Anda di halaman 1dari 43

HSC 2017 BLOK C.

5 WEEK 4

LECTURE 3  Gejala pada demensia :


dr. Carla R. Marchira, Sp.KJ  Ditandai oleh hilangnya memori kejadian yang
Pemateri : Rivo | Editor : Cynthia baru terjadi, seperti : barang yang hilang, tersesat
di suatu tempat, janji yang lupa
 Kehilangan kemampuan berpikiran abstrak,
MENTAL HEALTH PROBLEMS seperti merencanakan dan melakukan hal yang
kompleks. Contoh: bermasalah dalam memasak,
IN ELDERLY membayar bill, menyetir, tidak dapat menerti
Temen temen jadi ini lecture nya disuruh bikin tugas. Jadi buku, film, dan berita.
aku cuman bikin dari ppt aja ya...  Kesusahan menemukan yang tepat, seperti:
substituasi frase (terbalik – balik), salah
Kategori lanjut usia: mengindentifikasi orang, menggunakan frase
 Young old (65 – 74 tahun) : 18,4 juta kosong (tidak dimengerti orang lain)
 Middle old (75 – 84 tahun) : 12,4 juta  Kesulitan memberhentikan tingkah laku, seperti:
 Old old (85+) : 4,2 juta, pertumbuhannya semakin impulsive (melakukan tindakan tanpa memikirkan
cepat konsekuensinya), komen yang tidak dipikirkan
 Centenarians (100+) terlebih dahulu, tingkah laku yang tidak sesuai
Pada tahun 2030 populasi lanjut usia akan bertambah dengan normal sosial
menjadi 2 kali lipat atau bisa mencapai 70 juta.  Fakor resiko:
Untuk populasi 85+ (old old) akan bertambah 4,2 juta  Usia
ditahun 2020 menjadi 8,9 juta.  Penyakit vaskular
 Diabetes mellitus
Tantangan dalam assessment dan diagnosis lansia:  Perempuan
1. Presentasi klinis lansia dengan gangguan mental akan  Pendidikan rendah
berbeda dengan gangguan mental pada orang dewasa,  Orang dengan status HIV positif terutama dengan
sehingga dalam mendeteksi penyakit akan lebih sulit komorbid hepatitis C
2. Pada lansia banyak mengeluhkan depresi dan cemas,  Riwayat masalah kardiovaskuler, alcohol abuse,
namun tidak memenuhi kriteria untuk penyakit dan trauma kepala
depresi ataupun cemas  Pencegahan – tanpa obat:
3. Ada studi yang dilakukan di layanan kesehatan o Olahraga otak (TTS, membaca, dll)
primer, bahwa hanya 55% dari dokter yang percaya o Olahraga fisik
diri mendiagnosis depresi, 35% dari 55% yang percaya o Aktif bersosialisasi
diri meresepkan antidepresan o Berhenti merokok
4. Peneliti memperkirakan kebutuhan yang tidak o Makan makanan yang sehat
terpenuhi untuk pelayanan kesehatan mental pada  Treatment:
lansia >65 tahun, sekitar 63% Treatment non medis (tanpa obat)
 Gaya hidup yang sehat
Macam – macam gangguan kesehatan mental pada lansia:  Olahraga teratur dan tetap bersosialisasi
a. Dementia  Rutinitas regular yang terus terjaga
b. Delirium  Tidur yang cukup
c. Insomnia  Makan makanan yang sehat
d. Depresi  Mandi dan berpakaian
e. Suicide / bunuh diri  Toileting
 Menikmati hiduo
A. DEMENTIA  Pijat dan sering menghirup aroma terapi
 Definisi: istilah yang digunakan untuk 1000 lebih  Memelihara hewan peliharaan
penyakit yang mengarah pada gangguan koginitif.  Mendegarkan music
Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak  Membuat dan mengingat foto album dan
yang bersifat kronik progresif yang ditandai dengan kenangan
kemunduran fungsi kognitif multiple, termasuk daya Treatment medis (dengan obat)
ingat (memori), daya pikir, daya tangkap Tidak ada pemberian obat yang dapat
(komprehensi), kemampuan belajar, orientasi, menyembuhkan demensia. Pemberian obat bertujuan
kalkulasi, visuospasial, bahasa, dan daya nilai untuk memperlambat proses demensia. Pada
 Prevalensi: demensi memengaruhi antara 5% sampe beberapa orang pemberian obat tidak berguna,
7% pada orang dewasa di atas usia 65 tahun dan 40% beberapa orang juga tidak dapat menerima
pada rata rata 85 tahun. pemberian obat dikarenakan adanya efek samping
dari obat tersebut. Pemberian obat dilakukan saat
mulai terganggunya aktivitas sehari – hari. Pemberian

1
ELDERLY

obat ini membuat lebih terorganisir dan membantu  Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang
melakukan aktivitas sehari – hari. dalam mengobati delirium dapat diberikan per
 Cholinesterase inhibitors : sudah disetujui untuk oral, IM, atau IV
demensia Alzheimer, vaskuler, dan demensia  Dosis haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV
Parkinson. Contohnya seperti Donepzil (Aricept), dan dapat diulang setiap 30 menit (maksimal 20
Rivastigmine (Exelon), Galantimine. mg/hari)
Efek sampingnya yaitu, mual, diare, pusing, detak  Efek sampig parkinsonisme dan ataksia dapat
jantung melambat. terjadi
 Memantine (Ebixa) : digunakan untuk Alzheimer  Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya
yang lebih parah. Efek sampingnya pusing dan pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia
dapat memperburuk agresi dan kebingungan jantung
 Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan
B. DELIRIUM antipsikotika (misalnya pasien dengan Syndrome
 Definisi: kondisi kebingungan yang parah dan Neuroleptic Malignance) atau bila tidak
perubahan fungsi otak yang cepat. Perubahan ini berespons bisa ditambahkan benzodiazepine yang
biasanya disebabkan oleh penyakit fisik yang diobati tidak mempunyai metabolit aktif, misalnya
atau kesehatan mental lorazepam tablet 1-2 mg per oral. Kontraindikasi
 Prevalensi: 30% lansia yang sedang menjalani untuk pasien dengan gangguan pernafasan
perawatan di rumah sakit, 10 – 15% melakukan Non-farmakologik:
tindakan operasi di rumah sakit, dan 60% penghuni o Psikoterapi suportif yang memberikan perasaan
panti jompo mengidap delirium aman dapat membantu pasien menghadapi
 Gejala: frustasi dan kebingungan akan kehilangan fungsi
 Perubahan kesadaran, disorientasi, dan kesadaran memorinya
berkabut o Perlunya reorientasi lingkungan
 Gangguan perhatian, konsentrasi, dan memori o Memberikan edukasi kepada keluarga cara
 Ketidakmampuan memproses stimulus auditorik memberikan dukungan kepada pasien
dan visual (menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
 Meningkatnya aktivitas motorik (kegelisahan, Jiwa – MENKES 2015)
plucking, picking)
 Kecemasan, kecurigaan, agitasi (sindrom yang C. INSOMNIA
menggambarkan keadaan dimana terjadi aktivitas  Biasanya digunakan untuk: sulit untuk ter – tidur,
psikomotor yang tidak terorganisir dan tidak gangguan tidur, dan masalah tidur (Zorick, 2000)
bertujuan akibat adanya masalah fisik atau menta)  Prevalensi:
 Misinterpretasi, ilusi, delusi atau halusinasi  Sulit untuk ter-tidur (mulai tidur) = 18,1%
 Abnormalitas dalam berbicara  Sulit untuk tetap tertidur = 18,6%
 Penurunan kesadaran biasanya karena gangguan  Tidak merasa segar saat bangun tidur = 30,9%
tidur  Etiologi:
 Faktor risiko: Perubahan kognitif yang berhubungan
dengan delirium berasal dari perubahan metabolism
cerebral sekunder karena toxic, metabolic, traumatic,
vaskuler, neoplastic, dan proses degenerative
 Penatalaksanaan:
a. Mencari dan mengobati penyebab delirium
(diperlukan pemeriksaan fisik yang cermat dan
pemeriksaan penunjang yang adekuat.
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, analisis gas
darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal, serta EEG
atau pencitraan otak bila indikasi disfungsi otak).
b. Memastikan keamanan pasien
c. Mengobati gangguan perilaku terkait dengan
delirium, misalnya agitasi psikomotor
(menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Jiwa – MENKES 2015)  Sleep hygiene  Bertujuan untuk meningkatkan
 Terapi: kualitas dari tidur penderita
Farmakologi: a. Faktor kesehatan: asupan makanan, olahraga,
Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila ada tanda pengaruh obat, alcohol
dan gejala psikosis, misalnya halusinasi, waham atau b. Faktor lingkungan: pencahayaan, suara /
sangat agitatif (verbal atau fisik) sehingga berisiko keheningan, suhu ruangan, tempat tidur
terlukanya pasien atau orang lain
2
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
 Management:  Penatalaksanaan:
Non – medical:
 Kontrol stimulus: saat mengantuk segera tidur,
gunakan tempat hanya untuk tidur (jangan tidur
di kursi), menentukan jadwal tidur teratur,
menentukan jadwal bangun pagi teratur, dan
hindari tidur siang
 Terapi kognitif: hindari kepercayaan –
kepercayaan atau perilku yang mengganggu tidur.
Contohnya: takut ada setan. Membantu
meminimalisir kecemasan dan gairah antisipatif.
Contoh: takut ada setan  suruh berdoa
Medical:
 Benzodiazepine: meningkatkan GABA 
menghambat neurotransmitter di CNS  efek
mengantuk, sedasi, dan melemaskan otot
 Non – benzodiazepine

D. DEPRESI
 Definisi: penyakit psikiatri yang memiliki karakteristik
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, insomnia,
hilangnya nafsu makan, merasakan kesedihan yang
ekstrim, merasa bersalah, dan berpikiran untuk mati
 Prevalensi: 3,8% pada usia 55 tahun yang terkucilkan
dari komunitas dan menderita depresi mayor (menurut Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa –
 Gejala: MENKES 2015)
 Sulit untuk tidur
 Tidur berlebihan E. SUICIDE / BUNUH DIRI
 Merasa lelah setiap saat  Prevalensi: Angka bunuh diri di western lebih tinggi
 Merasa tidak berenergi daripada biasanya dibandingkan eastern dan Midwestern (CDC, 1997).
 Merasa gugup dan tidak bisa untuk tetap duduk Pada tahun 2002, sebanyak 132,353 individu di rawat
 Merasakan peningkatan atau penurunan nafsu di rumah sakit karena berusaha untuk bunuh diri,
makan atau berat badan sebanyak 116.639 ditangani di UGD dan dipulangkan
 Merasa sedih sepanjang hari (CDC, 2004). Pada tahun 2001, 55% kasus bunuh diri
 Kesulitan untuk memutuskan sesuaty dengan senjata api (Anderson and Smitm 2003)
 Memikirkan untuk bunuh diri  Kelompok yang berisiko bunuh diri:
 Kesulitan untuk berkonsentrasi  Usia lanjut : tingkat bunuh diri meningkat dengan
 Sensitif / mudah marah bertambahnya usia dan sangat tinggi di kalangan
 Kurangnya motivasi usia 65 tahun ke atas. Sebagian besar korban
 Lebih mudah untuk kehilangan kesabaran bunuh diri lansia dilihat oleh perawat nya
 Kehilangan ketertarikan terhadap sesuatu yang beberapa minggu setelah terdiagnosis episode
biasanya disukai pertama depresi ringan sampai moderate.
 Faktor risiko:  Orang dewasa tua yang bunuh diri juga lebih
 Riwayat pribadi : penyakit kronis, rasa sakit yang cenderung menderita karena penyakit fisik dan
kronis, hilangnya fungsi fisik, gangguan depresi bercerai atau janda (Carney et al. 1994; Dorpat et
sebelumnya, hilang sesuatu yang signifikan, al. 1968)
banyak stressor baru  Pada tahun 2001, sebanyak 5.393 orang Amerika
 Riwayat keluarga : depresi yang berulang, bipolar, di atas usia 65 tahun melakukan bunuh diri.
alcohol abuse Sebanyak 85% (n=4.589) adalah laki – laki dan
 Isolasi sosial 15% (n=804) adalah perempuan (CDC, 2004)
 Senjata api digunakan pada 73% kasus bunuh diri
yang dilakukan oleh orang dewasa di Jepang
pada usia 65 tahun pada tahun 2001 (CDC, 2004)
 Faktor risiko:
 Riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya
 Riwayat penyakit mental, depresi
 Riwayat menggunakan alcohol dan obat – obatan
 Riwayat keluarga ada yang bunuh diri
 Riwayat penganiayaan di keluarga
3
ELDERLY

 Merasa tidak mempunyai harapan


LECTURE 5
 Memiliki kecenderungan impulsif atau agresiif Dr. M. EkoPrayogo, SpM
 Ada hambatan untuk mengakses pelayanan Pemateri : Afi | Editor : Oriana
kesehatan mental
 Kehilangan relasi, sosial, kerja, atau finansial
 Penyakit fisik COMMON EYE DISORDER IN ELDERLY &
 Akses mudah untuk melakukan percobaan bunuh OPTHAMOLOGY COMPLICATION IN CHRONIC
diri
 Ketidakinginan mencari pertolongan karena
DISEASE
stigma terhadap gangguan kesehatan mental, Bisa cek gambar di ppt.
substance abuse disorder, ataupun suicidal
thoughts PENDAHULUAN
 Kepercayaan budaya dan agama - keyakinan Permasalahan kesehatan pada lansia dapat menyebabkan
bahwa bunuh diri adalah resolusi yang mulia dari locomotor disability (3%), hearing disability (1,5%), dan
permasalahan pribadi kebutaan (1,7% di rural area, 1% di urban area). Gangguan
 Di daerahnya memang sering terjadi kasus bunuh penglihatan pada lansia adalah masalah kesehatan yang
iri penting. Peningkatan patologi mata mengurangi ketajaman
 Terisolasi atau merasa dikucilkan dari pergaulan visual. Gangguan visual yang tidak diobati dapat
 Terapi: meningkatkan insiden jatuh, isolasi sosial, dan
Farmakoterapi ketergantungan. Skrining aktif untuk gangguan
Tidak ada perbedaan efikasi antara antidepresan penglihatan penting untuk dilakukan (1-2 tahun sekali).
atipikal dengan SSRI, antidepresan atipikal lebih
banyak angka withdrawalnya kaena efek samping. PERUBAHAN PADA MATA
Selalu ingat dengan prinsip mulai dari dosisi terendah. Sebelumnya diingat-ingat dulu anatomi mata
Efek samping: hipotensi postural, perdarahan gaster,
dan jatuh
Terapi pada kondisi tertentu
 Stroke : SSRI direkomendasikan sebagai
penanganan lini pertama
 Coronary Heart Disease (CHD) : SSRI dapat
menurunkan mortalitas. TCA (tricyclic
antidepressant) dapat menurunkan heart rate dan
meningkatkan mortalitas
 Diabetes : depresi pada diabetes biasanya diberi
SSRI
 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) :
Perubahan yang terjadi pada mata lansia merupakan
SSRI dapat diberikan pada depresi COPD.
perubahan bergantung usia (age-dependent changes).
Hindari Benzodiazepine  distress pernafasan
Gangguan visual terjadi pada 20-30% orang berusia lebih
Terapi psikologis
dari 75 tahun, kebanyakan memengaruhi penampilan
 Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
(appearance) tetapi jarang memengaruhi kinerja
 Interpersonal Therapy (IPT)
(performance).
 Problem Solving Treatment (PST)
Penyebab gangguan penglihatan pada lansia antara lain:
 Family Therapy
1. Hilangnya tranparansi dari media optic -> ulcer, scar,
opacity, dystrophy -> gambar bisa dilihat di ppt
2. Hilangnya struktur yang normal
 Retina: age-related macular degeneration
(ARMD), diabetic retinopathy
 Optic nerve: glaucoma
Nanti akan dibahas di bawah
3. Gangguan refraktif -> pathological myopia,
presbyopia

Gangguan ophtalmologis yang tidak menyebabkan


kebutaan pada lansia:
1. Kelopak mata: Blepharitis, entropion/ectropion,
eyelid neoplasia
2. Permukaan mata: Pterygium, dry eye, senile arc

