NIM :17006
Cirebon, 2020
Pembimbing
NIM : 17006
Cirebon.
Cirebon, 2020
Mengetahui,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menimpahkan nikmat rahmat dan
karunianya kepada seluruh umat manusia di muka bumi. Atas izin dan kekuatan
Asuhan Keperawatan Pada An.A Usia Bayi (7 bulan 2 hari) Dengan Gangguan
Karya tulis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Selama proses penyusunan karya tulis ini, penulis tidak lepas dari bimbingan
dan petunjuk dari semua pihak. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis
Muhammadiyah Cirebon.
3. Ibu Erida, Ibu Nur Asrama, Ibu Endang, Mas Rudi, Ibu Sukur, Pak Bambang
dan Ibu Sofi yang telah mendengarkan segala keluh kesah, memberikan
Cirebon
5. Keluarga An.A yang sudah bekerja sama dalam dan membantu dalam
6. Untuk mamah, aa, dan mba tercinta serta keluarga besar yang selalu
Muhammadiyah Cirebon
7. Untuk teh Andini dan a’irvan terimakasih untuk arahan dan motivasi selama
Cirebon.
Cirebon
11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat bermanfaat, bagi
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pada waktu demam yang tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak:
seperti meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi
2015). Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan
Menurut WHO pada tahun 2005 terdapat 21,65 juta penderita kejang
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait
dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, yang
mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005 dalam Ervina Tri Untari,
2013). Menurut Hernal, 2010 (dalam Ervina Tri Untari, 2013), insiden terjadi
Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia angka
kejadian kejang demam, di India yaitu 5-10%, dan di Guam adalah 14%.
(Ervina, 2013)
Angka kejang demam di berbagai daerah di Indonesia seperti menurut
seperti di Rumah Sakit Putri Indah Jakarta menyebutkan kasus kejang demam
terjadi peningkatan angka kejang demam pada anak ±6 kali lipat pada
Januari-Juni 2014 dibandingkan dengan tahun 2008, total anak dengan kasus
kejang demam ada sebanyak 135 anak. Kejadian kejang demam di Indonesia
disebutkan terjadi pada 2-5% anak berumur 6-3 tahun dengan 30%
Muti’ah, 2016 pada tahun 2016 penderita kejang demam di rumah sakit
berjumlah 2.220 untuk berumur 0-1 tahun, sedangkan berjumlah 5.696 untuk
umur 1-4 tahun. Di Bandung didapatkan hasil data pada tahun 2010 dengan
kejang demam di Ruang Kemuning Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota
studi kasus yang bejudul Asuhan keperawatan Pada An.A Usia Bayi (7 bulan
Rumusan Masalah
Kejang Demam di Ruang Kemuning Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota
Cirebon?
1.1 Tujuan
Cirebon.
membahas tentang Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Bayi (7bulan 2hari)
Kejang Demam yang dilakukan dari tanggal 10 Juli 2019-11 Juli 2019.
demam yang terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
dan evaluasi keperawatan. Bab III Tinjauan kasus berisi asuhan keperawatan
seluruh kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah dan saran-saran dari penulis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
sebesar 20%. Pada anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari
Usia anak ketika kejang antara 6 sampai 4 tahun. Kejang yang berlangsung
hanya sedikit tidak lebih dari 15 menit. Kejang ini bersifat umum dan
frekuensi kejang tidak lebih dari 4 kali. Insiden kejang dimulai waktu 16
Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit. Kejang berulan lebih dari 4
komunikasi. Dia mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari
Sistem saraf adalah kumpulan dari miliaran sel khusus dan jaringan ikat
dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian sentral terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang dan disebut sistem saraf pusat (SSP). Dibagian
luar disebut sistem saraf tepi (perifer) SST. (Raimundus, 2016 : 56)
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medulla spinalis, yang
penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel
gila yang menunjang secara mekanik dan metabolik. (Evelyn, 2018 : 334)
a. Otak
Otak adalah organ yang sangat kompleks. Mengandung sekitar 100 miliar
neuron dan prosesus neuronal dan sinapsis tak terhitung jumlahnya. Otak
terdiri dari empat komponen utama: otak besar (serebrum), otak kecil
Sumsum tulang belakang sebagai pusat refleks dan jalur konduksi untuk
impuls saraf antara otak dan saraf spinal.Sumsum tulang belakang terbagi
menjadi dua daerah: substnasi ateri abu-abu yang terletak di tengah, yang
berisi badan sel saraf dan dendrit dan substansi putih, yang mengelilingi
sensorik yang datang tanduk lateral mengandung badan sel neuron motorik
Susunan Saraf Tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara sistem pusat dan tubuh. Sitem saraf
tepi tersusun dari semua saraf yang membawa dari dan ke sistem saraf
pusat.
