Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak ikan banyak tersedia di Indonesia karena Indonesia negara

kepulauan yang mempunyai lautan luas. Minyak ikan merupakan salah satu

sumber asam lemak omega-3 yang dapat meningkatkan asam lemak omega-

3 dalam tubuh ternak. Salah satu minyak ikan yang banyak tersedia adalah

minyak ikan lemuru (Sardiniella lemuru), minyak ikan lemuru (Sardiniella

lemuru) banyak terdapat di perairan laut dalam, sebagai contoh yaitu

perairan selat Bali.

Salep adalah sediaan berupa massa lembek, mudah dioleskan,

umumnya berlemak dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar

untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.

Salep umumnya dibuat dengan melarutkan atau mensuspesikan obat

ke dalam salep dasar.

Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah

dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah

mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu

diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan

salep dasar, sebagai salep dasar dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam

komposisi disebutkan, ‘Salep dasar yang cocok’, pemisahan salep dasar

1
2

yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan

penggunaannya. (DepKes RI 1979)

Kualitas fisik salep tidak terlepas dari pemilihan basis yang cocok.

Basis berfungsi sebagai pembawa, pelindung dan pelunak kulit, harus dapat

melepaskan obat secara optimum (tidak boleh merusak atau menghambat

aksi terapi) serta mungkin cocok untuk penyakit tertentu dan kondisi kulit

tertentu (sulaiman 2008).

Basis salep hidrokarbon mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang

lama dan tidak memungkinkan hilangnya lembab ke udara serta sukar

dicuci. Basis salep serap berguna sebagai emolien, walaupun tidak

menyediakan derajat penutup seperti yang dihasilkan basis salep berlemak.

Basis salep serap juga berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan

berair ke dalam larutan berlemak (ansel 1989).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan pengaruh basis salep hidrokarbon, basis serap,

kombinasi salep terhadap sifat fisik sediaan salep minyak ikan

(Unguentum iecoris asseli)

2. Basis salep mana yang lebih berpengaruh terhadap sifat fisik salep

minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)


3

1.3 Batasan Masalah

1. Penggunaan basis hidrokarbon, basis serap, dan kombinasi salep

2. Mengetahui kualitas sifat fisik dari basis hidrokarbon, basis serap, dan

kombinasi salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan basis salep hidrokarbon,

basis salep serap, dan kombinasi salep terhadap sifat fisik salep

minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)

2. Untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan salep minyak ikan

(Unguentum iecoris asseli) dengan basis salep hidrokarbon, basis

salep serap, dan kombinasi salep.

1.5 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut

tentang jenis basis salep untuk pembuatan sediaan salep.

2. Memberikan pengetahuan khususnya kepada para pembaca tentang

salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak ikan (Oleum iecoris)

Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar

Gadus callarias L dari spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan

penyaringan pada suhu 0º. Kandungan asam lemak-omega-3(N-3) EPA

(Asam Eicosapentaenoic) dan DHA (Asam Docosahexaenoic) berkhasiat

anti lipens, anti trombotis, dan anti hipertensi ringan, serta berfaedah pula

sebagai zat tambahan pada pengobatan dan revensi PJP. Dari banyak studi

dengan hasil bertentangan dapat disimpulkan bahwa EPA (Asam

Eicosapentaenoic) dapat menurunkan kadar TG (Trigliserida) dengan

K.L.25%, sedangkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL

(High Density Lipoprotein) dinaikkan 1-3%, sehingga kadar kolesterol total

tidak berubah. Disamping itu EPA (Asam Eicosapentaenoic) juga berdaya

anti radang dan berguna pada penyakit peradangan, seperti rema dan

p.Crohn (radang saluran pencernaan) (DepKes RI, 1979).

2.2 Kegunaan

Kegunaan dari salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli) adalah

dapat menghilangkan bekas luka bakar, bisul, dan jerawat.

4
5

2.3 Salep

2.3.1 Pengertian Salep

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, salep adalah sediaan setengah

padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat

harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, salep adalah sediaan setengah

padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.

Menurut pemakaian modern, salep adalah sediaan semi padat untuk

pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggojokan. Fungsi salep sebagai

bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit, bahan pelumas pada

kulit dan pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan

larutan berair (Anief, 1993).

2.3.2 Basis salep

Basis salep digolongkan kedalam 4 kelompok besar yaitu basis salep

hidrokarbon, basis salep absorpsi, basis salep yang dapat dicuci dengan air,

basis salep larut dalam air.

2.3.2.1 Basis Salep Hidrokarbon

Basis salep hidrokarbon merupakan basis salep yang bersifat lemak

dan komponen berair dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja,

bila berlebih maka sukar bercampur.

Contoh yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Vaselin putih adalah vaselin yang dihilangkan warnanya dengan

proses pemutihan, hanya berbeda warna dengan vaselin kuning.


6

2. Salep kuning adalah dasar salep yang mengandung 5 gram lilin kuning

dan 95 gram vaselin kuning.

3. Salep putih adalah dasar salep yang mengandung 5 gram lilin putih

dan 95 gram vaselin putih.

4. Parafin adalah campuran hidrokarbon padat yang dimurnikan,

diperoleh dari minyak bumi.

5. Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yang

dihasilkan dari minyak bumi, berguna dalam menggerus bahan yang

tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak.

(Ansel, 1989)

2.3.2.2 Basis Salep Absorpsi

Basis salep absorpsi terbagi dalam dua tipe yaitu basis salep yang

memungkinkan bercampur dengan larutan berair, hasil dari pembentukan

emulsi air dan minyak, misalnya petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrida

(adeps lanae). Untuk basis salep yang sudah menjadi emulsi air dalam

minyak, memungkinkan bercampur dengan sedikit penambahan larutan

berair, misalnya lanolin dan cold cream.

Contoh yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Lanolin adalah bahan setengah padat seperti lemak, diperoleh dari

bulu domba (ovis aries), merupakan emulsi air dalam minyak yang

mengandung antara 25-30%. Penambahan air dapat dicampurkan ke

dalam lanolin dengan pengadukan.


7

2. Vaselin hidrofilik dibuat dari kolesteral, alkohol stearat, lilin putih,

dan vaselin putih. Memiliki kemampuan mengabsorpsi air dengan

membentuk emulsi air dalam minyak.

3. Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak

berupa bahan setengah padat berwarna putih, dibuat dari cetaceum,

malam putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni. Natrium

borat dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam malam

membentuk sabun natrium yang bekerja sebagai zat pengemulsi.

(Ansel, 1989)

2.3.3 Pemilihan Basis Salep

Basis merupakan komponen terbesar dalam sediaan semi padat. Salah

satu hal penting dalam memformulasikan sediaan semi padat adalah seleksi

basis yang cocok yaitu basis yang digunakan tidak menghambat pelepasan

obat dari basis, tidak mengiritasi atau menyebabkan efek samping lain yang

tidak dikehendaki (Sulaiman, 2008).