4
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
Beberapa bagian mata perlu monitoring seiring  Silau meningkat karena perubahan pada lensa dan
bertambahnya usia, seperti lensa, aqueous humor, retina, vitreous humor
dan macula. Perubahan pada mata lansia meliputi:  Gelap: akibat perubahan pupil dan lensa
 Sklera: menipis, perubahan pigmen  Vitreous humor: pandangan kabur, flashing lights,
 Aqueous humor (di anterior lensa): tekanan moving spot
intraocular meningkat  Warna: diskriminasi (kemampuan membedakan
 Vitreous humor (di posterior lensa): menipis, opasitas warna) menurun karena sel konus menurun
meningkat  Lapang pandang: berkurang 1 sampai 3 derajat setiap
 Kornea: arcus senilis/senile arc (sindrom usia tua decade
dimana ada cincin buram berwarna putih, abu-abu
atau biru di margin kornea yang merupakan deposit
kalsium, kolesterol, LDL), sensitivitas menurun
 Konjugtiva: mata kering meningkat
 Retina: kusam, perubahan vasa darah
 Nervus optikus: batasannya menjadi kurang jelas,
kapiler lebih sedikit
 Macula: reflex foveal sedikit atau tidak ada, deposit
drusen dan lipofuscin, pigmentasi meningkat.
Fyi, drusen adalah bintik kuning atau putih yang
sangat kecil, muncul di membrane Bruch (salah satu
lapisan retina pada mata). Kemungkinan penyebab
drusen adalah mata tidak mampu menghilangkan
beberapa produk sisa dari sel-sel batang/rod (untuk
kondisi cahaya redup) dan sel-sel kerucut/konus
(untuk penglihatan warna pada kondisi cahaya yang
cukup terang).
Sel-sel pada lapisan epitel pigmen retina terus
mengakumulasi sel-sel debris sejak lahir dan berlanjut
PENYAKIT DAN SINDROMA MATA
sepanjang hidup. Sel-sel rusak yang tersisa (disebut
Beberapa penyakit dan sindroma yang sering menimpa
lipofuscin) dari stress oksidatif terakumulasi pada
lansia dan merupakan age related changes, antara lain
membrane Bruch dan menciptakan drusen, yang
ARMD, katarak, glaucoma, diabetic retinopathy, dry eye,
merupakan tanda awal dari degenerasi macula kering
dan low vision.
(dry ARMD)
1. Age-Related Macular Degeneration (ARMD/AMD)
 Palpebra: musculus orbicularis oculi melemah
a. Definisi
Entropion senilis/invusional: margo palpebral inversi
ARMD atau AMD merupakan penurunan atau
pada usia lanjut. Gejalanya berupa mata merah,
degenerasi fungsi macula yang merupakan
berair, rasa gatal. Hal ini disebabkan karena iritasi
daerah sentral kecil pada retina mata yang
dan abrasi kornea. Bisa berlanjut menyebabkan ulkus
mengontrol ketajaman visual dan detail
kornea. Penanganannya meliputi jahitan eversi,
penglihatan. Kesehatan macula menentukan
prosedur Weis, aplikasi retractor palpebra inferior.
kemampuan kita untuk membaca, mengenali
Ektropion senilis/invusional: margo palpebral
wajah, mengemudi, menonton televisi,
mengalami eversi yang terjadi pada usia lanjut.
menggunakan computer, dan melakukan tugas
Gejalanya berupa epifora, konjungtiva palpebral
visual lainnya yang mengharuskan kita untuk
hiperemi dan hipertrofi, konjungtiva bulbi hiperemi.
melihat detail halus. ARMD ini umumnya terjadi
Penanganannya bisa dengan Lazy-T, eksisi diamond
pada orang berusia ≥60 tahun dan merupakan
tarsokonjungtiva, pemendekan palpebral horizontal.
penyebab kebutaan nomor 1, diikuti oleh
 Glandula lakrimalis: produksi meningkat/nrocos
glaucoma dan diabetic retinopathy. Ketiga
(karena gelalan fungsi pompa pada system kanalis)
masalah penglihatan tersebut bersifat irreversible.
atau juga bisa menurun
Ketiga masalah penglihatan tersebut bersifat
 Cavitas orbitalis: lemak berkurang -> enophtalmos
irreversible. ARMD selalu terjadi bilateral tetapi
tipenya bisa berbeda (bisa dry atau wet AMD).
Perubahan kinerja/performance yang mungkin terjadi,
antara lain:
b. Faktor Risiko
 Refraksi: perubahan pada lensa dan musculus ciliaris,
Faktor risiko yang paling besar adalah usia,
menyebabkan presbiopi yang sering muncul di usia
40 tahun ke atas terlebih jika sudah berusia ≥60 tahun. Factor
 Ketajaman mata dan kontras: berkurang setelah usia risiko lain seperti merokok, adanya refraksi
50 tahun karena perubahan pada otak anomaly hypermetrope, riwayat keluarga,
atherosclerosis, diet lipid tinggi, kadar kolesterol

5
ELDERLY

tinggi, obesitas, ras (ras kaukasia lebih berisiko mengeluarkan cairan sehingga merusak
kehilangan penglihatannya karena ARMD), serta macula dan menyebabkan macula
berhubungan dengan genetic seseorang (tidak terangkat dan menjauh dari dasarnya. Nah,
semua orang bisa kena ARMD). hal ini bisa menyebabkan hilangnya
penglihatan sentral yang cepat dan parah.
c. Tanda dan Gejala
 Tidak ada nyeri
 Tidak ada keluhan mata merah
 Penglihatan kabur
 Drusen (hanya dapat dilihat oleh eye care
professional)

e. Terapi
Karena ARMD bersifat irreversible, maka
pengobatannya hanya bertujuan untuk mencegah
progresi penyakit. Pilihan terapi yang mungkin
adalah:
d. Pemeriksaan mata
 Age-Related Eye Disease Study (AREDS)
Untuk pemeriksaan mata, perlu diberikan tetes
special vitamins/minerals supplement
mata terlebih dahulu untuk mendilatasi pupil
formulation: vitamin dan suplemen
sehingga bagian retina yang dapat diamati lebih
membantu meningkatkan fungsi normal
luas. Biasanya pasien memeriksakan ke dokter
tubuh, meski tidak signifikan tetapi
karena adanya gangguan penglihatan yang
diperkirakan dapat memperlambat
bersifat sentral dan sangat mengganggu.
munculnya ARMD.
Pemeriksaan optalmoskop dapat memberikan
 Laser surgery: pembedahan menggunakan
gambaran dry AMD atau wet AMD.
laser untuk mengangkat jaringan dan
 Dry AMD / Atrophic AMD (80-90%):
mengendalikan perdarahan.
lapisan pada macula mengalami atrofi dan
 Eye (intravitreal) injections: injeksi anti-
muncul drusen pada retina yang
VEGF sehingga mencegah pertumbuhan
menyebabkan deteriorasi dan degenerasi
abnormal vasa darah.
pada retina. Yang tadi sudah sempat
 Photodynamic therapy: menyebabkan
disungging
penggumpalan darah pada vasa darah
Berawal dari peningkatan resistensi sirkulasi
abnormal sehingga menutup vasa darah
choroid (tekanan Chorio-Capilar),
yang mengalami kebocoran.
menyebabkan gangguan perfusi dan terjadi
Saat masih muda, beberapa yang dapat dilakukan
gangguan metabolism dalam Retinal
untuk mencegah ARMD di hari tua:
Pigment Epithelium (RPE), lalu terjadi
 Konsumsi menu sehat
degenerasi dan atropi pada RPE.
 Tidak merokok atau berhenti merokok
 Menjaga tekanan darah normal
 Menjaga berat badan ideal
 Olahraga
 Skrining genektik untuk keluarga pasien ARMD

2. Katarak
a. Definisi
Katarak merupakan kondisi keruhnya lensa mata
yang menyebabkan hilangnya penglihatan. Jika lensa
menjadi keruh, cahaya tidak dapat melewatinya, dan
menyebakna orang tidak dapat melihat dengan baik.
Katarak pada beberapa kondisi bersifat reversible,
sehingga jika ditangani dengan baik, visusnya akan
membaik. Katarak biasanya terjadi bilateral, tetapi
 Wet AMD / Neovascular AMD / Exudative kecepatan progresinya bisa berbeda. Kasus katarak
AMD (10-15%): umumnya berkembang ini banyak terjadi di Indonesia.
dari dry AMD -> terjadi pertumbuhan Kausa dari katarak belum jelas. Penyakit DM dapat
pembuluh darah abnormal yang mudah mempercepat terjadinya katarak. Perubahan
pecah, mengeluarkan darah, dan biokimia yang dapat ditemukan adalah
6
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
meningkatnya jumlah protein insoluble dan ion insulin, yang dapat menyebabkan diabetes tipe
Calcium dalam lensa serta berkurangnya Glutathion 2
dan vitamin C.  Diabetes
Berdasarkan perjalanan progresnya, katarak  Merokok
memiliki berbagai jenis: c. Tanda dan Gejala
1. Stadium Insipiens: belum ada keluhan  Keluhan awal biasanya penglihatan berkabut
penurunan visus, kekeruhannya pada korteks atau kabur karena peningkatan
daerah equator, dan dapat ditegakkan opasitas/kekeruhan lensa. Pola kekeruhan ini
diagnosis apabila pupil dilebarkan. bisa dimulai dan terjadi di mana saja pada
2. Katarak imatur: hanya sebagian lensa yang lensa
mengalami opasitas, kekeruhan lensa lebih  Warna-warna terlihat tidak secerah biasanya
merata dibanding insipiens. Sudah  Silau
menimbulkan keluhan penurunan visus. Saat  Penglihatan malam memburuk
ini terjadi inhibisi cairan ke dalam lensa,
sehingga bentuk lensa menjadi cembung dan
menyebabkan myiopi. Sudah bisa dapat terjadi
glaucoma akut sekunder karena katarak.
3. Katarak matur: seluruh lensa opaque.
Kekeruhan lebih padat dan rata. Pemeriksaan
reflex fundus tidak tampak. Pada stadium ini
merupakan indikasi paling baik untuk d. Pemeriksaan Mata
melakukan operasi ekstraksi katarak. Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan
4. Katarak hipermatur: kapsula anterior seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tenggelam dan menggulung karena kebocoran tak akan tampak dengan oftalmoskop. Pemeriksaan
air ke luar lensa. dengan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
5. Katarak morgagni: seperti katarak hipermatur katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas
namun di sini korteks lensa mencair, sehingga dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak
nucleus tidak lagi pada posisi sentral (jadi lebih di daerah nukleus, korteks, atau subkapsular.
ke bawah dan bisa gerak-gerak). Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di
Berdasarkan komponen yang terlibat, katarak subkapsular posterior. Untuk melihat katarak itu
dibedakan menjadi 3, yaitu: matur atau immature dapat digunakan Shadow test
1. Katarak subcapsular: dibagi menjadi anterior (pakai penlight).
dan posterior. Subcapsular posterior (biasanya Nanti kalau kataraknya matur -> lensa lebih
karena induksi steroid) punya dampak yang cembung karena menyerap cairan lebih banyak,
besar pada visus, pasien juga akan kesulitan bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya
untuk mempertahankan pandangan pada dekat terhadap pupil, shadow test (-).
lampu dengan sinar terang. Kalau katarak imatur -> lensa masih kecil, terdapat
2. Katarak nuclear: dihubungkan dengan myopia bayangan iris pada lensa yang terlihat besar dan
karena meningkatnya indeks refraktif nucleus, letaknya jauh terhadap pupil, shadow test (+).
yang membuat orang tua tidak perlu bantuan
kacamata lagi (mild hypermetropic shift)
3. Katarak kortikal: katarak tipe ini yang
utamanya disebabkan adanya gangguan hidrasi
pada lensa

b. Faktor Risiko
 Usia (kebanyakan katarak berhubungan
dengan penuaan) e. Terapi
 Paparan sinar UV atau radikal bebas: orang-  Menggunakan kacamata: jika kekeruhannya
orang yang tinggal di daerah pantai lebih tinggi masih tipis, atau ada kontraindikasi operasi -
insidensinya Pencahayaan yang lebih baik karena kontras
 Glycation/non-enzymatic glycosylation: ikatan pasien akan turun - Katarak sebagian besar
molekul gula dengan molekul protein ataupun bersifat reversible, sehingga pengobatannya
lipid tanpa adanya pengaturan enzimatik. dapat mengembalikan fungsi mata, seperti
Peningkatan glycation dikaitkan dengan dengan surgery berupa: Cataract extraction +
penuaan dan komplikasi diabetes intraocular lens (IOL) implantation ->
 Kortikosteroid : salah satu efek samping dari dilakukan ektraksi (removal) pada lensa yang
kortikosteroid adalah meningkatkan kadar rusak kemudian dipasang lensa
glukosa darah dan meningkatkan resistensi implan/intraocular lens implantation, meskipun

7
ELDERLY

kemampuan akomodasinya masih belum Bentuk yang paling umum terjadi pada lansia adalah
sempurna. Tipenya ada 3, yaitu: glaukoma primer sudut terbuka yang progresinya
o Phaco: memungkinkan pengambilan lensa lambat atau berjalan perlahan.
melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrasound frekuensi b. Faktor Risiko
tinggi untuk memecah lensa katarak  Setiap orang yang berusia ≥60 tahun,
menjadi partikel kecil yang kemudian terutama ras Mexican American
diaspirasi melalui alat yang sama,  Ras African American berusia ≥40 tahun
kemudian dipasang lensa implan. Dengan  Orang dengan riwayat keluarga glaukoma
teknik ini waktu penyembuhan menjadi c. Tanda dan Gejala
lebih pendek dan penurunan insiden  Tidak ada tanda dan gejala awal
astigmatisme pasca operasi  Tidak ada nyeri -> untuk tipe glaucoma sudut
o SICS (Small Incision Cataract Sustruction): terbuka
tindakan operasi katarak ini memerlukan  Hilangnya penglihatan perifer -> gangguan
2 sayatan kecil di sisi bola mata, lapang pandang merupakan keluhan yang
kemudian melepas lensa mata yang keruh paling utama, misalnya tidak bisa melihat
dan memasangkan lensa intraokular orang yang berpapasan dengannya. Orang-
buatan. Hasil dari operasi katarak ini orang yang lapang pandangnya berkurang
sama dengan hasil operasi akan mengalami kesulitan saat berkendara.
phacoemulsification. Selain itu, waktu dari
operasi ini juga relatif singkat dan pasien
langsung bisa melihat kembali
o ECCE (Ekstra Capsular Cataract
Extraction): tindakan operasi mata di
mana lensa mata dihapus hingga hanya
meninggalkan kapsul elastis sehingga
memungkinkan implantasi lensa d. Pemeriksaan Mata
intraokular (IOL).  Pemeriksaan tekanan bola mata dengan
Pencegahan katarak: tonometry
 Konsumsi menu sehat (makan Buah dan sayur)  Evaluasi struktur saraf mata, salah satunya
 Menggunakan kacamata hitam atau topi di dengan oftalmoskop -> untuk memeriksa papil.
tempat yang terpapar sinar matahari (sinar UV) Sebelumnya digunakan obat tetes midriasil
 Cahaya yang cukup dulu untuk melebarkan pupil sehingga daerah
 Istirahatkan mata teramati dapat lebih luas dan jelas. Yang
 No smoking no alkohol diamati saat menggunakan oftalmoskop adalah
cup-to disk ratio (CDR). Kalau rasio CDR>0,3,
3. Glaukoma maka didiagnosis sebagai mata yang terkena
a. Definisi glaucoma
Glaukoma merupakan kelompok penyakit mata
yang dapat merusak nervus optikus. Biasanya terjadi
ketika cairan menumpuk di bagian depan mata.
Cairan ekstra itu meningkatkan tekanan di mata
(meningkatkan TIO) sehingga merusak saraf optik.
Glaukoma bersifat irreversible dan dapat terjadi
unilateral maupun bilateral. Terdapat dua macam
glaucoma yaitu glaucoma primer dan glaucoma
 Pemeriksaan luas lapang pandang dengan
sekunder (akibat dari penyakit mata yang lain). Dua
perimetri
jenis glaucoma primer yang paling umum adalah:
 Pemeriksaan sudut bilik mata depan dengan
1. Glaukoma sudut tertutup: peningkatan tekanan
gonioskopi
di dalam mata disebabkan oleh drainase yang
 Pemeriksaan ketebalan kornea mata dengan
buruk akibat kanal pembuangan terblokir oleh
pakimetri
sempitnya sudut antara kornea dan iris.
e. Terapi
2. Glaukoma sudut terbuka: struktur mata tampak
Terapi yang dapat diberikan antara lain:
normal namun ada masalah di dalam saluran
(berturut-turut, jika yang pertama gagal baru
mata yang disebut trabecular meshwork yang
lanjut ke terapi berikutnya)
berperan menyerap aqueous humor. Masalah
1. Medikasi topical, berupa tetes mata (dengan
ini menyebabkan cairan mata tidak bisa
1 atau 2 jenis tetes mata)
mengalir dengan baik.
2. Medikasi oral