a. Saraf Kranial
Ada dua belas pasang saraf kanial. Beberapa dari padanya adalah serabut
campuran, yaitu gabungan saraf motorik dan sensorik, sementara yang lain
mengunyah.
Saraf ini muncul dari nuklei yang berada di dasar ventrikel keempat.
Saraf ini terdiri atas serat saraf sensoris dan motorik, muncul dari
(tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk merakan dari
kelenjar lusah (patorid) dan serat saraf motor untuk mengontrol otot
sebagian organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga berisi
pembuangan lainnya.
dari serat saraf motor yang mengontrol dua otot leher yaitu traoeziuz
dan stercleidomastoid.
lidah.
b. Saraf Spinal
Ada 31 pasang saraf kranial berawal dari korda melaui radiks dorsal
dan meninggalkan melalui eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka
Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan diatanrata
darah, jantung, paru-paru dan usus. Karena sistem saraf otonom itu
sadar, kadang disebut juga susunan saraf tidak sadar. (Evelyn, 2017: 370)
a. Saraf Simpatis
sadar semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti lambung,
b. Saraf Parasimpatis
Saraf kranial otonom adalah saraf kranial ketiga, ketujuh, kesembilan dan
dari suatu populasi neuro yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu
fungsi normal otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa
atau elektrolit yang terganggu. Kejang itu sendiri juga dapat menjadi
2015 :164)
berulang.
energi yang didapat dari metabolisme, bahan baku untuk metabolisme otak
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantara fungsi
tersebut dapat disimpulkan, bahwa sumber energi pada otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikekelilingi
oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natarium
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion natrium rendah, sedangkan di
luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh
karena itu, kenaikan suhu tubuh pada anak dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
merangsang kenaikan suhu tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga
Kesadaran menurun
Menurut Erawati (2016 : 245) tanda dan gejala yang muncul pada
4%.
laki-laki.
d. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi
sebagainya.
itu, manifestasi klinis kejang demam yang saat ini digunakan adalah
meningkat.
yaitu:
2.2.6.2 Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakan atau
2.2.6.4 Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/ MRI tidak dianjurkan pada anak
mengobati penyebab.
2.1.7.1 Memberantas kejang secepat mungkin, pada saat Klien datang dalam
keadaan kejang lebih dari 30 menit makan diberikan obat diazepam secara
detik sampai 5 menit. Jika kejang tidak berhenti maka diberikan dengan
2013)
isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen.
2.1.7.3 Pengobatan rumat, pada saat kejang demam telah diobati kemudian
yaitu berkisar 45-60 menit sesudah disuntik. Oleh karena itu harus
biasanya disebabkan infeksi pernafasan bagian atas serta otitis media akut.
dan pada klien kejang demam baru datang untuk pertama kalinya
medis.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
2017)
b. Penatalaksanaan medis
1. Bila klien datang dalam keadan kejang, obat pilihan utama yaitu
dengan minimal dalam spuit 7,5 mg, diatas 20 Kg; 0,5/kg BB.
dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ
fungsi tubuh yang kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat
aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi ini yang paling
dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Perkembangan itu
aseksual anak terdapat 5 tahapan : tahap oral, tahap anal, tahap phalik,
Pada tahap oral usia 0-1 tahun, sumber utama bayi terjadi melalui
sangat penting untuk makan, dan kesenangan bayi berasal dari rangsangan
termasuk kedalam tahap oral karena didalam tahap ini berfokus pada
dan menghisap.
Pada tahap anal usia 1-3 tahun, Freud percaya bahwa fokus utama dari
libido adalah pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik
utama pada aha ini adalah pelatihan toilet. Mengembangkan kontrol ini
Pada tahap phallic usia 3-6 tahun, focus utama dari libido adalah alat
Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka
Namun, anak juga khawatir bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk
perasaan ini.
