Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PAI


Dosen Pengampu : Ahmad Muzakkil Anam, M. Pd. I.

Disusun Oleh :
1. Deny Laurent Silvia Ningrum (203111017)
2. Azzah Nur Aprilianti (203111021)
3. Alfian Ali Rifqi S. (203111024)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Strategi
Pembelajaran Discovery Learning” ini dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu
tugas yang wajib ditempuh untuk melengkapi salah satu materi dalam mata kuliah Strategi
Pembelajaran PAI. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu
tambahan bagi para pembaca tentang “Strategi Pembelajaran Discovery Learning”.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan mengenai penyusunan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I. selaku Dosen mata kuliah
Strategi Pembelajaran PAI dan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Terimakasih.
Surakarta, 15 Maret 2022

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Discovery Learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori kognitifdengan
mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkansiswa belajar
secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,sebagian
atau seluruhnya ditemukan sendiri.
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.Maka posisi discovery disini sangat penting dan harus
diperhatikan oleh guru dalam menjalankan pembelajarannya ke peserta didikuntuk
menjadikan suatu pembelajaran yang efektif. Melalui konsep belajar penemuan (discovery
learning) pada dasarnya menjelaskan mengenai proses pembentukan belajardengan jalan
menggali dan mencari sendiri pengetahuan, pemahaman, pengertian dan konsep-konsep
secara mandiri. Konsep belajar penemuan (discovery learning) pada penerapannya dapat
diterapkan pada pembelajaran.
Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan dari individu yang bersangkutan. Penggunaan metode
discovery learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented Merubah modus
Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru kemodus
Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi metode discovery learning?
2. Apa saja langkah-langkah metode discovery learning?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery learning?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi metode discovery learning.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah metode discovery learning.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery
learning.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian metode discovery learning

1. Pengertian
Metode secara harfiah berarti cara, sedangkan secara umum metode diartikan sebagai
cara melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-
konsep secara sistematis.Metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Discovery berasal
dari bahasa Inggris, bersifat kata kerja yang berarti penemuan. Strategi discovery learning
adalah pengetahuan baru yang diperoleh siswa dilakukan melalui aktivitas discovering atau
menemukan, dimana guru mengarahkan siswa sedemikian rupa sehingga siswa menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui mentalnya sendiri.Jadi siswa dituntut untuk aktif
dan menemukan teori ataupun materi sendiri sehingga siswa mampu menyimpulkannya.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme.model ini menekankan pentingnya pemahaman
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Wilcox dalam bukunya Hosnan, dalam
pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui
keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Discovery learning adalah metode pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk
melakukan observasi, eksperimen atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan
dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Dengan kata lain siswa sendiri yang diminta menemukan
suatu teori dengan pengalaman belajar yang telah dialami oleh siswa.Discovery learning
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk belajar mencari dan
menemukan sendiri. Dalam strategi pembelajaran ini penyajian bahan pelajaran oleh guru
tidak langsung dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri dengan mepergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Proses
pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan yang dapat
mendorong siswa untuk ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan
peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Pembelajaran discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila

4
individu terlibat, terutama dalampenggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip Dari paparan diatas jadi dapat disimpulkan metode discovery learning
adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan teorinya
sendiri dengan pengalaman belajar yang telah dialami oleh siswa sehingga siswa dapat
menyimpulkannya, metode ini juga mengajarkan siswa untuk belajar mandiri.
2. Konsep belajar
Dalam konsep belajar, strategi discovery learning merupakan pembentukan kategori-
kategori atau konsep-konsep yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi.
Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang tampak dalam discovery, bahwa
discovery adalah pembentukan kategori-kategori atau lebih sering disebut sistem-sistem
coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem coding dirumuskan demikian dalam arti
relasi-relasi (similaritas&difference) yang terjadi di antara objek-objek dan kejadian-
kejadian. Bruner menjelaskan dalam pembentukan konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif peserta didik.
Manipulasi bahan pelajaran memiliki tujuan untuk memfasilitasi kemampuan peserta didik
dalam berpikir sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner, perkembangan
kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara
lingkungan, yaitu enactive, iconic dan symbolic. Pada tahap enactive, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya dalam
memahami dunia sekitarnya, anak menggunakan pengetahuan motorik seperti melalui
gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya. Kemudian pada tahap iconic, seseorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal,
artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan
perbandingan. Dan pada tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau
gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan logika.
Yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning adalah hendaklah guru
memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historin dan ahli matematic. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

5
3. Ciri-ciri metode discovery learning
Dalam metode discovery learning yang digunakan guru mengandung tiga ciri utama
mengajar, yaitu:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan
menggeneralisasi pengetahuan
b. Berpusat pada siswa
c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu
sebagai berikut:
a. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar siswa
b. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
c. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil
d. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan
e. Menghargai peranan pengalaman kriitis dalam belajar.