8
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
3. Laser atau conventional surgery Atau vasa darahnya bisa menutup, menghentikan
 Argon laser trabeculoplasty: digunakan darah agar tidak lewat. Kadang-kadang pembuluh
untuk glaucoma sudut terbuka, darah baru yang abnormal tumbuh di retina. Semua
meggunakan laser untuk memperbaiki perubahan ini dapat menghilangkan penglihatan
sudut drainase mata. Pembedahan ini seseorang. Diabetic retinopathy bersifat irreversible
mempermudah cairan mengalir keluar dan merupakan penyebab utama kebutaan pada
dari bagian depan mata sehingga orang dengan diabetes.
menurunkan tekanan pada mata Secara umum, retinopati diabetic dibagi menjadi
(menurunkan TIO) dua jenis
1. Retinopati diabetic non proliferative: stadium
awal dari retinopati diabetik. Dikatakan
nonproliferatif karena tidak terjadi
pertumbuhan (proliferasi) pembuluh darah
yang baru. Retinopati diabetik non-proliferatif
ditandai dengan adanya tonjolan kecil
(mikroaneurisma) yang muncul dari vasa darah
dan akhirnya akan menyumbat vasa darah,
sehingga menggembung dan tidak rata. Hal ini
dapat meluas sampai sistem persarafan dan
bagian inti retina (makula) → makula edema
→ butuh penanganan segera.
2. Retinopati diabetic proliferative: merupakan
kondisi parah yang membutuhkan penanganan
 Filtration procedures / Trabeculectomy : segera, banyak vasa darah di retina yang rusak,
dilakukan ketika perawatan dengan terbentuklah vasa-vasa darah baru yang tidak
obat tetes mata, pil, atau laser tidak normal dan mudah pecah sehingga darah akan
mampu menurunkan tekanan merembes masuk ke cairan bola mata atau
intraocular ke tingkat yang aman, yang disebut dengan vitreous. Tumpukan
dilakukan dengan membuat saluran cairan dan darah ini akan meningkatkan
baru pada mata sehingga cairan dapat tekanan bola mata dan merusak persarafan.
mengalir dan TIO dapat berkurang. Selain itu, pertumbuhan vasa darah baru ini
akan memicu terbentuknya jaringan parut.
Jaringan parut ini pada akhirnya akan menarik
retina hingga terlepas sehingga seseorang bisa
mengalami gangguan penglihatan.
b. Faktor Risiko
 Orang dengan diabetes, khususnya diabetes
tipe 2 yang biasa menyerang lansia
 Semakin lama seseorang mengidap diabetes
dan semakin tidak terkontrol diabetesnya,
maka semakin besar kemungkinan untuk
Evaluasi glaucoma harus dilakukan pada terjadi diabetic retinopathy
orang dengan risiko tinggi dan pada pasien  Keparahan diabetic retinopathy lebih rendah
glaucoma yang menjalani terapi, berupa pada pasien diabetes yang menggunakan obat
comprehensive dilated eye exam, utamanya insulin daripada yang non-insulin
meliputi pemeriksaan tekanan intraocular, c. Tanda dan Gejala
lapang pandang, dan sudut mata setiap 1  Tidak ada tanda atau gejala awal
sampai 2 tahun atau sesuai dengan intruksi  Penderitanya bisa mengalami gangguan
dari eye care professional. penglihatan, seperti penglihatan kabur,
4. Diabetic Retinopathy penglihatan terdistorsi, gangguan penglihatan
a. Definisi warna, melihat bintik-bintik, atau kehilangan
Diabetic retinopathy merupakan sekumpulan penglihatan, tetapi umumnya tidak ada yang
masalah mata yang berhubungan dengan diabetes. khas
Nah, gangguannya ini utama terjadi di retina tetapi
bisa timbul di bagian mana saja pada mata sehingga
tidak ada pola yang khas, bisa gangguan di sentral,
atas, samping, dsb. Hal ini terjadi karena kadar gula
darah tinggi menyebabkan kerusakan vasa darah di
retina. Vasa darah ini bisa membengkak dan bocor.
9
ELDERLY

d. Pemeriksaan Mata permukaan mata sangat gampang terjadi pada


Pasien lansia yang mengalami diabetes, harus segera kondisi mata kering. Sayangnya kondisi ini sering
dilakukan pemeriksaan mata. Dilakukan funduskopi sekali terabaikan dan tidak terdiagnosis.
menggunakan oftalmoskop direk untuk skrining awal, b. Faktor Risiko
dan seperti pemeriksaan mata lainnya perlu diberi  Jenis Kelamin: perempuan (terlebih yang
tetesan midriasil terlebih dahulu. Pada saat sudah menopause) lebih sering mengalami
melakukan funduskopi, kita perlu mencari mata kering daripada laki-laki
abnormalitas yang ada, seperti vasa darah yang  Mata kering dapat muncul pada usia
abnormal, pembengkakan serta tumpukan darah berapapun
dan lemak di retina, neovaskularisasi dan jaringan  Orang dewasa yang lebih tua lebih sering
parut, perdarahan, terlepasnya jaringan retina serta mengalami mata kering
kelainan di saraf mata. Nah, untuk memastikan ada c. Tanda dan Gejala
tidaknya kelainan di vasa darah mata, dokter  Rasa menyengat atau terbakar pada mata
spesialis dapat menggunakan angiografi fluoresensi.  Sensasi seperti ada pasir di mata
 Episode air mata berlebih setelah periode mata
kering
 Keluarnya cairan dari mata
 Nyeri dan kemerahan pada mata
 Episode penglihatan kabur
 Kelopak mata terasa berat
 Penurunan air mata atau ketidakmampuan
untuk meneteskan air mata saat menangis
 Lensa kontak terasa tidak nyaman
 Toleransi menurun untuk setiap aktivitas yang
e. Terapi membutuhkan perhatian visual yang lama
Deteksi dini dan pengobatan yang terencana dengan  Kelelahan mata
baik dapat menurunkan risiko hilangnya penglihatan, d. Pemeriksaan Mata
tetapi karena beberapa gangguan pada retina itu Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah
irreversible, maka pengobatannya hanya bersifat Schirmer’s test. Schirmer’s test digunakan untuk
mencegah progresivitas. Pilihan terapi yang dapat mengukur sekresi air mata pada pasien yang diduga
diberika antara lain: 'mata kering', untuk menentukan apakah kelenjar air
 Laser atau fotokoagulasi: paling sering, mata menghasilkan cukup air mata untuk menjaga
bertujuan memperlambat atau menghentikan mata tetap lembab. Digunakan semacam strip kertas
titik-titik kebocoran cairan atau darah gitu, satu ujung bebasnya ditempatkan di kelopak
 Surgery : berupa vitrektomi yang bertujuan mata bawah (fornix) pasien. Kedua mata diuji pada
untuk mengeluarkan darah dan jaringan parut saat bersamaan. Pasien diminta untuk menutup mata
 Injeksi intravitreal: berupa injeksi anti-VEGF ke dengan lembut selama 5 menit. Pada akhir tes, strip
dalam mata yang berguna untuk mencegah kertas dikeluarkan dan bagian strip kertas yang
pembentukan vasa darah baru di bagian basah diukur. Jika bagian yang basah < 5 mm, maka
belakang mata. Suntikan diberikan sebanyak mengindikasikan produksi air mata yang kurang.
satu kali sebulan, dan perlahan-lahan dikurangi
atau dihentikan saat kondisi telah stabil.
Suntikannya dapat juga bertujuan untuk
membersihkan pendarahan yang terjadi.
Evaluasi terhadap diabetic retinopathy antara lain:
 Mengontrol kadar HbA1C, tekanan darah, dan
kolesterol
 Gunakan atau konsumsi medikasi diabetes
sesuai instruksi
 Pertahankan berat badan ideal
 Olahraga
 Tidak merokok
 Memeriksakan mata setidaknya sekali setahun

5. Dry Eye (Mata Kering)


a. Definisi
Mata kering merupakan suatu kondisi di mana mata
tidak dapat memproduksi air mata dengan baik, air
mata menguap terlalu cepat. Inflamasi pada

10
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
(visus mata itu minimal 6/18, bahkan menurut WHO
6/18 pun sudah termasuk low vision). Jika sudah
<3/60 -> kebutaan
b. Faktor Risiko
 Pasien-pasien dengan penyakit atau gangguan
mata: diabetic retinopathy, hipertensive
retinopathy, dll
 Pasien-pasien yang mulai kehilangan
penglihatan karena trauma pada mata atau
karena defek sejak lahir
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dapat mencakup menurunnya
ketajaman penglihatan atau bidang visual, sensitivitas
terhadap kontras, penglihatan kabur,
e. Terapi ketidaksejajaran mata, penilaian kedalaman yang
 Menggunakan air mata buatan, obat tetes mata, buruk, sensitivitas silau, kebingungan saat melakukan
gel, gel inserts, dan salep tugas visual, kesulitan membaca, penglihatan ganda,
 Mengenakan kacamata atau kacamata hitam sakit kepala, pusing, postur tubuh yang abnormal
 Getting punctal plugs (biasanya pada kasus dan masalah keseimbangan.
yang berat) : punctumnya diblok gitu biar air d. Pemeriksaan Mata
mata dan tetes mata yang diberikan tidak cepat Akan dilakukan pemeriksaan mata lengkap untuk
keluar mendiagnosis low vision. Pemeriksaan biasanya
 Penambahan komponen air mata yang kurang dimulai dengan pertanyaan tentang riwayat medis
Pencegahan: dan masalah penglihatan yang terjadi sampai pada
 Gunakan air cleaner untuk menyaring debu pemeriksaan visus dan penyakit mata, penggunaan
 Hindari kondisi yang kering senter dan oftalmoskop, dsb. Low vision merupakan
 Gunakan tetes mata pelumas sesuai kebutuhan gangguan penglihatan permanen yang tidak
 Kunjungi eye care professional membaik setelah dicoba dikoreksi dengan kacamata,
obat-obatan atau operasi. Pasien akan terus datang
6. Low Vision ke dokter untuk evaluasi.
a. Definisi e. Terapi
Low vision merupakan gangguan penglihatan yang Pilihan terapinya adalah rehabilitasi penglihatan
tidak bisa dikoreksi dengan kacamata standar, lensa melalui konsultasi dengan low vision specialist atau
kontak, obat-obatan, ataupun operasi. Hal ini akan eye care professional, atau menggunakan alat bantu
mengganggu kemampuan seseorang dalam low vision. Penggunaan alat bantu disesuaikan
menjalankan aktivitas sehari-hari. Low vision dengan kebutuhan pasien, misalnya pada pasien
merupakan terminal atau end stage dari masalah- dengan penglihatan sentral terganggu, diberikan alat
masalah mata sebelumnya yang tidak tertangani bantu berupa lensa prisma.
dengan baik. Berikut adalah definisi WHO tentang Alat bantu low vision dibagi menjadi 2 jenis:
gangguan penglihatan: (kriteria ini dinilai  Optikal (ada lensanya): untuk meningkatkan
berdasarkan mata terbaik pasien) kontras benda-benda misalnya kaca pembesar,
teleskop, teropong, meningkatkan ukuran
kertas, lensa prisma, dll. Ada untuk
penglihatan dekat (kaca pembesar) dan untuk
penglihatan jauh (teleskop), ada yang mobile
dan ada yang tidak mobile/statis.
 Non-optikal : misalnya bookstand, jendela baca
(typoskop), lampu baca, filter baca, tongkat, dll.
Karena masalah low vision ini terus berprogres,
maka alat bantu yang digunakan juga akan berubah
sesuai dengan kebutuhan pasien, progresi low
visionnya, serta profesi pasien dalam kehidupan
sehari-hari, karena itu pasien diedukasi agar kembali
untuk evaluasi setiap 1 sampai 2 tahun. Kalau alat
bantunya ternyata tidak membantu, maka pasien
bisa diajarkan huruf Braille atau disarankan ke panti
sosial supaya dia lebih produktif.
Intinya, pasien low vision itu adalah pasien yang Sumber: HSC 2015, ppt, Buku Ajar Geriatri Boedhi-
ketajaman matanya tidak terkoreksi sampai 6/18 Darmoj

11
ELDERLY

a. Fisiologi tidur normal


LECTURE 8
dr. Eko Aribowo, M.Kes., Sp.PD-KGer Rata-rata orang dewasa sehat membutuhkan waktu
Pemateri : Almas | Editor : Lupi 7,5 jam untuk tidur setiap malam. Proses tidur yang
normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
INSOMNIA IN ELDERLY usia. Fisiologi saat tidur dapat dilihat melalui
gambaran elektrofisiologis aktivitas sel-sel otak
selama tidur (polisomnografi). Stadium tidur terdiri
Materi ini tidak ada sesi kuliahnya, jadi kubuat sebisaku ya
dari:
teman-teman. Sambil dicek PPT-nya yaa. Selamat belajar,
 Tidur rapid eye movement (REM)
dimulai dengan berdoa :) semoga dimudahkan ya!
 Tidur non-rapid eye movement (NREM)
Kedua stadium tersebut bergantian dalam satu
DEFINISI, FISIOLOGI TIDUR, DAN PERUBAHAN
siklus yang berlangsung antara 70-120 menit. Tidur
TIDUR PADA LANSIA
dimulai dengan stadium NREM. Umumnya, ada 4-
6 siklus NREM-REM yang terjadi setiap malam.
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat
Periode tidur REM I berlangsung antara 5-10 menit.
secara reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan
Semakin larut malam, maka periode REM akan
mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar
semakin panjang. Periode tidur NREM terdiri dari
lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga.
empat stadium yaitu stadium 1, 2, 3, dan 4.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering.
b. Stadium tidur normal pada dewasa
Prevalensi gangguan tidur pada lansia adalah 67%. Sebuah
studi NSF Sleep in America Poll tahun 2003 menunjukkan  Stadium 0 adalah periode dalam keadaan
44% lansia mengalami >1 gejala insomnia paling tidak masih terbangun tetapi kedua mata sudah
beberapa malam dalam satu minggu. Insomnia dapat menutup. Fase ini ditandai dengan
menjadi kronik (terjadi lebih dari 1 bulan) atau akut gelombang voltase rendah, cepat, 8-12
(beberapa hari-minggu) dan biasanya berkaitan dengan siklus/detik. Tonus otot juga meningkat.
underlying cause seperti kondisi medis atau psikiatri. Aktivitas gelombang alfa menurun seiring
Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit meningkatnya rasa kantuk. Pada fase
paru, diabetes, artritis, atau hipertensi maka kualitas mengantuk, muncul gelombang alfa
tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang apabila campuran.
dibandingkan dengan lansia yang sehat.  Stadium 1 disebut dengan onset tidur.
Stadium 1 NREM ini adalah perpindahan
Penyebab insomnia dapat dibagi menjadi: dari bangun ke tidur dengan total waktu kira-
 Faktor intrinsik: misalnya poor sleep habit misalnya kira 5% dari total waktu tidur. Aktivitas bola
waktu bangun-tidur tidak teratur, kondisi medis mata melambat, tonus otot menurun,
misalnya pasien dengan artritis dan gangguan berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium
pencernaan dapat menjadi faktor presipitasi ini, seseorang masih mudah dibangunkan dan
gangguan tidur, pasien dengan Alzheimer juga bila terbangun merasa seperti setengah tidur.
biasanya dibersamai dengan gangguan tidur.  Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG
 Faktor ekstrinsik: misalnya kondisi kamar, tempat spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas
tidur, suasana tidur, dsb. gelombang teta, voltase rendah-sedang,
kumparan tidur (sleep spindle), dan kompleks
Gangguan tidur merupakan penyebab morbiditas yang K. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan
signifikan. Beberapa dampak gangguan tidur pada lansia darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2
di antaranya adalah mengantuk berlebihan di siang hari, ini dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini
gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering durasinya sekitar 50% total tidur.
terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan  Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas
penurunan kualitas hidup. Penggunaan kronis dari obat- gelombang delta, dengan frekuensi 1-2
obatan sedasi dapat menyebabkan jatuh dan kecelakaan. siklus/detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga
Gangguan tidur terkait pernapasan juga memberi efek tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak
serius terhadap kardiovaskuler, pulmonal, dan sistem saraf ada gerakan bola mata.
pusat. Bukti ilmiah juga mendukung asosiasi antara sleep  Stadium 4 ditandai dengan persentase
apnea dan hipertensi. Atas semua alasan di atas, gangguan gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3
tidur pada lansia harus benar-benar dievaluasi dan diterapi. dan 4 ini sulit dibedakan, namun stadium 4
cenderung lebih lambat dibanding stadium 3.
Baik, sekarang kita masuk ke fisiologi tidur yang normal Stadium ini durasinya sekitar 10-20% waktu
ya. tidur total. Terjadi antara sepertiga awal
malam dengan setengah malam. Durasi tidur
ini meningkat apabila seseorang mengalami
kekurangan tidur.
12
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
 Tidur REM ditandai dengan rekaman EEG c. Perubahan tidur pada lansia normal
yang hampir sama dengan tidur stadium 1.
Pada stadium ini terdapat letupan periodik
gerakan bola mata cepat. Refleks tendon
melemah atau hilang. Tekanan darah dan
frekuensi napas meningkat. Pada pria terjadi
ereksi penis. Pada fase tidur REM ini terjadi
mimpi-mimpi. Durasi fase REM adalah sekitar
20-25% dari total waktu tidur. Latensi REM
(waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fase
REM) adalah sekitar 70-100 menit.

