E2 - Wiryaningtyas Setya W - Aliran Terbuka
E2 - Wiryaningtyas Setya W - Aliran Terbuka
MEKANIKA FLUIDA
MATERI
NIM : 195100200111034
KELOMPOK : E2
ASISTEN :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Nama : Wiryaningtyas Setya Winahyu
NIM : 195100200111034
Kelompok : E2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
𝑣 = 𝐶√𝑅𝑆
Keterangan:
v = kecepatan aliran (kaki per sekon/fps)
R = jari-jari hidrolis (kaki)
S = kemiringan dasar saluran
C = koefisien Chezy (faktor tahanan aliran)
𝑄 = 𝐴×𝑉
Keterangan:
Q = Debit (m3/s)
A = Luas Penampang Basah (m2)
V = Kecepatan rata-rata (m/s)
2.4 Pengertian Aliran Subkritis, Kritis, dan Super Kritis
Menurut Albas dan Permana (2016), aliran terbuka dibedakan menjadi tipe aliran
sub-kritis (mengalir), kritis, dan super kritis (meluncur). Aliran sub-kritis bergantung pada
kondisi wilayah hilir yang nantinya akan mempengaruhi keadaan hulu. Sedangkan aliran
super kritis memungkinkan kondisi hulu akan mempengaruhi aliran hilir. Penentuan tipe
aliran tersebut didasarkan pada nilai Froude yang dapat didefinisikan dengan rumus:
𝑣2
𝐹𝑟 2 =
𝑔. 𝛾𝑔
Aliran dikatakan kritis jika bilangan Froude sama dengan satu (Fr=1), aliran
dikatakan sub-kritis (aliran tenang) jika Fr<1 dan aliran dikatakan super kritis jika Fr>1
(Junaidi, 2014). Aliran dikatakan kritis bila kecepatan aliran sama dengan kecepatan
gelombang gravitasi. Gelombang gravitasi dapat dibangkitkan dengan merubah
kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dibandingkan aliran kritis maka alirannya
disebut aliran sub-kritis. Sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar dibandingkan
kecepatan kritis, alirannya disebut dengan super kritis. Pada saluran berbentuk persegi,
bilangan Froude dapat didefinisikan sebagai berikut:
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔. ℎ
Keterangan:
V = kecepatan aliran (m/s)
h = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
(Amanda, 2017)
2.5 Aplikasi Aliran Terbuka pada Bidang Teknik Lingkungan/Teknik Pertanian
Aliran terbuka sangat berguna untuk dipelajari dalam bidang teknik pertanian.
Salah satu contoh aplikasi aliran terbuka adalah aliran irigasi. Dalam sistem irigasi ini
diperlukan pemahaman mengenai potensi sumber daya air pada suatu wilayah aliran
sungai yang dapat diketahui melalui pengukuran debit aliran. Debit aliran dapat
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air pada suatu kawasan. Debit
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, curah hujan, luas aliran irigasi,
kemiringan aliran irigasi, dan bentuk irigasi (Nadiya, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Albas, J. dan Permana, S. 2016. Kajian Pengaruh Tinggi Bukaan Pintu Air Tegak
(Scluicegate) Terhadap Bilangan Froude. Jurnal Konstruksi 14 (1): 35-45.
Amanda, F. 2017. Perubahan Kedalaman Muka Air Pada Saluran Terbuka Akibat
Penyempitan Dengan Variasi Kemiringan Saluran dan Bukaan Pintu Radial.
Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Junaidi, FF. 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan
Ampera Sampai Dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan 2 (3):
542-552.
Nadiya, S. 2016. Pemanfaatan Sensor Ultrasonik Dalam Pengukuran Debit Air Pada
Saluran Irigasi Berbasis Mikrokontroler ATMega8535 Menggunakan Media
Penyimpanan SD Card. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Setiawan, A. dan Setiaji, FD. 2012. Permodelan dan Pengujian Model Dinamis Saluran
Terbuka Hidrolik yang Menggunakan Weir Segitiga. Jurnal Ilmiah Elektronika 11 (1):
65-74.
LAMPIRAN