Harus dimengerti bahwa tidak ada basis salep yang ideal dan juga

tidak ada yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Pemilihannya adalah

untuk mendapatkan basis salep yang secara umum menyediakan segala yang

dianggap sifat yang paling diharapkan (Ansel,1989).


8

2.3.4 Aturan Pembuatan salep

Aturan umum pembuatan salep ialah :

1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan

pemanasan rendah.

2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan

diayak dengan derajat ayakan no.100.

3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu

mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang

tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.

4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut

harus diaduk sampai dingin ( Anief, 1993).

2.3.5 Pembuatan Salep

Pembuatan salep baik dalam ukuran besar maupun kecil, secara umum

menggunakan dua metode, yaitu dengan cara pencampuran dan peleburan.

Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat

bahannya.

1. Metode peleburan

Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan

yang konstan sampai mengental. Komponen-konponen yang tidak dicairkan

biasanya ditambahkan pada pencampuran yang sedang mengental setelah

didinginkan dan diaduk. Bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan


9

terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak

menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen.

2. Metode pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-

sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada skala kecil

seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur

komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu atau

dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar atau

porselin) untuk menggerus bahan bersama-sama).

(Ansel,1989)

2.3.6 Evaluasi Salep

Pengujian sediaan salep dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti

uji organoleptis dengan mengamati perubahan bentuk, warna, bau dan rasa

di kulit dari sediaan salep yang mungkin terjadi selama penyimpanan. Uji

daya menyebar salep bertujuan untuk mengetahui kemampuan

penyebarannya pada kulit. Dengan uji daya melekat salep, dapat diketahui

lamanya salep melekat pada kulit (Voigt, 1994).

1. Uji daya proteksi salep dilakukan untuk mengetahui kekuatan salep

dalam melindungi kulit dari pengaruh luar pada waktu pengobatan

(Voigt, 1994).
10

2. Untuk uji homogenitas salep, jika dioleskan pada sekeping kaca atau

bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang

homogen (DepKes RI, 1979).

3. Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH salep apakah

bersifat asam, netral, atau basa dan mengamati adanya perubahan pH

yang mungkin terjadi selama penyimpanan (DepKes RI, 1995).

2.4 Uraian Bahan

2.4.1 Lanolin

Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperoleh dari bulu

domba (Ovis aries) merupakan air antara 25% sampai 30%. Berwarna

kuning dengan bau yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah

menjadi dua bagian, dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian

bawah berupa air. Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam

kloroform atau eter dengan pemisahan bagian airnya akibat hidrasi (DepKes

RI,1979). Penggunaan lanolin sebagai basis kadarnya < 30 %

(Lachman,2008)

2.4.2 Vaselinum Album (Vaselin Putih)

Vaselin Album adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang

telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian berupa massa

lunak dan lengket, berwarna bening (putih), sifat ini tetap setelah zat

dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.


11

Kelarutan vaselinum album yaitu praktis tidak larut dalam air dan

dalam etanol (95%)P, larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter

minyak tanah P. Fungsi vaselinum album sebagai basis salep.Penggunaan

vaselin sebagai basis kadarnya 10%-30% (DepKes RI, 1979).

2.4.3 Cera Flava

Malam kuning adalah malam yang diperoleh dari sarang Apis

mellifera L atau spesies Apis lainnya.

Pemerian zat padat; coklat kekuningan; bau enak seperti madu; agak

rapuh jika dingin; menjadi elastik jika hangat dan bekas patahan buram dan

berbutir-butir.

Kelarutan praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol

(95%)P, larut dalam kloroform P, dalam minyak lemak dan dalam minyak

atsiri ( DepKes RI, 1979 ). Kadar penggunaan cera flava adalah 5%-20%

(Pharmaceutical excipients, 2006).

2.4.4 Minyak ikan ( Oleum iecoris)

Minyak ikan adalah minyak lemak yang diperoleh dari hati segar

Gadus callarias L. dari spesies Gadus lainnya, dimurnikan dengan

penyaringan pada suhu 0º.

Pemerian cairan : kuning pucat; bau khas; agak manis; tidak tengik;

rasa khas.

Kelarutan sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.

(DepKes RI, 1979).


12

2.5 Hipotesis

Terdapat pengaruh penggunaan basis salep hidrokarbon, basis salep

serap dan kombinasi basis dalam formula sediaan salep minyak ikan

(Unguentum iecoris asseli) terhadap sifat fisik salep.

\
13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pada penelitian ini, obyek yang akan diteliti adalah mengenai

pengaruh penggunaan basis vaselin dan lanolin, serta kombinasi keduanya

dalam sediaan salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli).

3.2 Sampel Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah vaselin dan lanolin yang didapat dari

laboratorium Farmasi PoliTeknik Harapan Bersama Tegal.

3.3 Variabel Penelitian

Sampel diambil dari salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli).

Variabel penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam 3 variabel meliputi :

3.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa basis vaselin dan lanolin,

serta kombinasi keduanya.

3.3.2 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa uji evaluasi fisik salep

minyak ikan (Unguentum iecoris asseli) yang meliputi uji organoleptis,

pengukuran pH, homogenitas, daya menyebar salep, daya melekat salep,

dan daya proteksi salep.

13
14

3.3.3 Variabel terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini berupa pengambilan sampel,

metode pelelehan, suhu pelelehan (titik lebur), dan pengadukan.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,

timbangan dan anak timbangan gram, waterbath (penangas air), mortir,

stamfer, sudip, objek glass, deg glass, cawan uap, gelas ukur, batang

pengaduk, dan kaca arloji), kertas saring, stopwatch, kertas pH, alat uji daya

menyebar, alat uji daya melekat, dan alat uji daya proteksi.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak ikan,

vaselin album, lanolin, cera flava, larutan fenoltalein, larutan KOH 0,1N,
15

3.5 Jalannya Penelitian

3.5.1 Formula

Pembuatan salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli ) sebanyak 3

formula. Sediaan salep dibuat dalam 10 gram.