Periode laten usia 6-12 tahun adalah saat ekplorasi dimana energi seksual
tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan
Tahap genital usia lebih dari 12 tahun, pada tahap akhir perkembangan
lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan
Jika lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang
dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan
sosial dan merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, jarak serta suara.
Menurut Ball dan Bindler (2010) tujuan terapi bermain yaitu untuk
Bermain terapeutik pada bayi usia6-9 bulan untuk dapat melatih visual
dan berikan perintah sederhana. Mainan yang dianjurkan untuk bayi usia
6-12 bulan yaitu buku gambar yang menarik, balon, cangkir, sendok,
boneka bayi, mainan yang dapat di dorong atau ditarik. (Anisa dkk, 2017 :
59)
2.3 DDST
2.3.1 Pengertian
DDST (Denver Development Screening Test) adalah salah satu dari metode
diagnosa atau tes IQ, DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode screening yang baik. Test ini dikembangkan pada 6 bulan
dan cepat (15-20 menit), dapat di andalkan dan menunjukan validasi yang
baik. Menurut IDAI (2010) DDST II merupakan salah satu alat skrining
Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak dikanan garis umur,
2.3.3.2 Normal
Nilai seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) meakukan uji coba yang
2.3.1 Imunisasi
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada
antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Anisa dkk, 2017: 81)
Konsep dasar asuhan keperawatan pada kejang demam menurut Kyle (2015
: 545) yaitu :
2.5.1 Pengkajian
suhu tubuh hingga 39oC atau lebih. Dilihat periode pasca kejang singkat
sering kali terlihat yaitu anak akan terlihat mengantuk. Kaji tanda dan
Pengumpulan data yaitu teknik atau cara yang dapat digunakan untuk
asuhan keperawatan.
a. Identitas
1. Identitas Klien
Meliputi data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, usia,
1. Keluhan Utama
waktu berawal lama hal itu untuk menentukan waktu dan durasi.
a) Pre Natal
selama kehamilan.
b) Intra Natal
obatan.
c) Post Natal
telinga.
b) Pernah di rawat di RS
c) Penggunan obat
d) Alergi
diderita.
e) Kecelakaan
terjatuh.
pencapaikn anak serta hasil tes objektif yaitu dengan DDST II.
Meliputi keluarga inti ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, paman,
7. Riwayat Psikososial
a) Klien
8. Riwayat Spiritual
a. Kebutuhan nutrisi
kali, jenis makanan atau minuman, jumlah atau porsi makan ataupun
merasakan demam.
c. Kebersihan diri
kuku.
d. Eliminasi
Pada kasus kejang demam akan hilang kendali eleminasi, baik buang
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan Antopometri
kulit kepala dan rambut, lingkar kepala yang lebih kecil dari
anak dibawah 4 tahun atau pada anak yang sedang demam akut.
5. Mata
6. Hidung
7. Telinga
9. Leher
bentuk, massa area leher, nyeri tekan area leher, kesulitan atau
gangguan menelan.
10. Dada
11. Perut
abdomen.
12. Genetalia
13. Ekstermitas
a) Atas
b) Bawah
c) Kekuatan Otot
5 5
5 5
Keterangan:
0 : Lumpuh total
kontraksi otot.
14. Refleks
dingin.
dan pronasi.
g. Hasil laboratorium
kortikosteroid.
i. Rontgent
keperawatan.
tentang masalah atau status kesehatan klien, baik secara aktual maupun
umum) kejang.
kejang.
2.5.2.4 Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
suhu tubuh.
antara lain:
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36oC-37oC).
No Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital Suhu 38,9oC-40oC menunjukan adanya proses
terutama suhu terjadinya infeksi. Dengan cara memantau tanda-
tanda vital dan suhu akan mengetahui keadaan
umum klien.
2. Lakukan tindakan kompres Dapat membantu mengurangi demam
hangat pada lipatan paha dan
aksila
3. Anjurkan klien banyak minum Agar tidak terjadi dehidrasi yang berlebih serta
air putih untuk mengganti cairan akibat proses penguapan.
4. Kolaborasikan pemberian obat Digunakan untuk mengurangi demam denganaksi
antipiretik sentralnya pada hipotalamus.