Dari diagram di atas, dapat diamati bahwa pada


lansia normal periode terjaga lebih banyak serta
periode deep sleep (stadium III dan IV NREM)
berkurang. Selain itu, dibandingkan dewasa muda,
lansia cenderung mengalami delayed sleep onset,
fragmented sleep, early morning awakening.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lansia butuh


waktu lebih lama di tempat tidur dan memerlukan
ancang-ancang tidur (sleep latency) yang juga lebih
lama. Secara keseluruhan, terjadi penurunan efisiensi
tidur.

Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan durasi


stadium I dan penurunan durasi stadium III dan IV.
Sementara, stadium II sifatnya bervariasi namun
sebagian besar menurun. Kualitas tidur REM juga
menurun.

ETIOLOGI GANGGUAN TIDUR


Berdasarkan penyebabnya, gangguan tidur dapat
dikategorikan menjadi gangguan tidur primer, gangguan
tidur akibat gangguan mental, gangguan tidur akibat
kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat.
a. Gangguan tidur primer
Merupakan gangguan tidur yang bukan disebabkan
oleh gangguan mental lain, kondisi medis umum,
atau zat. Dibagi menjadi disomnia dan parasomnia.

13
ELDERLY

 Disomnia: ditandai dengan gangguan jumlah,  Parasomnia: terkait dengan perilaku tidur atau
kualitas, dan waktu tidur. Yang termasuk ke peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan tidur,
dalam disomnia antara lain: stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur-
1. Insomnia primer: gangguan sulit tidur yang bangun. Parasomnia biasanya terjadi pada transisi
penyebabnya tidak benar-benar dimengerti dari bangun-tidur, tidur-bangun, dan di antara
dan tidak hanya dikarenakan satu etiologi fase tidur NREM dan REM.
saja. Tidak disebabkan oleh gangguan 1. Gangguan mimpi buruk (nightmare
mental lain, kondisi medik, atau zat tertentu disorder): gejalanya bangun berulang
sehingga disebut “primer”. Etiologi insomnia (repeated awakenings from sleep) karena
ada banyak faktor, di antaranya lingkungan, mimpi yang membuat cemas, disforia, dan
genetik, psikososial, dan perilaku yang mengancam. Pokoknya mimpi buruk gitu
meningkatkan hyperarousal state. sampai bikin terbangun berulang. Saat
2. Hipersomnia primer: kebalikan dari terbangun, orang dengan gangguan ini juga
insomnia yaitu keadaan terlalu banyak tidur sadar (alert) terhadap lingkungannya, dan
(biasanya > 9 jam) tetapi tidak merasa cukup gangguan ini umumnya tidak melibatkan
tidur sehingga juga ditandai dengan rasa aktivitas motorik. Parasomnia lainnya
kantuk berlebih di siang hari dan tidak biasanya kalau pasien disuruh mengingat-
disebabkan oleh kondisi tertentu (primer). ingat tidak akan ingat yang terjadi, tapi kalau
3. Narkolepsi: gangguan tidur yang ditandai mimpi buruk biasanya masih sedikit ingat.
dengan ras kantuk berlebih, halusinasi, dan Mimpi buruk juga tidak diasosiasikan
dalam beberapa kasus dapat terjadi dengan disorientasi atau confusion. Mimpi
katapleksi (kelemahan/paralisis otot yang buruk itu bisa saja normal, tetapi bisa
tidak terkontrol dan terjadi tiba-tiba). Pasien dicurigai sebagai gangguan kalau
dengan narkolepsi sering merasa sangat frekuensinya semakin sering dan
mengantuk di siang hari dan dapat tiba-tiba menimbulkan kecemasan sepanjang hari.
tertidur di saat melakukan aktivitas sehari- 2. Gangguan teror tidur (night terrors):
hari. Yang membedakan hipersomnia dan merupakan episode berteriak dan ketakutan
narkolepsi adalah narkolepsi biasanya saat tidur. Biasanya diikuti sleepwalking.
disertai keluhan sulit tidur di malam hari. Frekuensinya lebih banyak pada anak
Narkolepsi adalah gangguan neurologis yang dibanding dewasa. Saat terjadi episode ini,
disebabkan oleh abnormalitas di otak, orang tersebut bisa berteriak ketakutan,
namun sayangnya sejauh ini belum ada obat duduk di kasur, tampak ketakutan dan
spesifik. distressed, berkeringat, denyut nadinya
4. Gangguan tidur yang berhubungan dengan meningkat. Perbedaannya dengan nightmare
pernapasan: menjelaskan tentang gangguan adalah kalau gangguan teror tidur ini
tidur baik yang disertai pernapasan abnormal, melibatkan aktivitas motorik serta pasien
apnea, atau kesulitan bernapas. Chronic biasanya tidak bisa me-recall apa yang
snoring (alias ngoroque :v) dan sleep apnea dialaminya semalam.
adalah dua contoh yang paling umum. 3. Berjalan saat tidur (sleepwalking): disebut
Chronic snoring mungkin terlihat biasa saja, juga somnambulisme. Biasanya terjadi di
namun sebenarnya ini seringkali jadi gejala waktu awal-awal tidur setelah 1-2 jam. Gejala
sleep apnea yang berat. Sleep apnea yang dialami pasien mencakup duduk di
mengganggu kualitas tidur pasien. tempat tidur dan melakukan gerakan
Masalahnya, gangguan-gangguan di atas motorik halus (misalnya gerakan jari),
biasanya tidak disadari pasien. Jadi mereka “melihat” dengan mata terbuka tapi
merasa sudah cukup waktu tidurnya, tapi ekspresinya tidak ada, non-responsif dan sulit
kalau siang hari kok tetap terasa lelah seperti dibangunkan, respons yang tidak pas
kurang tidur. terhadap orang-orang dan barang-barang di
5. Gangguan ritmik sirkadian tidur: gangguan sekitar dalam ruangan tersebut, serta tidak
tidur yang disebabkan gangguan pada ritme bisa mengingat apa yang terjadi.
sirkadian. Dapat mengalami gejala seperti 4. Parasomnia yang tidak bisa diklasifikasikan
tidur lebih malam dan bangun lebih siang
atau mengalami periode tidur dan bangun b. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
yang tidak menentu. Contoh gangguan ini Gangguan tidur yang terkait gangguan mental lain
adalah jet lag, ketika seseorang pergi ke area dicirikan dengan adanya keluhan gangguan tidur
dengan zona waktu yang berbeda banget. yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan
6. Disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan mental lain (sering kali karena gangguan mood),
tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan
sebagai gangguan tidur itu sendiri. Ada dugaan

14
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
bahwa mekanisme patofisiologi yang mendasari
gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya
gangguan tidur-bangun. Gangguan ini terdiri dari
insomnia terkait aksis I atau II dan hipersomnia
terkait aksis I atau II. Masih ingat kan axis I dan II
apa saja?

Kriteria diagnosis untuk insomnia terkait aksis I atau II:

Kriteria diagnosis untuk hipersomnia terkait aksis I atau II: Dari kriteria di atas, yang penting adalah gangguan tidur
harus merupakan gejala yang prominent and severe
(menonjol dan parah); ada bukti dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium bahwa gangguan tidur
muncul setelah penggunaan, intoksikasi atau withdrawal
zat yang dicurigai; zat yang dicurigai memang mampu
menimbulkan gejala gangguan tidur; gejala tidak
mengarah ke gangguan tidur karena sebab lain; dan
gangguan tidur mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan
pasien. Contoh zat yang dapat menginduksi gangguan
tidur misalnya kafein dan nikotin.

Dari kedua kriteria diagnosis di atas, intinya gangguan INSOMNIA


tidur tersebut (insomnia/hipersomnia) memberikan distres a. Insomnia Primer:
signifikan atau mengganggu kehidupan sehari-hari pasien Merupakan keluhan sulit masuk tidur atau
baik sosial, pekerjaan, dsb; gangguan tidur tersebut mempertahankan tidur atau tetap tidak segar
dicurigai berkaitan dengan gangguan jiwa axis I atau II meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung
(misalnya major depressive disorder, dysthymic disorder); paling sedikit selama 1 bulan. Gejala ini
gangguan tidur tersebut tidak bisa dimasukkan dalam menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
gangguan tidur lain (misalnya narkolepsi, parasomnia); klinis dan menyebabkan gangguan fungsi (sosial,
dan bukan disebabkan langsung oleh efek fisiologis suatu pekerjaan, dan fungsi penting lainnya). Gangguan
zat (misalnya medikasi, drug abuse) atau kondisi medis. tidur tidak disebabkan secara langsung oleh kondisi
medis umum atau zat dan tidak terjadi secara
c. Gangguan tidur akibat kondisi medis umum: adanya eksklusif selama ada gangguan mental lainnya. Untuk
keluhan gangguan tidur yang menonjol yang mendiagnosis insomnia primer, gangguan medis dan
diakibatkan oleh pengaruh fisiologis langsung dari penggunaan zat harus dieksklusi.
kondisi medis umum terhadap siklus bangun-tidur. b. Insomnia kronis:
Misalnya pasien DM yang sering terbangun di malam Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten atau
hari karena harus buang air kecil. insomnia yang terkondisi. Insomnia ini dapat
disebabkan oleh kecemasan, kebiasaan,
d. Gangguan tidur akibat zat: adanya gangguan tidur pembelajaran, atau perilaku maladaptif di tempat
yang menonjol akibat penggunaan atau penghentian tidur. Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-
penggunaan suatu zat (termasuk medikasi/obat- pikiran yang mengganggu ketika berusaha tidur
obatan). Kriteria diagnosis berdasarkan DSM V dapat pula menyebabkan insomnia ini. Penderita
adalah sebagai berikut: bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur.
c. Insomnia idiopatik:
Merupakan insomnia yang sudah terjadi sejak usia
dini. Terkadang, insomnia ini sudah terjadi sejak
lahir dan dapat berlanjut selama hidup.
Penyebabnya tidak jelas, ada studi yang
menunjukkan dugaan bahwa penyebabnya adalah
15
ELDERLY

ketidakseimbangan neurokimia otak di formatio TINDAKAN NON-SPESIFIK UNTUK MENG-INDUKSI


reticularis batang otak atau disfungsi forebrain. TIDUR
Insomnia idiopatik juga sering menyertai penyakit Termasuk ke dalam upaya non-farmakologis dalam
Alzheimer. Biasanya digunakan untuk: sulit untuk menginduksi tidur, yaitu:
ter – tidur, gangguan tidur, dan masalah tidur  Bangun pada waktu yang sama setiap hari;
(Zorick, 2000)  Batasi waktu di tempat tidur setiap hari pada jumlah
yang sama sebelum terjadinya gangguan tidur;
EVALUASI PASIEN USIA LANJUT DENGAN  Hentikan penggunaan obat yang bekerja pada
GANGGUAN POLA TIDUR susunan saraf pusat (kafein, nikotin, alkohol, dan
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mengevaluasi stimulan);
pasien dengan gangguan tidur di antaranya:  Hindari tidur sekejap pada siang hari;
 Dapatkan hubungan fisik dengan program olahraga;
 Hindari stimulasi malam hari, gantikan dengan
program olahraga;
 Berendam dalam air hangat menjelang waktu tidur
selama 20 menit untuk meningkatkan suhu tubuh;
 Makan pada waktu yang teratur setiap hari, hindari
makan banyak sebelum tidur;
 Lakukan relaksasi rutin setiap malam, seperti
relaksasi otot progresif atau meditasi;
 Pertahankan kondisi tidur yang menyenangkan.

Tambahan mengenai terapi non farmakologis (tidak ada


di PPT):
 Sleep hygiene

 Stimulus control therapy

 Sleep restriction therapy

Penting untuk memahami bahwa sebagian besar kasus


gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh
bermacam faktor (multiple factors). Penting juga untuk
mendapatkan riwayat tidur yang lengkap, termasuk  Cognitive behavioral therapy
kegiatan harian dan apa yang dialami selama 24 jam Mengidentifikasi pikiran, kepercayaan, atau
untuk melihat faktor-faktor yang berkontribusi pengetahuan yang salah mengenai tidur dan
terhadap siklus bangun-tidur pasien. mengetahui pengetahuan, emosi, dan perilaku yang
benar terkait tidur

16
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
TERAPI FARMAKOLOGIS
LECTURE 10
 Untuk insomnia jangka pendek (short term), dapat Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD-KR
diberikan triazolam 0,125-0,25 mg atau golongan Pemateri : Azyumar | Editor : A’yun
benzodiazepine lainnya yang bekerja cepat dan
hilang cepat dari tubuh.
 Untuk insomnia jangka panjang (long term) dapat MANAGEMENT OF OSTEOARTHRITIS
diberikan golongan neuroleptika dengan dosis kecil,
misalnya chlorpromazine, levo-mepromazine, dan AND RHEUMATOID ARTHRITIS
tioridazine.
 Untuk insomnia yang terjadi karena depresi, dapat Halo semuanya.. Selamat datang di kuliah 10 C.5.. Yuk
diberikan antidepresan golongan tetrasiklik, serotonin segera kita mulai saja ya
selective receptor inhibitor (SSRI), dan mono amino
oxidase inhibitor (MAOI), misalnya maprotiline 10-25 Pendahuluan
mg, fluoxetine 20 mg pada pagi hari atau Prof Nyoman membuka kuliah 10 dengan menyajikan
moclobemide dua kali 150 mg. sebuah algoritma yang berguna buat kita untuk
membedakan berbagai diagnosis banding arthritis sebagai
Tambahan dari HSC 2015: berdasarkan info dari dr. Eko, berikut
insomnia primer jarang ditemukan pada pasien lanjut usia.
Biasanya yang sering ditemukan adalah insomnia yang
terjadi karena depresi.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semoga


ilmunya berkah dan bermanfaat. Kalau ada yang perlu
dikoreksi/ditanyakan, bisa disampaikan yha~ ^^