Tabel 1. Formula Salep Minyak Ikan

Tiap Formula dibuat sediaan 10 g

Formula
No Bahan
I II III

1 Minyak ikan 25 % 25 % 25%

2 Cera Flava 0,25 % 0,25 % 0,25 %

4 Vaselin album 74,75 % - 37,375%

5 Lanolin - 74,75 % 37,375 %

Berat (gram) 10 g 10 g 10 g

( DepKes RI, 1978)

Keterangan :

Formula I : Basis salep hidrokarbon

Formula II : Basis salep serap

Formula III : Basis salep serap dan hidrokarbon ( kombinasi )


16

3.5.2 Penimbangan Bahan

1. Formula I

- Minyak ikan : 25/100 x 10 = 2,5g

-Cera flava : 0,25/100 x 10 =0,025 g

- Vaselin : 74,75/100 x 10 = 7,475 g

10 g

2. Formula II

- Minyak ikan : 25/100 x 10 = 2,5 g

-Cera flava : 0,25/100 x 10 = 0,025g

- Lanolin : 74,75/100 x 10 = 7,475 g

10 g

3. Formula III

- Minyak ikan : 25/100 x 10 = 2,5 g

- Cera Flava : 0,25/100 x 10 = 0,025 g

- Vaselin : 37,37/100 x 10 = 3,737 g

- Lanolin : 37,37/100 x 10 =3,737 g

10 g
17

3.5.3 Persiapan Bahan

a. Pengambilan sampel

Minyak ikan (Oleum iecoris) diperoleh dari Laboratorium Farmasi

PoliTeknik Harapan Bersama. Minyak ikan yang diambil sebanyak 7,5 g.

3.5.4Pembuatan Salep Minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)

3.5.4.1 Formula I

Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang. Vaselin album dan

cera flava dilebur diatas waterbath. Setelah lebur, dimasukkan ke dalam

mortir. Minyak ikan ditambahkan pada vaselin albun dan cera flava yang

telah lebur sedikit demi sedikit. Diaduk hingga homogen

Melebur vaselin album dan cera flava di atas waterbath

Memasukkannya dalam mortir, aduk sampai kental

Menambahkan minyak ikan sedikit demi sedikit

Aduk sampai homogen

Gambar 1. Skema Pembuatan Formula I


18

3.5.4.2 Formula II

Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang. Lanolin dan cera flava

dileburkan diatas waterbath. Dimasukkan ke dalam mortir. Minyak ikan

ditambahkan pada lanolin dan cera flava yang telah dileburkan. Diaduk

sampai homogen.

Meleburkan lanolin dan cera flava diatas waterbath

Memasukkannya dalam mortir, aduk sampai kental

Menambahkan minyak ikan dalam vaselin album dan cera flava yang telah
dileburkan

Aduk sampai homogen

Gambar 2. Skema Pembuatan Formula II


19

3.5.4.3 Formula III

Bahan-bahan yang akan digunakan ditimbang. Vaselin album, lanolin,

dan cera flava dilebur diatas waterbath. Setelah lebur, dimasukkan ke dalam

mortir. Setelah itu, minyak ikan ditambahkan kedalam vaselin album,

lanolin, dan cera flava yang telah dileburkan sedikit demi sedikit. Diaduk

hingga homogen

Melebur vaselin album, lanolin, dan cera flava di atas waterbath

Memasukkan dalam mortir, aduk sampai kental

Mencampurkan minyak ikan sedikit demi sedikit kedalam vaselin,


lanolin, dan cera flava yang telah dileburkan

Aduk sampai homogen

Gambar 3. Skema Pembuatan Formula III


20

3.5.5Evaluasi Salep Minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)

3.5.5.1 Uji Organoleptis

Sediaan salep diambil dan diamati bentuk, warna, dan bau salep.

Mengambil sediaan salep

Mengamati bagaimana bentuk, warna, dan bau salep

Gambar 4. Skema Uji Organoleptis

3.5.5.2 Uji Homogenitas

Salep dioleskan pada objek glass dan ditutup dengan objek glass

lainnya. Salep diamati apakah menunjukkan susunan yang homogen atau

tidak.

Mengoleskan salep pada objek glass dan tutup dengan objek glass lain

Mengamati apakah salep menunjukkan susunan yang homogen atau tidak

Gambar 5. Skema Uji Homogenitas

3.5.5.3 Uji Pengukuran pH


21

Sediaan salep diletakkan pada kertas pH. Setelah itu, diamati

perubahan warna yang terjadi. Kemudian melihat pada skala pH meter,

angkanya menunjukkan asam, basa, atau netral.

Meletakkan kertas pH pada sediaan salep

Mengamati perubahan warna yang terjadi

Melihat pada skala pH meter, angka menunjukkan asam, basa atau netral

Gambar 6. Skema Uji Pengukuran pH

3.5.5.4 Uji Daya Sebar Salep

Menimbang 0,5 g salep. Salep tersebut diletakkan ditengah kaca arloji.

Kaca arloji yang lain diletakkan di atas salep. Kemudian diberi 50 g beban

tambahan. Didiamkan selama 1 menit. Diameter salep yang menyebar

dicatat. Kemudian hal yang sama dilakukan pada beban 100 g dan diulangi

sebanyak 3x percobaan.

Menimbang 0,5 g salep


22

Meletakkan di tengah kaca arloji

Meletakkan kaca arloji lain di atas massa salep

Memberi 50 g beban tambahan

Mendiamkan selama 1 menit

Mencatat diameter salep yang menyebar

Melakukan hal yang sama pada beban 100 g

Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali

Gambar 7. Skema Uji Daya Sebar Salep

3.5.5.5 Uji Daya Lekat Salep

Salep secukupnya diletakkan diatas alas persegi panjang dan alas

persegi panjang yang lain diletakkan diatasnya. Alas persegi panjang

tersebut dipasang di alat tes dan ditekan dengan beban 500 g selama 5
23

menit. Kemudian beban tersebut dilepaskan. Setelah itu, mencatat waktu

hingga kedua alas persegi panjang tersebut terlepas.

Meletakkan salep secukupnya di atas alas persegi panjang

Meletakkan alas persegi panjang yang lain di atas salep tersebut

Memasang alas persegi panjang pada alat tes

Menekan dengan beban 500 g selama 5 menit

Melepaskan beban seberat 500 g

Mencatat waktunya hingga kedua alas persegi panjang tersebut terlepas

Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali

Gambar 8. Skema Uji Daya Lekat Salep

3.5.5.6 Uji Daya Proteksi Salep


24

Kertas saring berukuran 10x10 cm diambil dan dibasahi dengan

larutan fenolftalein sebagai indikator, dikeringkan. Kertas tersebut dioleskan

dengan salep (satu muka). Kertas saring yang lain berukuran 2,5x2,5 cm

diambil dan dibasahi dengan parafin padat yang dilelehkan, dikeringkan.

Kertas saring tersebut ditempelkan pada kertas saring sebelumnya.

Kemudian ditetesi/dibasahi dengan larutan KOH 0,1 N. Lamanya waktu

adanya noda berwarna merah muda pada kertas tersebut dicatat.

Mengambil kertas saring berukuran 10 x 10 cm

Membasahi dengan larutan fenolftalein sebagai indikator, keringkan

Mengoleskan kertas tersebut dengan salep ( satu muka )

Mengambil kertas saring yang lain berukuran 2,5 x 2,5 cm

Membasahi dengan parafin padat yang dilelehkan, keringkan

Menempelkan kertas tesebut di atas kertas saring sebelumnya

Meneteskan/membasahi kertas tersebut dengan larutan KOH 0,1 N

Mencatat lamanya waktu apakah ada noda berwarna merah muda pada
kertas tersebut
25

Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali

Gambar 9. Uji Daya Proteksi Salep

3.6 Analisis hasil

Analisis hasil penelitian meliputi :

3.6.1 Pendekatan Teoritis

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan

persyaratan salep yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan

kepustakaan lain.