Sumber : Kyle, 2015 : 536
umum) kejang
Kriteria hasil :
N Intervensi Rasional
o
1. Pastikan anak memiliki jalan napas yang Anak yang mengalami penurunan
paten dan oksigenasi yang adekuat tingkat kesadaran dapat tidak mampu
mengelola sekresi mereka dan berisiko
terhadap aspirasi dan ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
2. Lindungi anak dari menciderai diri sendiri Mampu membantu mempertahankan
ketika kejang atau ketika mengalami lingkungan tetap aman
perubahan tingkat kesadaran dengan
menyingkirkan benda-benda yang berserakan.
3. Saat terjadi kejang jangan memasukan spatel Mengakibatkan cidera pada anak dan
lidah atau memang restrain pada anak keluarga
4. Lakukan kewaspadaan kejang untuk semua Untuk membantu mencegah cidera
yang beresiko terhadap aktivitas kejang/ yang dapat terjadi akibat kejang akut.
Sumber : Kyle , 2015 :537
kejang demam
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
1. Beri penyuluhan singkat tentang penyakit Memberikan pengetahuan dasar dimana
keluarga atau klien dapat membuat pilihan.
2. Gambarkan tanda dan gejala penyakit Pengenalan dini dari perkembangan atau
kambuhnya infeksi penyakit dan
emngurangi resiko perkembangan ke arah
situasi yang membahayakan.
3. Jelaskan patofisiologi penyakit Pengetahuan lebih lanjut terhadap penyakit.
4. Sediakan media infomasi untuk Meningkatkan pemahaman dalam
menunjang pemahamam keluarga tentang penyembuhan penyakit.
penyakit.
Sumber : Kyle , 2015 :537
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien melonggarkan Proses infeksi akan terhalangi oleh pakaian
pakaian yang ketat
2. Berikan klien ekstra cairan (susu,air Suhu demam kebutuhan akan carian
putih) meningkat
3. Batasi aktivitas fisik klien selama Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
klien panas dan meningkatkan panas
4. Kolaborasi pemberian obat dengan Untuk mencegah terjadinya kejang
dokter
Sumber : Kyle , 2015 :542
suhu tubuh
Kriteria Hasil :
No Intervensi Rasional
1. Pantau status hidrasi (membrane mukosa Ketidakcukupan asupan dapat
lembap, turgor kulit elastis, haluaran urin mengakibatkan dehidrasi
adekuat)
2. Pantau tinggi badan dan berat badan Ketidakcukupan asupan mengakibatkan
gangguang pertumbuhan dan kenaikan
berat badan.
3. Saat terjadi kejang jangan memasukan Untuk membantu mengurangi muntah
spatel lidah atau memang restrain pada dan meningkatkan asupan.
anak
Sumber : Kyle , 2015 :539
sistem saraf
Kriteria hasil :
No Intervensi Rasional
1. Gunakan bermain terapeutik dan mainan Membantu memfasilitasi fungsi
perkembangan
2. Ciptakan lingkungan yang menstimulasi Untuk memaksimalkan potensi
perkembangan jika mungkin perkembangan dan pertumbuhan
4. Hargai pencapaian dan tekankan Membantu meningkatkan harga diri dan
kemampuan anak mendorong perasaan percaya diri dan
kompetensi.
Sumber : Kyle, 2015 : 538
komunikasi.
dengan yang ada pada Klien dengan kenyataan yang ada pada klien,
2.5.5.1 Evaluasi formatif yaitu evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai
2.5.5.2 Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dibuat sesuai dengan tujuan yang
dilaksanakan.
respon klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Identitas pasien
Nama : An.A
Agama : Islam
“An.A dibawa ke IGD Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon pada
tanggal 8 Juli 2019 pukul 04.00 WIB diantar oleh keluarganya dengan
keluhan kejang sebanyak 4 kali dengan durasi ±10 menit ketika malam hari
disertai panas sejak 3 hari yang lalu. Panas dirasakan diseluruh tubuh 39 oC
dan panas tinggi ketika malam hari dan menurun pada saat pagi hari.
