: mendaftarkan diri teman untuk tanda tangan terlebih
Ria dipersilahkan dahulu di presensi kehadiran,
Perlengkapan:  Observer: Almira menandatangani
mengambil konsumsi, name tag,
Kreza form registrasi
 Daftar nama peserta manual dan modul, dan alat tulis untuk
 Perlengkapan:  Peserta diberikan
 Name Tag anda gunakan selama proses pelatihan
Lina name tag, manual,
 Alat Tulis ini dan jangan sampai hilang, yang
 Dokumentasi+Time modul, alat tulis, dan
 Manual for Trainee
Keeper: konsumsi (roti) sudah selesai silahkan masuk ke dalam
 Modul for Trainee
Annisa Zaenab  Peserta dipersilahkan ruangan, terima kasih.”
 Konsumsi
masuk ke ruangan
 Pengertian
“Teman-teman, kami akan
Mindfulness
 Pengertian attention menjelaskan mengenai pengertian
 Hubungan mindfulness dan tentunya sejarah
mindfulness dengan singkat mengenai apa itu
attention mindfulness”
“Berikutnya ada aspek-aspek yang ada
dalam mindfulness, dan tujuan, serta
manfaatnya ”
“Lalu berikutnya kami akan
menjelaskan kepada teman-teman
mengenai apa itu attention, faktornya,
beserta aspek-aspeknya”

“Dan yang terakhir kami akan


menjelaskan hubungan mindfulness
dan attention”
Ice Breaking
“Opposite Game”
Waktu : 11.25-11.33 Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
 Trainer: Ria  Opposite Game "Teman-teman untuk sesi berikutnya,
Durasi: 8’  Asisten Trainer: 3. Peserta diminta teman-teman dipersilahkan bangkit
Devin Sandy mengikuti instruksi berdiri karena kita akan memainkan
Perlengkapan:  Observer: Annisa yang dibacakan oleh sebuah permainan. Jika saya
Zaenab trainer
 Microphone mengatakan 'gajah', maka teman-
 Perlengkapan: Almira 4. Peserta diminta
 Speaker untuk mengikuti teman harus bergerak seolah teman-
Kreza
 Dokumentasi+Time gerakan yang teman sedang membawa sesuatu yang
Keeper: berlawanan dengan besar. Jika saya berkata 'kucing', maka
Lina instruksi sebelumnya teman-teman harus bergerak seakan
membawa sesuatu yang mungil. Nah,
sekarang teman-teman diminta
bergerak berlawanan dengan apa yang
saya katakan. Jika saya mengatakan
'gajah', maka teman-teman harus
bergerak seakan membawa sesuatu
yang kecil. Jika saya berkata 'kucing',
maka teman-teman harus bergerak
seakan membawa sesuatu yang besar.
“Breathing Excercise”
Penanggung Jawab Deskripsi Kegiatan Instruksi
Waktu: 11.33-11.43  Trainer: Annisa “Mindfulness?” (jargon)
Durasi: 10’ Zaenab Pelatih memandu peserta “Mari bersiap teman-teman. Kita
Perlengkapan:  Asisten Trainer: untuk mempraktekkan akan memasuki latihan mindfulness.
 Microphone Almira Kreza Ocean Breath Pertama-tama, kita akan melakukan
 Speaker  Observer: Lina breathing exercise. Silahkan
 Manual Trainer  Perlengkapan:
mengikuti instruksi saya” (Sesuai
Ria
 Dokumentasi+Time modul for trainer)
Keeper:
Devin Sandy

Mental Imagery
Waktu: 11.43-11.58  Trainer: Lina Peserta diajak “Sekarang teman-teman pejamkan
Durasi: 15’  Asisten Trainer: membayangkan berada mata, lalu posisikan badan dengan
Perlengkapan: Almira Kreza disuatu tempat, dengan duduk senyaman mungkin, sekarang
Microphone  Observer: Annisa mendengarkan cerita yang kalian membayangkan (sesuai
-Speaker Zaenab akan dibacakan oleh trainer modul)”
 Perlengkapan:
-Manual Trainer
Devin Sandy
 Dokumentasi+Time
Keeper: Ria

Waktu: 11.58-12.13  Trainer: Almira Kreza Pelatih mendiskusikan “Sekarang silahkan teman-teman
Durasi: 3’  Asisten Trainer: dengan peserta apa yang melakukan refleksi terhadap –mental
Perlengkapan: Lina telah didapatkan, dan imagery yang sudah dilakukan, dan
-Manual Trainee  Observer: Annisa peserta menuliskannya pada menuliskannya di manual.”
-Pulpen Zaenab workbook
-Microphone  Perlengkapan:
-Speaker Devin Sandy
 Dokumentasi+Time
Keeper: Ria

Penutup
Waktu: 12.13-12.15  Trainer: Devin Sandy Pelatih mengucapkan terima “Pelatihan hari ini telah selesai. Kami
Durasi: 2’  Asisten Trainer: kasih atas kesediaan peserta mau mengucapkan terima kasih dan
Perlengkapan: Lina mengikuti pelatihan dengan apresiasi pada teman-teman peserta
-Manual Trainee  Observer: Annisa tertib, menyampaikan yang telah bersedia mengikuti
-Pulpen Zaenab harapan agar pelatihan jalannya acara dari awal hingga akhir
 Perlengkapan:
-Microphone bermanfaat. dengan tertib. Kami harap pelatihan
Almira Kreza
-Speaker  Dokumentasi+Time ini dapat teman-teman praktikkan
Keeper: Ria hingga membawa manfaat bagi
teman-teman semua, salah satunya
untuk kegiatan akademik teman-
teman. Mindfulness? (jargon)Selamat
menjadi lebih mindful, selamat menuai
manfaat, dan sampai jumpa. ”
3.5.Metode yang Digunakan
1. Lecturing
Menjelaskan materi yang disajikan oleh trainer umumnya berlangsung
10-15 menit. Metode ini biasanya menggunakan media power point
yang telah disiapkan sebelumnya oleh trainer.
2. Pemutaran Video
Pemutaran video dimaksudkan untuk menjelaskan terkait materi yang
disajikan, biasanya peserta akan lebih tanggap terkait contoh secara
nyata yang disajikam dalam video. Dalam pemutaran video juga
terdapat sebuah kasus yang akan dipecahkan oleh peserta dan dapat
lebih dipahami.
3. Paper pencil
Biasanya paper pencil diberikan sebelum materi pada sesi tersebut
dimulai, gunanya untuk mengukur seberapa jauh pemahaman peserta
mengenai materi yang akan disampaikan oleh trainer.
4. Paper Assignment
Yaitu merupakan test yang diberikan setelah sesi materi selesai,
biasanya diberikan pada akhir sesi.
5. Breathing excercise
Yaitu metode untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan
efisien serta mengurangi kerja pernapasan
6. Writing Task
Yaitu kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh trainer
7. Simulation
Yaitu suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan
sekelilingnya (state of affairs)
8. Mental Imagery
Yaitu kemampuan manusia untuk mengkhayalkan gambaran-
gambaran di dalam pikiran setelah stimuli asli adalah tidak dapat
dilihat lagi.
9. Discuisson
Yaitu sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih/kelompok
10. Game
Yaitu permainan yang berfungsi untuk menantang peserta untuk bisa
aware dalam proses pelatihan
11. Review
Yaitu kegiatan yang berfungsi untuk mengajak peserta recall
mengenai informasi yang sudah dijelaskan oleh trainer
BAB IV
RANCANGAN EVALUASI

4.1. Evaluasi Pelatihan


Evaluasi merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam pelaksanaan
pelatihan. Dengan adanya evaluasi, seorang trainer dapat mengetahui dampak dan
pengaruh apa saja yang telah berhasil ditimbulkan melalui pelatihan yang diberikan.
Dalam pelatihan kali ini, trainer menggunakan acuan dari Kirkpatrick‘s Evaluation
yang mencakup 4 level dalam melakukan evaluasi pelatihan. Level pertama adalah
evaluasi reaksi, kemudian kedua adalah evaluasi pada level belajar (learning),
kemudian ketiga melalui evaluasi behavioral atau perilaku, dan keempat adalah
evaluasi terhadap hasil yang umumnya bersifat jangka panjang.

4.1.1. Evaluasi Level Reaksi

Pada level reaksi, evaluasi dapat dengan sangat mudah dilakukan. Secara
langsung, evaluasi dapat dilakukan melalui pemantauan atau observasi. Pemantauan
pun dapat dilakukan dengan cara melihat beberapa reaksi peserta selama
berlangsungnya pelatihan, terutama ketika lecturing atau metode presentasi / ceramah
berlangsung. Bagaimana ekspresi wajah yang ditunjukkan peserta, fokus mata, jumlah
penanya, jumlah penjawab, hingga ada atau tidaknya peserta yang menguap, dapat
menjadi catatan tersendiri dalam evaluasi ini.
Secara tidak langsung, evaluasi pada level reaksi juga dapat dianalisis melalui
ketepatan dan/atau kesesuaian peserta dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Bisa
juga melalui jenis atau relevansi pertanyaan dan jawaban yang diutarakan oleh peserta.
Semakin akurat pertanyaan peserta, dan semakin relevan pertanyaan yang diajukan,
maka semakin tinggi dan semakin positif pula level reaksi yang ditunjukkan oleh
peserta. Dengan demikian, pelatihan dapat diperkirakan cukup berhasil jika mampu
memberi reaksi positif kepada peserta.
Dalam setiap sesi, terdapat masing-masing evaluasi yang menjadi indikator
keberhasilan dari setiap kegiatan yang disajikan. Berikut rincian evaluasi reaksi pada
masing-masing level dalam pelatihan ini:
SESI REGISTRASI & PEMBUKA
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta datang tepat waktu (15 menit sebelum acara
dimulai)
2 Seluruh peserta mampu menyelesaikan pretest,
3 Peserta Trainer mendapatkan tolak ukur mengenai:
Kondisi mindful yang ditinjau dari 5 facets
mindfulness
4 Pemahaman konsep dan teori mengenai kaitan
mindfulness dengan attention
5 Seluruh peserta mendapatkan modul dan manual,
tanpa ada yang kekurangan
6 Seluruh peserta menaati ROC hingga pelatihan
selesai (dapat dievaluasi di akhir seluruh rangkaian
sesi pelatihan)
7 Seluruh peserta mendapatkan nametag yang sesuai

SESI 1
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta memerhatikan penjelasan dari trainer
2 Peserta aktif dalam proses lecturing (adanya
interaksi dua arah)
3 Peserta melakukan apa yang diinstruksikan trainer
secara urut
4 Peserta memahami dan mampu mempraktekkan
proses bread excercise dengan tepat.
5 Peserta mengisi lembar refleksi secara lengkap
SESI 2
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta mempertahankan fokusnya pada objek yang
diberikan
2 Peserta mendeskripsikan bagian-bagian dari objek
yang disentuhnya melalui metode mental imagery
yang diberikan
3 Peserta aktif dalam membagikan informasi terkait
dengan apa yang dirasakan saat menjalani kegiatan
yang diberikan

SESI 3
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta aktif dan mampu mengikuti seluruh
instruksi game yang diberikan tanpa mengeluh
2 Peserta memperhatikan dan mampu menganalisis isi
dari video yang ditampilkan
3 Peserta memerhatikan dan mampu menjelaskan
kembali peran mindfulness untuk meningkatkan
attention
4 Peserta aktif untuk membagikan informasi dari
materi yang sebelumnya sudah didapatkan

SESI 4
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta mampu melakukan teknik pernafasan
dengan benar yakni : mulut tertutup, menghirup
udara melalui hidung, saat menarik nafas usahakan
dada terangkat, dengan posisi punggung tegak.
2 Peserta mampu menjaga situasi kondusif sehingga
menciptakan suasana yang dapat meningkatkan
fokus peserta
3 Peserta mampu menuliskan hasil refleksi mengenai
observing : kognisi, emosi, dan sensasi
4 Peserta mampu menghitung jumlah tarikan nafas
selama 1 menit.
5 Peserta mampu menyampaikan makna dan
kegunaan dari kegiatan breathing exercise untuk
dirinya dan peserta yang lain.

SESI 5
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta terlihat dapat mengikuti setiap instruksi
dengan bai seperti yang dicontohkan oleh trainer
2 Setiap individu menuliskan hasil refleksi yang
berhubungan dengan kesadaran peserta dengan
sensasi tubuh yang dirasakan saat melakukan body
scan.
3 Peserta terlihat dapat mengikuti setiap gerakan yang
diinstruksikan oleh trainer dengan baik dan benar.
4 Setiap individu menuliskan hasil yang berhubungan
dengan kemampuan mereka menerima rasa tidak
nyaman yang dihasilkan dari gerakan yoga yang
mereka lakukan.

SESI 6
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Setiap individu saat melakukan kegiatan sensory
activites merasakan ketenangan yang dapat
diobservasi melalui situasi yang kondusif.
2 Setiap individu pada kegiatan ini dapat melakukan
langkah-langkah sensory activites sesuai dengan
instruksi yang diucapkan oleh trainer.
3 Seluruh peserta dapat menyelesaikan seluruh
pertanyaan sesuai dengan kondisinya masing-
masing
4 Seluruh peserta dapat memahami kondisi mindful
dan merasakannya saat mengalami suatu kejadian
yang mampu menyita attention
5 Seluruh peserta berperan aktif dalam proses diskusi
6 kelompok peserta dapat memaparkan mengenai
fungsi dari sensory activities kaitannya dengan
kondisi mindful

SESI 7
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta menerapkan kegiatan yang dillakukan
dengan baik dan sabar tanpa mengeluh pada
langkah-langkah pada kegiatan ini
2 Peserta menuliskan apa saja yang didapat dari
kegiatan yang dilakukan
3 Peserta dapat mengikuti gerakan yang sudah
dicontohkan oleh trainer.

SESI 8
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta mendengarkan cerita yang dibacakan tanpa
berbicara dengan peserta lainnya
2 Peserta aktif dalam membagikan informasi yang
telah didapatkan dari materi sebelumnya
3 Peserta aktif dan dapat membayangkan instruksi
dengan baik
4 Peserta aktif dalam membagikan informasi yang
telah didapatkan dari materi sebelumnya
PENUTUP
No INDIKATOR KEBERHASILAN Tingkat Keberhasilan
Sesi: *) TB: Tidak Berhasil
Registrasi & Pembukaan *) MB: Mendekati Berhasil
*) B: Berhasil
*) SB: Sangat Berhasil

TB MB B SB
1 Peserta mengisi Manual
2 Peserta mengisi lembar refleksi
3 Peserta aktif dan dapat membayangkan instruksi
dengan baik
4 Peserta aktif dalam membagikan informasi yang
telah didapatkan dari materi sebelumnya
5 Peserta menampakkan ekspresi rasa puas dan
antusias hingga seluruh sesi berakhir
6 Seluruh peserta mengakhiri seluruh sesi dalam
keadaan sehat
7 Peserta dapat mengenang proses pelatihan dengan
segala makna yang telah disampaikan (dapat
dilakukan melalui interviu)

4.1.2. Evaluasi Level Belajar (Learning Level)


Evaluasi pada tahap ini adalah dengan melakukan penilaian lebih dalam
mengenai kondisi sebelum dan setelah pelatihan dilakukan. Bagian ini menjadi
evaluasi yang sangat penting, karena trainer dapat secara langsung mengetahui
perubahan yang terjadi dalam diri masing-masing peserta setelah materi-materi
dalam pelatihan diberikan. Mekanismenya sederhana, namun harus dirancang
secara tepat. Pemilihan atau pembuatan alat ukur yang digunakan pun harus
didasarkan pada teori dan dependent variable (DV) yang disasar. Evaluasi
dilakukan untuk melihat sejauh mana IV berpengaruh terhadap DV. Singkatnya,
evaluasi pada level ini dilakukan untuk mengetahui apakah peserta telah berhasil
mempelajari (learning) sesuatu sepanjang proses pelatihan yang dilaluinya.

Dalam pelatihan ini, fokus trainer adalah untuk meningkatkan attention para
pengajar dan siswa Ubaya Language Center (ULC). Untuk itu, tes awal (pretest)
dan tes akhir (posttest) yang diberikan adalah tes seputar bagaimana attention yang
dimiliki pengajar dan siswa ULC, sebelum dan sesudah pelatihan dilakukan.
Adapun tes yang kami gunakan untuk mengukur attention adalah Mindfulness
Attention Awareness Scale (MAAS). Skala MAAS, adalah skala yang dicetuskan
oleh Brown dan Ryan (2003). MAAS ini merupakan skala yang didasarkan pada
atensi dan kesadaran pada setiap detik di kehidupan sehari-hari. Skala ini memiliki
faktor tunggal dan asumsi bahwa manusia merupakan pilot otomatis, sehingga
mengukur tingkat kesadaran seseorang. Oleh karenanya, aitem pada skala ini yang
berjumlah 15 aitem merupakan aitem yang unfovarable. Sedangkan yang
digunakan oleh trainer sebagai dasar merancang pelatihan adalah alat ukur Five
Facets Mindfulness Questionnaire (FFMQ). FFMQ ini disusun oleh Baer, dkk
(2006), dan mengukur lima aspek multidimensional dari mindfulness, yaitu:
observing, describing, acting with awareness, non-reactivity, dan non-judgement.
Skala asli FFMQ terdiri dari 39 item dengan menggunakan skala likert dari 1-5.
Penghitungan skor akhir FFMQ didasarkan pada penghitungan skor total per
dimensi dibagi dengan jumlah item yang ada, sehingga akan didapatkan skor paling
tinggi 1 dan paling rendah 5.

Untuk dapat menentukan keberhasilan dalam level learning, hasil dari


pretest dan posttest harus dianalisis lebih lanjut sebagaimana sebuah penelitian
eksperimental dilakukan. Dengan membandingkan antara hasil setelah dan
sebelum, lalu dihitung melalui análisis uji statistik (dalam SPSS). Pelatihan
dapat dikatakan berhasil pada level ini jika hasil uji beda menunjukkan adanya
pengaruh IV terhadap DV (sig < 0,05).

Terdapat beberapa jenis teknik pretest-posttest yang dapat diujikan.


Trainer dapat melakukan pengujian dengan analisis sederhana, menggunakan
teknik pra-eksperimental yang hanya melibatkan pretest dan postest sederhana
dengan 1 kelompok yang dilatih. Trainer dapat juga menggunakan desain True-
Experiment yang melibatkan keberadaan kelompok control (kelompok yang
tidak dilatih). Selain itu trainer juga bisa menggunakan teknik yang lebih
kompleks, namun dengan keuntungan berupa minimnya efek pretest (efek
belajar) yang dialami peserta. Desain yang kompleks tersebut adalah dengan
menggunakan desain eksperimen Solomon, yakni dengan melibatkan 4
kelompok.