3.6.2 Pendekatan Statistik

Data stabilitas fisik salep meliputi organoleptis, pengukuran pH,

homogenitas, daya menyebar salep, daya melekat salep, daya proteksi salep,

dan tipe emulsi. Kemudian dilanjutkan dengan uji analisis variasi satu arah (

anova )

3.7Jadwal Penelitian

Desember Januari Februari Maret


No Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengumpulan
Bahan

2 Pembuatan
Proposal

3 Bimbingan
Proposal
26

4 Acc Proposal

5 Pengumpulan
sampel

6 Pelaksanaan
Penelitian

7 Pembuatan
KTI

8 Bimbingan
KTI
27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Bahan

Minyak ikan (Oleum iecoris) diperoleh di Laboratorium PoliTeknik

Harapan Bersama Tegal.

4.2Identifikasi Minyak Ikan

Identifikasi minyak ikan bertujuan untuk memastikan kebenaran dari

sampel minyak ikan yang digunakan melalui uji organoleptis dan asam

lemak.

Tabel1. Hasil Identifikasi Minyak Ikan

No Uji Hasil Percobaan

1. Organoleptis

a. Bentuk Cair

b. Warna
Kuning pucat
c. Bau
Khas minyak ikan (amis)

2. Uji Asam Lemak

5 ml aquadest + 5 ml minyak Terjadi pemisahan fase minyak


28

ikan dan fase air

(DepKes RI, 1979)

Didapatkan bahwa secara organoleptis dan uji asam lemak


25
menunjukan kesesuaian dengan literatur, sehingga sampel yang

digunakanbenar-benar minyak ikan.

4.3 Pembuatan Salep

Dasar salep yang digunakan pada pembuatan salep minyak ikan

(Unguentum iecoris asseli) adalah dasar salep hidrokarbon, dasar salep

serap dan kombinasinya. Ada beberapa pertimbangan yang digunakan

dalam pemilihan dasar salep, dasar salep hidrokarbon memiliki keuntungan

antara lain mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak ada

perubahan dengan berjalannya waktu. Sedangkan dasar salep serap memiliki

daya emolien/pelembut yang baik dan tidak mudah hilang dari kulit (Ansel,

1989).

Pembuatan salep minyak ikan diformulasi dengan basis hidrokarbon,

serap dan kombinasinya. Pembuatan dilakukan dengan metode peleburan,

metode peleburan merupakan yang paling banyak digunakan dalam

pembuatan salep.Bahan-bahan yang dibuat dilelehkan secara bersama-sama

dan mendinginkan dengan pengadukan konstan sampai mengental

(Lachman,2008).
29

4.4 Evaluasi Salep

4.4.1 Uji organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama penyimpanan. Dari

hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Data Hasil Uji Organoleptis

Bentuk Warna Bau Salep


Formula Standar
(Levertran)

I Sangat kental Kuning pucat Khas minyak ikan +

II Agak kental Kuning Khas minyak ikan +

III Kental Kuning Khas minyak ikan +

(DepKes RI, 1979)

Keterangan :

+ (Sesuai dengan salep standar (levertran)

Pada formula I mempunyai bentuk paling kental dibandingkan

formula II dan III. Hal ini disebabkan karena formula I menggunakan basis

hidrokarbon yaitu basis yang tidak mengandung air.


30
31

4.4.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas perlu dilakukan karena salep yang baik harus

memiliki sifat-sifat yang ideal, yaitu memiliki konsistensi lunak dan tidak

mengandung partikel kasar, sehingga bila dioleskan pada kulit terasa

lembut.

Tabel 3. Data Hasil Uji Homogenitas

No Formula Syarat FI edisi IV Hasil Pemeriksaan

1 Dasar Salep Susunan homogen, tidak Susunan homogen,

Hidrokarbon terasa adanya bahan padat tidak terasa adanya

bahan padat

2 Dasar Salep Susunan homogen, tidak Susunan homogen,

Serap terasa adanya bahan padat tidak terasa adanya

bahan padat

3 Kombinasi Susunan homogen, tidak Susunan homogen,

Salep terasa adanya bahan padat tidak terasa adanya

Hidrokarbon bahan padat

dan Serap
32

Dari hasil tabel diatas terlihat bahwa dari ketiga formula diatas

menghasilkan salep yang homogen. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang

tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV dimana salep harus menunjukkan

susunan homogen dan tidak terasa adanya bahan padat, karena pada saat

pembuatan salep terus menerus diaduk secara konstan, sehingga masa salep

yang terbentuk tidak mengandung partikel-partikel yang membuat salep

menjadi kasar. Jadi pada saat pengolesan di atas kaca objek, tidak terasa

adanya bahan padat. Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif dan bahan lainnya

telah terdistribusi secara merata.

4.4.3 Uji Pengukuran pH

Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah salep bersifat

asam, netral, atau basa. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan

kertas indikator pH. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran pH

Formula Standar Hasil Uji

I 4-8 7

II 4-8 7

III 4-8 7
33

Digunakan untuk melihat kondisi salep agar tidak mengiritasi kulit

yang mempunyai pH normal 4 – 8 ( SNI, 1993 )

Berdasarkan tabel hasil pengukuran pH, masing-masing formula

menunjukan pH 7. Hal ini sesuai dengan standar literatur.

4.4.4 Uji Daya Sebar Salep

Uji daya menyebar salep bertujuan untuk mengetahui kualitas salep

yang dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat pula memberikan efek

terapi. Artinya semakin luas daya sebar salep suatu formula maka semakin

cepat melepaskan efek terapi yang diinginkan kulit. Daya sebar yang baik

dapat menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt,1989).

Uji daya sebar adalah kemampuan penyebaran salep pada kulit.

Penentuannya dilakukan dengan extensometer. Sebuah sampel salep dengan

volume tertentu diletakkan dipusat antara lempeng gelas, dimana lempeng

sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani anak timbangan di

atasnya. Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan

beban, merupakan karakteristik daya sebar ( Voigt, 1984 ). Daya sebar yang

baik akan menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt,1984).