Sebelum dibawa kerumah sakit An.A sempat dibawa ke klinik bidan daerah
setempat dan diberikan obat penurun panas, tetapi An.A masih mengalami
Pada saat pengkajian tanggal 10 Juli 2019, Ibu pasien mengatakan “Anak
saya masih panas tetapi mulai berangsur menurun, badan teraba hangat,
dibagian dahi tetapi anak saya sudah tidak mengalami kejang. Panas
dirasakan malam hari dan suhu akan turun setelah diberi obat penurun
panas”. (Ny.A). Hasil pemeriksaan TTV Nadi : 130x/menit, Suhu: 38,1 oC,
RR: 30x/menit.
tidak merokok ketika saya hamil maupun ketika saya tidak hamil”.
(Ny.A)
“Setelah saya melahirkan, saya dan dan anak saya dalam keadaan
sehat. Anak saya lahir dengan BB 3500 gram dan panjang badan 50 cm
APGAR skor 7, langsung menangis kuat saat lahir, warna kulit agak
c. Penggunaan Obat
mengkonsumsi obat penurun panas dari bidan jika anak saya sakit
panas”. (Ny.A)
d. Alergi
makanan”. (Ny.A)
e. Kecelakaan
(Ny.A)
“Anak saya sudah bisa telentang dan telungkup, sudah bisa duduk
tegak sebentar tetapi belum bisa duduk tanpa pegangan., sudah bisa
berat badan saat ini 7 kg, tinggi badan anak saya 67 cm, sudah
tumbuh gigi tengah atas. Anak saya belum bisa berjalan”. (Ny.A)
g. Riwayat Imunisasi
Tabel 3.3 Imunisasi
Waktu Pemberian
Jenis Yang
No Tempat
Imunisasi Memeriksa
I II III IV
1. BGC Saat lahir - - - Rumah sakit Bidan
2. DPT 2 bln 3bln 4bln - Poyandu Bidan
3. Polio 2 bln 3bln 4bln - Posyandu -
4. Hepatitis Saat lahir 2 bln 3bln 4bln Rumah sakit Bidan
5. Campak - - - - - -
Sumber : Ny.A
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
memiliki penyakit yang sama dengan yang pasien alami saat ini.
tidak terlalu ramai, jarak antara rumah saya dengan warga sekitar
cukup dekat”.
j. Riwayat Psikososial
1) Pasien
2) Keluarga
mengatakan:
“Saya cemas dan sedih karena ini adalah kali pertamanya anak
panas. Saya takut kejang akan muncul lagi saat suhu tubuhnya
3) Riwayat spiritual
saya sedikit rewel jika harus ditinggal. Saya selalu berdoa untuk
Nadi : 130x/menit
Suhu : 38,1oC
Pernafasan : 30x/menit
Tinggi Badan : 67 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Lingkar Dada : 37 cm
Lingkar Perut : 34 cm
Bentuk kepala bulat, ketika dipalpasi tidak ada nyeri pada bagian kepala,
3.1.4.5 Wajah
Bentuk oval, warna kulit kuning langsat, wajah sedikit memerah, tidak ada
3.1.4.6 Mata
pupil ishokor, pupil mengecil saat terkena cahaya, tidak ada nyeri tekan.
3.1.4.7 Hidung
Bentuk hidung kecil dan mancung, hidung bersih, tidak terpasang NGT,
3.1.4.8 Telinga
Bentuk telinga simetris, fungsi pendengaran baik, telinga bersih, tidak ada
nyeri tekan.
3.1.4.9 Mulut
Mulut tampak kotor, gigi sedikit kotor, mukosa bibir kering, tidak ada
nyeri tekan.
3.1.4.10 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pergerakan leher baik pasien bisa
menengok kanan dan kiri, tidak ada gangguan menelan, tidak ada nyeri
tekan.
3.1.4.10Dada
Pola nafas normal ,dada mengembang simetris, tidak ada retraksi dinding
3.1.4.11Perut
Tidak terdapat pembesaran pada bagian abdomen, tidak ada nyeri tekan
3.1.4.12Genetalia
Genetalia pasien bersih,anus tidak ada kelainan. Terdapat testis,tidak ada
lesi dan pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada
genetalia.
3.1.4.13Ekstermitas
a. Ekstermitas Atas
Ekstermitas atas kanan dan kiri simetris, tidak ada luka pada bagian
edema pada ekstermitas atas. Kuku pasien terlihat pendek dan bersih.
b. Ekstermitas Bawah
c. Kekuatan Otot
terpasang infus.