4. Tujuan pembelajaran penemuan (discovery learning)


Pembelajaran penemuan memiliki sejumlah tujuan, Bell dalam bukunya Donni Juni
Priansa menyatakan beberapa tujuan diantaranya yaitu:
a. Partisipasi dan keaktifan Pembelajaran penemuan mendorong peserta didik untuk
berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
b. Penemuan situasi dan meramalkan melalui pembelajaran penemuan, peserta didik
belajar menemukan pola dalam situasi konkret ataupun abstrak, juga meramalkan
(extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c. Merumuskan strategi tanya jawab peserta didik akan belajar cara merumuskan strategi
tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Melatih kerjasama Pembelajaran penemuan membantu peserta didik untuk membentuk
kerjasama yang efektif, saling berbagi informasi, serta mendengar dan menggunakan
ide-ide orang lain.
e. Penemuan lebih bermakna Beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan,
konsep, dan prinsip yang dipelajari melalui pembelajaran penemuan menjadi lebih
bermakna.

6
f. Memudahkan transfer Keterampilan yang dipelajari dalam situasi pembelajaran
penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan
diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

5. Tipe-Tipe pembelajaran Discovery Learning


Trowbidge dan Bybee dalam bukunya Donni Juni Priansa membagi metode pembelajaran
penemuan menjadi dua tipe, yaitu penemuan terbimbing dan penemuan bebas. Selain
kedua tipe tersebut, beberapa pakar menambahkan tipe yang ketiga yaitu laboratory.
a. Penemuan bebas Pembelajaran penemuan bebas tepusat pada peserta didik dan tidak
terpusat pada guru. Peserta didik menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang
diinginkan, sedangkan guru hanya memberikan masalah dan situasi belajar kepada peserta
didik. Peserta didik mengkaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik
simpulan (generalisasi) dari apa yang peserta didik temukan. Kegiatan ini hampir tidak
mendapatkan bimbingan guru. Pada umumnya, penemuan bebas dilakukan pada kelas
yang pandai.
b. Penemuan terbimbing Pada penemuan terbimbing, guru mengarahkan dan membimbing
perserta didik berkenaan dengan materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog sehingga diharapkan peserta didik
dapat menyimpulkan sesuai dengan rancangan guru. Simpulan yang harus ditemukan oleh
peserta didik harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode
penemuan, peserta didik harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang
dipelajarinya.
c. penemuan laboratory
Penemuan laboratory adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media
konkret) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif,
merumuskan serta membuat simpulan. Penemuan laboratory dapat diberikan kepada
peserta didik secara individual atau kelompok. Penemuan laboratory dapat meningkatkan
keinginan belajar peserta didik karena belajar melalui tindakan sangat menyenangkan bagi
peserta didik yang masih berada pada usia senang bermain. Pada penelitian yang dilakukan
peneliti menggunakan tipe pembelajaran penemuan terbimbing, dimana dalam penemuan
terbimbing, guru menyediakan data, sedangkan peserta didik diberi pertanyaan atau
masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, membuat generalisasi atau simpulan,
dan solusi. Sehingga siswa dituntut untuk aktif dalamproses pembelajaran, guru dis ini
hanya sebagai pembimbing dan pemberi stimulus.

7
B. Langkah-langkah metode discovery learning
Adapun langkah-langkah penerapan Discovery Learning dalam proses pembelajaran di
dalam kelas adalah dengan melakukan beberapa tahapan berikut ini :
1) Stimulation (Stimulasi/Memberikan Rangsangan)
Adapun proses kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama ini adalah pendidik
memberikan rangsangan kepada peserta didik dimana nantinya peserta didik akan
melakukan tanya jawab terhadap topik yang di sampaikan kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi. Ini semua dimaksudkan supaya peserta didik memiliki
keinginan sendiri untuk melakukan penyelidikan sendiri. Pada tahapan proses ini guru juga
dapat melakukan kegiatan tanya jawab ataupun juga bisa menganjurkan siswa membaca
buku untuk memperdalam pemahaman awal mereka dalam memecahkan permasalahan,
disamping juga dapat melakukan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah melakukan tahapan awal (stimulasi) langkah selanjutnya adalah pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan identifikasi terhadap
permasalahan yang disajikan sebanyak mungkin, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan salah satu solusi pemecahan masalah yang dianggap sangat relevan untuk
digunakan dalam proses penyelesaian masalah tersebut. Adapun salah satu jenis
penyelesaian masalah yang dipilih tersebut digolongkan kedalam kategori hipotesis
(pemecahan masalah sementara atas permasalahan yang disajikan). Penyelesaian masalah
yang telah dipilih tersebut harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yakni berupa
pernyataan yang berbentuk jawaban sementara dari pertanyaan masalah yang diajukan.
3) Pengumpulan Data (Pengumpulan Data)
Ketika proses eksplorasi berlangsung, pendidik juga memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk melakukan proses mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan, ini dimaksudkan untuk memerikan kesempatan kepada siswa dalam membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang telah di tentukan tersebut. Tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan
oleh peserta didik.
4) Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahapan ini, semua informasi yang telah didapatkan peserta didik baik informasi dari
hasil bacaan, melakukan wawancara, melakukan observasi, dan lain sebagainya, lalu
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan. Data processing disebut juga dengan