Referensi:
 PPT Lect. 8 Insomnia in Elderly oleh dr. Eko
Aribowo, M.Kes., SpPD-KGer
 HSC 2015
 Neubauer, D. N. (1999, May 1). Sleep Problems in
Coba kita interpretasikan ya 
the Elderly.
Pertama kita harus bisa membedakan apakah
https://www.aafp.org/afp/1999/0501/p2551.html.
nyeri yang dirasakan pada pasien disebabkan oleh radang
 Suzuki, K., Miyamoto, M., & Hirata, K. (2017). Sleep
atau bukan. Nyeri bukan karena radang
disorders in the elderly: Diagnosis and management.
(arthralgia/myalgia) biasanya kalau dipijat akan hilang
Journal of general and family medicine, 18(2), 61–71.
sedangkan nyeri radang (arthritis/myositis) tentu akan
https://doi.org/10.1002/jgf2.27
semakin parah.
 https://www.sleepfoundation.org/articles/aging-and-
Jadi ketika kita menemui pasien dengan dugaan
sleep
arthritis maka kita harus melihat apakah ada inflamasi atau
 https://www.tuck.com/sleep-disorders/ tidak. Cara mengecek inflamasi tentunya dengan 5 tanda
 Momin RR, Ketvertis K. Primary Insomnia. [Updated inflamasi ya (Kalor, Rubor, Dolor, Tumor dan Functio
2020 Feb 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island laesa). Apabila pasien dinyatakan tidak ada inflamasi atau
(FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: inflamasi ringan maka kita bisa menyimpulkan bahwa
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554516 pasien mengalami arthritis degeneratif atau osteoarthritis
(nyeri OA biasanya <30 menit).
Sebaliknya, apabila pasien ada tanda inflamasi
moderat-berat maka kita periksa apakah inflamasi terjadi
pada satu atau beberapa sendi (mono/oligoartikular) saja
atau pada sebagian besar sendi (poliartikular). Apabila
inflamasi hanya terjadi pada satu atau beberapa sendi, kita
harus gali dari pasien apakah nyerinya berat dan terjadi
kambuh-kambuhan. Kalau iya, maka diagnosisnya bisa
berupa Gout/CPPD (Pseudogout). Beda ceritanya kalau
nyerinya berat tapi tidak kambuh-kambuhan maka bisa
jadi itu disebabkan karena infeksi atau trauma.
Pasien dengan inflamasi berat yang menyerang
sebagian besar sendi harus dilihat simetrisitasnya. Disebut
simetris apabila nyeri terjadi pada sendi di kedua bagian
tubuh (jadi kanan dan kiri sama-sama terkena). Nyeri

17
ELDERLY

berat, poliartikular, dan simetris bisa merujuk kepada Predileksi terjadinya OA adalah di sendi-sendi besar
penyakit autoimun seperti SLE dan RA (nyeri RA penyangga berat badan seperti sendi tulang belakang,
biasanya lama >1 jam). Nyeri berat, poliartikular, tapi non- sendi panggul, sendi lutut, dan pergelangan kaki (bisa
simetris bisa merujuk kepada penyakit dilihat di gambar di bawah ini ya)
spondiloarthropathy seronegatif (menyerang tulang
belakang terutama lumbal) seperti AS (ankylosing
spondylitis), Ps.A (psoriatic arthritis), dan Sindrom Reiter
(reaksi peradangan sendi oleh infeksi, biasanya dari traktus
urinarius).
Setelah pembahasan singkat, sekarang kita akan
fokus untuk membahas OA dan RA!

OSTEOARTHRITIS (OA)
Patofisiologi
Patofisiologi OA disebabkan oleh 2 mekanisme utama
yaitu biomekanis dan biokimia.
Keluhan/Manifestasi Klinis OA
a. Nyeri
Ciri khas keluhan OA adalah rasa nyeri. Nah tapi
yang perlu kita tahu adalah rasa nyeri sendi tidak
langsung berasal dari kartilago di sendinya karena
kartilago itu aneural. Stimulus nyeri ini itu berasal
dari area sekitar kartilago seperti synovium,
ligamen, ataupun otot. Nah bagaimana ceritanya
kok bisa menimbulkan nyeri? Mari coba pahami
jalur nyeri

a. Biomekanis
Mekanisme ini dipengaruhi oleh faktor mekanis
yang memengaruhi kondisi tubuh seperti trauma
(kecelakaan,jatuh,terbentur dll), kelebihan berat
badan, aktivitas yang terlalu berat yang kemudian
akan memicu terjadinya destruksi kartilago.
Kartilago kan tersusun atas 2 molekul utama yaitu
kolagen tipe II (penyedia kemampuan meregang)
dan aggrecan (berikatan dengan asam
hyaluronan). Nah destruksi kartilago akan Suatu trauma yang menyebabkan
memicu reaksi kondrosit yang akan meningkatkan deformitas pada sendi akan menyebabkan
produksi sitokin inflamasi dan juga enzim peningkatan tekanan intraartikuler sehingga
degradator (aggrecanase dan kolagenase) matriks memicu pelepasan mediator inflamasi. Mediator
kartilago menjadi fragmen-fragmen. Ujung- inflamasi selanjutnya akan ditangkap oleh serabut
ujungnya akan menyebabkan synovitis saraf dan menyebabkan depolarisasi (proses
b. Biokimiawi transduksi) menuju nociceptor perifer dan
Berbeda dengan biomekanis, proses biokimiawi menyebabkan aktivasi PNS. Aktivasi PNS
tidak disebabkan oleh pengaruh eksternal dan selanjutnya akan ditransmisikan melalui nervus
cenderung karena tubuh kita sendiri misalnya periferal sehingga menimbulkan aktivasi CNS di
penuaan. Penuaan akan membuat kartilago spinal cord. Melalui tractus spinothalamicus,
manusia melemah dan akan melepaskan impuls akan dihantarkan ke otak dan pada
metalloproteinase sebagai enzim degradator akhirnya akan dipersepsikan sebagai nyeri. Nah
matriks kartilago. Lebih lanjut akan juga impuls nyeri ini juga akan dimodulasi dan bisa
menimbulkan reaksi kondrosit memproduksi teramplifikasi (menjadi lebih hebat) atau teredam
aggrecanase dan kolagenase. Seperti yang telah oleh descending modulation (menjadi tidak sakit).
disebutkan, enzim-enzim ini akan menyebabkan Nah karena ada mekanisme ini, nyeri itu
katalisasi kolagen dan degradasi proteoglikan sebenarnya bisa ditangani dengan mengubah
sehinga memicu berbagai sitokin inflamasi seperti persepsi pada otak pasien (jadi kalau pasien
IL-1, TNF-alpha, dan nitrit oxide. dilatih persepsinya nyeri dianggap tidak nyeri

18
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
maka rasa nyeri pun akan berkurang)  The  Edukasi pasien
power of Mind.  Dukungan sosial kepada pasien
b. Deformitas  Penurunan berat badan
OA akan menyebabkan atrofi sendi karena celah  Olahraga (Olahraga aerobik, penguatan otot, dan
sendi yang semakin menyempit dan juga erosi juga olahraga ROM)
permukaan sendi. Deformitas yang sering terjadi  Alat bantu jalan
adalah deformitas varus. Bisa dilihat di gambar di  Insoles (alas kaki yang empuk dan tebal biar lebih
bawah kalau kaki kanan telah mengalami nyaman untuk jalan)
deformitas varus.  Occupational therapy *hanya ACR yang
mengusulkan
 Patellar taping *hanya ACR yang mengusulkan
 Rehabilitas medis *PPT Prof Nyoman

Nah kalau terapi non-farmakologis dirasa tidak cukup baru


diberi terapi farmakologis sebagai berikut
 OAINS topikal  Parasetamol (lini pertama),
atau diclofenac dan piroxicam
c. Limitasi pergerakan
 OAINS oral  Yang sering digunakan
Deformitas pada ekstremitas yang
acetaminophen/paracetamol (lini pertama OA),
mengalami OA tentunya akan
naproxen 500 mg, Ibuprofen 1200 mg/hari + PPI
menyebabkan pasien kesulitan
(untuk menekan efek samping pada GIT), -coxib
bergerak. Pada gambar di atas bisa
+ PPI
dilihat bahwa kaki pasien sudah
 Tramadol (opioid)  Punya efek samping mual
mengalami deformitas (genu varus)
 Kortikosteroid intraartikular
sehingga memerlukan alat bantu
 Injeksi hyaluronan
untuk berjalan dan menjaga
Bagaimana hyaluronan bekerja? Hyaluronan
keseimbangan.
bekerja pada sel yang terlibat pada destruksi
sendi seperti sel inflamatori, synoviocytus, dan
chondrocytus
Manajemen Komprehensif Osteoarthritis
 Hyaluronan akan mengurangi aktivitas
Berikut adalah diagram alir yang diberikan oleh Prof
sel inflamatori sehingga akan mengurangi
Nyoman
proses inflamasi pada kartilago sendi
 Hyaluronan akan memicu viscoinduction
pada synoviocytus yang untuk produksi
asam hyaluronat endogen dan
menimbulkan rekonstruksi sendi pada
level superfisial sehingga dapat
meningkatkan integrasi jaringan
 Hyaluronan akan meningkatkan
metabolisme kondrosit sehingga dapat
meningkatkan sintesis matriks kartilago
Yang perlu diperhatikan adalah injeksi
hyaluronan ini hanya bisa efektif pada OA
dengan grade rendah dan prosedurnya harus hati-
hati karena mahal . Hyaluronan ini cukup tahan
lama (6 bulan) namun hanya bisa dilakukan pada
sendi yang punya kavitas sinovial
Terapi OA itu utamanya terletak pada perubahan (diarthrosis/sendi gerak).
lifestyle. Pasien disarankan untuk berolahraga dan juga  DMOADs/SYSA-DOA  Obat penghambat
mengurangi berat badan. Nah tapi kan susah juga yak progresi OA
kalau sudah deformitas masa suruh treadmill? Olahraga Berikut beberapa contoh dari obat DMOAD
yang disarankan untuk pasien dengan OA adalah
berenang atau bersepeda (atau olahraga lain yang tidak
memerlukan bagian yang OA sebagai penyangga tubuh).
Pasien juga bisa diberi occupational therapy dan diberi
edukasi agar mengurangi stres dan modifikasi hobi. Nah
dibawah ini adalah list lengkap intervensi non-
farmakologis OA yang disepakati ACR dan EULAR

19
ELDERLY

 IL-1 Inhibitor e.g Diaserin (baru)  Karena IL-1


banyak pada sendi dengan OA. Diaserin ini
minumnya harus banyak dan kerjanya lambat
(baru muncul >3 bulan)
 Arthroplasty  Untuk deformitas sendi grade 3
dan 4
 Bedah (menurut ACR/EULAR bedah masuk
farmakologis, sedangkan menurut Prof Nyoman
bedah masuk non-famarkologis)
Terapi seperti kapsaicin topikal yang diusulkan ACR
sekarang sudah tidak dipakai lagi (karena walaupun
nyerinya berkurang tapi meningkatkan panas) sedangkna
terapi glukosamin/chondroitin yang diusulkan EULAR Untuk mengetahui tingkat progresivitas penyakit
masih terdapat kontroversi tentang efektivitasnya. digunakanlah skor DAS-28 (Angka 28 ini merujuk pada 28
Dalam pemberian terapi analgesik, harus disesuaikan sendi yang dilihat). Skor DAS-28 ini merupakan
dengan tipe nyerinya apakah itu nosiseptifnya, perseptif penyederhanaan dari DAS-44. Penilaian skor DAS-28 ini
nyerinya, menderita atau perilaku akibat nyerinya. Jadi memerlukan 4 kriteria
tipe nyeri ini itu berurutan sifatnya. Awalnya nyeri a) Jumlah sendi yang membengkak/swollen ( x dari
nosiseptif lalu jika dibiarkan terus menerus akan menjadi 28)
nyeri persepsi. Jika nyeri terus menerus muncul maka b) Jumlah sendi yang terasa nyeri/tender ( x dari 28)
pasien akan menderita (suffering) dan yang paling parah c) Angka ERS (bisa juga pakai CRP)
adalah munculnya perilaku karena nyeri seperti marah- d) Global assessment of health (diindikasikan
marah, tidak mau bergerak, sedih terus menerus dsb. dengan membuat skala garis 10 cm antara sangat
buruk hingga sangat baik)
Nosiseptif Local block, OAINS, bedah, Interpretasi:
modalitas fisioterapi  DAS >5,1  Active disease
Nyeri persepsi Opioid, acetaminophen, augmentasi  DAS <3,2  Low disease activity
saraf, bedah ablatif, OAINS (belum  DAS <2,6  Remisi
terkonfirmasi)
Menderita Anti-depresan/psikotropika, Nilai DAS-28 digunakan oleh EULAR Response Criteria
(suffering) relaksasi, spiritualitas untuk menentukan efektivitas terhadap terapi dengan
Perilaku akibat Terapi kognitif, restorasi fungsi menggunakan tabel berikut
nyeri

RHEUMATOID ARTHRITIS (RA)


Patofisiologi
Patofisiologi RA didasari oleh peristiwa autoimun dimana
terjadi peningkatan sel plasma yang kemudian
menghasilkan immunoglobin sehingga terjadi proses
autoantibodi dan menyebabkan peradangan (synovitis)  Manajemen
nyeri hebat. Lihatlah perbedaan sendi normal vs sendi RA Untuk saat ini terapi yang ada untuk RA terbagi atas 2 tipe
di bawah ini yaitu terapi simptomatik dan terapi modifikasi penyakit
a) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik bertujuan untuk mengurangi nyeri
dan menurunkan inflamasi namun tidak dapat
memperlambat progresivitas kerusakan sendi. Terapi
simptomatik bisa menggunakan OAINS (contohnya
paracetamol tapi biasanya kurang mempan karena
radang pada RA nyerinya hebat), OAINS Inhibitor
COX-2 (yang dipakai tinggal etoricoxib, yang lain
banyak efek sampingnya), dan kortikosteroid.
 Dalam pemberian OAINS kita harus
mempertimbangkan dengan baik tipe OAINS apa
yang akan diberikan. OAINS selektif COX-1
dapat memiliki efek samping perdarahan GI
Predileksi RA adalah pada sendi-sendi kecil seperti MCP, sedangkan OAINS selektif COX-2 dapat
DIP, PIP. Jadi ada osteofit begitu sehingga akan terlihat meningkatkan agregasi platelet  Sesuaikan
membenjol begitu. faktor risiko pasien dan komorbid apabila ada

20
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
 Pemberian kortikosteroid ini nggak boleh Beberapa contoh DMARD tradisional yang
diberikan terus menerus ya karena dia hanya bisa digunakan
berperan sebagai terapi bridging. Terapi bridging
ini berperan sebagai intermediet sambil
menunggu terapi DMARDs terasa efeknya.
Kortikosteroid diberikan dengan injeksi intra
artikular

 Dari list DMARDs di atas, emas sudah tidak


lagi digunakan karena menyebabkan
hematuria. Hanya 4 DMARDs yang
dinyatakan efektif dan digunakan sebagai lini
pertama antara lain methotrexate,
hydroxychloroquine, sulphasalazine,
leflunomide (hanya methotrexate yang aman
untuk jangka panjang)  unmet need
 Methotrexate memang dinyatakan ampuh
 Bagaimana meresepkan analgetik ini kepada untuk mengurangi simptom namun belum
pasien? Kita bisa menggunakan patokan alur terbukti memberikan efek signifikan pada
dibawah ini progresi radiologis RA  unmet need
 Karena DMARDs tradisional memiliki unmet
need, maka muncullah DMARDs modern
yang diharapkan memberikan hasil lebih baik
yaitu Abatacept.

2) Agen biologis
 Beberapa agen biologis mulai ditemukan
sejak awal tahun 2000 dan mulai digunakan
sebagai terapi RA. Beberapa agen biologis
yang digunakan antara lain Inhibitor TNF,
Rituximab (Selective B cell therapy targetting
CD20), dan Tocilizumab (IL-6 receptor
inhibitor  Terikat pada reseptor IL-6 di
membran dan darah sehingga memblok
sinyal IL-6)
Ket: Apabila nyeri pasien meningkat maka dosisobat atau  Kenapa ada inhibitor receptor IL-6? Karena
tipe obat bisa ditingkatkan menjadi yang lebih kuat dalam pada RA jumlah IL-6 berlimpah dan IL-6 ini
menghilangkan nyeri. Sebaliknya, kalau nyeri dirasa sudah menyebabkan berbagai efek sistemik sebagai
enakan maka dosis obat atau tipe obat harus diturunkan. berikut
RA nyerinya kronis sehingga akan cenderung meningkat o Menyebabkan inflamasi 
seiring waktu Meningkatkan risiko kardiovaskular
o Berefek pada hepar yang memicu
b) Terapi modifikasi-penyakit produksi CRP (protein respon fase
Terapi ini bertujuan untuk memperlambat akut) dan hepsidin (kadar besi dalam
progresivitas penyakit dan mencegah kerusakan lebih darah berkurang  anemia)
lanjut dari sendi. Namun, terapi ini kadang muncul o Thrombocytosis
efek samping tak terduga (safety issues). Terapi ini o Osteoporosis sistemik
bisa berupa DMARDs tradisional dan Agen biologis. o Berefek pada HPA axis yang akan
1) DMARDs menyebabakan rasa mudah lelah
 DMARDs itu sifatnya slow-acting, bisa 8-12 dan mood buruk
minggu baru muncul efeknya. Cara kerjanya
adalah dengan menekan sistem imun tubuh
dan respon inflamasi (inhibisi sel T dan sel B).