Uji daya sebar salep minyak ikan dilakukan dengan meletakkan massa

salep sebanyak 0,5 gram diatas kaca arloji kemudian ditutup dengan kaca

arloji lain. Ditambahkan beban anak timbangan 50 gram dan 100 gram,

masing-masing penambahan dilakukan selama 1 menit kemudian catat

diameter salep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada formula I


34

mempunyai daya sebar rendah karena paling kental dibanding formula II

dan III, yang mempunyai daya sebar paling berpengaruh yaitu pada formula

II karena menggunakan basis serap. Data yang diperoleh dari penelitian

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Data Hasil Uji Daya Sebar

Satuan Beban FI F II F III

2,40 3,20 2,90

2,60 3,50
50 gram 2,70

2,40 3,50
2,50

Rata-rata 2,46 3,40 2,70


Diameter (cm)

2,80 3,70 3,20

100 gram 2,70 3,60 3,40

3,70 3,30
2,80

Rata-rata 2,76 3,66 3,30

1,20 1,60 1,45

Jari-jari (cm) 50 gram 1,30 1,75 1,35

1,75 1,25
35

1,20

Rata-rata 1,20 1,70 1,35

1,40 1,85 1,60

1,35 1,80
1,70
100 gram

1,40 1,85
1,65

Rata-rata 1,38 1,83 1,65

4,52 8,03 6,60

5,30 9,61
50 gram 5,72

4,52 9,61
4,92
Luas Permukaan Rata-rata 4,69 9,08 5,74

(cm)
100 gram 6,15 10,74 8,03

5,72 10,17 9,07

6,15 10,74 8,54

Rata-rata 6,00 10,55 8,54


36

Keterangan :

I : Dasar salep hidrokarbon

II : Dasar salep serap

III : Dasar kombinasi salep hidrokarbon dan serap

Hasil yang diperoleh diatas dianalisis menggunakan Analisis Descriptive

Statistic One Way Anova

Descriptives

Dayasebar_50g
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
basis hidrokarbon 3 4,7800 ,45033 ,26000 3,6613 5,8987 4,52 5,30
basis serap 3 9,0833 ,91221 ,52667 6,8173 11,3494 8,03 9,61
kombinasi basis
hidrokarbon dan 3 5,7467 ,84032 ,48516 3,6592 7,8341 4,92 6,60
basis serap
Total 9 6,5367 2,06363 ,68788 4,9504 8,1229 4,52 9,61

Pada tabel descriptives statistik diatas, terlihat nilai rata-rata uji daya

sebar 50 gram untuk formula I sebesar 4,7800, formula II sebesar 9,0833,

dan formula III sebesar 5,7467. Jadi nilai rata-rata uji daya sebar 50 gram

berdasarkan luas permukaan yang paling berpengaruh adalah pada formula

II (dasar salep serap) sebesar 9,0833 dan yang kurang berpengaruh pada

formula I (dasar salep hidrokarbon) sebesar 4,7800.

ANOVA

Dayasebar_50g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 30,586 2 15,293 26,351 ,001
Within Groups 3,482 6 ,580
Total 34,069 8
37

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 26,351 dan F table sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel = Finv(prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel=Finv(0,05;2;6)

dimasukkan dalam Ms.Excel sehingga menghasilkan F Tabel=5,143.

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang

dapat mempengaruhi uji daya sebar 50 gram pada formula salep I,II,III dan

Ha yaitu ada pengaruh basis yang dapat mempengaruhi uji daya sebar 50

gram pada formula salep I,II,III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada nilai F

Tabel (F Hitung > F Tabel) sebesar 26,351 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep

minyak ikan (Unguentum iecoris asseli) terhadap uji daya sebar 50 gram

dengan tingkat kesalahan 5%, untuk confident interval 95%.

Descriptives

Dayasebar_100g
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
basis hidrokarbon 3 6,0067 ,24826 ,14333 5,3900 6,6234 5,72 6,15
basis serap 3 10,5500 ,32909 ,19000 9,7325 11,3675 10,17 10,74
kombinasi basis
hidrokarbon dan 3 8,5467 ,52003 ,30024 7,2548 9,8385 8,03 9,07
basis serap
Total 9 8,3678 1,99961 ,66654 6,8307 9,9048 5,72 10,74

Pada tabel descriptives statistic diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata uji

daya sebar 100 gram untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 6,0067,

formula II (salep serap) sebesar 10,5500, dan formula III (kombinasi salep

hidrokarbon dan serap) sebesar 8,5467. Jadi nilai rata-rata uji daya sebar

100 gram berdasarkan luas permukaannya yang paling berpengaruh pada


38

formula II (dasar salep serap) sebesar 10,5500 dan yang kurang berpengaruh

pada formula I (dasar salep hidrokarbon) sebesar 6,0067.

ANOVA

Dayasebar_100g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 31,107 2 15,553 105,958 ,000
Within Groups ,881 6 ,147
Total 31,988 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova diatas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 105,958 dan F Tabel sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel=Finv(prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel=Finv(0,05;2;6) dimasukkan

dalam Ms.Excel sehingga menghasilkan F Tabel=5,143.

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis

yang dapat mempengaruhi uji daya sebar 100 gram pada formula I, II, III

dan Ha yaitu ada pengaruh basis yang dapat mempengaruhi uji daya sebar

100 gram pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada F Tabel

(F Hitung > F Tabel) sebesar 105,958 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep minyak

ikan (Unguentum iecoris asseli) terhadap uji daya sebar 100 gram dengan

tingkat kesalahan 5%, untuk confident interval 95%.


39

4.4.5 Daya Lekat Salep

Uji daya lekat salep sangat penting untuk mengevaluasi salep dan

mengetahui sejauh mana salep dapat menempel pada kulit sehingga efek

terapi yang diharapkan bisa tercapai. Bila salep memiliki daya lekat yang

terlalu kuat maka akan menghambat pernapasan kulit. Namun apabila daya

lekat terlalu lemah, maka efek terapi tidak tercapai.

Daya lekat merupakan kemampuan salep untuk melapisi permukaan

kulit secara kedap dan tidak menyumbat pori – pori serta tidak menyumbat

fungsi fisiologis kulit (Voigt, 1984).

Uji daya lekat salep minyak ikan (Unguentum iecoris asseli)

dilakukan dengan mengoleskan masa salep diatas alas persegi panjang,

kemudian diberi beban 500 gram. Waktu yang diperoleh menunjukkan

bahwa salep formula I paling kental dibanding formula II dan III. Data yang

diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


40

Tabel 6. Data Uji Daya Lekat Salep

t (detik)
Replikasi
FI F II F III

1 15,76 10,54 02,07

2 16,61 08,81 01,63

3 10,36 10,21 01,36

Rata-rata 14,24 9,85 1,68

Keterangan:

I : Dasar salep hidrokarbon

II : Dasar salep serap

III : Kombinasi salep hidrokarbon dan salep serap

Descriptives

Dayalekat
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
basis hidrokarbon 3 14,2433 3,38981 1,95711 5,8226 22,6641 10,36 16,61
basis serap 3 9,8533 ,91850 ,53029 7,5717 12,1350 8,81 10,54
kombinasi basis
hidrokarbon dan 3 1,6867 ,35838 ,20691 ,7964 2,5769 1,36 2,07
basis serap
Total 9 8,5944 5,79399 1,93133 4,1408 13,0481 1,36 16,61

Pada tabel descriptives statistic diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata uji

daya lekat untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 14,2433, formula II

(salep serap) sebesar 9,8533 dan pada formula III (kombinasi salep
41

hidrokarbon dan salep serap) sebesar 1,6867. Jadi nilai rata-rata uji daya

lekat berdasarkan lama waktu melekat salep yang paling berpengaruh pada

formula I (dasar salep hidrokarbon) sebesar 14,2433 dan yang kurang

berpengaruh pada formula III (dasar salep kombinasi hidrokarbon dan

serap) sebesar 1,6867.