5555 5555
5555 5555
Keterangan:
a. : Lumpuh total
melawan pemeriksaan.
kekuatan berkurang
maksimal
Pada saat pengkajian An.A ibu pasien mengatakan badan pasien panas,
tetapi mulai berangsur menurun, badan teraba hanga, dibagian dahi tetapi
sudah tidak mengalami kejang. Panas dirasakan malam hari dan suhu
tubuh akan turun setelah diberi obat penurun panas. An.A mengalami
demam disertai kejang frekuensi 4 kali sebelum masuk rumah sakit. Wajah
An.A tampak merah, kulit teraba hangat, mukosa bibir kering, An.A
selama sakit belum dimandikan dan belum gosok gigi, keluarga tidak
30x/menit.
2019
Juli 2019
DO :
Merangsang hipotalamus
- Pasien tampak lemah
- Mukosa bibir kering
- Kulit teraba hangat
- Kulit tampak merah
- S: 38,1oC Proses demam
- N: 130x/menit
- RR: 30x/menit
Hipertermia
2. DS: Ibu pasien mengatakan Keadaan sakit Defisit perawatan diri
“ anak saya belum mandi selama
sakit karena badanya masih panas”
“belum sikat gigi karena
menangis” Tidak boleh mandi ketika
demam
DO:
- Badan teraba lengket
- Mulut dan gigi tampak
sedikit kotor
Kurangnya informasi
DO:
- Suhu 38,1oC
- N : 130x/menit Resiko kejang berulang
- RR: 30x/menit
- CRT >2detik
4. DS: Ibu pasien mengatakan Keadaan sakit Kurangnya
“saya dan keluarga tidak pengetahuan tentang
mengetahui apa yang harus kejang demam
dilakukan ketika kejang” Pertama kalinya
“sebelumnya belum pernah terjadi mengalami kejadian
ini pertama kalinya” penyakit
“saya tidak tahu penanganan
kejang pada anak”
DO : Kurangnya informasi
- Ibu pasien tampak sedikit
bingung ketika ditanya
tentang penyakit anaknya
- Ibu pasien tidak
menjawab ketika ditanya Kurangnya pengetahuan
mengenai penanganan tentang kejang demam
kejang demam di rumah.
5. DS: ibu pasien mengatakan Kejang Resiko cedera
“anak saya demam disertai kejang”
“ badanya masih panas”
“saya takut ketika suhu naik akan
terjadi kejang lagi” Peningkatan suhu tubuh
DO:
- Kulit pasien pasien
tampak merah
Resiko Cedera
- Badan teraba hangat
- Suhu 38,1oC
- Riwayat kesehatan :
kejang sebelum masuk
rumah sakit 4 kali
MASALAH
5.2 IMPLEMENTASI
07-2019
07-2019
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
demam selama 3 hari dari tangggal 10 juli sampai 12 juli 2019, penulis
Pada tahap pengkajian pada An.A usia bayi (7 bulan 2 hari) dengan
suhu tubuh pasien tetapi mulai berangsur menurun, badan teraba hangat,
dibagian dahi tetapi sudah tidak mengalami kejang. Panas dirasakan malam
hari dan suhu tubuh akan turun setelah diberi obat penurun panas. An.A
sakit. Wajah An.A tampak merah, kulit teraba hangat, mukosa bibir kering,
An.A selama sakit belum dimandikan dan belum gosok gigi, keluarga tidak
pada An.A usia bayi (7 bulan 2 hari) dengan Gangguan Rasa Nyaman :
Hipertermia akibat Kejang Demam terdapat lima diagnosa keperawatan yang
dilakukan pada An.A usia bayi (7 bulan 2 hari) dengan Gangguan Rasa
didampingi oleh ibu pasien dalam melakukan kompres hangat dan tindakan
keluarga pasien.
proses penyakit (infeksi). Tidak terjadi kejang berulang dan tidak ada cidera
trauma fisik yang terjadi pada anak. Selain itu, Dukungan perawatan diri :
telah dilakukan serta perkembangan serta respon pasien ditulis oleh perawat
4.2 Saran
penanganan dan pencegahan kejang demam anak kepada orang tua agar