4.1.3. Evaluasi Level Perilaku

Pada level perilaku, evaluasi difokuskan terhadap perubahan yang secara


eksplisit terjadi di dalam keseharian peserta. Dalam proses pembelajaran
berlangsung, peserta mampu menunjukkan perubahan perilaku ke arah peningkatan
perilaku positif yakni atensi. Peserta yang awalnya bermasalah dalam beberapa
aspek terkait atensi yang rendah pun dapat menunjukkan perubahan ke arah positif.
Berikut beberapa indikator keberhasilan berdasarkan perubahan perilaku, yang
dapat dianalisa dengan bantuan teknik ―Behavioral Checklist”

Indikator Perilaku SKALA


(Lingkari sesuai tingkat keberhasilan)
Peserta dapat bersikap tenang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dan fokus dalam proses
penyampaian materi
Peserta mampu tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
menggunakan gadget saat
proses penyampaian materi
berlangsung
Peserta mampu mengubah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
fokus secara optimal
(memperhatikan penjelasan
sekaligus mencatat hal penting)
Terjadi komunikasi dua arah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
saat proses lecturing
berlangsung
Mahasiswa tidak ngobrol di 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kelas saat proses pembelajaran
Mahasiswa bisa kondusif di 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kelas dan aktif dalam
pembelajaran
Mentor mampu menahan emosi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4.1.4. Evaluasi Level Hasil


Evaluasi paling akhir yang dapat dijadikan indikator keberhasilan dalam
pelatihan ini adalah evaluasi terkait peningkatan attention melalui pelatihan
mindfulness. Ditinjau dari permasalahan yang terjadi di level meso, diantaranya:
kurangnya atensi pada pengajar maupun siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Hal ini menyebabkan permasalahan pada level organisasional yakni tidak tercapainya
skor TOEFL mahasiswa ULC sesuai dengan standar yang ditentukan, serta tidak
banyak yang tidak mengetahui komunitas ULC sebagai lembaga bimbingan bahasa
asing. Diharapkan, setelah melakukan pelatihan mindfulness pengajar ULC maupun
peserta dapat memiliki atensi yang lebih optimal dari sebelumnya. Agar sasaran
intervensi pada level meso tersebut mampu berkontribusi pada penyelesaian masalah
di level makro, sehinggal ULC dapat membuat mahasiswanya memiliki skor TOEFL
sesuai standar dan dapat dikenal pada level regional.
4.2. Pre Test
Dalam pelatihan ini, fokus trainer adalah untuk meningkatkan attention para
pengajar dan siswa Ubaya Language Center (ULC). Untuk itu, tes awal (pretest)
adalah untuk mengukur kondisi awal peserta meliputi atensi dan kondisi mindful.
Adapun manfaat dari diadakannya pre test adalah untuk mengetahui kemampuan
awal peserta mengenai pelatihan yang akan dilakukan. Dengan mengetahui
kemampuan awal peserta , trainer akan dapat menentukan sasaran intervensi sesuai
dengan aspek pada IV(attention) maupun DV (mindfulness).
Adapun tes yang kami gunakan untuk mengukur attention adalah Mindfulness
Attention Awareness Scale (MAAS). Skala MAAS, adalah skala yang dicetuskan oleh
Brown dan Ryan (2003). MAAS ini merupakan skala yang didasarkan pada atensi dan
kesadaran pada setiap detik di kehidupan sehari-hari. Skala ini memiliki faktor tunggal
dan asumsi bahwa manusia merupakan pilot otomatis, sehingga mengukur tingkat
kesadaran seseorang. Oleh karenanya, aitem pada skala ini yang berjumlah 15 aitem
merupakan aitem yang unfovarable. Sedangkan yang digunakan oleh trainer sebagai
dasar merancang pelatihan adalah alat ukur Five Facets Mindfulness Questionnaire
(FFMQ). FFMQ ini disusun oleh Baer, dkk (2006), dan mengukur lima aspek
multidimensional dari mindfulness, yaitu: observing, describing, acting with
awareness, non-reactivity, dan non-judgement. Skala asli FFMQ terdiri dari 39 item
dengan menggunakan skala likert dari 1-5. Penghitungan skor akhir FFMQ didasarkan
pada penghitungan skor total per dimensi dibagi dengan jumlah item yang ada,
sehingga akan didapatkan skor paling tinggi 1 dan paling rendah 5.
Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS)
Instruksi: Dibawah ini adalah sekumpulan pernyataan tentang pengalaman
sehari-hari. Dengan menggunakan skala 1-6 dibawah, tolong indikasikan seberapa
sering atau tidak sering anda mengalami pernyataan tersebut. Dimohon jawaban
anda merefleksikan apa yang sebenarnya anda alami, bukan pengalaman yang anda
ingin alami. Perlu anda ketahui bahwa butir yang satu dengan yang lainnya
bukanlah butir yang berkesinambungan.

1 2 3 4 5 6

Sangat Sering Sering Agak Sering Agak Jarang Jarang Sangat Jarang

Saya dapat mengalami beberapa emosi secara bersamaan, 1 2 3 4 5 6


namun tidak menyadari sampai beberapa waktu kemudian.

Saya merusak atau menumpahkan sesuatu karena tidak 1 2 3 4 5 6


berhati-hati, tidak memperhatikan, atau memikirkan sesuatu
yang lain.
Saya mengalami kesulitan untuk tetap focus dengan apa 1 2 3 4 5 6
yang terjadi di masa sekarang.

Saya cenderung berjalan dengan cepat menuju tempat 1 2 3 4 5 6


tujuan tanpa memperhatikan apa yang saya alami di
sepanjang perjalanan.

Saya cenderung tidak menyadari perasaan, atau ketegangan 1 2 3 4 5 6


fisik, atau ketidaknyamanan sampai hal itu benar-benar
menarik perhatian saya.

Saya melupakan nama seseorang setelah saya diberitahu 1 2 3 4 5 6


untuk yang pertama kalinya.

Saya seperti “berjalan dengan otomatis”, tanpa adanya 1 2 3 4 5 6


kesadaran tentang apa yang saya lakukan.

Saya tergesa-gesa menjalani aktivitas, melakukan tanpa 1 2 3 4 5 6


perhatian penuh.
Saya sangat fokus dengan tujuan yang saya ingin capai, 1 2 3 4 5 6
sampai saya kehilangan konsentrasi dengan apa yang saya
kerjakan sekarang, untuk mencapai tujuan itu.

Saya melakukan pekerjaan atau tugas secara otomatis, tanpa 1 2 3 4 5 6


adanya kesadaran dengan apa yang saya kerjakan.

Saya mendengarkan seseorang dan mengerjakan sesuatu 1 2 3 4 5 6


secara bersamaan.
Saya menyetir ke suatu tempat dengan “pilot otomatis” dan 1 2 3 4 5 6
berpikir mengapa saya pergi ke tempat tersebut.

Saya menemukan diri saya sibuk emikirkan masa depan dan 1 2 3 4 5 6


masa lalu.

Saya menemukan diri saya melakukan sesuatu tanpa adanya 1 2 3 4 5 6


perhatian.
Saya tidak sadar bahwa saya sedang memakan makanan 1 2 3 4 5 6
ringan.

Five Facets Mindfulness Questionnaire (FFMQ)

Instrumen ini didasarkan dengan penelitian dari analisis factor dari lima
independen kuesioner mindfulness yang sudah dikembangkan. Analisis yang
dilakukan menghasilkan lima factor yang merepresentasikan elemen-elemen dari
mindfulness seperti konsep mindfulness saat ini. Lima factor tersebut adalah
mendeskripsikan, bertindak dengan kesadaran (awareness), non-judging inner
experience, dan non-reactivity inner experience. Dimohon untuk menilai
pernyataan dibawah ini dengan skala yang sudah disediakan. Tuliskan angka di
tempat kosong sebelah nomor, yang dapat mendeskripsikan opini dan apa yang
terjadi kepada anda dengan baik.

1 2 3 4 5
Tidak Pernah Sangat Jarang Kadang- Sering Sangat Sering
Kadang
atau atau atau atau Atau
Tidak Benar Jarang Benar Kadang Benar Sering Benar Selalu Benar

_____ 1. Ketika saya berjalan, saya merasakan sensai badan saya bergerak.
_____ 2. Saya dapat mendiskripsika perasaan saya dengan baik.
_____ 3. Saya sering mengkritik diri saya sendiri karena mempunyai emosi yang
irasional dan tidak tepat.
_____ 4. Saya menyadari perasaan dan emosi saya tanpa harus memberi reaksi.
_____ 5. Ketika saya melakukan sesuatu, pikiran saya pergi kemana-mana dan saya
gampang teralihkan.
_____ 6. Ketika saya sedang mandi, saya sadar dengan sensasi air yang mengalir di
tubuh saya.
_____ 7. Saya dapat mendeskripsikan kepercayaan, opini, dan ekspektasi saya dengan
baik.
_____ 8. Saya tidak memperhatikan apa yang saya sedang kerjakan karena saya
melamun, khawatir, atau teralihkan dengan hal yang lainnya.
_____ 9. Saya memperhatikan perasaan saya tanpa kehilangan mereka.
_____ 10. Saya berkata kepada diri saya bahwa saya tidak seharusnya merasakan apa
yang saya rasakan.
_____ 11. Saya menyadari bagaimana makanan dan minuman mempengaruhi pikiran,
sensai tubuh, dan emosi.
_____ 12. Saya mengalami kesulitan untuk mendeskripsikan apa yang saya pikirkan.
_____ 13. Perhatian saya mudah teralihkan.
_____ 14. Saya percaya bahwa beberapa pemikiran saya adalah abormal atau buruk
dan saya tidak seharusnya berpikir demikian.
_____ 15. Saya memperhatikan sensasi, seperti angin yang menerpa rambut atau sinar
matahari di wajah saya.
_____ 16. Saya mempuntau masalah memikirkan kata-kata yang tepat untuk
mengekspresikan perasaan saya terhadap suatu hal.
_____ 17. Saya membuat keputusan tentang apakah pikiran saya baik atau buruk.
_____ 18. Saya mengalami kesulitan untuk focus kepada apa yang terjadi di masa
sekarang.
_____ 19. Ketika saya mempunyai pemikiran atau bayangan yang berbahaya, saya
“mengambil langkah ke belakang” dan sadar kepada pikiran dan gambar tanpa diambil
alih olehnya.
_____ 20. Saya memperhatikan suara, seperti bunyi jam, burung yang bersiul, atau
mobil yang sedang lewat.
_____ 21. Dalam situasi yang sulit, saya dapat berdiam diri tanpa langsung bereaksi.
_____ 22. Ketika saya mempunyai sensasi di tubuh saya, sangat sulit
mendeskripsikannya karena saya tidak tahu kata-kata yang tepat.
_____ 23. Saya merasa bahwa saya “berjalan dengan otomatis”, tanpa adanya
kesadaran tentang apa yang saya lakukan.
_____24. Ketika saya mempunyai pemikiran atau bayangan yang berbahaya, saya
dapat menjadi tenang dengan cepat.
_____ 25. Saya berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya tidak seharusnya berpikir
apa yang saya pikirkan.
_____ 26. Saya menyadari bau dan aroma dari sesuatu.
_____ 27. Ketika saya marah, saya dapat menemukan cara untuk mengekspresikan
dalam kata-kata
_____ 28. Saya terburu-buru melakukan sesuatu tanpa memperhatikan hal tersebut.
_____ 29. Ketika saya mempunyai pemikiran atau bayangan yang berbahaya, saya
dapat menyadari pemikiran itu.
_____ 30. Saya merasa bahwa beberapa emosi saya adalah buruk dan tidak tepat, dan
saya tidak seharusnya merasa seperti itu.
_____ 31. Saya menyadari setiap elemen visual dari seni atau alam, seperti warna,
bentuk, tekstur, atau pola dari cahay dan bayangan.
_____ 32. Saya mempunyai kecenderungan natural untuk menaruh pengalaman saya
kepada kata-kata.
_____ 33. Ketika saya mempunyai pemikiran dan bayangan yang berbahaya, saya
hanya menyadarinya dan berusaha tidak memikirkannya.
_____ 34. Saya melakukan tugas atau pekerjaan secara otomatis tanpa sdar dengan apa
yang saya kerjakan.
_____ 35. Ketika saya mempunyai pemikiran dan bayangan yang berbahaya , saya
menghakimi diri saya sebagai seseorang yang buruk atau baik, bergantung pada
baynagan/ pemikiran saya.
_____ 36. Saya memperhatikan bagaimana emosi saya mempengaruhi pemikiran dan
perilaku.
_____ 37. Saya dapat mendeskripsikan apa yang saya rasakan pada satu momen dengan
detail.
_____ 38. Saya menemukan diri saya melakukan sesuatu tanpa adanya perhatian.
_____ 39. Saya tidak menyetujui diri saya ketika saya mempunyai ide yang irasional.

4.3. Post Test


Post test merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah
pelajaran/materi telah disampaikan. Singkatnya, post test adalah evalausi akhir
untuk melihat efektivitas dari pelatihan. Tujuan dari dilakukannya posttest ini
adalah untuk melihat peningkatan attention (DV) melalui pelatihan mindfulness
(IV). Manfaat dari diadakannya post test ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan yang dicapai setelah berakhirnya pelaksanaan pelatihan. Hasil
post test ini dibandingkan dengan hasil pre test yang telah dilakukan sehingga akan
diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pelatihan yang telah dilakukan,
disamping sekaligus dapat diketahui bagian bagian mana dari pelatihan yang masih
belum mampu diinternalisasi oleh peserta.
BAB V
PENUTUP
5.1.Ringkasan Proses Pelatihan
Pelatihan ini adalah pelatihan Psikologi Positif berupa Mindfulness untuk
meningkatkan Attention pada Pengajar dan Siswa ULC. ULC berlokasi di Jl.
Kalirungkut, Gedung HI. Adapun layanan yang disediakan diantaranya (1) Kursus
Bahasa Ingggris, Perancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Korea, Jepang , Mandarin,
(2) ILPSOL (Bahasa Indonesia untuk mahasiswa/orang asing), (3) Persiapan Tes
Bahasa: TOEFL, IELTS, iBT, TSE, Japanese Proficiency Test, (4) Tes TOEFL
(paper-Based) setiap Selasa dan Kamis jam 10.00, (5) ECC( English
Communication Club) - hanya untuk mahasiswa Ubaya – gratis, (6) UPSS (Ubaya
Public Speaking Society– hanya untuk mahasiswa Ubaya – gratis, (7) Tutorial
program – mahasiswa ubaya - gratis.
Pada tanggal 18 Agustus dan 19 Agustus, Trainer melakukan wawancara
untuk menggali permasalahan apa saja yang ada di Ubaya Language Center.
Wawancara dilakukan pada dua pengajar aktif ULC, dimana keduanya merupakan
mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2016
dan 2017. Hasil wawancara menunjukkan bahwa terdapat masalah yang ada di
tingkat makro, meso dan mikro.
Setelah dilakukan asesmen dan análisis terhadap kebutuhan, terdapat 15
kesenjangan yang terjadi di berbagai level dalam lembaga bimbingan belajar
tersebut. Umumnya yang menjadi permasalahan dalam komunitas ini adalah terkait
dengan rendahnya tingkat atensi pada pengajar dan siswa pada proses pembelajaran
berlangsung. Pelatihan yang dilakukan untuk siswa kursus ULC, mendapatkan
pemahaman mengani cara meningkatkan attention melalui meditasi sederhana
mindfulness dan mampu menerapkan mindfulness dalam kegiatan sehari-hari
tentunya untuk menunjang konsentrasi di kegiatan pembelajaran. Hal lain yang
akan didapatkan dari hasil pelatihan yang akan dilakukan adalah siswa mampu
melakukan attention switching tanpa terdistrak gangguan apapun, ditengah proses
pembelajaran yang saat ini seringkali menggunakan metode ceramah. Sehingga visi
misi ULC dapat tercapai, suasana pembelajaran menjadi nyaman.
Adapun pemilihan sasaran peserta pelatihan tersebut didasari pada
pertimbangan krusial dan urgensi dari permasalahan yang ditemukan, yakni
permasalahan yang umumnya terkait dengan attention pada mahasiswa ULC.
Diharapkan nantinya, intervensi berupa pelatihan yang dilakukan dapat
memberikan manfaat terkait attention pada mahasiswa ULC saat proses
pembelajaran berlangsung.
Adapun detail sistematika proses perlatihan berlangsung yakni:
No Sesi Waktu Sub Sesi Durasi Tujuan
Lecturing 25’ 1. Peserta mengetahui
konsep mindfulness
1 Entering 08.30- Bread 20’
2. Peserta mengetahui
The Gate of excercise
09.25 manfaat mindfulness
Mindfulness Writing task 10’ untuk meningkatkan
attention
3. Peserta mampu
mengimplementasikan
mindfulness untuk
meningkatkan
attention
4. Peserta mampu
merefleksikan dan
menerapkan
mindfulness di
kehidupan sehari-hari
Mental 15’  Peserta
Imagery: mengetahui
Mindfulness konsep
2 The 09.25- Things mindfulness
Mental 10’
Important 10.00
Imagery :
of Description
things
Mindfulness
Discussion 10’
Game 25’  Peserta
Opposite mengetahui
Game manfaat
3 Just 10.00- Video 10’ mindfulness untuk
meningkatkan
Attention 11.15 Lecturing 30’ attention
Review 10’
Three Part 20’ 1. Peserta mengetahui
Breath berbagai praktik
Journey of
Review Three 5’ latihan mindfulness
4 Mindfulness 11.25- Part Breath 2. Peserta mengetahui
12.50 Ocean Breath 20’ manfaat setiap praktik
mindfulness
Review Ocean 5’ 3. Peserta mampu
Breath mempraktikkan
Counting 20’ mindfulness untuk
Breath meningkatkan
Review 5’ attention secara
Counting efektif
Breath
Discussion 10’
Body Scan 20’ 1. Peserta mengetahui
berbagai praktik
5 My Body 12.50- Review Body 5’
latihan mindfulness
Scan
14.15 2. Peserta mengetahui
Yoga 50’ manfaat setiap praktik
Review Yoga 5’ mindfulness
3. Peserta mampu
mempraktikkan
mindfulness secara
efektif
Aromatherapy 40’ 1. Peserta mengetahui
Listening berbagai praktik
6 What I Feel 14.15-
Sound latihan mindfulness
15.20 refleksi dari 10’ 2. Peserta mengetahui
aromatherapy manfaat setiap praktik
dan listening mindfulness
sound
Discussion 15’
Walking 30’ 1. Peserta menyadari
exercise pentingnya latihan
Windmill 15’ mindfulness
7 Move On 15.35- partner 2. Peserta dapat
17.05 Butterfly 10’ melakukan praktik
exercise mindfulness secara
Writing task 10’ rutin tiap hari
3. Peserta memahami
Listening and 25’ teknik untuk
movement mengatasi tantangan
with music dalam latihan
mindfulness
Awareness 35’ 1. Peserta menyadari
start from pentingnya latihan
yourself first mindfulness
8 If I 17.05- Discussion 15’ 2. Peserta dapat
melakukan praktik
18.35 Muddy pond 25’ mindfulness secara
Discussion 15’ rutin tiap hari