21
ELDERLY

Nah untuk menutup penjelasan berikut adalah 4. Manakah di antara obat RA di bawah ini yang
mekanisme aksi dari NSAIDs, kortikosteroid, menghambat proses antigen-presenting?
DMARDs juga agen biologis sebagai manajemen RA a) Rituximab
b) Etanercept
c) Etoricoxib
d) Abatacept
e) Tocilizumab

5. Apakah ciri khas nyeri sendi pada RA?


a) Tidak ada inflamasi/inflamasi ringan
b) Inflamasi sedang-berat, monoartikular, kambuh-
kambuhan
c) Inflamasi sedang-berat, poliartikular, non-simetris
d) Inflamasi sedang-berat, monoartikular, tidak
kambuhan
e) Inflamasi sedang-berat, poliartikular, simetris

Jawaban: A E D D E
Selain manajemen non-farmakologis dan farmakologis,
pasien juga sangat membutuhkan dukungan sosial
dari keluarga, teman sebaya, teman sependeritaan,
dan juga dari dokter dan perawat untuk meningkatkan LECTURE 11
kualitas hidup pasien. Pasien dengan dukungan sosial Dr. dr. Probosuseno, SpPD-KGer, SE (2019).pdf
Pemateri : BL | Editor : BL & Ghina
yang lebih baik menunjukkan tingkatan nyeri yang
lebih rendah. Bentuk dukungan sosial bisa berupa
a) Memberikan informasi yang berguna
b) Memberikan perhatian dengan baik COMMUNICATION IN ELDERLY
c) Mengapresiasi seluruh pekerjaan yang berhasil
dilakukan (sekecil apapun itu) (IN GENERAL PRACTICES)
d) Memberikan dukungan finansial dan pelayanan
A. INTRODUCTION
Selesai deh materinya.. Maaf kalau ada kekurangan ya  Lansia yang kita harapkan adalah lansia yang hidup
Mohon koreksinya kalau ada salah. sepanjang mungkin dengan kualitas hidup yang
sebaik mungkin, yaitu sehat, senang, taqwa,
Latihan Soal terhormat, mandiri, manfaat. (SeTaMan)
1. Manakah DMARD di bawah ini yang aman
digunakan untuk terapi jangka panjang RA? B. DEFINISI
a) MTX Komunikasi adalah proses menyebarkan informasi
b) Sulfasalazine (informasi, pesan, pengetahuan, nilai, pikiran) atau
c) Chloroquine kode/lambang yang mempunyai arti dengan
d) Siklofosfamide maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal
e) Leflunomide yang diberitahukan itu menjadi milik bersama
(commonness).
2. Manakah terapi farmakologis OA yang disarankan Para ahli melakukan penelitian di perusahaan-
ACR namun sudah tidak dipakai lagi? perusahaan di Amerika Serikat pada tahun 2002
a) Glucosamine yang diterbitkan oleh Colleges and Employers, 457
b) Analgesik dari 500 pimpinan mengatakan bahwa kesuksesan
c) Hyaluronan seseorang bukan berasal dari indeks prestasi tetapi
d) Arthroplasty kemampuan berkomunikasi atau berinteraksi sosial
e) Kapsaicin patch/ kapsaicin topikal (soft skills)

3. Manakah efek hyaluronan pada synoviocytus? C. KOMPONEN KOMUNIKASI


a) Menurunkan efek inflamasi  Komunikator (sumber/source)
b) Mensintesis matriks baru Suatu komunikasi dikatakan sukses apabila
c) Meningkatkan metabolisme sel komunikator cakap, sikap baik, menyenangkan
d) Memicu produksi HA endogen bagi penerima, pengalaman dan pengetahuan
e) Menurunkan aktivitas sel cukup banyak, serta memahami sistem sosial
(siapa yang akan mendengarkan/penerima)
dalam menyampaikan informasi.
22
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
 Penerima (komunikan/reflector/receiver) Berikut ini adalah cara berkomunikasi yang baik
Suatu komunikasi dikatakan sukses apabila dengan lansia:
penerima cakap, sikap baik, menyenangkan 1. Sikap
bagi penerima, pengalaman dan pengetahuan - Wajah enak dipandang (senyum berseri),
cukup banyak, serta memahami sistem sosial - Jangan memasang wajah masam/jengkel/
sehingga penerima dapat memahami pesan menunjuk-nunjuk
yang disampaikan dengan baik. - Badan sedikit membungkuk,
 Meida/saluran (media/channel) - Tangan atau jempol mempersilahkan.
Menggunakan media tepat baik secara lisan 2. Jangan terburu-buru
(langsung), tertulis, atau elektronik. - Suara lembut
 Pesan (berita/message) - Sering senyum
Pesan : pendek/panjang, bermanfaat, rumit, 3. Tidak terkesan menggurui
dapat dicoba, dapat dilihat akan menentukan 4. Menggunakan bahasa sederhana, tidak terlalu
keberhasilan suatu komunikasi. lama atau terlalu cepat
Selain itu komunikasi dikatakan sukses - Singkat, padat, jelas, lengkap, sederhana
- menggunakan suara yang lembut
D. PRINSIP BERBICARA EFEKTIF - intonasi sesuai
Prinsip berbicara efektif adalah motivasi, perhatian, 5. Memandang wajah atau matanya
keinderaan, pengertian, ulangan, dan kegunaan. 6. Menghormati semua orang (tidak diskriminasi,
tidak membeda-bedakan, adil)
E. BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA 7. Menyebut namanya, sebut anak/cucunya yang
Untuk dapat berkomunikasi dengan lansia, kita dibanggakan
harus menyesuaikan dengan perubahan apa yang 8. Dapat dibantu dengan alat peraga
telah terjadi pada lansia. Terdapat 3 perubahan Keuntungan alat peraga
degeneratif pada lansia, yaitu perubahan fisik, - Menarik
psikososial, dan spiritual. - Daya ingat naik (perkuat kesan/pesan)
 Perubahan fisik - Hemat waktu
Hukum 1% : sebagian/hampir seluruh sistem - Mudah menyampaikan pesan
organ mengalami kehilangan atau penurunan - Perhatian lebih tercurah
fungsi 1% setiap tahun dimulai sejak usia 30 - Perluas pengalaman
tahun.
- Perubahan telinga (presbycusis), mata F. TIPS BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA
(presbyopia) Tips saat berbicara efektif dengan lansia adalah
- Perubahan daya tangkap (atrofi otak) dan BICARA
daya ingat o Bermanfaat, bersemangat, baca dahulu
- Kekuatan jantung menurun pesan yang ingin disampaikan, berlatih
- Kekuatan paru menurun o Instrumen, interest (menggunakan objek
- Kekuatan fisik berkurang, dll yang menarik perhatian, tahu apa yang kita
 Perubahan psikososial tekuni dan siapa yang kita hadapi)
- Perubahan finansial, misal pensiun, tidak o Catat hal-hal yang penting
bisa bekerja karena keterbatasan fisik o Atensi (menyertakan orang, memberikan
- Adanya konflik, misal karena kehilangan pujian/sanjungan), Action (jangan banyak
jabatan  harga diri hilang  konflik teori, kalau perlu praktek)
dengan diri sendiri. o Rajin (selalu berlatih agar terampil), ramah,
- Hambatan sosial rendah hati, rasakan (seolah menjadi
 Perubahan spiritual pendengar/empati)
- Perubahan ini dapat berupa spiritual o Agama-akhlaq (doa, santun)
yang bagus yaitu tenang dalam
menghadapi apapun atau munculnya Tips menjadi pendengar lansia yang sukses adalah
kecemasan hingga gejala depresi DENGAR
 Doyong (mendekatkan badan ke lansia agar
Sehingga pesan harus SINGKAT, JELAS, mereka berpikir dokter ingin mendengar
LENGKAP, SEDERHANA (dibantu dengan tulisan ceritanya/suaranya)
dan bahasa tubuh agar mudah dipahami)  Enggak buka rahasia (yang diperbolehkan
Kita harus dapat menyikapi perubahan tersebut adalah membuka kebaikannya)
dengan baik sehingga komunikasi berjalan sesuai  Natap mata
harapan.  Gak mencela/mengejek
 Angguk, angkat bahu, alat bantu, akrab, atensi
 Resume (rumuskan)
23
ELDERLY

G. HAMBATAN KOMUNIKASI  N
Beberapa hal yang dapat menghambat komunikasi - Nama dan hal pentingnya sebut/ingat,
antara lain misalnya simbah ini mantan hakim/jaksa
 Komunikator kurang cakapnya berkomunikasi (sebut pangkat masa lalu)
 Sikap kurang tepat  I :
 Kurangnya pengetahuan - Interest (perhatian)
 Kurang paham sistem sosial  K :
 Adanya perasaan berburuk sangka atau curiga - Kesempatan berikan untuknya,
dengan penerima pesan - Kertas catatan jangan lupa disiapkan :
 Jarak fisik, terlalu jauh mencatat apa yang ingin kita sampaikan
 Verbalistik, banyak bicara dan hal penting apa yang ia sampaikan
 Kesalahan bahasa, kata yang sama memiliki  A :
arti berbeda - Alat bantu,
 Indera rusak, misalnya tuli, buta, glaucoma, - Amanah (jangan mengkhianati
katarak kepercayaan orang, harus dapat
 Komunikasi satu arah, menyimpan rahasia),
 Komunikasi berantai, atau - Andai aku jadi dia (empati),
 Komunikasi berlebihan - Angguk,
H. CARA MENARIK PARTISIPASI PENDENGAR - Akrab, misalnya jabat tangan, menepuk
 Pertanyaan bahu, dll.
“Coba ini apa, Mbah?”  S :
 Tukar pikiran/pengalaman - Setara, termasuk mata dokter dengan
 Diminta membantu (peragaan) pasien
“Coba sekarang lakukan tepuk-tepuk, Mbah” - Semangat, menyampaikan sesuatu
 Diminta melakukan sesuatu dengan semangat
“Coba maju ke depan, Mbah” - Serahkan sesuatu (hadiah)
 Dll (lagu, puisi) - Sederhana (pesan sederhana)
 I :
I. RUMUS KOMUNIKASI SUKSES DENGAN DAN - Ingat Tuhan (Agama: ingat pra-selama-
UNTUK LANSIA pasca mati, balasan, anak turun)
 K - Berdoa dahulu agar apa yang
- Kamu  kita (jangan biasa disampaikan bermanfaat
menggunakan “kamu: tapi ubahlah
menggunakan “kita”
- Kisah, misalnya “Kemarin ada juga
simbah x yang minum obat langsung
sembuh” untuk memotivasi lansia agar
mau minum obat atau melaksanakan
saran kita.
- Kecepatan & kerasnya suara diatur,
- Kata akhir jelas, misalnya
o “Mbah, makan obatnya PAGI ya”
o “Obat ini diminumnya setelah makaaan,
se-te-lah ma-kan”
o “ini obat sakit jantuuung”
 O :
- Oral hygiene
SUMBER
 M :
Komunikasi sukses dengan dan untuk lansia (DR. dr
- Memperhatikan (tatap wajah, badan
Probosuseno, SpPD, KGer, FINASIM, 2011, 2016, 2017,
condong) pendengar
2018)
 U :
https://sardjito.co.id/2019/01/02/berkomunikasi-
- Untungkan (apa yang kita sampaikan itu
dengan-orang-usia-lanjut/
menguntungkan dia),
- Ulangi agar paham
- Umuk (jangan sombong) NO!

24
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
- Mensekresikan limfokin/sitokin untuk
LECTURE 16
dr. Eko Aribowo, M.Kes., Sp.PD-KGer menstimulasi sel T helper dan aktivitas imun
Pemateri : Dita | Editor : Cynthia 4. Natural Killer Cells (sel NK)
Sel NK ditemukan di darah di seluruh tubuh.
Fungsinya adalah:
IMMUNODEFICIENCY IN ELDERLY - Menghancurkan sel kanker
- Menstimulasi interferon
Sebelum kita mulai masuk materi, mari kita berdoa dulu…
Berikut mekanisme infeksi bakteri
A. PENDAHULUAN : SISTEM IMUN MANUSIA
Sistem imun kita berfungsi sebagai proteksi dari bakteri,
virus, jamur/parasit multiseluler, kanker, toksin, dan
molekul lain yang berukuran >5000 dalton (protein, lipid,
CHO, atau asam nukleat).
- Sel imun diproduksi di hati dan bone marrow.
- Kemudian, sel akan disimpan bermultiplikasi,
berinteraksi, dan matang dalam timus, lien, limfonodi,
dan darah.
- Pada akhirnya, sel yang telah matang didistribusikan
lewat vasa limfatika.
- Selain itu, ada juga organ aksesoris yang berfungsi Aku coba jelasin dikit ya, sekalian mengingat lagi
sebagai sistem imun, yaitu apendiks, tonsil, dan usus. pelajaran blok A.6. Penjelasannya aku ambil dari Hazzard.
Namun, andil mereka tidak terlalu banyak. 1. Patogen (di sini bakteri) akan di-uptake oleh APC (di
sini makrofag) dengan cara fagositosis
Tipe-Tipe Sel Imun 2. Protein dari patogennya tadi akan di degradasi di
1. Limfosit dalam endocytic vesicles menjadi peptida.
Dihasilkan oleh sel punca dari sumsum tulang (1012) 3. Makrofag mempresentasikan peptida ke sel T CD4+
Sel T  disimpan dan matur di timus, kemudian dia melalui molekul MHC kelas II. MHC kelas II adalah
migrasi ke seluruh tubuh protein yang hanya ada pada APC (monosit,
- Killer cells makrofag, sel dendritik) dan sel B
Melisiskan sel yang terinfeksi 4. Interaksi antara APC (makrofag) dengan sel T helper
Berperan pada respon imun cell-mediated spesifik akan menginduksi produksi sitokin dan
- Helper cells menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi.
Meningkatkan aktivitas T killer dan sel B
- Supressor cells
Mengurangi/mensupresi aktivitas imun
Dapat mencegah penyakit autoimun
Sel B  disimpan dan matur di spleen
- Mensekresikan antibodi yang spesifik berikatan
dengan antigen untuk membentuk kompleks Ab-
Ag.
- Berperan dalam respon humoral
- Berperan dalam pemrosesan dan presentasi
antigen
- Berdiferensiasi menjadi sel plasma Ceritanya sama kayak yang Sel T CD4 tadi ya. Sel B yang
(mensekresikan antibodi) juga memiliki molekul MHC kelas II akan
2. Neutrofil mempresentasikan antigen ke sel T CD4. Sel T helper
Neutrofil ditemukan di seluruh tubuh (di darah) dan yang teraktivasi akan menstimulasi sel B untuk
berfungsi untuk fagositosis kompleks antigen-antibodi memproduksi antibodi. Sel B matur akan menjadi sel B
yang sudah terbentuk. memori dan sel plasma penghasil antibodi. Kemudian,
3. Makrofag antibodi berikatan dengan antigen sehingga terbentuk
Makrofag ditemukan di seluruh tubuh, darah, dan kompleks antigen-antibodi.
limfatika. Fungsinya adalah:
- Fagositosis non spesifik, yaitu selain kompleks Ab-
Ag
- Fagositosis spesifik untuk kompleks Ab-Ag
- Memiliki lisosom dalam jumlah banyak (enzim
degradative)
- Melakukan pemrosesan dan presentasi antigen
- Mempresentasikan antigen ke sel T helper
25
ELDERLY

Berikut mekanisme infeksi virus  IgM


Beratnya 900.000 MW
Antibodi kedua yang paling banyak ditemukan
dan merupakan respon imun primer. Fungsinya
berkaitan dengan aktivitas komplemen dan
menginduksi makrofag untuk fagositosis.
 IgD
Ditemukan dalam jumlah sedikit di darah dan
merupakan reseptor permukaan sel B
 IgE
Berikatan dengan reseptor di sel Mast (basophil)
yang mensekresikan histamin. Berperan dalam
reaksi alergi.
Histamin meningkat  vasodilatasi 
peningkatan permeabilitas vasa  imigrasi
limfosit sehingga orang yang terkena alergi
kulitnya bengkak dan kemerahan.