ANOVA

Dayalekat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 243,636 2 121,818 29,323 ,001
Within Groups 24,926 6 4,154
Total 268,562 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 29,323 dan F Tabel sebesar 5,143 yang didapat dengan F

Tabel= Finv(Prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel= Finv(0,05;2;6)

dimasukkan dalam Ms.Excel sehingga menghasilkan F Tabel= 5,143.

Hipotesis yang diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang

dapat mempengaruhi uji daya lekat salep pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada nilai F

Tabel (F Hitung > F Tabel) sebesar 29,323 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep

minyak ikan (Unguentum iecoris asseli) terhadap uji daya lekat salep

dengan tingkat kesalahan 5%, untuk confident interval 95%.


42

4.4.6 Uji Daya Proteksi Salep

Uji daya proteksi salep dilakukan untuk mengevaluasi sediaan yang

dibuat, dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana salep dapat memberikan

efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas, dan kimia. Hal ini untuk

mencapai kriteria salep yang baik sehingga memberikan efek terapi yang

diharapkan.

Uji daya proteksi salep dilakukan dengan mengoleskan massa salep

pada kertas saring (3cm x 3cm). Sebelum massa salep dioleskan , kertas

saring dibasahi larutan phenolptalein (PP) terlebih dahulu kemudian

dikeringkan, baru mengoleskan salep. Phenolptalein (PP) berperan sebagai

indikator yang dapat menunjukkan perubahan warna dari tak berwarna

menjadi merah muda. Pada kertas saring yang lain (3cm x 3cm) dibasahi

dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, kemudian dikeringkan.

Kertas saring yang dibasahi dengan paraffin cair, ditempelkan pada

kertas saring sebelumnya yang telah diolesi massa salep. Teteskan/basahi

pada area ini dengan KOH 0,1 N. KOH sebagai pemberi pengaruh masa,

sehingga uji proteksi dengan KOH bertujuan untuk mengetahui kemampuan

proteksi salep terhadap adanya basa. Kemudian amati waktu noda merah

muda muncul di atas kertas yang dibasahi dengan larutan phenolptalein

(PP). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:
43

Tabel 7. Hasil Uji Daya Proteksi

t (detik)
Replikasi
FI F II F III

1 11,69 10,00 8,20

2 11,11 9,97 8,65

3 11,00 9,86 8,00

Rata-rata 11,26 9,94 8,28

Keterangan :

I : Dasar salep hidrokarbon

II : Dasar salep serap

III : Kombinasi salep hidrokarbon dan salep serap

Descriptives

Dayaproteksi
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
basis hidrokarbon 3 11,2667 ,37072 ,21404 10,3457 12,1876 11,00 11,69
basis serap 3 9,9433 ,07371 ,04256 9,7602 10,1264 9,86 10,00
kombinasi basis
hidrokarbon dan 3 8,2833 ,33292 ,19221 7,4563 9,1103 8,00 8,65
basis serap
Total 9 9,8311 1,31883 ,43961 8,8174 10,8449 8,00 11,69

Pada tabel descriptives statistic diatas, terlihat bahwa nilai rata-rata uji

daya proteksi untuk formula I (salep hidrokarbon) sebesar 11,2667, formula


44

II (salep serap) sebesar 9,9433 dan pada formula III (kombinasi salep

hidrokarbon dan salep serap) sebesar 8,2833. Jadi nilai rata-rata uji daya

proteksi berdasarkan lama waktu yang paling berpengaruh pada formula I

(dasar salep hidrokarbon) sebesar 11,2667 dan yang kurang pengaruh pada

formula III (kombinasi salep hidrokarbon dan serap) sebesar 8,2833.

Dayaproteksi
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 13,407 2 6,704 79,269 ,000
Within Groups ,507 6 ,085
Total 13,914 8

Pada tabel perhitungan One Way Anova di atas didapatkan nilai F

Hitung sebesar 79,269 dan F Tabel 5,143 yang didapat dengan F Tabel=

Finv(Prob,df1,df2). Maka rumus F Tabel = Finv(0,05;2;6) dimasukkan

dalam Ms. Excel sehingga menghasilkan F Tabel = 5,143. Hipotesis yang

diajukan berupa Ho yaitu tidak ada pengaruh basis yang dapat

mempengaruhi uji daya proteksi salep pada formula salep I, II, III.

Hal tersebut menunjukkan nilai F Hitung lebih besar daripada nilai F Tabel

(F Hitung > F Tabel) sebesar 79,269 > 5,143 sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti menyatakan bahwa ada pengaruh basis pada salep minyak

ikan (Unguentum iecoris asseli) terhadap uji daya proteksi salep dengan

tingkat kesalahan 5%, untuk confident interval 95%.


45
46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan basis dapat

berpengaruh terhadap kualitas salep minyak ikan :

a. Adanya pengaruh perbedaan basis secara signifikan terhadap sifat fisik

salep minyak ikan.

b. Dari hasil uji daya lekat dan uji proteksi pada basis hidrokarbon

mempunyai sifat fisik lebih berpengaruh dibanding basis serap dan basis

kombinasi.

c. Dari hasil daya sebar pada basis serap mempunyai sifat fisik lebih

berpengaruh dibanding basis hidrokarbon dan basis kombinasi

5.2 Saran

a. Dilakukan penelitian yang berbeda terhadap minyak ikan yang

diformulasikan menjadi sediaan topikal lain.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap formula salep minyak

ikan.
47

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1993. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Hlm. 110-116

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. Hlm. 52-63

Ansel, Howard.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Edisi Keempat.

Terjemahan Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Hlm.502-510

Departemen Kesehatan RI.1977. Materia Medika Jilid I,II,III,IV. Jakarta: DepKes

RI. Hlm.53-57

Departemen Kesehatan RI.1978. Formularium Nasional : Edisi Ketiga. Jakarta:

DepKes RI. Hlm. 334

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta:

DepKes RI. Hlm.57,96,140,141,378,474,534,612,633

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia : Edisi IV. Jakarta:

DepKes RI. Hlm. 186,551,712,822

Lachman, Leon.2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: Universitas

Indonesia Press. Hlm. 1112-1119

Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan: Edisi Kedua.