Sesi 1
Di sesi ini trainer terlebih dahulu menjelaskan materi mengenai pengertian
mindfulness, attention, serta hubungan diantara keduanya. Selain itu, trainer juga
memaparkan mengenai kaitan keduanya dalam kehidupan sehair-hari. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pemahama peserta agar mereka memiliki gambaran.
Lalu, trainer mengajak peserta untuk mempraktekkan mindfulness sederhana, yaitu
bagaimana seluruh panca indera dapat menyadari eksistensi objek (roti). Peserta
diminta untuk meperhatikan, membau, meraba, melihat dan merasakan roti yang
diberikan, sehingga kegiatan ini sangat tepat untuk facet acting awareness dimana
kita diminta untuk memusatkan perhatian kita pada objek yang diberikan (membuat
kita fokus). Selanjutnya, peserta diminta untuk menuliskan evaluasi pada form yang
telah disediakan oleh trainer, untuk melihat tingkat keberhasilan kegiatan paa sesi
1 ini.
Sesi 2
Peserta diminta menjelaskan benda yang dilihatnya secara detail dari segi
bentuk, warna, tekstur, dll. Peserta membanyangkan benda yang disentuhnya. Pada
facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah mindfulness of things dan listening
and movement with music. Mindfulness of things adalah kegiatan untuk mengamati
benda – benda yang ada diruangan. peserta diminta untuk fokus pada satu objek
kecil yang akan dituju. misal pensil, jam tangan, buku, bolpoin, foto mantan dll.
Peserta diminta untuk fokus pada apa yang dilihat dengan cara metode visual (
penglihatan ) setelah itu, peserta diminta untuk menjelaskan apa yang dilihat secara
detail. Seperti bagaimana bentuknya ? berkilau atau kusam? Warna dan bayangan
apa yang mereka miliki? Apakah itu lurus, melengkung, atau kombinasi? Apakah
terlihat halus atau bergelombang? Apakah terlihat lembut atau keras? Apakah
terlihat basah atau kering? Apa lagi yang bisa Anda lihat? Setelah anda menjelaskan
apa yang anda lihat, ada diminta untuk menutup mmata dan membayangkan saat
anda mengambil benda tersebut sambil menaruh benda tersebut ke tangan dan
peserta diminta untuk fokus meraskannya. Apakah itu keras atau lunak? Seperti,
Halus atau kasar? Tajam atau membosankan? Kaku atau lentur? Berapa beratnya?
Berapa suhunya?
Sesi 3
Di sesi ini, terdapat dua game, yakni opposite game dan big hand. Game ini
berfungsi untuk melatih peserta dalam attention switching. Trainer membacakan
suatu instruksi, namun peserta diminta untuk melakukan lawan kata dari instruksi
itu. Misalkan, saat trainer memperagakan gajah yang berarti peserta harus
melebarkan tangannya, namun peserta harus melakukan kebalikannya, yakni
menyempitkan gerakan tangannya. Tidak ada facet mindfulness yang digunakan
pada sesi ini, sesi ini tujuan trainer yakni menyasar aspek attention switching dari
peserta.
Sesi 4
Pada kegiatan ini, facet yang digunakan ialah observing. Kegiatan yang
dilakukan adalah breathing exercise (three part breath, ocean breath, dan counting
breath ), dan sensory activities ( aromatheraphy dan listening to sound). Breathing
exercise adalah kegiatan melatih pernafasan (menarik dan menghembuskan nafas),
tujuannya adalah memusatkan perhatian pada nafas dan mengembalikan pikiran
yang berkeliaran kembali pada nafas untuk melatih konsentrasi mereka, sehingga
breathing exercise sangat cocok untuk facet observing karena peserta diminta untuk
merasakan sensasi dari udara yang dirasakan, pikiran dari membayangkangkan
sesuatu ketika bernafas (suara ombak pada ocean breath), emosi yang dirasakan
ketika melakukan latihan tersebut, dan menyadari secara langsung pengalaman
bernafas. Pada breathing exercise juga dapat meningkatkan aspek attention yaitu
selective attention. Selective attention adalah sikap selektif pada hal tertentu
(pernafasan). Dalam kegiatan ini, Peserta mampu melakukan teknik pernafasan
dengan benar yakni : mulut tertutup, menghirup udara melalui hidung, saat menarik
nafas usahakan dada terangkat, dengan posisi punggung tegak.
Sesi 5
Pada kegiatan ini facet yang digunakan ialah Non-Reactivity to Inner
Experience, kegiatan yang akan dilakukan adalah yoga dan body scan. Body scan
adalah kegiatan untuk merasakan sensasi yang terjadi pada tubuh kita, sehinga
kegiatan body scan tepat untuk facet Non-Reactivity to Inner Experience, karena
dengan adanya body scan dapat menghubungkan kita dengan keadaan masa kini
(Carne, 2016). Intruski secara terus menerus dapat meningkatkan selective attention
dan meningkatkan switching attention (mengajak peserta untuk memindahkan
pusat perhatian dari bagian tubuh satu kebagian tubuh yang lain).
Yoga adalah bentuk kegiatan relaksisasi dengan berbagai macam gaya,
kegiatan yoga ini juga tepat untuk facet Non-Reactivity to Inner Experience, karena
mengajak kita untuk bersikpa tidak reaktif, contohnya seperti saat melakukan yoga
pasti kita merasa lelah, merasa bosan, ingin protes, dan tidak mau melakukannya,
padahal itu adalah suatu tindakan mengobservasi sensasi yang dirasakan, karena
kita akan berpikir bahwa pose yoga yang kita lakukakan akan berakhir (Isaacs,
2008).
Pengalaman yang sulit dalam hidup kita juga pastinya akan berahir, sepertu
tugas-tugas yang selalu menghantui, sama seperti pose yoga pengalaman yang kita
rasakan itu akan berakhir. Dengan berlatih yoga diharapkan peserta dapat berlatih
untuk memusatkan perhatian dan tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman masa
kini
Sesi 6
Pada kegiatan ini setiap individu saat melakukan kegiatan sensory activites
merasakan ketenangan yang dapat diobservasi melalui situasi yang kondusif. Setiap
individu pada kegiatan ini dapat melakukan langkah-langkah sensory activites sesuai
dengan instruksi yang diucapkan oleh trainer. Pada kegiatan Aromatherapy peserta
akan memperhatikan bau, atau aroma dari aromatherapy yang ada, sedangkan pada
listening to sound mengajak peserta untuk fokus terhadap suara.
Kegiatan aromatherapy yang dilakukan peserta termasuk kedalam receptive
meditation, yaitu observasi terhadap pengalaman diri sendiri dari waktu kewaktu
tanpa bereaksi. Dengan mengarahkan perhatian pada pengalaman saat itu juga,
membuat kita belajar mengenali dan menghilangkan reaksi otomatis yang tidak
diingankan.Kegiatan listening to sound juga melatih kita pada attention aspek
alerting, yaitu kesiagaan akan berbagai stimulus yang muncul pada saat itu (fokus
pada satu hal).
Sesi 7
Pada sesi ini, terdapat empat metode simulasi, yakni : Walking exercise,
Windmill partner, Butterfly exercise, Listening and movement with music. Pada
Walking exercise: peserta melangkah dengan langkah yang telah ditentukan, pada
Windmill partner : Peserta mencari pasangan dan membuat badan seperti bentuk
kincir angin, pada Butterfly exercise : Peserta menggoyang-goyangkan kaki seperti
kepakan kupu-kupu, lalu pada Listening and movement with music : peserta
bergerak dan mendengarkan musik-musik yang berbeda.
Di kegiatan ini, menggunakan facet non-judging to inner experience. non-
judging to inner experience. Pada facet ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah
walking exercise, foot massage, windmill partner, dan butterfly exercise. Walking
exercise adalah kegiatan mengharuskan kita untuk bergerak (dengan langkah yang
telah ditentukan) secara sadar, foot massage adalah kegiatan yang mengharuskan
kita untuk fokus menyeimbangkan tubuh, windmill partner adalah kegiatan yang
membuat tubuh kita menjadi seperti gerakan kincir angin, dan butterfly exercise
adalah kegiatan menirukan kepakan sayap kupu-kupu.
Walking exercise, foot massage, windmill partner, dan butterfly exercise
adalah kegiatan yang tepat untuk facet non-judging of inner experince, karena
kegiatan tersebut membawa kita fokus kepada pengalaman yang terjadi saat itu,
melatih konsentrasi secara sadar, dan melatih kita untuk menerima serta
menghadapi kehadiran perasaan yang tidak menyenangkan (menerima apa adanya),
selain itu diharapkan perserta mampu fokus pada instruksi yang diberikan tanpa
menilai (ini baik, ini buruk, sebaiknya dilakukan, sebaiknya tidak) jika instruksi
menyuruh kita melangkah, kita harus melangkah, jika disuruh goyangkan, maka
kita harus goyangkan.
Sesi 8
Di sesi ini, trainer menggunakan metode mental imagery. Mental imagery
adalah kegiatan yang membayangkan dirinya sebagai tokoh di dalam cerita tersebut
atau membayangkan suatu kejadian. Peserta akan diberik waktu beberapa menit
untuk tutup mata, membayangkan situasinya, perasaan, dan apa yang mereka
lakukan di dalam imajinasi mereka. Lalu setelahnya mereka akan diminta menulis
perasaan, pemikiran, dan tindakan mereka yang mereka sudah bayangkan. Mental
imagery melatih fokus peserta atau melatih perhatian pada satu hal, sehingga mental
imagery adalah kegiatan yang tepat untuk facet acting with awareness
5.2.Refleksi Trainer
5.2.1. Annisa Zaenab N. F.
Berawal dari penentuan peminatan setiap mahasiswa di dalam mata kuliah TTI
Training, pada awal periode semester ajaran genap di tahun 2018, saya merasa ada yang
unik dalam mata kuliah ini. Di sana saya harus mulai memastikan, ke mana saya harus
melanjutkan profesi saya nanti. Ke mana saya akan melangkah selepas saya menjadi
seorang Ilmuan Psikologi nantinya. Tentu sangat excited! Ketika saya akhirnya
menambatkan hati‖ saya pada peminatan Keluarga-Sekolah. Hingga semakin ke sini,
saya merasa sangat menyukai bidang ini. Sangat!
Bab selanjutnya diawali dengan pembuatan TNA. Entah, saya tidak paham
dengan istilah itu. Bahkan saya harus membaca beberapa sumber untuk mengetahui
apa kepanjangan dari huruf A pada TNA: Analysis atau Assessment. Jawabannya?
keduanya. Tergantung pada model yang disajikan. Pada saat pengukuran dilakukan,
maka kepanjangannya menjadi Assessment, namun ketika telah menjadi sebuah
laporan, kepanjangannya pun telah menjadi Analysis, karena pada saat pelaporan, yang
dipaparkan adalah hasil analisisnya.
Banyak hal baru yang saya temukan. Termasuk bagaimana menyusun sebuah
training, yang sebelumnya cukup rajin saya ikuti (sebagai peserta), dan sekarang harus
saya rancang sebagai trainer. Dari situ saya paham kenapa harga sebuah training atau
workshop atau seminar biasanya tidak murah. Tentunya karena proses yang ada di balik
itu semua membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Berkali-kali
menganalisis, mencari teori, mencetak jurnal sana-sini, mencari alat ukur, menganalisa
ulang, mendesain rancangan pelatihan, membuat manual, modul, hingga presentasi,
simulasi dan akhirnya membuat laporan, tentu bukanlah hal yang bisa dilakukan secara
kilat. Semua butuh proses dan kesungguhan.
Tak jarang keringat, air mata, rasa lapar, mulas, dan semua gejala Psiko
Somatis bermunculan di antara saya dan teman-teman saya. Kami berkali kali diajarkan
apa artinya salah sebelum benar. Diajarkan bahwa apapun yang mudah, tidak akan
membuat kami lebih berkembang. Tapi hal sulit lah yang berhasil membuat kami
belajar. Termasuk ketika kami harus menyelesaikan teka-teki tentang Apa IV dan DV
yang cocok dalam penyusunan training kami ini? Saya belajar arti kerjasama dengan
tim. Dengan mereka yang memilih kancah Keluarga-Sekolah, mereka yang
bertanggung jawab atas pilihan mereka. Kami pun berproses bersama.
Hal yang patut saya syukuri adalah kelancaran kami dalam berproses. Entah
kenapa, Tuhan sangat membantu kami untuk menjadi orang yang “tepat” dalam proses
penyusunan training ini. Tepat dalam memilih jurnal, tepat dalam memilih komunitas
sesuai kancah, tepat dalam memilih variabel, hingga metode yang kami gunakan.
Secara pribadi, saya sangat menyenangi Positive Psychology. Hal ini yang membuat
saya betah untuk berkecimpung di dunia Mindfulness. Mencari backsound, melakukan
rekaman, hingga menentukan flow pelatihan.
Selanjutnya, dalam menyusun desain penelitian, terutama rundown dan manual
for trainer. Ini adalah yang paling menyebalkan bagi saya. Sebenarnya bukan karena
sulit. Sama sekali tidak. Menyusunnya sangat mudah bagi saya. Hanya saja, yang
membuat saya kurang suka adalah adanya tuntutan pakem yang harus saya patuhi.
Tidak boleh terlalu banyak improvisasi. Bahkan disarankan untuk membuat manual for
trainer se-detail mungkin. Hingga nanti, seseorang yang membawakannya dapat
mengikutinya dengan mudah. Padahal menurut saya, itu hanya acuan. Trainer
sesungguhnya akan semakin menarik jika ia menguasai kata-kata dalam materi yang
harus dikuasainya, dan bukan mengacu pada manual for trainer.
Di luar itu, ada hal yang paling saya sukai dalam mendesain pelatihan. Yakni
saat saya bisa bermain dengan metode, dan rincian kegiatan yang saya inginkan. Saya
bisa mengandalkan sense saya untuk mengatur sebuah rangkaian pelatihan yang
mengalir dan sesuai dengan tujuan pelatihan. Tetap mengacu pada langkah-demi-
langkah yang semestinya, serta tetap sesuai dengan urutan yang seharusnya. Saya
senang ketika dapat menciptakan rangkaian pelatihan yang berurutan dan saling
berkaitan, sebagaimana ada benang merah di antara tiap sesinya.
Hingga pada simulasi yang telah saya lakukan, telah membuat saya semakin
paham bahwa membuat suatu pelatihan itu sama sekali tidak mudah. Butuh persiapan,
tenaga, waktu, dan modal yang tidak sedikit. Harus memahami materi, harus bisa
menjadi public speaker yang andal, serta harus bisa melayani audience atau peserta
dengan sebaik mungkin. Sekali lagi, itu tidak mudah. Butuh persiapan dan perjuangan
di balik simulasi yang saya dan teman-teman saya lakukan. Untungnya, respon dan
feedback positif yang diberikan sangat memberikan kelegaan hati bagi saya. Tentu
perjuangan saya rasanya tidak sia-sia. Meski saya sadar, bahwa simulasi itu hanyalah
simulasi. Belum bisa dikatakan bahwa saya telah berhasil menciptakan sebuah
pelatihan yang bagus. Banyak kekurangan yang saya lakukan. Banyak pula hal-hal
yang kedepannya masih harus saya pelajari. Meski demikian, saya bersyukur karena
dengan pengalaman ini, saya berharap untuk terus bisa belajar menjadi seorang trainer
& psikolog yang berbakat nantinya.
Akhir kata dalam laporan ini, saya mengucapkan terimakasih (sebanyak-
banyaknya) kepada semua pihak yang terkait. Tentu diawali dengan rasa syukur saya
kepada Tuhan karena kecerdasan dan kemampuan yang telah dilimpahkan, Orang Tua
dan keluarga yang menyediakan segalanya untuk saya, teman-teman seperjuangan
yang saya ajak panik bersama, Kakak Asdos (Ce Angel , dan Ce Keke) yang selalu
membantu saya dan teman-teman saya dalam kuliah, Bapak Dosen Pembimbing saya,
Pak Frikson dan Pak Dito yang telah banyak menyalurkan ilmu kepada saya.
Terimakasih, dan salam sejahtera.
5.2.2. Nur Qomariah F. W. T.
Persiapan training dilakukan sekitar 3 sampai 4 bulan yang lalu, terhitung
dari bulan Agustus. Dimulai dari pembagian kelompok di kelas berdasarkan kancah
yang diminati, yaitu kancah keluarga dan sekolah, setelah pembagian kelompok
dilakukan selang beberapa hari kami melakukan diskusi dalam kelompok untuk
menentukan target komunitas mana yang bisa di cari kesenjangannya dari level
mikro, meso, dan makro yang ada dalam komunitas untuk dilakukan intervensi
training pada komunitas tersebut.
ULC (Ubaya Language Center) adalah komunitas yang dipilih kelompok
untuk melakukan wawancara tentang kesenjangan yang ada dalam komunitas
tersebut. ULC sendiri adalah pusat bahasa yang dimiliki oleh Universitas Surabaya
sebagai fasilitas bagi mahasiswa terkait dengan pembelajaran akademik yang
dilakukan dengan pelatihan bahasa oleh tim dosen dan mahasiswa yang mengajar
di kelas ULC atau bisa disebut juga dengan mentor. Mentor ULC sebagai sumber
informasi terkait dengan kesenjangan yang ada dalam komunitasnya, maka
dilakukanlah wawancara pada dua orang narasumber yaitu mentor dari ULC.
Setelah melakukan wawancara kelompok kami membuat tabel TNA
(Training Needs Analysis). Di dalam tabel TNA berisi harapan, kenyataan,
kesenjangan, penyebab dan intervensi dari ULC, setelah itu dikelompokkan dalam
skema TNA. Setelah melakukan wawancara dan analisis pada tabel TNA,
ditemukan bahwa kesenjangan yang sering muncul dalam kelas ULC adalah
masalah kurang atensi atau perhatian di dalam kelas, mahasiswa yang mengikuti
kelas bahasa di ULC kebanyakan bermain gadget saat mentor menerangkan.
Kurangnya atensi akibat bermain gadget termasuk kedalam level meso pada
komunitas tersebut.
Setelah menentukan kurang atensi sebagai kesenjangan dalam komunitas
tersebut yaitu ULC maka selanjutnya merencanakan intervensi yang akan diberikan
kepada mahasiswa ULC untuk meningkatkan atensi mahasiswa agar pembelajaran
dapat berlangsung dengan baik tanpa mudah terpengaruh oleh gadget yang
mengganggu pelajaran, sehingga membuat skor TOEFL mahasiswa meningkat
karena mereka bisa fokus dengan pembelajaran yang diberikan.
Setelah ditemukan kesenjangan berupa masalah kurang atensi, langkah
berikutnya kami mencari intervensi yang tepat yang bisa meningkatkan atensi
mahasiswa saat di kelas, setelah mencari jurnal akhirnya kami memutuskan untuk
membuat pelatihan mindfulness untuk meningkatkan attention atau perhatian. Kami
membagi tugas untuk mencari topik yang berkaitan dengan mindfulness untuk
meningkatkan attention dalam beberapa jurnal yang berasal dari luar dan telah
terpercaya. Hasilnya kami menemukan pengertian, aspek, tujuan, faktor, dan
manfaat dari mindfulness dan attention, serta hubungan keduanya.
Tahap selanjutnya kami membuat rundown dan skema intervensi untuk
pelatihan mindfulness. Sesi-sesi yang dibuat berdasarkan facet facet yang ada dalam
mindfulness yaitu observing, describing, acting with awareness, non-judging, dan
non-reactivity. Pada sesi pelatihan penuh kami menggunakan 8 sesi untuk
pelatihannya, sedangkan pada simulasi kami menggunakan 1 sesi yang berkaitan
dengan aspek observing yang berisi lecturing singkat mengenai mindfulness,
attention, dan hubungan antara keduanya, berisi permainan yang melatih atensi, dan
meditasi pelatihan mindfulness (menggunakan mental imagery).
Setelah tahap diatas selesai kami melakukan dubing pada instruksi mental
imagery, lalu kami menyiapkan persiapan untuk pelatihan, dimulai dari mencari
perlengkapan sebagai penunjang keberhasilan pelatihan saat sesi mental imagery
(bunga mawar yang), dan perlengkapan lainnya. Kami membagi tugas pada metode
yang akan dilakukan pada tiap sesinya, semua anggota kelompok berkesempatan
untuk menjadi trainer dalam simulasi yang akan dilakukan.
Saat pelaksanaan simulasi saya sebagai pembawa materi, disini saya hanya
diberikan waktu 10 menit untuk menyampaikan materi kepada seluruh peserta
training saat itu pada hari Selasa, 6 November 2018. Yang saya rasakan saat itu
adalah terburu-buru oleh waktu yang singkat, namun materi yang diberikan cukup
banyak, sehingga saya membuat diri saya senyaman mungkin dan seseru mungkin
dengan nada yang terdengar tinggi agar semua peserta fokus kepada saya, dan
memahami penjelasan yang saya jelaskan, sehingga indikator keberhasilan pada
lecturing dapat terpenuhi. Saat itu semua mata tertuju pada saya semua fokus tidak
ada yang berbicara sendiri dan ketika sesi lecturing telah selesai, ketika saya
bertanya kepada peserta secara acak, ternyata mereka bisa menjawab dan paham
dengan materi yang saya berikan.
Setelah itu saya menjadi time keeper dan dokumentasi pada sesi-sesi
selanjutnya, selama itu saya melihat peserta mengikuti instruksi dengan baik saat
permainan yang menguji atensi mereka. Pada mental imagery, hampir seluruh
peserta dapat mengikuti instruksi dengan baik, bahkan sampai ada yang terbawa
oleh suasana mental imagery. Setelah semua sesi berakhir kami undur diri dan
mendapatkan feedback setelah itu. Selanjutnya adalah tahap pembuatan laporan
kami berbagi tugas untuk membuat laporan, sebelumnya kami juga sudah mencicil
untuk bab 1-3 sehingga setelah diberikan penjelasan kembali kami melakukan
perbaikan, dan lanjut mengerjakan bab 5 dan 6.