Seluruh protein yang disintesis di dalam sel akan diproses


menjadi peptida dan dipresentasikan melalui MHC kelas I
yang ada di permukaan sel. Kemudian, sel T CD8+ akan
berinteraksi dengan kompleks MHC-peptida dan
membedakan antara self peptides dan nonself peptides.
Sel yang mempresentasikan peptida asing (e.g. kompenen
virus) akan dihancurkan. Sel T CD8 efektor mengeluarkan
perforin dan granzymes untuk menginduksi apoptosis sel
yang terinfeksi atau sel tumor.

Sistem Perlawanan
1. Komplemen
Komplemen adalah enzim yang akan teraktivasi
secara sekuen dan menyebabkan lisisnya membran sel
yang terinfeksi bakteri.
3. Timus
Timus tersusun atas sel epitel, timosit, jaringan ikat,
dan lemak. Timus mensekresikan thymosin yang
berperan dalam maturasi sel T. Timus melakukan
clonal deletion (apoptosis limfosit yang menyerang self
Complement binding and antigen) yang menghancurkan 95% sel T.
activation Timus mencapai puncak ukuran pada usia 12 tahun,
kemudian ia akan mengecil seiring bertambahnya usia.
~35 enzymes and factors Ukuran timus tidak sampai 0 (mungkin sisa 10%).
involved in cascade Jaringan timus akan diganti jaringan lemak.

2. Antibodi/Immunoglobulin
 IgG
Beratnya 150.000 MW
Paling banyak ditemukan di darah, dapat
menembus barrier plasenta. Fungsinya berkaitan
dengan aktivitas komplemen dan menginduksi Cortex
makrofag untuk fagositosis.
 IgA
Berkaitan dengan mucus dan glandula sekretori,
respiratory tract, intestines, saliva, air mata, dan
susu. Memiliki ukuran yang bervariasi.

26
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
B. IMUNITAS LANSIA sedangkan vesikel yang mengandung CD69
Terdapat bukti-bukti yang menunjukan penurunan fungsi semakin sedikit. Hal ini menyebabkan terjadinya
imun seiring bertambahnya usia, berikut penjelasannya: gangguan penghancuran bakteri
1. Peningkatan insidensi infeksi - Shifting fenotip monosit
Misalnya: pneumonia, influenza, tuberculosis, Misal : ekspansi subpopulasi CD14dim dan
meningitis, dan ISK. CD16light yang memiliki kesamaan ciri dengan
2. Peningkatan insidensi penyakit autoimun makrofag jaringan matur.
Misalnya: RA, lupus, hepatitis, thyroiditis (Graves  - Pada makrofag tikus : produksi IFN-  turun, nitric
hyper atau Hashimoto  hypo), multiple sclerosis oxide synthetase dan hydrogen peroksida juga
Predisposisi penyakit autoimun ini berkaitan dengan turun
gen HLA (human leukocytes antigens) 5. Efek penuaan pada sel NK
3. Peningkatan insidensi kanker - Penurunan fungsi sel secara umum
Misalnya: Kanker prostat, payudara, paru, - Adanya korelasi antara risiko kematian dan
tenggorokan/leher/kepala, lambung/colon/kandung jumlah sel NK
kemih, kulit, leukemia, dan pankreas - Peningkatan proporsi sel dengan aktivitas sel NK
4. Adanya toleransi terhadap transplan organ yang tinggi (misal : CD16+ dan CD57-)
Misalnya: Transplan ginjal, kulit, bone marrow, - Peningkatan progresif persentase sel NK
jantung (katup), hati, pankreas, dan paru - Rusaknya kapasitas sitotoksik sel NK
- Meningkatnya sel NK yang mempunyai molekul
Berikut efek penuaan pada sel-sel imun tubuh. permukaan subset CD56 dim
1. Efek penuaan pada sel B 6. Perubahan Sitokin terkait penuaan
- Turunnya sel B yang bersirkulasi dan sel B perifer - Sitokin pro inflamasi meningkat : IL-1, IL-6, dan
- Perubahan repertoire (diversitas) sel B TNF-
- Turunnya pembentukan sel B memori primer dan - Produksi sitokin semakin tidak seimbang
sekunder - Turunnya produksi IL-2
- Penurunan kapasitas limfoproliferatif secara - Peningkatan produksi IL-8 yang akan
umum mengundang makrofag sehingga terjadi inflamasi
2. Efek penuaan pada sel T paru
- Penurunan fungsi imun cell-mediated secara - Peningkatan IL-8 yang disfungsional
umum
- Turunnya sekresi IFN-
- Populasi sel T menjadi hiporesponsif
- Perubahan responsivitas sel NK yang sudah
- Turunnya responsivitas repertoire sel T (misal :
mengalami penurunan kapasitas fungsional
diversitas sel T CD8+)
- Peningkatan IL-10 dan IL-12 yang ditingkatkan
- Turunnya produksi sel T baru
oleh Antigen Processing Cells
- Peningkatan proporsi sel T memori dan sel T
teraktivasi, sedangkan sel T naïve turun
- Berkurangnya kapasitas fungsional sel T naïve
(turunnya proliferasi, survival, dan produksi IL-2)
- Akumulasi sel T senescent akibat defek apoptosis
- Peningkatan proporsi timosit dengan fenotip
imatur
- Shifting populasi limfosit dari sel T  sel NK/T
(sel yang mengekspresikan reseptor sel T dan sel
NK)
3. Perubahan antibodi terkait penuaan
- Penurunan responsivitas humoral : turunnya
produksi antibodi protektif berafinitas tinggi
- Peningkatan auto antibodi, baik antibodi spesifik
organ, maupun yang non spesifik
- Peningkatan IgG serum (misal: IgG1 dan IgG3)
dan IgA, sedangkan IgM tetap.
4. Efek penuaan pada Makrofag dan Granulosit
- Adanya kerusakan fungsional makrofag dan
granulosit
- GM-CSF tidak bisa mengaktivasi granulosit pada
lansia (e.g. produksi superoksida atau
kemampuan sitotoksik)
- Neutrofil polymorphonuclear memiliki surface
markers CD15 dan CD11b yang lebih tinggi,
27
ELDERLY

C. PENYAKIT TERKAIT PENUAAN PADA SISTEM  Penurunan kemampuan sel dendritik untuk
IMUN menstimulasi
1. Peningkatan insidensi tumor dan kanker  Sekresi IFN- dan IL-2 oleh sel T
2. Peningkatan insidensi penyakit infeksi yang
disebabkan E.coli, Streptococcus pneumoniae, Materi di ppt sampai di sini. Jawaban dari tugas sepertinya
Mycobacterium tuberculosis, Pseudomonas udah lengkap dari materi kuliah di atas. Ada sedikit
aeruginosa, Herpes virus, Gastroenteritis, tambahan, ya
Bronkhitis, Influenza.
3. Kemunculan kembali (rekurensi) infeksi virus
laten
4. Penyakit autoimun dan reaksi inflamasi : Arthritis,
Diabetes, Osteoporosis
5. Demensia

D. TANDA IMMUNOSENESCENCE
1. Atrofi timus
- Ukuran berkurang
- Selularitas berkurang (timosit dan sel epitel
menjadi lebih sedikit)
- Disorganisasi morfologis
2. Penurunan produksi sel baru dari sumsum tulang
3. Penurunan jumlah sel yang diekspor kelenjar
timus
4. Penurunan respon terhadap vaksin
5. Penurunan formasi dan reaktivitas nodul sentrum
germinalis pada limfonodi, yaitu tempat
proliferasi sel B
6. Penurunan surveillance kekebalan tubuh dengan
sel T dan sel NK

E. PERUBAHAN AKIBAT PENUAAN LAINNYA


PADA FUNGSI IMUN
 Perubahan fluiditas membran
 Peningkatan apoptosis yang kemungkinan
disebabkan penurunan ekspresi CD28 dan
produksi IL-2
 Overekspresi CD20 pada limfosit
 Peningkatan ekspresi CAMs pada limfosit
 Sel-sel tua memiliki lebih banyak RNA messenger
untuk 3 inhibitor mitosis
 Penurunan jumlah situs antigenik HLA I dan II
pada limfosit
 Peningkatan aktivasi sel T yang mengekspresikan
molekul DR
 Penurunan proporsi sel T, sel B, dan sel NK yang
mengekspresikan CD62L dan peningkatan
kepadatan per sel pada ekspresi reseptor adhesi
 Upregulasi L-selectin pada tiap sel T Sumber:
 Pergeseran populasi limfosit sehingga - HSC 2014
mengandung lebih banyak sel NK-CD3 dan sel T - HSC 2015
CD3+CD56+. - Hazzard 6th ed
 Downregulation CD3 dan upregulation CD50
pada sel T yang mengakibatkan aktivasi dan
proliferasi.
 Peningkatan kematian sel T karena adanya fas
atau fas-ligand yang merespon adanya IL-2
 Peningkatan kepadatan CD5 pada sel B
 Penurunan jumlah monosit dengan LFA-1

28
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
2. Promosi
LECTURE 26 Merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi
Pemateri : Dianing | Editor : Lupi
membentuk klon melalui pembelahan dan
berinteraksi melalui komunikasi antar sel. Pada tahap
ini juga menstimulasi sitogenik, faktor diferensiasi,
SKIN CANCER proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) dan
merupakan awal pertumbuhan pra neoplastik.
Sel yang terinisiasi tidak dapat kembali menjadi sel
Sebelum membahas tentang tumor maupun keganasan
normal, namun dapat mengalami apoptosis.
yang terjadi pada kulit, kita akan membahas tentang seluk
Proses ini membutuhkan waktu lebih lama bahkan
beluk proses terjadinya kanker terlebih dahulu.
beberapa tahun. Senyawa yang meransang
pembelahan sel disebut promotor atau epigenetik
CARCINOGENESIS
karsinogen.

3. Progresi
Apabila sel-sel yang telah mengalami promosi
melanjutkan proses proliferasi selulernya, maka
terjadi tahap progresi. Pada tahap ini, terjadi
instabilitas genetik yang menyebabkan perubahan
mutagenik dan epigenetik. Proses ini menghasilkan
klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas
proliferasi, bersifat invasif menyerang jaringan sekitar
dan peningkatan potensi metastasis atau menyebar ke
tempat lain. Jika tidak ada yang menghalangi, sel
kanker tumbuh dalam jumlah banyak dan
mempengaruhi fungsi tubuh atau menimbulkan
keluhan (gejala klinis). Tahapan ini berjalan lebih
cepat.
Carcinogenesis atau proses pembentukan kanker,
merupakan proses yang terjadi ketika sel normal berubah Membahas tentang keganasan pada kulit, kebanyakan
menjadi sel kanker. Seperti yang dijelaskan pada gambar berkaitan dengan pengaruh sinar UV. Seperti yang
di atas, proses tersebut diawali dengan adanya paparan zat dijelaskan pada gambar berikut.
kimia penginduksi kanker atau bahan karsinogen lain.
Pada proses ini melibatkan sel normal yang dapat
menyebabkan beberapa gangguan pada sel yang pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya proses
karsinogenesis dimulai. Gangguan yang dialami dapat
berupa kerusakan DNA (double strand breaks), modifikasi
nukleotida, dan penggabungan dua strand yang tidak
seharusnya.

1. Inisiasi
Tahap ini adalah tahap terbentuknya sel kanker awal,
terjadi perubahan genetik dalam sel somatik (sel
inisiasi) normal melalui proses mutasi dan masuk ke
mekanisme perkembangan untuk menjadi sel
abnormal.
Mutasi pada tingkat DNA menyebabkan sel tumbuh
lebih cepat dari sel sekitarnya, dengan mengaktivasi
gen pertumbuhan (proto-oncogen) dan mengambat
gen penahan (tumor suppresor gen).
Tahap ini terjadi dalam hitungan hari. Namun, sel
dapat kembali normal apabila sel mengalami
perbaikan DNA. Selain itu, sel dengan adduct (atau
memiliki produk reaksi dari dua substansi), bisa jadi
dideteksi oleh sel imun tubuh dan diapoptosis.
Senyawa yang terlibat dalam tahap ini disebut
inisiator.

29
ELDERLY

Jenis-jenis benign tumor:


 Hypertrophic scar / parut hipertrofi

Tumor jenis ini termasuk ke dalam pseudotumor.


Pseudotumor jenis ini yang paling sering terjadi,
muncul akibat respon penyembuhan yang
berlebihan (Adapun proses penyembuhan luka
Berikut adalah tipe-tipe kerusakan DNA yang dapat terjadi. terdiri dari proses hemostasis, inflamasi, proliferasi,
dan remodelling. Pada parut hipertrofi ini,
mengalami proses proliferasi yang berlebihan.),
kerusakan/kehilangan jaringan terjadi melewati
membrana basalis epidermis (apabila kerusakan
jaringan tidak melewati membrana basalis
seharusnya parut hipertrofi tidak terjadi), dan bisa
jadi riwayat infeksi pada luka menyebabkan
kehilangan jaringan yang berlebihan.
Manifestasi klinis:
o Muncul <3 bulan setelah terjadinya luka
o Parut kemerahan, menonjol, dapat ditemukan
pelebaran pembuluh darah
o Dapat mengempis/mendatar secara spontan <6
bulan
o Dapat membaik dengan steroid + pressure
dressing

 Keloid

SKIN TUMOR
Tumor kulit itu sendiri terbagi menjadi 3 kelas yaitu
benign (true maupun pseudo tumor), precancer, dan
cancer.

A. Benign / Jinak
Tumor disebut jinak apabila: Pseudo tumor ini terjadi juga karena proses
 Secara sitologi ditemukan sel yang masih penyembuhan luka yang berlebihan.
homogen. Artinya adalah tidak dijumpai sel atipi Perbedaannya dengan parut hipertrofi adalah,
(atypic cell -), tidak dijumpai sel yang polimorfik apabila pada parut hipertrofi proses proliferasi
(polymoprphic cell -), dan mitosis sel normal berlimpah namun remodelling masih bagus, pada
(mitoses pathologic -) keloid ini terjadi inflamasi yang berkepanjangan,
 Tidak ada invasi atau tidak ada pertumbuhan sel proliferasi berlimpah namun remodelingnya gagal
tumor ke jaringan terdekatnya. dan tidak sempurna. Sehingga penumpukan
 Tidak ada metastasis atau tidak ada pertumbuhan jaringan ikat misalnya saja kollagen tipe 1 tidak
di tempat jauh digantikan menjadi kollagen tipe 3, sehingga
terjadi timbunan.

30
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
Daerah yang sering terkena adalah daerah yang  Granuloma Pyogenik
memiliki tegangan tinggi seperti area deltoid,
pectoral, sternal, ear lobe
Faktor predisposisi:
o Wanita
o Dewasa muda
o Ras mongolod dan negroid
Manifestasi klinis: Penyebabnya masih belum diketahui, namun
o Sama dengan parut hipertrofi, namun pada para ahli menduga karena infeksi bakterial.
keloid terdapat pseudopodia. Pseudopodia ini Pada tumor ini terjadi pembentukan granuloma
terjadi akibat jaringan ikat yang berlimpah dan yang berlimpah.
menumpuk tadi menginfiltrasi ke jaringan Secara histopatologi terdapat proliferasi sel-sel
sebelahnya. endotel dan kapiler pembuluh darah, serta
adanya infiltrasi leukosit, inilah alasan mengapa
para ahli mengira bahwa granuloma pyogenik
disebabkan karena adanya infeksi.
Manifestasi klinis:
o Papul berbentuk kubah kemerahan
o Mudah berdarah
o Tunggal
o Permukaan bisa mengkilap atau erosif
o Mirip dengan tampakan nodular melanoma.
Namun pada nodular melanoma papul
dikelilingi oleh timbunan pigmen seperti pada
gambar
Terapi
Terapi dengan steroid + pressure dressing
tidak akan memberi hasil yang signifikan.
Sehingga untuk menghilangkan keloid
sebaiknya dilakukan operasi dengan
melakukan prosedur intrakeloid, karena
apabila dilakukan insisi /irisan kulit dilakukan
hingga kulit normal sebelahnya, maka bekas Terapi:
irisannya justru berpotensi untuk terjadi keloid o Eksisi
lagi. o Cryosurgery
o Chemosurgery
o Electrosurgery

 Melanocytic nevi / Nevus melanocytic /


pigmented nevi (Nevus = tanda lahir karena
pertumbuhan anomali dari melanosit imatur di
kulit)
Diketahui bahwa melanosit itu sendiri berasal dari
neural crest yang bergerak ke epidermis menjadi
melanoblast, yang kemudian akan berkembang
menjadi melanosit matur yang menghasilkan
pigmen. Apabila gagal migrasi, dan tertinggal di
tempat lain, menyebabkan terjadinya nevus.