Yogyakarta: Nuha Medika. Hlm 112-113


48

Rowe C, Raymond. 2006. Handbook of Pharmaceutical excipients. Jakarta : UIN

Jakarta

Syamsuni, H.A. 2006.Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.Hlm.378-384

Wasitaatmadja, Sjarif.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI

Press. Hlm.23
49

Lampiran 1

PERHITUNGAN PENIMBANGAN

1. Formula I ( Salep Hidrokarbon )

- Minyak ikan = x 10 gram = 2,5 gram

- Cera Flava = x 10 gram = 0,025 gram

- Vaselin album = x 10 gram = 7,475 gram

2. Formula II ( Salep Serap )

- Minyak ikan = x 10 gram = 2,5 gram

- Cera flava = x 10 gram = 0,025 gram

- Lanolin = x 10 gram = 7,475 gram

3. Formula III ( Kombinasi salep hidrokarbon dan salep serap )

- Minyak ikan = x 10 gram = 2,5 gram

- Cera flava = x 10 gram = 0,025 gram

- Vaselin album = x 10 gram = 3,7375 gram

- Lanolin = X 10 gram = 3,7375 gram


50

Lampiran 2

TABEL PERHITUNGAN STATISTIK UJI DAYA SEBAR BEBAN 50 g

Descriptives

Dayasebar_50
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
1,0 3 4,7800 ,45033 ,26000 3,6613 5,8987 4,52 5,30
2,0 3 9,0833 ,91221 ,52667 6,8173 11,3494 8,03 9,61
3,0 3 5,7467 ,84032 ,48516 3,6592 7,8341 4,92 6,60
Total 9 6,5367 2,06363 ,68788 4,9504 8,1229 4,52 9,61

Test of Homogeneity of Variances

dayasebar_50g
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,865 2 6 ,468

ANOVA

Dayasebar_50
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 30,586 2 15,293 26,351 ,001
Within Groups 3,482 6 ,580
Total 34,069 8

Post Hoc Tests


Multiple Comparisons

Dependent Variable: Dayasebar_50


Bonferroni

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,0 2,0 -4,30333* ,62202 ,001 -6,3482 -2,2585
3,0 -,96667 ,62202 ,513 -3,0115 1,0782
2,0 1,0 4,30333* ,62202 ,001 2,2585 6,3482
3,0 3,33667* ,62202 ,005 1,2918 5,3815
3,0 1,0 ,96667 ,62202 ,513 -1,0782 3,0115
2,0 -3,33667* ,62202 ,005 -5,3815 -1,2918
*. The mean difference is significant at the .05 level.
51

Lampiran 3

TABEL PERHITUNGAN STATISTIK UJI DAYA SEBAR BEBAN 100 g

Descriptives

Dayasebar_100g
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
1,0 3 6,0067 ,24826 ,14333 5,3900 6,6234 5,72 6,15
2,0 3 10,5500 ,32909 ,19000 9,7325 11,3675 10,17 10,74
3,0 3 8,5467 ,52003 ,30024 7,2548 9,8385 8,03 9,07
Total 9 8,3678 1,99961 ,66654 6,8307 9,9048 5,72 10,74

Test of Homogeneity of Variances

dayasebar_100g
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,533 2 6 ,612

ANOVA

dayasebar_100g
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 31,107 2 15,553 105,958 ,000
Within Groups ,881 6 ,147
Total 31,988 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Dayasebar_100g


Bonferroni

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,0 2,0 -4,54333* ,31282 ,000 -5,5717 -3,5149
3,0 -2,54000* ,31282 ,001 -3,5684 -1,5116
2,0 1,0 4,54333* ,31282 ,000 3,5149 5,5717
3,0 2,00333* ,31282 ,002 ,9749 3,0317
3,0 1,0 2,54000* ,31282 ,001 1,5116 3,5684
2,0 -2,00333* ,31282 ,002 -3,0317 -,9749
*. The mean difference is significant at the .05 level.
52

Lampiran 4

TABEL PERHITUNGAN STATISTIK UJI DAYA LEKAT

Descriptives

dayalekat
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
1 3 14,2433 3,38981 1,95711 5,8226 22,6641 10,36 16,61
2 3 9,8533 ,91850 ,53029 7,5717 12,1350 8,81 10,54
3 3 1,6833 ,35921 ,20739 ,7910 2,5757 1,36 2,07
Total 9 8,5933 5,79549 1,93183 4,1385 13,0481 1,36 16,61

Test of Homogeneity of Variances

dayalekat
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
8,719 2 6 ,017

ANOVA

dayalekat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 243,775 2 121,887 29,339 ,001
Within Groups 24,927 6 4,154
Total 268,702 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: dayalekat


Bonferroni

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) formula (J) formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1 2 4,39000 1,66423 ,116 -1,0811 9,8611
3 12,56000* 1,66423 ,001 7,0889 18,0311
2 1 -4,39000 1,66423 ,116 -9,8611 1,0811
3 8,17000* 1,66423 ,008 2,6989 13,6411
3 1 -12,56000* 1,66423 ,001 -18,0311 -7,0889
2 -8,17000* 1,66423 ,008 -13,6411 -2,6989
*. The mean difference is significant at the .05 level.
53

Lampiran 5

TABEL PERHITUNGAN STATISTIK UJI DAYA PROTEKSI

Descriptives

dayaproteksi
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
1 3 11,2667 ,37072 ,21404 10,3457 12,1876 11,00 11,69
2 3 9,9433 ,07371 ,04256 9,7602 10,1264 9,86 10,00
3 3 8,2833 ,33292 ,19221 7,4563 9,1103 8,00 8,65
Total 9 9,8311 1,31883 ,43961 8,8174 10,8449 8,00 11,69

Test of Homogeneity of Variances

dayaproteksi
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3,321 2 6 ,107

ANOVA

dayaproteksi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13,407 2 6,704 79,269 ,000
Within Groups ,507 6 ,085
Total 13,914 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: dayaproteksi


Bonferroni

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) formula (J) formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1 2 1,32333* ,23744 ,004 ,5428 2,1039
3 2,98333* ,23744 ,000 2,2028 3,7639
2 1 -1,32333* ,23744 ,004 -2,1039 -,5428
3 1,66000* ,23744 ,001 ,8794 2,4406
3 1 -2,98333* ,23744 ,000 -3,7639 -2,2028
2 -1,66000* ,23744 ,001 -2,4406 -,8794
*. The mean difference is significant at the .05 level.
54

Lampiran 5

TABEL PERHITUNGAN STATISTIK UJI DAYA PROTEKSI

Descriptives

dayaproteksi
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
1 3 11,2667 ,37072 ,21404 10,3457 12,1876 11,00 11,69
2 3 9,9433 ,07371 ,04256 9,7602 10,1264 9,86 10,00
3 3 8,2833 ,33292 ,19221 7,4563 9,1103 8,00 8,65
Total 9 9,8311 1,31883 ,43961 8,8174 10,8449 8,00 11,69