5.2.3. Almira Kreza R


Saat semester 5, asdos meminta mahasiswa untuk memilih kancah yang
akan diminati, saya memilih kancah keluarga dan sekolah, setelah itu asdos
membentuk beberapa kelompok yang masing - masing terdiri dari 5 - 6 orang
dalam sekolompok. Awal mula saya tidak mengenal dan terlalu dekat satu sama
lain, saya mencoba beradaptasi dan ternyata kelompok yang diberikan sungguh
menyenangkan.
Setelah saya kenal satu sama lain, dosen memberi tugas untuk mencari
sebuah organisasi yang ada di ubaya. Setelah berdiskusi dengan satu sama lain
dalam kelompok, akhirnya kelompok kami memutuskan untuk mewawancarai
ULC ( Ubaya Language Center ). ULC sendiri adalah sebuah lembaga belajar asing
yang di dirikan di UBAYA. Akhirnya dengan segala pertimbangan dan wawancara
yang telah dilakukan dengan kelompok, kami mencari kesenjangan dan harapan apa
saja yang terdaapat dalam lembaaga tersebut. Setelah kami menemukan apa saja
yang yang menjadi kebutuhan kelompok kami, kami membuat tabel TNA (
Training Need Analysis ), di dalam tabel TNA berisi harapan, kenyataan,
kesenjangan, penyebab dan intervensi dari ULC, setelah itu dikelompokkan dalam
skema TNA. Setelah melakukan wawancara dan analisis pada tabel TNA pada
bidang mako, meso, mikro, ditemukan bahwa kesenjangan yang sering muncul
dalam kelas ULC adalah masalah kurang atensi atau perhatian di dalam kelas,
mahasiswa yang mengikuti kelas bahasa di ULC kebanyakan bermain gadget saat
mentor menerangkan. Kurangnya atensi akibat bermain gadget termasuk kedalam
level meso pada komunitas tersebut. Setelah menentukan kurang atensi sebagai
kesenjangan dalam komunitas ULC maka selanjutnya merencanakan intervensi
yang akan diberikan kepada mahasiswa ULC untuk meningkatkan atensi
mahasiswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik tanpa mudah
terpengaruh oleh gadget yang mengganggu pelajaran, sehingga membuat skor
TOEFL mahasiswa meningkat karena mereka bisa fokus dengan pembelajaran yang
diberikan.
Setelah ditemukan kesenjangan berupa masalah kurang atensi, langkah
berikutnya kami mencari intervensi yang tepat yang bisa meningkatkan atensi
mahasiswa saat di kelas, kelompok kami akhirnya mencari beberapa jurnal
pendukung yang sekiranya pelatihan apa yang dapat meningkatkan atensi. Setelah
kami mencari dan memilih intervensi apa yang cocok untuk atensi akhirnya
kelompok kami memilih memutuskan untuk menggunakan minndfullness. Kami
mecnari beberapa jurnal mengenai hubungan antara pelatihan mindfulness dengan
peningkatan atensi atau perhatian.
Setelah membuat tabel TNA, kelompok kami membuat skema TNA,
Rundown dan Skema Intervensi. Sesi-sesi yang dibuat berdasarkan facet facet yang
ada dalam mindfulness yaitu observing, describing, acting with awareness, non-
judging, dan non-reactivity. Pada sesi pelatihan penuh kami menggunakan 8 sesi
untuk pelatihannya, sedangkan pada simulasi kami menggunakan 1 sesi yang
memiliki waktu selama 60 menit. Rundown simulasi ini berkaitan dengan aspek
observing yang berisi lecturing singkat mengenai mindfulness, attention, dan
hubungan antara keduanya, berisi permainan yang melatih atensi, dan meditasi
pelatihan mindfulness (menggunakan mental imagery). Kegiatan yang kami
lakukan saat simulasi adalah adalah lecturing mengenai mindfulness, attention dan
hubungan keduanya. Kegiatan kedua adalah permainan yang berguna untuk melatih
atensi. Selanjutnya ada pelatihan pernafasan (ocean breath) kemudian meditasi
(mental imagery) dan terakhir adalah refleksi.
Setelah itu kelompok kamu memutuskan untuk melakukan rekaman
(dubbing) untuk kegiatan ocean breath dan mental imagery dengan alasan tidak
adanya salah ucap pada saat simulasi berlangsung. Karena kesalahan tersebut dapat
menyebabkan peserta akan terganggu dan pelatihan mindfulness tidak berjalan
dengan tenang seperti yang kami harapkan. Setelah itu kami menyiapkan beberapa
perlengkapan. Kami membuat banner, menyiapkan sound dan membeli bunga
mawar. Tidak lupa juga kami ngeprint manual for trainee untuk para peserta, lalu
kami menyiapkan persiapan untuk pelatihan, dimulai dari mencari perlengkapan
sebagai penunjang keberhasilan pelatihan saat sesi mental imagery (bunga mawar
yang), dan perlengkapan lainnya. Kami membagi tugas pada metode yang akan
dilakukan pada tiap sesinya, semua anggota kelompok berkesempatan untuk
menjadi trainer dalam simulasi yang akan dilakukan.
Hal yang kelompok kami tunggu dan persiapkan berlangsung pada hari
selasa, 6 Novemeber 2018, kami menyiapkan semua peralatan dan persiapan yang
sudah dilakukan kelompok kami sebebelumnya. Saat kegiatan pertama berlangsung
yaitu saat lecturing atau materi saya bertugas sebagai observer. Tugas observer
disini adalah sebagai pengamat, observasi, apakah sudah sesuai atau tidak yang
kelompok kami buat, mengamati peserta, selama kegiatan lecturing berlangsung.
Pada kegiatan permainan, saya bertindak sebagai perlengkapan. Tugas
perlengkapan disini adalah memastikan agar acara tersebut tidak ada perlengkapan
yang tertinggal. Pada kegiatan ocean breathe saya menjadi asisten trainer, disini
tugas saya membantu trainer seperti saya membantu mengkondisikan agar peserta
bisa diam dan berkonsentrasi. Setelah itu,kegiatan mental imagery saya bertugas
sebagai asisten trainer juga yang berada di depan komputer untuk menyalakan suara
rekaman, dan membagikan bunga mawar untuk peserta. Setelah sesi ini, saya
menjadi trainer untuk sesi refleksi. Disini tugas saya membimbing peserta untuk
mengisi kegiatan refleksi yang sudah ada di maual for trainee. Setelah sesi ini
berakhir kelommpok kami berkumpul di depan dan menjadi satu sebagai sesi
penutup. Pelaksanaan simulasi berakhir dan dilanjutkan evaluasi oleh dosen
mengenai simulasi yang telah kami lakukan. Selanjutnya kami membuat laporan
yang sebelumnya telah dicicil dari bab 1-3 sebelum proses simulasi dan setelah
simulasi kamu melanjutkan laporan mulai dari bab 4 dan 5.

5.2.4 Apriliana Tri D.


Training yang kami lakukan membutuhkan persiapan yang cukup panjang.
Dimulai dari pembagian kelompok di awal sesuai dengan kancah yang diminati,
yaitu kancah keluarga sekolah. Setelah pembagian kelompok dan kami tergabung
menjadi kelompok kancah keluarga sekolah 6 (KS 6) kami mulai menentukan
organisasi yang berhubungan dengan kancah keluarga dan sekolah. Setelah
berdiskusi tentang beberapa organisasi yang menjadi pilihan kelompok kami, kami
memutuskan untuk memilih organisasi ULC (Ubaya Language Center). Kami
memilih ULC karena salah satu anggota kelompok kami mengenal pengajar yang
ada di ULC sehingga memudahkan kami untuk melakukan wawancara.
ULC telah dipilih menjadi organisasi yang akan kami lakukan wawancara
sehingga mengetahui permasalahan apa yang terjadi dalam organisasi tersebut.
Setelah melakukan wawancara kami membuat tabel TNA dengan menentukan
permasalahan dalam bidang mikro, meso dan makro. Dalam tabel TNA berisikan
harapan, kenyataan, kesenjangan, penyebab dan intervensi. Setelah membuat tabel
TNA, kemudian dikelompokkan menjadi skema TNA dan ditemukan bahwa
kesenjangan yang ada di ULC adalah kurangnya atensi pada saat di kelas. Lalu kami
menentukan intervensi yang dapat meningkatkan atensi atau perhatian. Kami
mencari beberapa jurnal pendukung yang sekiranya pelatihan apa yang dapat
meningkatkan atensi. Kemudian kami menemukan beberapa jurnal mengenai
hubungan antara pelatihan mindfulness dengan peningkatan atensi atau perhatian.
Selanjutnya kami membuat rundown dan skema intervensi untuk pelatihan
mindfulness. Sesi-sesi yang ada di dalam rundown sesuai dengan facet-facet dari
mindfulness yaitu observing, describing, acting with awareness, non-judging, dan
non-reactivity. Pada sesi penuh kami menggunakan 8 sesi, sedangkan sesi yang
telah direduksi menjadi 60 menit menjadi 1 sesi saja. Dalam 1 sesi ini berisikan
beberapa kegiatan, yang pertama adalah lecturing mengenai mindfulness, attention
dan hubungan keduanya. Kegiatan kedua adalah permainan yang berguna untuk
melatih atensi. Selanjutnya ada pelatihan pernafasan (ocean breath) kemudian
meditasi (mental imagery) dan terakhir adalah refleksi.
Kami melakukan rekaman untuk kegiatan ocean breath dan mental imagery
dengan alasan tidak adanya salah ucap pada saat simulasi berlangsung. Karena
kesalahan tersebut dapat menyebabkan peserta akan terganggu dan pelatihan
mindfulness tidak berjalan dengan tenang seperti yang kami harapkan. Setelah itu
kami menyiapkan beberapa perlengkapan. Kami membuat banner, menyiapkan
sound dan membeli bunga mawar. Tidak lupa juga kami ngeprint manual for
trainee untuk para peserta.
Saat pelaksanaan simulasi, kegiatan pertama saya bertugas menjadi asisten
trainer. Rencana awal materi akan dibagi dua karena terlalu banyak apabila hanya
dibaca oleh satu orang namun karena terkendala oleh waktu yang tidak banyak kami
memutuskan untuk mempersingkat dan penjelasan materi akan dilakukan oleh 1
orang saja. Pada kegiatan permainan, saya bertindak sebagai time keeper. Di sini
saya memastikan agar waktu dalam permainan tidak melebihi waktu yang telah
ditentukan. Selanjutnya saya menjadi observer dan saya juga bertindak untuk
berada di belakang komputer untuk menyalakan rekaman sesuai dengan instruksi
yang diberikan. Setelah itu saya bertindak sebagai trainer. Disini saya berusaha
berbicara dengan nada yang rendah dan membuat peserta terbawa suasana dan
tenang dan nyaman sebelum melakukan mental imagery. Setelah rekaman diputar,
di pertengahan mental imagery kami memberikan setangkai bunga mawar di
hadapan para peserta. Setelah mental imagery berakhir selanjutnya peserta
melakukan refleksi yang dituliskan pada manual for trainee yang telah diberikan.
Pelaksanaan simulasi berakhir dan dilanjutkan evaluasi oleh dosen mengenai
simulasi yang telah kami lakukan. Selanjutnya kami membuat laporan yang
sebelumnya telah dicicil dari bab 1-3 sebelum proses simulasi dan setelah simulasi
kamu melanjutkan laporan mulai dari bab 4 dan 5.
5.2.5. Devin Sandy P.
Perjalanan kami dimulai dari adanya pembagian kelompok untuk TTI
Training selama satu semester kedepan. Setelah diberikan pilihan topik, saya
memilih topik keluarga sekolah yang dekat dengan kehidupan saya sehari-hari dan
dari situlah saya akhirnya bertemu dengan anggota dari kelompok Keluarga
Sekolah 6. Awalnya saya merasa ragu dan sedikit takut karena saya tidak terlalu
mengenal mereka, namun segala perasaan tersebut hilang ketika kami awal
berdiskusi tentang apa yang harus kami kerjakan untuk semester kedepan.
Kelompok kami memutuskan untuk memilih mewawancarai dan
melakukan asesmen kepada pengajar di ULC (Ubaya Learning Center). Hal ini
dikarenakan ada anggota kami yang mengenal salah satu pengajar dari ULC,
sehingga memudahkan kami untuk melakukan wawancara. Selain itu, dengan
memilih ULC, kami tidak perlu mengorek biaya tambahan terutama di bagian
tranportasi, karena kantor dari ULC terletak di dalam area kampus UBAYA. Hasil
wawancara yang didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam tabel TNA. Tabel
tersebut memudahkan kami untuk memetakan masalah yang terjadi di lingkungan
pengajar ULC. Kami menemukan adanya indikasi permasalah di dalam cakup area
mikro, meso, dan makro. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan, harapan, dan
kesenjangan yang kami temukan dari hasil wawancara dengan pengajar ULC. Kami
mengambil salah satu permasalahan meso dan menyimpulkan adanya kekurangan
atensi yang terjadi pada murid dari ULC.
Dari permasalahan itulah kami memutuskan untuk mencari intervensi yang
dapat dengan efektif mengatasi kekurangan atensi kepada mahasiswa yang
mengambil kursus di ULC. Dengan harapan akan terdapat peningkatan dalam hal
nilai TOEFL dan ujian, kami kemudian menentukan untuk meningkatkan
mindfulness terhadap para mahasiswa. Kami menemukan bahwa terdapat hubungan
yang kuat dan berkorelasi positif antara mindfulness dengan atensi, sehingga kami
bersepakat untuk menggunakan training dengan tujuan meningkatkan mindfulness.
Kami mulai menggali dan mencari teori yang terdapat pada mindfulness,
mulai berusaha membuat skema TNA dan akhirnya skema intervensi. Di sela-sela
itu kami juga berusaha mencari aspek-aspek yang termasuk ke dalam mindfulness
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh dosen pembimbing kami. Kami membagi
tugas sesuai dengan kemampuan kami masing-masing untuk mencari dan
mengerjakan hal yang perlu untuk dikerjakan. Selain itu, kami juga dapat
menyampaikan apa yang kami temukan di presentasi kelas dengan cukup baik.
Setelah itu, tibalah waktunya untuk membuat rundown untuk intervensi
kami kepada mahasiswa ULC. Rundown yang kami buat awalnya sangat umum,
namun dengan bimbingan dosen pembimbing kami, kami berhasil menspesifikan
tabel rundown yang kami buat sehingga di setiap sesi yang dilaksanakan terdapat
aspek dari mindfulness yang perlu ditingkatkan. Pekerjaan kami mendapatkan
sorotan dan pujian dari asisten dosen maupun dosen, namun hal itu tidak membuat
kami lengah. Justru kami bertambah waspada dengan apa yang kami kerjakan
karena kami ingin memenuhi ekspektasi dan standar yang dipasang oleh dosen.
Rundown akhirnya selesai dan kami membuat sebanyak delapan sesi lengkap untuk
pelatihan mindfulness kami. Namun, kami akhirnya memilih faset yang terpenting
untuk simulasi yang hanya dilakukan dengan waktu yang terbatas sebanyak satu
jam. Facet yang kami pilih adalah awareness dan non-judging reactivity. Awalnya
kami memilih tiga dari delapan sesi, namun dengan segala keterbatasan, kami hanya
memilih dua sesi yang sangat menarik sekaligus dengan pengaruh paling besar
untuk meningkatkan atensi. Kegiatan utama yang kami sajikan untuk simulasi
adalah ocean breathe yang terapat pada facet awareness, dan mental imagery yang
terdapat pada faset non-judging reactivity.
Kami mempersiapkan simulasi kami dengan cukup baik. Kami melakukan
rekaman suara dan melakukan mixing untuk menyediakan pengalaman maksimal
kepada peserta, tanpa adanya error dan gangguan saat simulasi berlangsung. Di
sela-sela recording kami juga melatih gaya berbicara kami ketika kami harus tampil
dihadapan peserta. Selain itu, kami juga mempersiapkan bunga mawar, banner,
sticker, dan segala perlengkapan manual for trainee sebagai bumbu pelengkap dari
training kami. Kami melakukan simulasi untuk hari H dengan kata-kata dan waktu
yang detail untuk meminimalisir kesalahan pada simulasi yang akan dilakukan.
Di saat training simulasi berlangsung di dalam kelas, saya berperan sebagai
trainer yang melakukan opening (termasuk memperkenalkan dan membawakan
jargon), dan juga menjadi trainer dari game ice breaking yang kami lakukan
sebelum masuk kepada kegiatan utama kami. Saya merasa sangat gugup karena
waktu itu suara saya hampir habis, dan saya harus membawa suasana dari peserta
supaya mereka bisa bersemangat dan antusias untuk menjalani training. Menurut
kami, role opening adalah role yang paling krusial untuk memulai training.
Untungnya saya dapat membawa suasana dan game dengan baik sehingga peserta
merasa nyaman dan antusias mengikuti training yang diberikan. Ketika saya
bertugas sebagai time keeper dan perlengkapan saya juga merasa sudah melakukan
tugas saya sesuai dengan apa yang diinstruksikan dan dilatih di hari-hari
sebelumnya. Saya juga merasa bahwa kelompok kami bekerja dengan sangat efektif
dan efisien, baik dalam hal waktu, komunikasi, kerja sama, kepekaan, dan juga
program yang kami lakukan. Hal ini dibuktikan dengan peserta yang menangis
karena terapi mindfulness yang kami berikan.
Setelah simulasi berjalan, kami mulai mengalihkan fokus kami terhadap
pengerjaan laporan akhir bab satu sampai dengan lima. Saya merasa bahwa
perjalanan kami adalah perjalanan yang cukup seru dan berkesan untuk diingat
selama hidup saya.
PUSTAKA ACUAN
Cherry, K. (2017). How psychologists define attention: Understanding the key
points about attention. Diambil pada 2 November 2017 dari
https://www.verywell.com/what-is-attention-2795009
Chiesa, A., Calati, R., & Serretti, A. (2011). Does mindfulness training improve
cognitive abilities? A systematic review of neuropsychological findings.
Clinical Psychology Review 31, 449-464.
Dickinson, J., Friary, P., & McCann, C. M. (2017). The influence of mindfulness
meditation on communication and anxiety: A case study of a person with
aphasia. Aphasiology.
Gambrel, L. E. & Keeling, M. L. (2010). Relational aspects of mindfulness:
implications for the practice of marriage and family therapy. Contemporary
Family Therapy, 32: 412-426.
Gunaratana, B. H. (2011). Mindfulness In Plain English. Boston: Wisdom
Publication.
Jha, A., Baime, M. A., dan Krompinger, J. (2007). Mindfulness training
modifies subsystems of attention. Cognitive Affective and Behavioral
Neuroscience, 7(2), 109-119.
Kim, H. (2013). Exercise rehabilitation for smartphone addiction. Journal of
Exercise Rehabilitation, 500-505.
Lawson, K. (2016). The trainer’s handbook, 4th ed. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.
Modesto-Lowe, V., Farahmand, P., Chaplin, M., dan Sarro, L. (2015). Does
mindfulness meditation improve attention in attention deficit hyperactivity
disorder?. World Journal of Psychiatry, 5(4), 397-403.
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Ormrod, J. (2012). Human Learning (6th ed.). Pearson: Upper Saddle River, NJ.
Posner, M. I., dan Rothbart, M. K. (2014). Attention to learning of school
subjects. Trends Neuroscience Education, 3(1), 14-17.
Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and Validation of
Brief Measures of Positive and Negative Affect: The PANAS Scales.
Journal of Personality and Social Psychology, 1063-1070.
Wechsler, D. (1997). Wechsler Adult Intelligence Scale—3rd Edition (WAIS-3®).
San Antonio, TX: Harcourt Assessment.
LAMPIRAN