31
ELDERLY

Jenis-jenis nevus melanocytic: o Compound  gabungan dari junctional dan


dermal

 Giant Pigmented Hairy Nevi

Terjadi karena kegagalan migrasi dalam jumlah


o Junctional  timbunan melanosit imatur pada besar yang mengumpul di suatu tempat.
perbatasan epidermis dan dermis Selain itu, growth factor untuk melanosit yang
juga digunakan untuk pertumbuhan rambut,
maka pada giant pigmented hairy nevi ini dapat
ditemukan rambut pada daerah nevusnya.

 Cellular Blue Nevi

o Dermal  timbunan ada di dermis

Merupakan melanocytoma dermal, bukan lagi


berasal dari melanosit imatur, namun berasal dari
melanosit matur yang membentuk tumor.
Tumor ini dapat berkembang menjadi melanoma.
Letak dari nevi ini berada di dalam, sehingga
pigmen yang dihasilkan biasanya coklat, karena
letaknya berada di dalam maka terbaca seperti
biru.

32
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
 Nevus Melanotic/Melanotic Nevi bulet-bulet kayak gambaran kista, tapi sebenarnya
buka kista, itu karena lesi berbentuk papilomatosis
sehingga saat dipotong seolah-olah berada di
tengah epidermis dan seperti kista)
DDx:
o Melanocytic nevi
o Pigmented basalioma
o Verucca vulgaris
Apabila pada contoh nevus-nevus di atas yang Terapi:
berperan adalah melanositnya, pada nevus o Electrosurgery
melanotik ini merupakan timbunan dari o Laser
melaninnya. o Cryosurgery
Akumulasi ini berada pada lapisan dermis
tepatnya di tengah maupun di bawah lapisan. Bisa  Syringioma / Hidradenoma
dimulai sejak lahir dan bertahan sepanjang hidup. Tumor jinak dari kelenjar keringat.
Jenisnya adalah monolian spot (yang berada di Sering terjadi pada wanita dewasa.
pantat bayi) dan nevus of ota (bisa ada di wajah, Tidak berbahaya / jarang menjadi ganas, namun
bahu, dan konjunctiva). hanya menggangu kosmetik. Pasien datang ke klinik
utamanya karena takut.
Manifestasi klinis : Manifestasi klinis:
o Nodul ukuran 1-5 mm
o Multipel
o Warna sewarna kulit
o Biasanya di area orbital dan sekitarnya (localized)
atau bisa di seluruh tubuh (generalized)

Terapi: cenderung susah elektro kauterisasi, CO2


blasser, tapi meninggalkan bekas yang tidak lebih
o Awal : Terdapat papul-papul datar, berwarna indah daripada tumor aslinya.
coklat kekuningan (gambar paling kiri)
o Akhir : Papul berubah menjadi lesi  Sebaceus Nevi of Jadhason (kelainan hamartoma
verrucous/berveruka, tertutupi krusta berminyak, yang dibawa sejak lahir)
warna lebih gelap

Histopatologi :

o Dijumpai proliferasi sel epidermis (terutama pada Merupakan proliferasi kelenjar sebacea yang dibawa
daerah basaloid), dengan produk-produk keratin sejak lahir.
yang terjebak (pseudocyst keratin = gambar yang
33
ELDERLY

Manifestasi klinik:  Capillary Hemangioma


o Biasanya ada di kulit kepala dan wajah
o Muncul sejak lahir, menetap dan berkembang
saat pubertas (karena ada pengaruh hormonal
yang menyebabkan aktivitas kelenjar sebasea
meningkat)
o Lesi bisa berbentuk bercak/patch hingga menjadi
plak datar, bisa berupa papilomatosis, batas tegas,
berwarna kekuningan, mengkilap karena
menghasilkan minyak, apabila ditekan lunak
o Kadang di tengah lesi ditemukan seperti milia,
yaitu kista-kista putih yang merupakan kista
keratin
Histopatologi:  Mixed Hemangioma
o Proliferasi glandula sebasea matur
o Folikel rambut abortif
o Kita ketahui bahwa kelenjar sebasea itu bermuara
pada folikel rambut, maka dari itu, pada lesi ini
folikel rambutnya terdesak oleh proliferasi
kelenjar.
o Degenerasi hidrocystic, sehingga kelenjar apokrin
dan ekrin tertekan sehingga mengalami
degenerasi, apabila terjadi sumbatan maka akan
membentuk kista-kista
Prognosisnya 30% berkembang menjadi basalioma,
terkadang menjadi SCC.
Maka, terapinya lebih baik dieksisi karena kelak bisa
jadi kanker
B. Precancerous
Tumor disebut lesi precancer apabila:
 Verrucous Nevi
 Secara histologi lesi-lesi tersebut sudah ganas,
namun malignansi masih insitu.
 Secara sitologi sudah menunjukkan tanda-tanda
malignansi yaitu sel-sel polimorfik dan atipik.
 Belum ada invasi atau pertumbuhan sel tumor ke
jaringan terdekatnya.
 Belum ada metastasis atau pertumbuhan di
tempat jauh
Lesi precancer ini juga disebut tumor insitu / tumor
stadium 0
Jenis-jenis lesi precancerous:

- Actinic Keratosis

 Port Wine Stain

34
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4

 Terjadi karena paparan radiasi ultraviolet,


sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila DNA
mengalami kerusakan dan sel-sel tidak bisa
melakukan perbaikan, maka akan terjadi dua
kemungkinan, (1) Aktivasi gen apoptosis, (2)
Apabila gen apoptosis mengalami mutasi karena
paparan UV, maka sel akan menjadi ganas.  Keganasan insitu karena paparan arsen
 Actinic keratosis terjadi karena mutasi yang  Biasanya menyerang petani karena paparan
terjadi menyebabkan sel-sel menjadi ganas, pestisida atau insektisida.
namun masih belum mengalami invasi.  Sering ditemukan di telapak tangan, dan lama-
 Lesi sering dijumpai pada orang berkulit terang. lama menjadi terinflamasi
 Terjadi pada kulit yang terpapar matahari Manifestasi klinis:
 Terdapat tanda-tanda penuaan kulit dini o Lesinya hiperkeratotik, yang lama-lama akan
 Pada perkembangannya dapat berlanjut menjadi mengalami inflamasi
basalioma atau SCC o Meluas/difus
Manifestasi klinis: o Lesi seperti veruka multipel
o Lesi berupa plak yang ditutupi squama/sisik o Lesi bersisik/squama yang melekah erat
yang melekat erat o Tepinya seperti lidah yang menjulur keluar
o Eritematous, hiperpigmentasi
o Apabila squama diambil, berdarah
o Terdapat teleangiectasis / pelebaran pembuluh
darah di sekitar squama
o Kulit di sekitar lesi keriput
o Terdapat skin elastosis / kulit menjadi kendur
Terapi :
o 5-Fluorouracil topikal / 5 FU topikal
o Eksisi luas

- Arsenic Keratosis

- Cutaneous Horn

Penonjolan kulit pada area yang terekspos matahari,


dengan ujung yang dipenuhi keratin yang
membentuk semacam tanduk.
Pada daerah dasarnya merupakan SCC insitu.

35
ELDERLY

- Bowen Disease - Paget Disease


 Lesi precancer yang meradang / inflamatori.
 Apabila ditemuka multipel, maka pasien
mengalami immunosupressive, terutama pada
immunosurveilance nya.
 Kita ketahui bahwa sel-sel mengalami keganasan
akan membutuhkan proses mulai dari inisiasi,
promosi, dan progresi. Immunosurvailance
merupakan suatu kemampuan daya tahan tubuh
untuk mengawasi semua sel-sel yang mengalami
perubahan/mutasi. Apabila terjadi mutasi, maka
immunosurveilance akan menyebarkan antigen
di bawah permukaan selnya, yang akan dikenali
oleh APC (Antigen Presenting Cell), yang
berada di epidermis.
 Pada orang dengan penyakit Bowen,
kemampuan mengenali sel mutan akan
mengalami penurunan.
 Bentuk lesinya tertutup oleh squama yang  Merupakan keganasan intraduktal dari kelenjar
melekat erat dengan dasar eritem. Tepinya keringat tipe apokrin (kelenjar keringat yang
berlobi-lobi. menyebabkan bau badan). Ada pula kelenjar
 Berbeda dengan lesi-lesi sebelumnya, penyakit apokrin lain yang berdiferensiasi menjadi kelenjar
Bowen ini justru timbul pada area yang tertutupi payudara.
pakaian  Maka dari itu, penyakit Paget ini merupakan
 Pasien juga akan mengalami malignansi organ kanker intraductal pada mammary atau extra
dalam. mammary (paling sering di area genital, namun
 Lesi dapat berkembang menjadi SCC bisa ditemukan di area ketiak dan pantat).
Manifestasi klinis:
o Apabila mengenai kelenjar payudara biasanya
unilateral (DDx: eksim putting susu bilateral
dan terjadi karena alergi bahan-bahan pakaian
dalam)
o Puting susu mengalami ulserasi dan
regresi/destruksi
o Terdapat krusta yang melekat erat
o Gejala gatal
o Tidak responsif dengan steroid

Terapi : di eksisi, dikirim ke bedah

36
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
- Erythroplasia Queyrat  Memicu proliferasi keratinosit yang berlimpah,
hingga membentuk tumor vercous yang sangat
besar, banyak jaringan nekrotik
 Dapat berkembang menjadi SCC
 Terapinya hanya satu, yaitu amputasi penis.

C. Malignant Skin Tumor / Cancer

 Penyebab pasti penyakit ini tidak diketaui, tapi


sering terjadi pada orang yang tidak sunat, diduga
karena adanya trauma kronis/berulang.
 Sering ditemukan pada pasien yang hidup di
daerah panas.
 Herpes Simpleks Genitalis juga bisa
menyebabkan terjadinya keganasan ini.
Manifestasi klinis:
o Patch induratif
o Terdapat sisik yang menempel erat, apabila
dipaksa dikelupas akan terjadi perdarahan
o Berwarna kemerahan

- Papulosis Bowenoid Jenis-jenis tumor kulit ganas:

- SCC (Squamous Cell Cancer)

 Tidak seperti Penyakit Bowen di atas, pada


Papulosis Bowenoid ini disebabkan oleh Human  Kanker yang paling sering kejadiannya.
Papilloma Virus (HPV) 16, 18, dan 33, serta  Berasal dari keratinosit
hanya menyerang pada batang penis.  Secara histologipatologisnya sudah terjadi
 Merupakan SCC in situ invasi dan potensial untuk metastasis
 Terdapat proliferasi epidermis yang  Sering menyerang lansia
verucous/berveruka.
 Bisa menyebabkan penularan HPV ke partner
sex nya

- Giant Condyloma

 Disebabkan oleh HPV 6. Manifestasi klinis / UKK (Ujud Kelainan Kulit):


 Sama seperti Condyloma Acuminata (gambar o Berupa ulkus atrofi, dengan jaringan
kanan merupakan gambar kondiloma akuminata, granulosit di dasarnya.
tipe flat), yaitu banyak menyerang orang yang o Atau bisa juga seperti kembang kol/verucous,
tidak disunat dengan tumpukan jaringan keratin yang
berbau
o Batas tidak tegas
37
ELDERLY

Staging: mendestruksi jaringan sekitarnya, hingga


mendestruksi tulang, kemudian mencapai
mening, dapat menyebabkan meningitis hingga
berujung kematian)

Faktor resiko:

Terapi: eksisi yang radikal diikuti radiasi

Patogenesis:
Mayoritas berasal dari folikel rambut.

- BCC (Basal Cell Carcinoma) = Basalioma


 Diketahui bahwa epidermis terdiri dari
keratinosit. Keratinosit yang sangat potensial
membelah terus menerus adalah keratinosit
bagian basal.
 BCC ini merupakan keganasan yang berasal
dari keratinosit di basal.
 Menyerang area yang terpapar sinar matahari
 Hampir tidak pernah metastasis, kecuali di
pasien immunosupresan
 Dapat menyebabkan destruksi lokal, namun bisa
menyebabkan kefatalan (misalnya dia
menyerang daerah mata, kemudian bisa

38
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
Hedgehog Signaling Pathway adalah alur sinyal o Eksisi dengan ditutup skin-flap
yang mentransmisikan informasi kepada sel
embrionik yang membutuhkan diferensiasi sel.
Malfungsi dari pathway ini sering berasosiasi
dengan terjadinya BCC.

Tipe-tipe BCC:
1. Noduler
2. Nodulo ulcerative
3. Superficial
4. Pigmented

- Rodent ulcer

Manifestasi klinis / UKK:


o Pada semua tipe BCC, dapat diperhatikan
adanya hiperpigmentasi pada tepi lesinya,
yang mirip seperti mutiara hitam. Bisa
dijadikan tanda klinis.
o Batas tidak tegas
o Berbentuk polisiklik
Penegakkan diagnosis pasti tetap dengan Manifestasi klinis / UKK:
histopatologi (sel-selnya tersusun seperti pagar / o Lesi meluas seperti koreng yang digigit tikus
secara palisade, kadang-kadang ditemukan o Daerah tengahnya jaringan nekrotik
jaringan nekrotik di tengah lesi) o Daerah tepi berlekuk-lekuk/berlobi-lobi
Terapi:
o Eksisi
o Radiasi
o 5-FU topikal / 5-Fluorouracil topikal

- Malignant melanoma
Tumor yang paling ganas (sangat mudah metastasis),
sering menyebabkan kematian / mortality rate nya
tinggi. Karena biasanya apabila telah ditegakkan
diagnosis, sudah mengalami metastasis di kelenjar
limfenya.
Berasal dari melanosit.

Terapi:
o Dilakukan eksisi yang luas, kemudian
dilakukan skin-graft

39
ELDERLY

Tipe gambaran klinis: Staging:


1. Lentigo malignant melanoma

Terapi :
Stadium awal : eksisi dengan 1,5-3 cm di luar batas, hal
ini dilakukan karena ditakutkan sudah ada sel kanker
Terdapat nodul hiperpigmentasi, dikelilingi tapi belum bikin maelanin,
pigmen yang berlekuk-lekuk mencuat keluar Diberi kemoterapi apabila sudah ada metastasis
seperti lidah yang disebut dengan Tongue-Like Diberi radiasi paliatif, terutama pada kasus metastasis
Appearance. tulang dan otak.

2. Noduler melanoma

3. Superficial spreading melanoma


Seperti pada gambar yang nodular melanoma,
apabila nodulnya saja disebut dengan nodular Sebagai dokter layanan primer, apabila menemukan
melanoma, pigmentasi yang menyebar di hal-hal berikut maka perlu dirujuk ke dokter spesialis
permukaan itulah yang disebut dengan superficial atau dokter bedah.
spreading melanoma.

4. Acral lentiginous melanoma (paling sering di


Indonesia)

40
HSC 2017 BLOK C.5 WEEK 4
Terapi-terapi untuk keganasan o Fresh tissue technique
1. Mohs Surgery

o Fixed tissue technique

*re-eksisi dilakukan di hari yang berbeda

41
ELDERLY

2. Photodynamic therapy 4. MAL + Red Light


*MAL / Methyl aminolevulinate

3. ALA + Blue Light


*ALA / Aminolevulinic acid = substansi kimia
ayang ada dalam tubuh yang dikonversi menjadi
protoporphyrin IX. Biasanya digunakan dalam
terapi photodynamic untuk prekanker dan kanker
kulit.

42

Anda mungkin juga menyukai