8
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai dasar untuk membuat konsep
generalisasi. Maka dari hasil generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan atau pemahaman baru tentang alternatif dari jawaban untuk penyelesaian
sebagai dasar pembuktian secara logis.
5) Verifikasi (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pengkajian ulang secara cermat sebagai dasar
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif. dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil dari
pengolahan dan tafsiran, peserta didik di arahkan untuk memeriksa kembali informasi
yang ada, baik pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu. apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6) Generalisasi (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah sebuah tahapan yang dilakukan oleh
peserta didik untuk menarik sebuah kesimpulan yang dijadikan sebagai prinsip umum dan
berlaku untuk semua masalah kejadian yang sama, dengan tetap memperhatikan hasil
verifikasi.
7) Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.
Jenis penilaian Model Pembelajaran Discovery Learning dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes. sedangkan penilaian dalam Discovery Learning ini
berupa mencakupi aspek domain kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta
didik. Adapun penggunaan penilaian aspek masing-masing seperti aspek kognitif, afektif
dan psikomotor disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing baik berupa test ataupun
non-test.

C. Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode discovery learning.

Model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berdeda
pula, kelebihan discovery learning yakni:
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
9
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya
dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang
baru.

Adapun kelemahan dari model discovery learning adalah sebagai berikut:

1. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar bagi siswa yang
mempunyai hambatan akademik akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir,
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau jika berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 1

1
Mely Mukaramah, Rika Kustina, dan Rismawati, MENGANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PELAJARAN BAHASA
INDONESIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2020, hlm. 4-5.
10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Discovery learning adalah metode pembelajaran yang cenderung meminta siswa


untuk melakukan observasi, eksperimen atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan
kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Dengan kata lain siswa sendiri yang diminta
menemukan suatu teori dengan pengalaman belajar yang telah dialami oleh siswa.Discovery
learning merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk belajar
mencari dan menemukan sendiri.

Dalam strategi pembelajaran ini penyajian bahan pelajaran oleh guru tidak langsung
dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri
dengan mepergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Proses pembelajaran
berlangsung dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan yang dapat mendorong siswa
untuk ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, dan peran guru lebih
banyak sebagai pembimbing dan fasilitator.

Yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning adalah hendaklah guru
memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historin dan ahli matematic. Melalui kegiatan tersebut peserta didik akan
menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ana, N. Y. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning
Dalam Peningkatan Hasil Belajaran Siswa Di Sekolah Dasar. Pedagogi:
Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2), 56.
https://doi.org/10.24036/fip.100.v18i2.318.000-000
Cintia, N. I., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa. Perspektif Ilmu Pendidikan,
32(1), 67–75. https://doi.org/10.21009/pip.321.8
FAJRI, Z. (2019). Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Sd. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni
PGSD) UNARS, 7(2), 1. https://doi.org/10.36841/pgsdunars.v7i2.478
Laia, B. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Peserta. Jurnal Profit, 6(1), 1–16.
Putri, I. S., Juliani, R., & Lestari, I. N. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Dan Aktivitas Siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika, 6(2), 94.
Ridwansyah. (2017). Jurnal Strategi. Strategi Pemasaran, 3(3), 16.
Sa’diyah, A., & Dwikurnaningsih, Y. (2019). Peningkatan Keterampilan
Berpikir Kritis Melalui Model Discovery Learning. Edukasi: Jurnal
Penelitian Dan Artikel Pendidikan, 11(1), 55–66.
https://doi.org/10.31603/edukasi.v11i1.2677
Tumurun, S. W., Gusrayani, D., & Jayadinata, A. K. (2016). Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 101–110.
Mely Mukaramah, Rika Kustina, dan Rismawati (2020), MENGANALISIS
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL DISCOVERY LEARNING
BERBASIS AUDIOVISUAL DALAM PELAJARAN BAHASA
INDONESIA, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, Volume 1, Nomor 1

12

Anda mungkin juga menyukai