MANUAL FOR TRAINEE

Pelatihan Mindfulness
untuk Meningkatkan Attention

Kelompok 6 (Kancah Sekolah)


Training KP A
Sesi I
Entering the Gate of Mindfulness
 Konsep Mindfulness dan Attention

Mindfulness

Observing Describing Acting with No-judging of Non reactivity


Awareness inner to inner of
experience experience

Mindfulness for Attention


Elemen Mindfulness

Elemen Mindfulness

Elemen Mindfulness

Attention Intention Attitude


__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________

__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
__________________________________________________________________
Pustaka Acuan
Center for Mental Health in Schools. (2015). Attention problems: Intervention and
resources, revised. Los Angeles: UCLA.
Cherry, K. (2017). How psychologists define attention: Understanding the key
points about attention. Diambil pada 2 November 2017 dari
https://www.verywell.com/what-is-attention-2795009

Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider


Chiesa, A., Calati, R., dan Serretti, A. (2011). Does mindfulness training improve
cognitive abilities? A systematic review of neuropsychological findings.
Clinical Psychology Review, 31, 449-464
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Jha, A., Baime, M. A., dan Krompinger, J. (2007). Mindfulness training modifies
subsystems of attention. Cognitive Affective and Behavioral Neuroscience,
7(2), 109-119.
Modesto-Lowe, V., Farahmand, P., Chaplin, M., dan Sarro, L. (2015). Does
mindfulness meditation improve attention in attention deficit hyperactivity
disorder?. World Journal of Psychiatry, 5(4), 397-403.
Materi 1: Konsep Mindfulness
a. The Bread Exercise
1. Apa yang anda pikirkan selama melakukan Bread Exercise?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
2. Apa yang anda rasakan selama melakukan Bread Exercise?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

3. Apa kesulitan yang anda alami selama melakukan Bread Exercise?


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

4. Adakah manfaat yang anda peroleh selama melakukan Bread Exercise?


Jika ya, manfaat apa saja?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

b. Diskusi Video
1. Apa yang kamu pahami tentang arti mindfulness?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

2. Apa saja manfaat mindfulness dalam kehidupan sehari-hari?


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
3. Apa saja praktik untuk melatih mindfulness?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
Sesi IV
“Journey of Mindfulness”
Materi 1: Breathing Exercise
a. Counting Breaths
I. Jumlah Napas = …………………..
II. Suara-suara apa saja yang Anda dengar dari luar diri Anda?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
III. Suara-suara apa saja yang Anda dengar dari dalam diri Anda?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
IV. Jumlah Napas = …………………..

b. Refleksi
1. Apa yang anda pikirkan selama melakukan Breathing Exercise?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………...
2. Apa yang anda rasakan selama melakukan Breathing Exercise?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

3. Apa kesulitan yang anda alami selama melakukan Breathing Exercise?


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

4. Adakah manfaat yang anda peroleh selama melakukan Breathing


Exercise? Jika ya, manfaat apa saja?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………
Sesi V
“My body”
1. Apa yang anda pikirkan selama melakukan Physical Activities?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...
2. Apa yang anda rasakan selama melakukan Physical Activities?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

3. Bagian mana dari Physical Activities yang sulit dilakukan? Mengapa


demikian?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

4. Adakah manfaat yang anda peroleh selama melakukan bagian tertentu dari
Physical Activities? Jika ya, sebutkan bagian yang mana dan manfaatnya.
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

Sesi VI
“What I Feel”

Materi 3: Sensory Activities


a. Aromatherapy
Tuliskan pikiran, reaksi fisik, dan perasaan setelah mencium bau masing-masing
aroma.
No Pikiran Reaksi Fisik Perasaan

Sesi VII
“Move on”
1. Apa yang ada di pikiran anda saat mengikuti pelatihan:
a. Walking Excercise :
b. Windmill partner :
c. Butterfliy Excercise :
2. Apa yang kalian rasakan saat mengikuti pelatihan:
a. Walking Excercise :
b. Windmill partner :
c. Butterfliy Excercise :
3. Apa yang menjadi keluhan anda saat mengikuti pelatihan
ini?
................................................................................................
....
Refleksi:
1. Apa yang anda pikirkan selama mengikuti training mindfulness secara
keseluruhan?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

2. Apa yang anda rasakan selama mengikuti training mindfulness secara


keseluruhan?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……………………………………………...

3. Adakah manfaat yang anda peroleh selama mengikuti training


mindfulness? Jika ya, manfaat apa saja?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………

4. Apa komitmen anda untuk meningkatkan mindfulness dalam kehidupan


sehari-hari?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
MODUL FOR TRAINER

Mindfulness untuk Meningkatkan


Attention

Kelompok 6 (Kancah Sekolah)


Training KP A
Entering the Gate of Mindfulness

Materi I: Konsep Mindfulness


1.1. Latar Belakang
Attention merupakan proses bereaksi terhadap suatu stimulus. Saat
stimulus ditampilkan secara simultan, maka yang dibutuhkan adalah
kemampuan selective attention. Sayangnya, melakukan hal ini tidak mudah.
Selective attention bisa dipengaruhi oleh banyak variabel, antara lain coping
stress, awareness, dan masih banyak lagi. Selain itu, selective attention juga
mendatangkan berbagai manfaat yang bisa meningkatkan berbagai hal,
seperti memori, performa kerja, dan lain-lain.
Mindfullnes mempunyai komponen-komponen yang terkandung
didalamnya atau disebut dengan facet (Baer dkk., 2008) . Facet-facet dari
mindfulness adalah observing (mengobservasi), describing
(mendeskripsikan), acting with awareness (bertindak dengan kesadaran),
non-judging of inner experience ( sikap tidak menilai pengalaman) dan non-
reactivity to inner of experience (bersikap tidak reaktif pada pengalaman).
Pada sesi 1, facet yang dituju acting with awareness. Acting with
awareness adalah kemampuan bertindak dengan kesadaran mencakup yang
mencakup aktivitas seseorang saat itu dan dapat dikontraskan dengan
berperilaku mekanis sementara perhatian terfokus di tempat lain (Baer dkk.,
2008). Acting with awareness masuk kedalam aspek mindfulness yaitu
awareness, awareness adalah kemampuan menaruh perhatian pada saat itu
juga (Brown dkk., 2007). Acting with awareness dan awareness memiliki
keterkaitan akan kemampuan memusatkan perhatian dengan sadar pada
pengalaman yang terjadi saat itu.
Pada facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah bread exercise,
muddy pond, dan awareness start from yourself first. Salah satu tujuan
mindfulness adalah meningkatkan awareness, pada exercise ini trainer
mengajak peserta untuk mempraktekkan mindfulness sederhana, yaitu
bagaimana seluruh panca indera dapat menyadari eksistensi objek (roti).
Peserta diminta untuk meperhatikan, membau, meraba, melihat dan
merasakan roti yang diberikan, sehingga kegiatan ini sangat tepat untuk
facet acting awareness dimana kita diminta untuk memusatkan perhatian
kita pada objek yang diberikan (membuat kita fokus).
Mental Imagery: The Bread Exercise
The Bread Exercise bertujuan untuk meningkatkan awareness. Anda
akan mengambil, mengamati, membuka, dan mengonsumsi roti konsumsi
yang telah dibagikan. Nanti, deskripsikan rasa, tekstur, aroma, dan
penampilan dari roti, lalu tuliskan pada Manual for Trainee.
Salah satu tujuan mindfulness adalah untuk meningkatkan
awareness, bukan sebatas konsentrasi dan relaksasi. Melalui exercise ini,
trainer ingin mengajak trainee untuk mempraktekkan langsung mindfulness
sederhana, yaitu bagaimana seluruh panca indera dapat menyadari
eksistensi objek, dalam hal ini roti. Trainee diminta untuk memperhatikan
dan merasakan roti, membau, serta meraba dan melihat. Indikator
keberhasilannya bukan pada berhasil atau tidak, namun melalui pemahaman
peserta yang mengikuti sesi ini yang dilihat lewat refleksi pribadi. “The
Bread Exercise” merupakan adaptasi dari “Raisin Exercise” yang
diperkenalkan oleh John Kabat-Zinn.
Instruksi:
1. Letakkan roti di tangan. Rasakan kehadiran roti tersebut di tangan anda.
2. Amati bentuk roti, perhatikan setiap detail yang ada di permukaan roti.
3. Mulai raba roti dengan tangan dan rasakan teksturnya. Bersamaan
dengan itu, cium aroma roti. Biarkan penciuman anda merasakan
sepenuhnya bagaimana bau dari roti yang anda pegang.
4. Bila sudah dirasakan betul, silahkan masukkan ke mulut anda perlahan.
Letakkan potongan roti di bibir dan lidah anda. Biarkan lidah anda
merasakan roti. Letakkan saja disana dan rasakan dulu selama beberapa
detik. Jangan digigit maupun ditelan.
5. Bila sudah, anda boleh menggigit roti, namun jangan ditelan. Rasakan
tekstur roti perlahan di mulut dan lidah anda selama beberapa detik.
6. Silahkan telan roti. Apa yang anda rasakan dan sadari selama proses?

1.2. Tujuan Modul


1) Untuk mengenalkan konsep mindfulness
2) Untuk mengetahui tujuan dan manfaat mindfulness
3) Memperjelas keterkaitan antara mindfulness dan attention
1.3. Sumber Daya
-LCD
-Proyektor
-Microphone
-Laptop
-Speaker
1.4. Materi
a. Bread Exercise
Salah satu tujuan mindfulness adalah untuk meningkatkan
awareness, bukan sebatas konsentrasi dan relaksasi. Melalui exercise ini,
trainer ingin mengajak trainee untuk mempraktekkan langsung mindfulness
sederhana, yaitu bagaimana seluruh panca indera dapat menyadari
eksistensi objek, dalam hal ini roti. Trainee diminta untuk memperhatikan
dan merasakan roti, membau, serta meraba dan melihat. Indikator
keberhasilannya bukan pada berhasil atau tidak, namun melalui pemahaman
peserta yang mengikuti sesi ini yang dilihat lewat refleksi pribadi. “The
Bread Exercise” merupakan adaptasi dari “Raisin Exercise” yang
diperkenalkan oleh John Kabat-Zinn.
Instruksi:
1. Letakkan roti di tangan. Rasakan kehadiran roti tersebut di tangan anda.
2. Amati bentuk roti, perhatikan setiap detail yang ada di permukaan roti.
3. Mulai raba roti dengan tangan dan rasakan teksturnya. Bersamaan dengan
itu, cium aroma roti. Biarkan penciuman anda merasakan sepenuhnya
bagaimana bau dari roti yang anda pegang.
4. Bila sudah dirasakan betul, silahkan masukkan ke mulut anda perlahan.
Letakkan potongan roti di bibir dan lidah anda. Biarkan lidah anda
merasakan roti. Letakkan saja disana dan rasakan dulu selama beberapa
detik. Jangan digigit maupun ditelan.
5. Bila sudah, anda boleh menggigit roti, namun jangan ditelan. Rasakan
tekstur roti perlahan di mulut dan lidah anda selama beberapa detik.
6. Silahkan telan roti. Apa yang anda rasakan dan sadari selama proses?
b. Lecturing
1. Pengertian dan Sejarah Singkat Mindfulness
Mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran sepenuhnya akan
kondisi pada saat itu (Chiesa, Calati, & Serretti, 2011). Seseorang dikatakan
‘mindful’ saat seluruh bagian dalam dirinya hadir/tertuju sepenuhnya dalam
situasi yang berlaku saat itu. Kesadaran yang dimaksud melibatkan pikiran,
emosi, sensasi melalui panca indera, tindakan, serta lingkungan.
Mindfulness merupakan konsep yang unik, karena saat manusia berada
dalam fase ‘mindful’ atau dalam bahasa Pali disebut ‘sati’ atau ‘appamada’,
mereka dapat mengarahkan pikiran untuk mengamati situasi tanpa adanya
penilaian (judgement) apapun.
Mindfulness telah menjadi salah satu komponen utama dalam
meditasi Buddha yakni Vipassana yang muncul 25 abad silam (Gunaratana,
2011). Vipassana tidak sama dengan meditasi lainnya, karena vipassana
merupakan proses pembentukan mindfulness dan awareness untuk
mendapatkan insight. Meditasi Buddha melibatkan tiga aspek yang saling
terkait dan dapat terbentuk secara simultan, yakni moral, konsentrasi, dan
kebijaksanaan bila secara tekun dipraktekkan. Dalam beberapa tahun
terakhir, konsep mindfulness mulai digunakan untuk mengatasi problem
yang sifatnya klinis melalui meditasi seperti stress, terapi kognitif, hingga
intervensi perilaku.
2. Manfaat Mindfulness
1) Terbentuknya mindfulness dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini
dikarenakan mindfulness mempengaruhi proses kognitif. Bersamaan
dengan menurunnya tingkat kecemasan, pemrosesan dan penggunaan
bahasa atau komunikasi dapat ditingkatkan. Implikasinya mengarah ke
short-term memory yang lebih optimal dan attention (Dickinson, Friary, &
McCann, 2017). Hal ini terbukti pada penderita aphasia yang memang
memiliki masalah dengan bahasa dapat mengalami peningkatan karena
kecemasan merupakan salah satu risk factor bagi penderita aphasia.
2) Penelitian yang dilakukan Colzato et al. (2012, dalam Dickinson, Friary,
& McCann, 2017) mengenai pengaruh Focused Attention (FA) dan Open
Monitoring (OM) meditation terhadap creative thinking (divergen dan
konvergen) menunjukkan korelasi positif. Kedua jenis meditasi ini
berkaitan erat dengan mindfulness. Dalam FA, partisipan diminta untuk
fokus pada bagian tubuh tertentu, sedangkan dalam OM partisipan diminta
untuk menyadari pikiran-pikiran yang muncul dan menyikapinya secara
non-judgemental (tidak melakukan penilaian apapun). Dalam penelitian ini
juga ditemukan bahwa kedua jenis meditasi mempengaruhi perkembangan
mood yang positif.
3) Menurut Chiesa, Calati, & Serreti (2011), mindfulness terbukti
berkontribusi dalam peningkatan attention. Dari empat jenis attention yang
dipaparkan, sustained dan selective attention berkaitan langsung dengan
mindfulness. Dalam eksperimen (Josefsson & Broberg, 2010; Moore &
Malinowsky, 2009), ditemukan bahwa peningkatan mindfulness berkaitan
dengan peningkatan attention dengan catatan bahwa meditator mindfulness
memiliki jam terbang yang tinggi atau sudah ahli.
4) Kapasitas working memory juga dapat meningkat melalui mindfulness
training. Semakin sering dilakukan, maka peningkatannya semakin
signifikan diukur dengan Wechsler Adult Intelligence Scale (The
Psychological Corporation, 1997). Selain meningkatkan, penurunan
working memory karena stress juga dapat dihindari, serta meningkatkan
mood positif dan mengurangi mood negatif diukur dengan Positive and
Negative Affective Scale (Watson, Clark, & Tellegen, 1988).
5) Mindfulness berperan andil dalam mengurangi emosi negatif dan
mengendalikan proses kognitif. Hal ini menjadi krusial untuk pencegahan
dan proses penyembuhan penderita depresi dan masalah adiksi pada telepon
genggam. Mindfulness membantu meningkatkan awareness penderita dan
membantu mereka menghadapi situasi dan emosi yang tidak menyenangkan
(Kim, 2013).