Test of Homogeneity of Variances

dayaproteksi
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
3,321 2 6 ,107

ANOVA

dayaproteksi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13,407 2 6,704 79,269 ,000
Within Groups ,507 6 ,085
Total 13,914 8

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: dayaproteksi


Bonferroni

Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) formula (J) formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1 2 1,32333* ,23744 ,004 ,5428 2,1039
3 2,98333* ,23744 ,000 2,2028 3,7639
2 1 -1,32333* ,23744 ,004 -2,1039 -,5428
3 1,66000* ,23744 ,001 ,8794 2,4406
3 1 -2,98333* ,23744 ,000 -3,7639 -2,2028
2 -1,66000* ,23744 ,001 -2,4406 -,8794
*. The mean difference is significant at the .05 level.
55

Lampiran 6

a. Persiapan Bahan

Menyiapkan minyak ikan dan bahan lainnya

Skema 1.1 Persiapan Bahan

b. Pembuatan Salep Minyak Ikan

1. Salep dengan dasar salep hidrokarbon

Menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan

Memasukkan vaselin putih dan cera flava dalam cawan uap kemudian

dilebur diatas waterbath

Memasukkan hasil leburan dalam mortir, aduk sampai merata kemudian

didinginkan sebentar

Memasukkan minyak ikan, aduk kembali sampai homogen. Memasukkan

dalam wadah yang sesuai

Skema 1.2 Pembuatan Salep Dasar Hidrokarbon


56

2. Salep dengan dasar salep serap

Menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan

Memasukkan lanolin dan cera flava dalam cawan uap kemudian dilebur

diatas waterbath

Memasukkan hasil leburan ke dalam mortir aduk sampai merata kemudian


dinginkan sebentar

Memasukkan minyak ikan, aduk kembali sampai homogen

Memasukan dalam wadah yang sesuai

Skema 1.3 Pembuatan salep dengan dasar salep serap

3. Pembuatan Salep dengan kombinasi basis hidrokarbon dan basis serap

Menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan

Memasukkan vaselin album, lanolin, dan cera flava dalam cawan uap
kemudian dilebur diatas waterbath

Memasukkan hasil leburan dalam mortir, aduk sampai merata


57

Memasukkan minyak ikan, aduk sampai homogen

Memasukan dalam wadah yang sesuai

Skema 1.4 Pembuatan salep dengan kombinasi dasar salep hidrokarbon dan serap

c. Uji Daya Menyebar Salep

Menimbang 0,5 gram tiap salep

Meletakkan ditengah kaca arloji

Menimbang dahulu kaca satunya, letakkan kaca tersebut di atas massa salep
biarkan selama 1 menit

Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar

Menambahkan beban 50 gram di atas kaca bulat, biarkan selama 1 menit


58

Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar


Setelah itu ganti dengan beban 100 gram di atas kaca bulat, biarkan selama
1 menit

Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar

Melakukan uji untuk formula salep lain, dengan mengulangi beberapa


kali percobaan

Skema 1.5 Uji Daya Menyebar Salep


59

d. Uji Daya Melekat Salep

Meletakkan salep secukupnya di atas alas persegi panjang

Meletakkan alas persegi panjang yang lain di atas salep tersebut

Memasang alas persegi panjang pada alat uji

Menekan dengan beban 500 gram selama 5 menit

Melepaskan beban seberat 500 gram

Mencatat waktunya hingga kedua alas persegi panjang tersebut terlepas

Skema 1.6 Uji Daya Melakat Salep


60

e. Uji Kemampuan Proteksi

Mengambil kertas saring dan potong 10 x 10 cm

Membasahi dengan larutan fenolftalein sebagai indikator, keringkan sebentar

Mengolesi kertas saring dengan salep yang akan dicoba

Mengambil kertas saring yang lain dengan memotong 2,5 x 2,5 cm

Membasahi dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, kemudian

keringkan

Menempelkan kertas tersebut di atas kertas sebelumnya

Meneteskan dengan larutan KOH 0,1dikertas saring 2,5 x 2,5 cm

Mengamati apakah ada noda berwarna merah atau kemerahan pada kertas

tersebut, waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 menit dan 5 menit


61

Jika tidak terdapat berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan

larutan KOH

Melakukan uji untuk formula salep yang lain, dengan mengulangi beberapa

kali percobaan

Skema 1.7 Uji Kemampuan Daya Proteksi

f. Uji Pengukuran pH

Menyiapkan kertas pH yang sudah terpotong kecil-kecil

Menempelkan pada tiap-tiap formula salep

Mengukur berapa masing-masing pH formula, dengan cara membandingkan

perubahan warna pada kertas pH

Mencatat berapa pH masing-masing formula salep

Skema 1.8 Uji Pengukuran pH


62

Lampiran 7

FOTO-FOTO HASIL PRAKTIKUM KTI

Gambar 7.1. Gambar Minyak Ikan


63

Gambar 7.2. Gambar Persiapan Bahan

Gambar 7.3. Gambar Proses Pelelehan


64

Gambar 7.4. Gambar Proses Pembuatan Salep


65

Gambar 7.5. Gambar Salep Minyak Ikan


66

Gambar 7.6. Gambar Hasil Uji pH

Gambar 7.7. Gambar Hasil Uji Homogenitas


67

Formula I ( 50 gram ) Formula I ( 100 gram )

Formula II ( 50 gram ) Formula II ( 100 gram )

Formula III ( 50 gram ) Formula III ( 100 gram )

Gambar 7.8. Gambar Hasil Uji Daya Sebar Salep


68

Gambar 7.9. Gambar Hasil Uji Daya Lekat


69

Gambar 7.10. Gambar Hasil Uji Proteksi

Gambar 7.11. Gambar Hasil Uji Identifikasi Asam Lemak


70
71

CURICULUM VITAE

Nama : FERLA IMELGI SEPHTIANI


TTL : Tegal, 22 Februari 1992
Email : aclassharber@yahoo.com
Alamat :Jl.Kepodang No.21 Randugunting Tegal
Hp : 085642888501
Pendidikan
SD : SD Negeri Kejambon 5
SMP : SMP Negeri 1 Tegal
SMA : SMA Negeri 2 Tegal
D III : DIII Farmasi PoliTeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI :Pengaruh Penggunaan Basis Hidrokarbon, Basis Serap
Dan Kombinasi Basis Salep Minyak Ikan ( Oleum iecoris
unguentum)
Nama Orang Tua
Ayah : Sugito
Ibu : Sepholin Darsih
Pekerjaan
Ayah : Pegawai Swasta
Ibu : PNS
Alamat Orang Tua
Ayah : Jl.Kepodang No.21 Randugunting Tegal
Ibu : Jl.Kepodang No.21 Randugunting Tegal

Anda mungkin juga menyukai