Pustaka Acuan
Center for Mental Health in Schools. (2015). Attention problems: Intervention and
resources, revised. Los Angeles: UCLA.
Cherry, K. (2017). How psychologists define attention: Understanding the key
points about attention. Diambil pada 2 November 2017 dari
https://www.verywell.com/what-is-attention-2795009
Chiesa, A., Calati, R., dan Serretti, A. (2011). Does mindfulness training improve
cognitive abilities? A systematic review of neuropsychological findings.
Clinical Psychology Review, 31, 449-464.
Jha, A., Baime, M. A., dan Krompinger, J. (2007). Mindfulness training modifies
subsystems of attention. Cognitive Affective and Behavioral Neuroscience,
7(2), 109-119.
Modesto-Lowe, V., Farahmand, P., Chaplin, M., dan Sarro, L. (2015). Does
mindfulness meditation improve attention in attention deficit hyperactivity
disorder?. World Journal of Psychiatry, 5(4), 397-403.
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesi II
“The Important of Mindfulness”
Materi I: Pentingnya menjadi mindful
2.1. Latar Belakang
Pada sesi 1, facet yang dituju describing. Describing adalah kemampuan
seseorang untuk menemukan kata – kata tentang perasaannya (Baer dkk., 2008),
menemukan kata-kata tentang perasaan artinya peserta mampu medeskripsikan
perasaananya tentang pengalaman baru yang ia rasakan.
Describing termasuk kedalam aspek mindfulness yaitu awareness.
Awareness adalah kemampuan untuk mengobservasi dan mengenali pikiran,
perasaan, dan sensasi yang sedang dialami pada saat itu, menyadari tubuh dan
pikiran, serta tetap bersentuhan dengan pengalaman actual yang sedang dialami
tanpa menjauh atau menghindarinya (Germer, 2005; Siegel, 2007). Describing dan
awareness memiliki keterkaitan dalam kemampuan mendeskripsikan,
mengobservasi dan mengenali perasaan yang terjadi saat itu.
Pada facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah mindfulness of things
dan listening and movement with music. Mindfulness of things adalah kegiatan
untuk mengamati benda – benda yang ada diruangan. peserta diminta untuk fokus
pada satu objek kecil yang akan dituju. misal pensil, jam tangan, buku, bolpoin, foto
mantan dll.
Peserta diminta untuk fokus pada apa yang dilihat dengan cara metode
visual ( penglihatan ) setelah itu, peserta diminta untuk menjelaskan apa yang
dilihat secara detail. Seperti bagaimana bentuknya ? berkilau atau kusam? Warna
dan bayangan apa yang mereka miliki? Apakah itu lurus, melengkung, atau
kombinasi? Apakah terlihat halus atau bergelombang? Apakah terlihat lembut atau
keras? Apakah terlihat basah atau kering? Apa lagi yang bisa Anda lihat?
Setelah anda menjelaskan apa yang anda lihat, ada diminta untuk menutup
mmata dan membayangkan saat anda mengambil benda tersebut sambil menaruh
benda tersebut ke tangan dan peserta diminta untuk fokus meraskannya. Apakah itu
keras atau lunak? Seperti, Halus atau kasar? Tajam atau membosankan? Kaku atau
lentur? Berapa beratnya? Berapa suhunya?

2.2. Tujuan Modul


1. Peserta memahami dan mengetahui facet mindfulness yakni describing
2. Peserta mampu menerapkan facets yakni describing dalam kehidupan sehari-
hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
3. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan describing
2.3. Sumber Daya
-LCD
-Proyektor
-Microphone
-Laptop
-Speaker
Pustaka Acuan
Posner, M. I., dan Rothbart, M. K. (2014). Attention to learning of school subjects.
Trends Neuroscience Education, 3(1), 14-17.
Sanger, J., Bechtold, L., Schoofs, D., Blaszkewicz, M., dan Wascher, E. (2014).
The influence of acute stress on attention mechanisms and its
electrophysiological correlates. Frontiers in Behavioral Neuroscience, 8,
353.
Schimdt, R. (1995). Consciousness and language learning: A tutorial on the role of
attention and awareness in learning. Dalam Richard Schmidt (ed.), Attention
and awareness in foreign language learning (Technical Report #9) (pp. 1-
63). Honolulu: University of Hawai’i.

------------------------------------------------------------------------------------------
Sesi III
“Just Attention”
 Materi : Mindfulness untuk meningkatkan attention
3.1.Latar Belakang
Seperti yang sudah Anda ketahui, mindfulness adalah memusatkan perhatian
sepenuhnya pada pengalaman yang terjadi pada saat itu juga. Ada 3 elemen dasar
dari pelatihan mindfulness: niat/kesengajaan (intention), sikap (attitude) dan
perhatian (attention).
Ada 2 jenis meditasi mindfulness untuk melatih attention:
1. Focused/concentrative attention meditation: fokus pada pikiran tertentu,
seperti membayangkan sesuatu atau fokus pada sensasi tubuh, sambil
mengabaikan hal-hal lain yang tidak perlu. Hal ini melatih Anda untuk
konsentrasi pada satu hal dalam satu waktu, bukan membagi perhatian pada
beberapa hal.
2. Open monitoring/receptive attention meditation: mengamati suatu hal
(misalnya sensasi, pikiran dan perasaan) dari waktu ke waktu tanpa bereaksi.
Dalam meditasi ini, perhatian dipusatkan dalam kesadaran sepenuhnya dan
kesiagaan akan berbagai stimulus yang muncul pada saat itu, alih-alih fokus
hanya pada satu hal.

Jika dipraktikkan, Anda dapat menjadi lebih mampu fokus dan rileks, tidak
terlalu cemas sebelum menghadapi ujian, dan membuat keputusan yang lebih baik
dalam konflik, dan lebih mudah mengarahkan perhatian. Hal ini dikarenakan
mindfulness membuat kita memikirkan berbagai sudut pandang dalam menghadapi
suatu situasi, menyadari hal-hal baru dari informasi yang kita terima, menyadari
konteks informasi, dan memahami informasi dengan lebih baik.
2. Hubungan Mindfulness dan Attention

Mindfulness adalah “memusatkan perhatian sepenuhnya pada pengalaman yang


terjadi pada saat itu juga” (Zylowska, Smalley, & Schwartz, dalam Modesto-Lowe
dkk., 2015). Mindfulness Training terdiri atas 3 elemen dasar: niat/kesengajaan
(intention), sikap (attitude) dan perhatian (attention). Kemampuan mengarahkan
perhatian dapat dikembangkan melalui latihan mengatur perhatian secara sengaja
dari waktu ke waktu (Zylowska dkk., dalam Modesto-Lowe dkk., 2015).
Mindfulness telah diartikan sebagai kemampuan yang dipelajari yang meliputi
menyadari pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh yang disadari, tanpa menaruh
penilaian atau prasangka (non-judgemental) (Shapiro & Carlson, dalam Modesto-
Lowe dkk., 2015).
Terdapat dua jenis meditasi mindfulness yang sesuai untuk melatih attention:
1. Focused/concentrative attention meditation fokus pada pikiran tertentu, seperti
membayangkan sesuatu atau fokus pada sensasi tubuh, sambil mengabaikan
distraksi hal-hal lain yang tidak relevan (Holzel dkk., dalam Modesto-Lowe dkk.,
2015). Hal ini melatih seseorang untuk konsentrasi pada satu hal dalam satu waktu,
alih-alih membagi perhatian pada beberapa hal. Contoh meditasi ini ialah praktik
bernapas (breathing exercise), yakni peserta dilatih untuk fokus pada napasnya dan
mempertahankan perhatian pada sensasi napasnya selama latihan. Jika perhatiannya
teralihkan ke hal selain napas, ia harus mengembalikan perhatian pada napas.
Latihan ini dapat mengurangi perhatian yang terganggu (distractibility) dan
meningkatkan kemampuan bertahan pada suatu tugas. Maka, latihan ini dapat
meningkatkan attention aspek orienting dan conflict monitoring sebagai seleksi
perhatian secara sadar.
2. Open monitoring/receptive attention meditation: observasi terhadap
pengalaman seseorang (misalnya sensasi, pikiran dan perasaan) dari waktu ke
waktu tanpa bereaksi. Dalam meditasi ini, perhatian dipusatkan dalam kesadaran
sepenuhnya. Latihan meliputi kesiagaan akan berbagai stimulus yang muncul pada
saat itu, alih-alih fokus hanya pada satu hal. Praktik ini meningkatkan kemampuan
attention switching, yaitu mengubah pusat perhatian dengan tujuan yang disengaja
(Chambers, Lo, & Allen, dalam Modesto-Lowe dkk., 2015). Dengan mengarahkan
perhatian pada pengalaman saat itu juga, peserta belajar mengenali dan
menghilangkan reaksi otomatis yang tidak diinginkan. Peningkatan receptive
attention dapat meningkatkan regulasi diri dan kontrol impuls. Maka, latihan ini
dapat meningkatkan attention aspek alerting dan attention switching.
Mindfulness telah terbukti dapat meningkatkan attention pada siswa sekolah
dasar (Napoli, Krech, & Holley, 2005) dan bahkan pada pengidap gangguan
Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (Modesto-Lowe dkk., 2015). Pada
praktik di kelas, siswa menjadi lebih mampu fokus dan rileks, tidak terlalu cemas
sebelum menghadapi ujian, dan membuat keputusan yang lebih baik dalam konflik,
dan lebih mudah mengarahkan perhatian (Napoli, Krech, & Holley, 2005). Hal ini
dikarenakan mindfulness “membuat kita dapat mempersepsikan berbagai sudut
pandang dalam menghadapi suatu situasi, menyadari hal yang baru dari informasi
yang sedang diterima, menyadari konteks informasi, dan memiliki pemahaman
lebih baik terhadap informasi melalui pembuatan kategori-kategori baru” (Kabat-
Zinn, dalam Napoli, Krech, & Holley, 2005). Hal-hal tersebut tentunya
meningkatkan proses belajar siswa. Terbukti, kelas yang menggunakan mindfulness
dalam kegiatan belajar siswa mengakibatkan siswa lebih mampu mengaplikasikan
materi yang dipelajari dalam situasi yang baru, lebih kreatif, dan berpikir secara
independen (Richart & Perkins, Thornton & McEntee, dan Wong, dalam Napoli,
Krech, & Holley, 2005).
Pustaka Acuan
Levinson, D. B., dkk. (2014). A mind you can count on: validating breath counting
as a behavioral measure of mindfulness. Frontiers in Psychology, 5: 1202.
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.

------------------------------------------------------------------------------------------

Sesi IV
“Journey of Mindfulness”
Materi: Breathing Exercise
4.1 Latar Belakang
Observing adalah kemampuan untuk memperhatikan atau menghadirkan
pengalaman internal dan eksternal, seperti sensasi, kognisi, emosi, pemandangan,
suara, dan bau (Baer dkk., 2008). Observing termasuk kedalam aspek mindfulness
yaitu awareness. Awareness adalah kemampuan untuk mengobservasi dan
mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang dialami pada saat itu,
menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan dengan pengalaman actual
yang sedang dialami tanpa menjauh atau menghindarinya (Germer, 2005; Siegel,
2007). Observing dan awareness memiliki keterkaitan akan kemampuan
mengobservasi pengalaman yang berkaitan dengan sensasi, kognisi, emosi,
pemandangan, suara, dan bau.
Pada facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah breathing exercise
(three part breath, ocean breath, dan counting breath ), dan sensory activities (
aromatheraphy dan listening to sound). Breathing exercise adalah kegiatan melatih
pernafasan (menarik dan menghembuskan nafas), tujuannya adalah memusatkan
perhatian pada nafas dan mengembalikan pikiran yang berkeliaran kembali pada
nafas untuk melatih konsentrasi mereka, sehingga breathing exercise sangat cocok
untuk facet observing karena peserta diminta untuk merasakan sensasi dari udara
yang dirasakan, pikiran dari membayangkangkan sesuatu ketika bernafas (suara
ombak pada ocean breath), emosi yang dirasakan ketika melakukan latihan
tersebut, dan menyadari secara langsung pengalaman bernafas. Pada breathing
exercise juga dapat meningkatkan aspek attention yaitu selective attention.
Selective attention adalah sikap selektif pada hal tertentu (pernafasan).

4.2. Tujuan:
 Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness yakni
observing
 Peserta dapat merasakan manfaat facet mindfulness yakni observing dari
praktik yang dilakukan
 Peserta mampu menerapkan facets yakni observing dalam kehidupan sehari-
hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
 Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan observing
4.3. Sumber Daya:
 Manual Trainee
 Pulpen
 Microphone
 Speaker

Mindfulness juga dapat meningkatkan attention secara tidak langsung,


yakni dengan mengurangi stress. Persepsi siswa terhadap kejadian dalam hidup
memiliki pengaruh secara langsung terhadap proses belajar dan prestasi
akademiknya (Langer & Imber, 1979, dalam Napoli, Krech, & Holley, 2005). Hal
ini tidak mengherankan mengingat stress dalam kehidupan sehari-hari
mengakibatkan seseorang mudah teralihkan perhatiannya, sehingga mengganggu
selective attention (Sanger dkk., 2014). Mindfulness training merupakan salah satu
sarana bagi siswa untuk mengurangi efek negatif dari stress sehari-hari dengan
memfokuskan perhatian pada masa kini, sehingga siswa dapat sepenuhnya fokus
pada kegiatan di kelas (Napoli, Krech, & Holley, 2005).
a. THREE PART BREATH
1. Duduklah dengan nyaman, tutup mata, punggung tegak dan dada terangkat
2. Ambil napas pelan-pelan, rasakan napas yang masuk melalui hidung
3. Perhatikan napas yang bergerak dari paru-paru.. turun ke perut.. Saat
membuang napas naik ke tulang rusuk.. dada.. dan bahu
4. Saat menarik napas, perhatikan perut yang semakin mengembang seperti
balon
5. Saat menghembuskan napas, biarkan napas keluar perlahan-lahan dari paru-
paru, seperti balon yang terus mengempis dan kehilangan udara, hingga
kosong
6. Lakukan hal yang sama, perhatikan jalannya napas.. Mulai dari masuknya
napas.. Hingga keluarnya napas.. Demikian seterusnya (diam selama 3
menit) Selesai

b. OCEAN BREATH
1. Duduklah dengan nyaman, tutup mata, punggung tegak dan dada terangkat
2. Ambil napas pelan-pelan, rasakan napas yang masuk melalui hidung
3. Biarkan napas keluar dengan mulut tetap tertutup. Kini, bunyikan
tenggorokan hingga menyerupai suara ombak.. ‘hhhh’. Begitu pula setiap
mengambil napas, bunyikan tenggorokan seperti suara ombak.. ‘Hhhh’
(menarik napas) ‘hhhh’ (menghembuskan napas). Rasakan bagian belakang
tenggorokan yang menghasilkan bunyi tersebut
4. Coba lah mengambil napas secara lebih panjang, dan menghembuskan
napas lebih panjang, sejauh Anda nyaman
5. Dengarkan suara ombak Anda sendiri, bayangkan perahu Anda, dan biarkan
ombak menyapu Anda
6. Silahkan melanjutkan.. Fokus pada setiap ombak yang terdengar seiring
keluar-masuknya napas.. Pastikan suara ombak tetap terdengar (jeda 3
menit) Selesai.
c. COUNTING BREATHS
1. Sekarang siapkan manual dan pulpen Anda. Buka Sesi 2 bagian Counting
Breaths. Selama 1 menit, Anda akan menghitung jumlah napas Anda. Sekali
menarik napas dan sekali menghembuskan napas dihitung satu kali napas.
Setelah itu catat lah hasil hitungan Anda di manual. Apa Anda siap?
(menunggu respon trainee) Silahkan tutup mata Anda, dan menghitung dari
sekarang (jeda 1 menit) Selesai. Silahkan catat hasilnya.
2. Selama 1 menit ke depan, perhatikan segala macam suara dari luar diri Anda
sambil menuliskannya dalam manual... mulai (jeda 1 menit). Selesai.
3. Sekarang, selama 1 menit ke depan, perhatikan dan tuliskan segala macam
suara yang datang dari tubuh Anda.. misalnya suara perut keroncongan,
menelan ludah, dan sebagainya. (jeda 1 menit) Selesai.
4. Anda akan kembali menghitung jumlah napas selama 1 menit. Dimulai dari
sekarang (jeda 1 menit). Selesai. Silahkan catat hasilnya. Sekarang berapa
jumlah napas Anda? Apakah berbeda dengan saat pertama kali menghitung
napas tadi?

3.2.Tujuan:
 Peserta mengetahui manfaat praktik mindfulness untuk meningkatkan
attention.
 Peserta memiliki gambaran bahwa mindfulness dapat meningkatkan
attention
 Peserta dapat menyebutkan peran mindfulness dalam meningkatkan
attention
 Peserta dapat mengimplementasikan mindfulness dalam meningkatkan
attention di kehidupan sehari-hari
3.3.Sumber Daya:
 Objek yang dilihat
 Microphone
 Speaker
 Manual peserta
Pustaka Acuan
Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Positive Psychology Program. (2017). Mindfulness exercises library. Tersedia di
https://positivepsychologyprogram.com
------------------------------------------------------------------------------------------

Sesi V
“My Body”
Materi: Physical Activities
5.1. Latar Belakang:
Non-Reactivity to Inner Experience adalah kecenderungan untuk
membiarkan pikiran dan perasaan datang dan pergi, tanpa terperangkap atau
terbawa oleh pikiran dan perasaan tersebut (Baer dkk., 2008).
Non-Reactivity to Inner Experience termasuk kedalam aspek mindfulness
yaitu awareness dan acceptance. Awareness adalah kemampuan untuk
mengobservasi dan mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang dialami
pada saat itu, menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan dengan
pengalaman aktual yang sedang dialami tanpa menjauh atau menghindarinya
(Germer, 2005; Siegel, 2007), sedangkan acceptance adalah kemampuan
kelembutan, penerimaan akan suatu pengalaman apa adanya, non-evaluasi,
kebaikan, keterbukaan, dan keingintahuan (Kabat-Zinn, 1994; Siegel, 2007). Non-
Reactivity to Inner Experience dan awareness memiliki keterkaitan akan
kemampuan mengenali pikiran dan perasaan yang terjadi saat itu, sedangkan Non-
Reactivity to Inner Experience dan acceptance keterkaitan antara penerimaan
pengalaman actual terkait dengan perasaan dan pikiran yang dibiarkan datang dan
pergi (bekerja apa adanya).
Pada facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah yoga dan body scan.
Body scan adalah kegiatan untuk merasakan sensasi yang terjadi pada tubuh kita,
sehinga kegiatan body scan tepat untuk facet Non-Reactivity to Inner Experience,
karena dengan adanya body scan dapat menghubungkan kita dengan keadaan masa
kini (Carne, 2016). Intruski secara terus menerus dapat meningkatkan selective
attention dan meningkatkan switching attention (mengajak peserta untuk
memindahkan pusat perhatian dari bagian tubuh satu kebagian tubuh yang lain).
Yoga adalah bentuk kegiatan relaksisasi dengan berbagai macam gaya,
kegiatan yoga ini juga tepat untuk facet Non-Reactivity to Inner Experience, karena
mengajak kita untuk bersikpa tidak reaktif, contohnya seperti saat melakukan yoga
pasti kita merasa lelah, merasa bosan, ingin protes, dan tidak mau melakukannya,
padahal itu adalah suatu tindakan mengobservasi sensasi yang dirasakan, karena
kita akan berpikir bahwa pose yoga yang kita lakukakan akan berakhir (Isaacs,
2008).
Pengalaman yang sulit dalam hidup kita juga pastinya akan berahir, sepertu
tugas-tugas yang selalu menghantui, sama seperti pose yoga pengalaman yang kita
rasakan itu akan berakhir. Dengan berlatih yoga diharapkan peserta dapat berlatih
untuk memusatkan perhatian dan tidak bersikap reaktif terhadap pengalaman masa
kini.
a. BODY SCAN (Positive Psychology Program, 2017)
1) Duduklah dengan nyaman, pejamkan mata Anda
2) Diamlah sejenak untuk menyadari pergerakan napas Anda… dan sensasi
yang ada pada tubuh. Bila Anda telah siap, pusatkan kesadaran pada sensasi
fisik dalam tubuh.. terutama sensasi sentuhan atau tekanan, di bagian tubuh
Anda yang bersentuhan dengan kursi. Seiring dengan napas yang keluar,
biarkan diri Anda terhanyut, menyatu lebih dalam dengan kursi yang Anda
duduki.
3) Latihan ini tidak bertujuan agar Anda merasakan sesuatu yang berbeda,
merasa rileks, atau pun tenang; Hal-hal itu bisa terjadi dan bisa tidak.
Namun, tujuan utama latihan ini adalah membawa kesadaran pada sensasi
apa pun yang Anda rasakan, selama Anda memfokuskan perhatian pada
setiap bagian tubuh secara bergantian.
4) Kini bawa kesadaran Anda pada sensasi fisik di perut bagian bawah..
Sadarilah perubahan gerakan pada perut saat menarik napas.. dan
menghembuskan napas. Rasakan sensasinya setiap Anda menarik dan
menghembuskan napas.
5) Setelah merasakan sensasi pada perut, kini geserlah fokus kesadaran Anda
turun ke tungkai atau kaki kiri atas, turun lagi ke kaki kiri bawah, hingga ke
jari-jari kaki kiri. Fokuslah pada setiap jari kaki kiri secara bergantian. Teliti
lah, bagaimana sentuhan antarj ari terasa.. Apakah ada rasa geli, hangat, atau
tidak ada sensasi khusus..
6) Sekarang tarik napas Anda perlahan, bayangkan napas Anda memasuki
paru-paru, lalu turun ke perut, turun ke tungkai kaki kiri, hingga ke jari-jari
kaki kiri. Lalu, saat menghembuskan napas, bayangkan napas Anda kembali
ke atas, dari kaki, tungkai, naik ke perut, dada, dan keluar dari hidung.
Sebisa mungkin, lanjutkan hal ini selama beberapa kali napas, bernapas
hingga ke jari kaki, dan kembali. (diam sejenak 10 detik)
7) Sekarang, saat menghembuskan napas, geserlah kesadaran Anda dari jari
kaki, menuju ke sensasi pada telapak kaki kiri.. Sadari lah sensasi sentuhan
dengan alas sepatu, dan sentuhan antara sepatu dengan lantai. Rasakan
sensasi pada telapak kaki tersebut seiring napas yang masuk dan keluar.
8) Kini, perluas kesadaran Anda ke bagian kaki lainnya.. Pergelangan kaki,
bagian atas kaki, hingga ke tulang dan sendinya. Lalu, ambil napas lebih
dalam dan rasakan kaki kiri secara keseluruhan.. saat menghembuskan
napas, pindahkan pusat kesadaran sepenuhnya dari kaki kiri ke bagian
bawah tungkai, seperti betis, tulang kering, lutut, dan sebagainya, secara
bergantian.
9) Setelah ini kita akan melanjutkan untuk membawa kesadaran pada sensasi
fisik di setiap bagian tubuh lain secara bergantian. Caranya sama, tarik
napas dan fokus pada bagian tubuh yang saya sebut, lalu buang napas dan
pindahlah ke bagian selanjutnya. Mari kita lanjutkan. Ambil napas, fokus
ke tungkai kiri atas.. Buang napas, ambil napas ke jari-jari kaki kanan..
Buang napas, sekarang ambil napas ke kaki kanan.. Buang napas. Ambil
napas ke tungkai kanan..Buang napas. Ambil napas ke panggul.. Buang
napas.Begitu seterusnya. Sekarang arahkan napas ke Punggung..Buang
napas.. Perut.. Dada.. jari tangan.. Lengan.. Bahu..leher.. Kepala.. Dan
wajah.
10) Bila Anda menyadari adanya ketegangan, pegal, atau sensasi kuat lain pada
bagian tubuh tertentu, tariklah napas Anda menuju bagian tubuh tersebut,
hingga Anda menyadari sepenuhnya sensasi tersebut. Lalu, buang napas dan
biarkan sensasi tersebut lepas atau menghilang.
11) Pikiran kita pasti akan pergi ke hal-hal selain napas dan tubuh dari waktu ke
waktu. Hal itu sepenuhnya wajar. Itu lah yang dilakukan pikiran. Saat Anda
mengetahuinya, sadari ke mana pikiran Anda telah tertuju, dan perlahan-
lahan kembalikan perhatian ke bagian tubuh Anda yang semula hendak
diperhatikan.
12) Setelah Anda selesai memindai seluruh tubuh, luangkan waktu beberapa
menit untuk menyadari sensasi tubuh secara keseluruhan.. dan napas yang
mengalir masuk dan keluar dari tubuh. (diam 1 menit). Selesai, silahkan
buka mata Anda.

b. YOGA (Napoli, Krech, & Holley, 2005)


1) Standing Posture (Berdiri)
 Palm Tree
a. Berdiri tegak dengan tangan di samping tubuh
b. Angkat tangan kanan di atas kepala
c. Lakukan stretching dengan tangan kiri ke arah bawah dan tangan kanan
terus ke arah atas. Lakukan dengan posisi berjinjit.
d. Lakukan sebaliknya, dengan tangan kiri diatas dan tangan kanan dibawah.
 Seed to tree
a. Lakukan posisi kuda-kuda
b. Ringkukkan tubuh dengan berjongkok seperti sebuah benih/biji.
c. Tarik nafas dalam, bergerak perlahan sampai kembali pada posisi berdiri
seperti sebuah pohon.
2) Standing or Sitting Position (Berdiri/duduk)
 Shoulder Circles
a. Angkat bahu kanan ke telinga
b. Lakukan gerakan berputar ke bawah, tengah, dan kembali ke atas
c. Lakukan selama 1x8 putaran
d. Lakukan yang sama dengan bahu kiri anda
 Neck Stretches
a. Arahkan pandangan ke atas. Pastikan kepala menjauhi bahu dan dagu anda
menghadap ke langit-langit
b. Perlahan-lahan arahkan pandangan ke bawah sambil bernapas hingga dagu
menyentuh dada.
c. Rasakan bagian belakang leher menegang
d. Lakukan stretching dengan cara yang sama, namun kali ini lakukan ke kiri
terlebih dahulu hingga telinga menyentuh bahu, begitu juga ke kanan
e. Rasakan bagian samping leher meregang saat melakukan stretching kiri
dan kanan.
3) Sitting Position (Duduk)
 Toe hug
a. Posisi awal adalah duduk
b. Sambil duduk, rapatkan kaki dan arahkan ke depan
c. Regangkan tangan dan kepala menuju kedua kaki. Rasakan bagian
belakang punggung meregang.
 Cat
a. Posisi awal adalah berdiri merangkak seperti seekor kucing
b. Tarik napas dan regangkan kepala dan punggung ke arah yang berlawanan
dengan napas anda
c. Rasakan keregangannya.
4) Lying Down Positions (Telentang)
 Bike ride
a. Lakukan posisi telentang dan arahkan kaki anda ke atas
b. Gerakkan kaki anda seperti mengayuh secara perlahan dan teratur, seiring
dengan napas anda yang perlahan
c. Lakukan seperti anda benar-benar naik sepeda, arahkan tangan anda
memegang “kemudi”-nya
d. Anda bisa membayangkan anda sedang bersepeda atau balapan dengan
teman anda selama beberapa kali kayuh (2x8). Jangan ragu untuk sekedar
bercanda dan tertawa dengan peserta lainnya.
 Knee press
a. Lakukan posisi telentang
b. Tekuk kaki kanan anda mendekati kepala, luruskan kaki kiri anda
c. Peluk kaki anda selama beberapa detik seperti meringkuk
d. Lakukan sebaliknya dengan kaki kiri
5) Hara Breaths
 The Hara
a. Posisi awal duduk. Pastikan posisi tegak dan nyaman.
b. Tarik napas, dan lepaskan sambil menyuarakan nafas “haaa….”
c. Lakukan selama beberapa kali hingga suara “haaa….” dari menghela nafas
semakin keras

5.2. Tujuan:
1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
yakni non-reactiviy to inner experience
2. Peserta dapat merasakan manfaat konsep dari facet mindfulness yakni non-
reactiviy to inner experience
3. Peserta mampu menerapkan facets yakni non reactivity to inner
experience
4. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan non-reactivity to inner experience
5. Peserta menyadari perlunya non reactivity to inner experience
6. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan non reactivity to inner experience
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui non reactivity to inner
experience

5.3. Sumber Daya


 Manual Trainee
 Pulpen
 Microphone
 Speaker
 LCD

Pustaka Acuan:
Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Positive Psychology Program. (2017). Mindfulness exercises library. Tersedia di
https://positivepsychologyprogram.com
------------------------------------------------------------------------------------------

Sesi VI
“What I Feel”
Materi: Sensory Activities
5.1 Latar Belakang
Observing adalah kemampuan untuk memperhatikan atau menghadirkan
pengalaman internal dan eksternal, seperti sensasi, kognisi, emosi, pemandangan,
suara, dan bau (Baer dkk., 2008). Observing termasuk kedalam aspek mindfulness
yaitu awareness. Awareness adalah kemampuan untuk mengobservasi dan
mengenali pikiran, perasaan, dan sensasi yang sedang dialami pada saat itu,
menyadari tubuh dan pikiran, serta tetap bersentuhan dengan pengalaman actual
yang sedang dialami tanpa menjauh atau menghindarinya (Germer, 2005; Siegel,
2007). Observing dan awareness memiliki keterkaitan akan kemampuan
mengobservasi pengalaman yang berkaitan dengan sensasi, kognisi, emosi,
pemandangan, suara, dan bau.
Sensory activities adalah kegiatan yang menggunakan panca indera, selain
bernafas dan melakukan aktivitas fisik, menjadi mindful juga dapat berate
menyadari segala bentuk strimulus dari luar (yang diterima oleh kelima panca
indera kita) maupun reaksi internal yang mengikuti (pikiran, perasaan dan reaksi
fisik yang sedang dialami).
Subskala observing mengukur sejauh mana seseorang dapat melihat atau
menghadiri rangsangan internal dan eksternal, dan berisi item mengenai “saya
memperhatikan bau dan aroma benda-benda” ( Bowen, Manuel & Somahano,
2016). Pada kegiatan Aromatherapy peserta akan memperhatikan bau, atau aroma
dari aromatherapy yang ada, sedangkan pada listening to sound mengajak peserta
untuk fokus terhadap suara.
Kegiatan aromatherapy yang dilakukan peserta termasuk kedalam receptive
meditation, yaitu observasi terhadap pengalaman diri sendiri dari waktu kewaktu
tanpa bereaksi. Dengan mengarahkan perhatian pada pengalaman saat itu juga,
membuat kita belajar mengenali dan menghilangkan reaksi otomatis yang tidak
diingankan.Kegiatan listening to sound juga melatih kita pada attention aspek
alerting, yaitu kesiagaan akan berbagai stimulus yang muncul pada saat itu (fokus
pada satu hal).
AROMATHERAPY (Napoli, Krech, & Holley, 2005)
1. Bukalah manual pada materi III bagian Aromatherapy
2. Terdapat tabel dengan 3 kolom, kolom pertama “Pikiran”, kolom kedua
“Reaksi Fisik”, dan kolom ketiga “Perasaan / Emosi”.
3. Mencium aroma yang berbeda yang telah disediakan.
4. Tulislah apa yang anda pikirkan ketika mencium aroma tersebut pada
kolom pertama, kemudian tulislah apa yang tubuh anda rasakan ketika
mencium aroma tersebut, dan tuliskan pada kolom kedua. Pada kolom
ketiga tuliskan perasaan/emosi apa yang muncul ketika mencium aroma
tersebut.
5. Setelah anda selesai menuliskan, ceritakan pengalaman anda kepada
masing-masing anggota kelompok.
Refleksi
Setelah melakukan kegiatan Aromatherapy dan listening to sounds, apa
kira-kira yang didapat dari melakukan latihan tadi? Kita mulai dari aromatherapy.
(Menunjuk salah satu teman) Apa yang Anda dapatkan selama mencatat pikiran,
perasaan dan reaksi fisik? (Menunggu respon) Dalam meditasi ini, perhatian teman-
teman dipusatkan pada masing-masing aroma secara bergantian. Oleh karena itu,
kegiatan ini dapat melatih kemampuan attention switching, karena teman-teman
memindahkan perhatian secara sengaja dari satu stimulus ke stimulus berikutnya.
Adapun manfaat yang didapat dari aromatherapy tadi, yaitu kita dapat mengurangi
stress dan kecemasan. Dengan begitu, tubuh kita menjadi lebih rileks dan hal
tersebut dapat melatih kewaspadaan kita dalam latihan maindulfness
Setelah mencium masing-masing aroma, tadi teman-teman diminta
menyadari dan mencatat pikiran, perasaan, dan reaksi fisik yang dialami. Teman-
teman tadi telah melakukan receptive meditation, yaitu observasi terhadap
pengalaman diri sendiri dari waktu ke waktu tanpa bereaksi. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering tidak menyadari apa pikiran kita sebenarnya, bagaimana
perasaan kita sebenarnya, atau terlambat menyadarinya setelah kita melakukan
tindakan tertentu, yang dapat berujung pada penyesalan. Dengan mengarahkan
perhatian pada pengalaman saat itu juga, sebenarnya teman-teman belajar
mengenali dan menghilangkan reaksi otomatis yang tidak diinginkan.
Pada kegiatan listening to sounds, teman-teman diminta mendengar dan
mencatat berbagai macam suara yang ada di sekitar. Maka, kegiatan ini juga dapat
melatih attention aspek alerting, yaitu kesiagaan akan berbagai stimulus yang
muncul pada saat itu, alih-alih fokus hanya pada satu hal. Kadang saat kita terlalu
fokus pada suatu hal, kita mengabaikan hal-hal lain yang mungkin sama pentingnya
atau bahkan lebih penting dari kegiatan yang sedang kita lakukan. Misalnya saat
bermain HP, kadang kita terlalu fokus pada HP hingga tidak menyadari bahwa
orang lain mengajak bicara atau bahkan hari sudah berganti.

5.2. Tujuan
1. Peserta memahami dan mempraktekkan konsep dari facet mindfulness
yakni observing
2. Peserta dapat merasakan manfaat facet mindfulness yakni observing dari
praktik yang dilakukan
3. Peserta mampu menerapkan facets yakni observing dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
4. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan observing
5. Peserta menyadari perlunya observing
6. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet observing
7. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui observing
5.3. Sumber Daya
 Kertas Parfum (3)
 Kertas Freshcare (3)
 Microphone
 Speaker
Pustaka Acuan
Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Positive Psychology Program. (2017). Mindfulness exercises library. Tersedia di
https://positivepsychologyprogram.com
------------------------------------------------------------------------------------------

Sesi VII
“Move On”
(walking excercise, butterfly, windmill partner)
Materi: Practice Physical Activities
7.1.Latar Belakang
Non-Judging of inner experience adalah mengambil sikap non-evaluatif
terhadap pikiran dan perasaan (Baer.,dkk, 2008), non- evaluatif yang dimaksudkan
adalah sikap menerima pengalaman yang dialami dengan apa adanya tanpa men-
judge (dengan pikiran dan perasaan) pada suatu hal yang akan dilakukan saat itu.
Non-judging of inner experince termasuk kedalam aspek mindfulness yaitu
acceptance. Acceptance adalah kemampuan kelembutan, penerimaan akan suatu
pengalaman apa adanya, non-evaluasi, kebaikan, keterbukaan, dan keingintahuan
(Kabat-Zinn, 1994; Siegel, 2007). Non-judging of inner experince dan acceptance
memiliki keterkaitan yang sama yaitu sama-sama bersifat non-evaluasi terhadap
pengalaman-pengalaman yang melibatkan pikiran dan perasaan.
Pada facet ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah walking exercise, foot
massage, windmill partner, dan butterfly exercise. Walking exercise adalah
kegiatan mengharuskan kita untuk bergerak (dengan langkah yang telah ditentukan)
secara sadar, foot massage adalah kegiatan yang mengharuskan kita untuk fokus
menyeimbangkan tubuh, windmill partner adalah kegiatan yang membuat tubuh
kita menjadi seperti gerakan kincir angin, dan butterfly exercise adalah kegiatan
menirukan kepakan sayap kupu-kupu.
Walking exercise, foot massage, windmill partner, dan butterfly exercise
adalah kegiatan yang tepat untuk facet non-judging of inner experince, karena
kegiatan tersebut membawa kita fokus kepada pengalaman yang terjadi saat itu,
melatih konsentrasi secara sadar, dan melatih kita untuk menerima serta
menghadapi kehadiran perasaan yang tidak menyenangkan (menerima apa adanya),
selain itu diharapkan perserta mampu fokus pada instruksi yang diberikan tanpa
menilai (ini baik, ini buruk, sebaiknya dilakukan, sebaiknya tidak) jika instruksi
menyuruh kita melangkah, kita harus melangkah, jika disuruh goyangkan, maka
kita harus goyangkan.
5.2. Tujuan:
1. Peserta memahami dan mengetahui facet mindfulness yakni non-judging to
inner experience
2. Peserta mampu menerapkan facets yakni non judging dalam kehidupan
sehari-hari, tentunya untuk konteks pembelajaran
3. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
kemampuan non judging
4. Peserta menyadari perlunya non judging
5. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet non judging
6. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui non judging
5.3. Sumber Daya
 Microphone
 Speaker
 Manual Trainer

Pustaka Acuan
Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Positive Psychology Program. (2017). Mindfulness exercises library. Tersedia di
https://positivepsychologyprogram.com

------------------------------------------------------------------------------------------

Sesi VIII
“If I”
Materi: Sustaining Mindfulness
8.1. Latar belakang
Acting with awareness adalah kemampuan bertindak dengan kesadaran
mencakup yang mencakup aktivitas seseorang saat itu dan dapat dikontraskan
dengan berperilaku mekanis sementara perhatian terfokus di tempat lain (Baer dkk.,
2008). Acting with awareness masuk kedalam aspek mindfulness yaitu awareness,
awareness adalah kemampuan menaruh perhatian pada saat itu juga (Brown dkk.,
2007). Acting with awareness dan awareness memiliki keterkaitan akan
kemampuan memusatkan perhatian dengan sadar pada pengalaman yang terjadi
saat itu.
Pada facet ini kegiatan yang akan dilakukan adalah muddy pond, dan
awareness start from yourself first. Salah satu tujuan mindfulness adalah
meningkatkan awareness, pada exercise ini trainer mengajak peserta untuk
membayangkan berada di suatu tempat. Peserta diminta untuk meperhatikan,
merasakan suasana yang dibayangkan, sehingga kegiatan ini sangat tepat untuk
facet acting awareness dimana kita diminta untuk memusatkan perhatian kita pada
pikiran yang dirasakan (membuat kita fokus).
a. Lecturing: Kiat Mempertahankan Latihan mindfulness dalam praktik
sehari-hari
Tiga tips agar latihan mindfulness dapat menjadi maksimal (Carne, 2016):
1) Menyusun jadwal
Ketahuilah bahwa mindfulness dapat dilakukan kapan saja. Misalnya
breathing exercise yang dapat dilakukan hanya dalam beberapa menit. Jika tidak
dapat bangun lebih pagi, maka tidak perlu membuat latihan tersebut di pagi hari.
Yang terpenting adalah waktu latihan harus digunakan benar-benar fokus tanpa
adanya yang mengalihkan perhatian, entah itu gadget, tugas, dan train of thoughts
(bisa diatasi dengan labelling thoughts).
2) Tunduk pada emosi
Sama seperti orang Jepang yang menunduk ketika bertemu orang lain, saat
hendak melakukan meditasi perlu tunduk ketika merasakan kehadiran emosi.
Namun, dengan menunduk berarti mengetahui kehadiran emosi tersebut adalah
sesuatu dari luar diri. Ketika bertemu dengan orang yang lebih berkuasa, orang
Jepang menunduk makin rendah. Begitu pula dengan emosi, jika semakin besar,
kita perlu mengakui kehadirannya. Arti dari menunduk adalah mengetahui, namun
tidak dibanjiri emosi.
3) Membatasi aktivitas
Di era modern, dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang
canggih, muncul situasi seperti menyetir sambil melihat peta di HP, membalas chat
di sosial media, sambil berkomunikasi dengan teman di kursi penumpang. Di
sekolah, kampus, atau dunia kerja, ada deadline yang seringkali membuat terburu-
buru, permintaan dari orang di sekitar, yang membuat terjebak dalam jawaban ‘ya’.
Jika hendak membatasi aktivitas, akan ada dua efek yang dialami,
diantaranya tidak lagi berkhayal bahwa multi-tasking itu dapat dilakukan, serta
mengetahui bahwa tidak semua kegiatan atau tugas yang dipilih membawa hal baik.
Akibatnya, ada kelapangan hidup, pikiran yang lebih tenang, dan penghargaan yang
lebih pada momen-momen dalam hidup.
Ketika rasa ketidakpuasan muncul, motivasi melakukan meditasi harus
jelas, yaitu untuk menghilangkan stress dan rasa yang tidak menyenangkan. Ketika
rasa asyik dari meditasi mulai hilang, saat itu perlu dilakukan usaha yang berbeda.
Diperlukan kesabaran, kesabaran, dan rasa penasaran. Penting juga untuk
mengingat kondisi yang mendorong kita menyukai meditasi. Contohnya dapat
dilihat dari cerita berikut:

“Di akhir dari hari yang panjang, aku tidak benar-benar ingin melakukan latihan.
Lebih mudah untuk bermain internet atau menonton film. Tetapi aku sering
mengalami masalah dengan tidur, dan telah memperhatikan bahwa ketika aku
melakukan yoga sebelum tidur, aku tidur lebih nyenyak. Jadi kadang ketika aku
sebenarnya tidak mau, aku mendorong diri untuk membuka alas yoga. Kadang
mendengarkan CD yoga, atau memulai dengan melakukan sesuatu yang sederhana,
seperti berbaring di lantai. Ketika aku mulai, ternyata sangat mudah. Aku
menikmatinya, dan pikiranku berubah. Kemudian aku tidur. Mungkin mengetahui
bahwa aku akan tidur nyenyak-lah yang membuatku tekun.”

Usaha yang dimaksudkan adalah datang ke praktik mindfulness, atau


melakukan tersebut setelah seharian bekerja. Namun usaha yang dilakukan harus
seimbang. Meditasi tidak boleh dilakukan dengan kaku atau keterpaksaan, juga
tidak boleh dengan asal-asalan.

b. Mental Imagery: Guitar Strings & Muddy Pond


-Muddy Pond:
Kali ini coba bayangkan sebuah kolam, mungkin baru saja selesai hujan,
atau seseorang mengaduk-ngaduknya dengan tongkat. Dengan kata lain, airnya
keruh. Air yang keruh adalah seperti pikiran yang penuh. Pertanyaannya,
bagaimana membuat kolam dengan air yang jernih? Jawabannya adalah tidak bisa.
Kita perlu membiarkan air tenang dan lumpur di kolam tersebut mengendap. Kita
duduk tenang, dan membiarkan pikiran tersebut mengendap. Kita sedang
mengamati proses yang alami, duduk tenang, dan melihat kembali situasi, diri kita,
dan belajar bahwa mungkin ada gelembung yang muncul, di luar kendali.
Memerhatikan dengan penuh rasa penasaran. Kita tidak tahu apa yang akan muncul.
8.2. Tujuan:
1. Peserta memahami facet mindfulness yakni awareness
2. Peserta mengetahui berbagai manfaat facet mindfulness yakni awareness
3. Peserta mengetahui manfaat praktik dari facet mindfulness yakni
awareness
4. Peserta mampu mengimplementasikan awareness di kehidupan sehari-hari
5. Peserta menyadari bahwa untuk mencapai mindfulness perlu dilatih akan
awareness
6. Peserta menyadari perlunya awareness
7. Peserta memahami apa saja yang perlu diperhatikan untuk berada pada
kondisi mindful berdasarkan facet awareness
8. Peserta dapat menampilkan kondisi mindful melalui awareness
8.3.Sumber Daya :
 Microphone
 Speaker

Pustaka Acuan
Center for Mental Health in Schools. (2015). Attention problems: Intervention and
resources, revised. Los Angeles: UCLA.
Cherry, K. (2017). How psychologists define attention: Understanding the key
points about attention. Diambil pada 2 November 2017 dari
https://www.verywell.com/what-is-attention-2795009

Carne, K. (2016). Seven secrets of mindfulness. London: Rider


Chiesa, A., Calati, R., dan Serretti, A. (2011). Does mindfulness training improve
cognitive abilities? A systematic review of neuropsychological findings.
Clinical Psychology Review, 31, 449-464
Isaacs, N. (2008). Bring more mindfulness onto the mat. Diambil dari
https://www.yogajournal.com/poses/peace-of-mind
Jha, A., Baime, M. A., dan Krompinger, J. (2007). Mindfulness training modifies
subsystems of attention. Cognitive Affective and Behavioral Neuroscience,
7(2), 109-119.
Modesto-Lowe, V., Farahmand, P., Chaplin, M., dan Sarro, L. (2015). Does
mindfulness meditation improve attention in attention deficit hyperactivity
disorder?. World Journal of Psychiatry, 5(4), 397-403.
Napoli, M., Krech, P. R., dan Holley, L. C. (2005). Mindfulness training for
elementary school students: The attention academy. Journal of Applied
School Psychology, 21(1), 99-125.
Positive Psychology Program. (2017). Mindfulness exercises library. Tersedia di
https://positivepsychologyprogram.com
Posner, M. I., dan Rothbart, M. K. (2014). Attention to learning of school subjects.
Trends Neuroscience Education, 3(1), 14-17.
Sanger, J., Bechtold, L., Schoofs, D., Blaszkewicz, M., dan Wascher, E. (2014).
The influence of acute stress on attention mechanisms and its
electrophysiological correlates. Frontiers in Behavioral Neuroscience, 8,
353.
Schimdt, R. (1995). Consciousness and language learning: A tutorial on the role of
attention and awareness in learning. Dalam Richard Schmidt (ed.), Attention
and awareness in foreign language learning (Technical Report #9) (pp. 1-
63). Honolulu: University of Hawai’i.
Tabel TNA

Level KSAO Harapan Kenyataan Kesenjangan Penyebab Intervensi

Meningkatkan Skor toefl atau Keefektifan metode Metode Pelatihan mengajar


potensi berbahasa kemampuan pengajaran pada pengajaran yang untuk mentor
asing untuk masa bahasa inggris kelas bahasa asing mungkin kurang
depan mencari mahasiswa tidak bisa dipahami
pekerjaan bisa meningkat oleh mahasiswa
secara signifikan

MAKRO:
organization Mahasiswa Ubaya Tidak banyak Keaktifan mahasiswa Biaya yang Sering-sering
level aktif untuk orang mau dalam mengikuti cukup tinggi mengadakan promo
mengikuti mengambil tutor bahasa asing di bagi mahasiswa
kegiatan tutor kursus berbahasa ULC dengan ketentuan
bahasa asing di sehingga masih range skor TOEFL
ULC banyak orang tertentu
tidak mempunyai
kemampuan
berbahasa asing

Level KSAO Harapan Kenyataan Kesenjangan Penyebab Intervensi


ULC dikenal ULC dirasa Pengenalan ULC Anggaran dana Mengajukan proposal
secara luas dan belum dikenal menuju outstanding yang kurang anggaran yang lebih
diminati/ secara luas sesuai besar dan aktif mencari
difavoritkan harapan sponsor atau menjalin
kerjasama dengan
pihak lain.

K Mahasiswa Banyak Pencapaian skor Mentor yang Seminar gaya belajar


mampu mencapai mahasiswa tidak Standar untuk kurang bisa bagi siswa (training)
skor standar mampu mencapai TOEFL mengajak Memberi tugas sebagai
TOEFL skor standar mahasiswa nilai tambahan (non-
untuk fokus, training)
karena mentor (Enea, 2009)
sendiri juga
posisi sebagai
Meso mahasiswa
(job task)
K Mahasiswa Nilai mahasiswa Kemampuan Metode Penghargaan dan
mampu tidak stabil dan mempertahankan pengajaran yang sosialisasi pentingnya
mempertahankan cenderung nilai pada mahasiswa belum efektif mempertahankan
dan meningkatkan menurun untuk peringkat sekolah
nilai pada ujian meningkatkan (non-training)
skor
tiap level bahasa
asing

Att Mahasiswa Mahasiswa Karakter mahasiswa Kurangnya Praktik pendidikan


unggul dalam belum memiliki kesadaran dan karakter dan weekly
akademik dan karakter sesuai tidak challenge serta
karakter yang diajarkan merasakan refleksi
(Attitude) pendidikan (Bain, 2000)
karakter

Level KSAO Harapan Kenyataan Kesenjangan Penyebab Intervensi


Att Mahasiswa tidak Banyak Konsentrasi Tidak ada nya Terapi mindfulness
ngobrol di kelas mahasiswa yang mahasiswa peringatan dari untuk meningkatkan
saat proses mengobrol di pengajar saat konsentrasi
pembelajaran kelas ada mahasiswa mahasiswa
yang ngobrol
saat
pembelajaran
K Banyak Keaktifan coping stress Training mindfulness
Mahasiswa bisa
mahasiswa yang mahasiswa yang kurang untuk meningkatkan
kondusif di kelas
pasif dan adaptif serta coping stress pada
dan aktif dalam
cenderung tidak metode mahasiswa
pembelajaran
Meso reaktif saat pembelajaran
(job task) pembelajaran
dikarenakan yang searah
sudah bosan (monoton)
dengan materi

Ability Masih banyak Fokus mahasiswa Budaya Seminar dan praktik


mahasiswa yang penggunaan mindfulness(training)
Mahasiswa fokus tidak fokus gadget dan Sanksi penyitaan HP
pada pelajaran karena bermain coping stress (non-training)
gadget yang kurang (Jha, 2007)
adaptif

Ability Mahasiswa Mahasiswa Kemampuan Gaya belajar Terapi mindfulness


dapat hanya mencatat attention switching mahasiswa untuk meningkatkan
memperhatikan materi tapi (memperhatikan yang dominan attention switching
dan mencatat tidak dan mencatat) read and write mahasiswa
materi yang memperhatikan
dijelaskan pengajar
pengajar

Level KSAO Harapan Kenyataan Kesenjangan Penyebab Intervensi


Mahasiswa Mahasiswa Konsentrasi Kurangnya ice Terapi mindfulness
Ability mengikuti proses kurang mahasiswa saat breaking , untuk meningkatkan
proses belajar
belajar dengan konsentrasi metode
sungguh- mengikuti pengajaran konsentrasi
sungguh proses belajar yang monoton mahasiswa
karena
mengantuk,
Meso Level lapar dan
kurang
konsentrasi

Tugas tidak Soal terlalu sulit Mentor kurang Seminar meningkatkan


Mahasiswa
sesuai dengan menyadari self-efficacy (training)
memberi tugas
kompetensi pentingnya Sekolah mengevaluasi
sesuai kompetensi
mahasiswa pengalaman secara rutin hasil
siswa
keberhasilan belajar (non-training)
(Mathisen, 2009)
Mahasiswa Kemampuan Istirahat hanya Istirahat dibuat
kurang optimal konsentrasi sekali menjadi dua kali atau
Mahasiswa mengikuti proses mahasiswa yang diperpanjang
mengikuti proses belajar karena menurun saat KBM durasinya (non-
belajar dengan mengantuk, lapar dikarenakan lapar training)
Mikro Level optimal dan kurang dan mengantuk
konsentrasi

Mentor mampu Mentor emosinya Pengendalian emosi Mentor kurang Mentor diberikan
menahan emosi rentan terganggu mentor mahir pelatihan untuk
mengendalikan menanamkan
emosi kesadaran mengenai
role model
(Fredriksen, 2004)

Referensi TNA
Cherry, K. (2017). How psychologists define attention: Understanding the key points about attention. Diambil pada 2 November 2017
dari https://www.verywell.com/what-is-attention-2795009
Chiesa, A., Calati, R., & Serretti, A. (2011). Does mindfulness training improve cognitive abilities? A systematic review of
neuropsychological findings. Clinical Psychology Review 31, 449-464.
Gunaratana, B. H. (2011). Mindfulness In Plain English. Boston: Wisdom Publication.
Kim, H. (2013). Exercise rehabilitation for smartphone addiction. Journal of Exercise Rehabilitation, 500-505.
Ormrod, J. (2012). Human Learning (6th ed.). Pearson: Upper Saddle River, NJ.

Anda mungkin juga menyukai