Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun
tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya,
semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa saya
ucapkan terimakasih kepada teman-teman sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah
ini saya sajikan untuk membahas tentang  “TERMODINAMIKA”. Untuk lebih jelas simak
pembahasan dalam makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan
yang mendalam tentang termodinamika kepada kita semua.

Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu,
saya mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk memperbaiki makalah saya
selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih.

                                                                                                          Malang, 10 Oktober 2013

                                                                                                                     Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR                       …………………………………………………… 2

DAFTAR ISI                                      …………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN                 ………………………………………………….... 4

   1.1            Latar Belakang                         ………….………………………………………... 4

   1.2            Rumusan Masalah                     …………………………………………………...  4

   1.3            Tujuan                                       …………………………………………………...  4

 1.4       Manfaat                                    …………………………………………………...  4

BAB II PEMBAHASAN                 
   2.1          Pengertian Termodinamika        …………………………………………………...  5

   2.2         Bentuk-Bentuk Energi               …………………………………………………...  6

   2.3         Sistem, Proses & Siklus Termo  …………………………………………………..   7

   2.4         Hukum Termodinamika             …………………………………………………..   8

            2.4.1 Termodinamika I              …………………………………………………..   9

               2.4.2 Termodinamika II            …………………………………………………... 12

               2.4.3 Termodinamika III           …………………………………………………... 14

BAB III PENUTUP                          

Kesimpulan                                         …………………………………………………..   16

Saran                                                   …………………………………………………..   16

DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………………......   17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Thermodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti yang ada
didalamnya terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi thermodinamika bercakupan jauh, dan
penerapannya membentang ke seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi
kita, perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan
menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita
melibatkan perpindahan energi dan perubahan energi.  

            Thermodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam
dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi
listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain .
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energi.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

·         Apa pengertian dari hukum-hukum Termodinamika?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan penulisan Makalah ini yaitu:

·         Dapat memahami bentuk-bentuk energi thermodinamika

·         Dapat mengetahui hukum-hukum dari Thermodinamika

1.4  Manfaat

Makalah ini dapat memberikan beberapa manfaat, diantarnya dapat menambah wawasan  dan
pengetahuan bagi pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar Thermodinamika

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas

tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi
didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi
kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan
lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energi.

Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-
hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan di bumi
energi tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses pertumbuhan
berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga
merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam makanan
menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu
energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip
alamiah dalam berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme
untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut,
maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi, yang
merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber. energi lain menjadi energi mekanis dalam
bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa.

Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin pembangkit
energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan kerja. Untuk kenyamanan
hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas, dan refrigerators  yang
menggunakan prinsip dasar thermodinamila. Aplikasi thermodinamika yang begitu luas
dimungkinkan karena perkembangan ilmu thermodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan
penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika seperti Willian
Rankine, Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke 19. Pengembangan ilmu
thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik, yaitu sifat thermodinamis didekati
dari perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi media pembawa energi, yang disebut
pendekatan thermodinamika klasik.

Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-
partikel disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan perkembangan ilmu thermodinamika
modern, atau disebut thermodinamika statistik. Pendekatan thermodinamika statistik
dimungkinkan karena perkembangan teknologi komputer, yang sangat membantu dalam
menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

2.2 Bentuk-Bentuk Energi

Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal, mekanis, kinetis, potensial,
elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.

Di dalam thermodinamika yang dipelajari adalah besarnya perubahan dari satu bentuk energi ke
bentuk lainnya, bukan menghitung jumlah anergi dari suatu sistem.

          Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:

1.    Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti gravitasi,


magnetik, elektrik dan tegangan permukaan.

Energi Makroskopik terdiri dari:

·       Energi Kinetik ( KE ): Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu referensi.
Adapun besarnya dalam berntuk energi per-satuan masa dengan: * m= satuan masa media
pembawa energi

                                  * v=  satuan kecepatan gerakan masa

·       Energi  Potensial ( PE ): Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam medan gravitasi,


besarnya adalah:

PE= m.g.
z

  

2.    Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat aktivitas molekul.


Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam (internal energy) , dengan simbol U.

Energi Mikroskopik terdiri dari:

·       Energi Sensibel          : Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan (translasi, rotasi,
vibrasi) molekul sistem.

·       Energi Latent                        : Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair,


  menguap dll.

·       Energi Kimia             : Berhubungan dengan ikatan atm-atom dalam sistem.

Dengan demikian energi total suatu sistem hanya dipengaruhi oleh energi kinetik,energi

potensial dan energi dalam.

2.3                           SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA

Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan obyek
analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan
lingkungannya disebut batas sistem (boundary), dalam aplikasinya batas sistem merupakan bagian
dari sistem maupun lingkungannya, dan

dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak.

Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup

dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis

tetap dan tidak ada masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem,

tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup

adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup

adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi
volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Dalam sistem
terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem.
Sebagian besar mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar
adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk
kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. melalui knalpot.

       Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem thermodinamika
terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem tersebut. Karakteristik
yang menentukan sifat dari sistem disebutproperty dari sistem, seperti tekanan P, temperatur T,
volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu ada juga property  yang
disefinisikan dari property  yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis, dan lain-
lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila masing-masing
jenis property  sistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya.
Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai
nilai property  yang tetap. Apabila property  nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut
mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut
sistem dalam keadaan seimbnag (equilibrium). Perubahan sistem thermodinamika dari keadaan
seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara
keadaan awal dan akhir disebut lintasan proses. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus,
apabila sistem tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem
kembali ke keadaan awalnya.

2.4  HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA
          Energi Dalam

Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi dalam gas
berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas
tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak
tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.

Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak
yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel yang
bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau
sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh
partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding
dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan perubahan
energi dalam gas.

Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, Radalah konstanta
umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:

·                 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.

·                 Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari
suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerjayang dilakukan terhadap sistem.

·                 Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi
dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

·                 Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan
bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan
entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

2.4.1     TERMODINAMIKA I

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu
sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan
hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang
mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan
suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan
menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I
termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U  adalah perubahan energi dalam. Secara
sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.

Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda
(krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan
benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti
mengalami perubahan energi dalam∆U.

·                Proses Isotermik

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di


dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini
dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan
energi dalam (∆U  = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan
usaha yang dilakukan sistem

  (Q = W).

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem
dan kalor dapat dinyatakan sebagaiDimana V2 dan V1adalah volume akhir dan awal gas.

·                Proses Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan
proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V =  0), gas tidak melakukan usaha
(W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat
dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U

·                Proses Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan
melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha
(W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya
telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume
konstan

QV =∆U

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang
diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume
konstan (QV).

·                Proses Adiabatik

Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh
sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi
dalamnya (W = ∆U).

Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-
masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah
menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai

Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan
dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1). Proses adiabatik dapat
digambarkan dalam grafik p – Vdengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada proses
isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan
energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:

“ Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi
panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya. ”

Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui eksperimen-
eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat dikonversikan.
Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi
keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang
dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."

2.4.2 TERMODINAMIKA II

          Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat
azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika
seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak
mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses terbalikkan:
pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal
dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari
setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai
sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana
keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalahentropi. Perubahan entropi hanya
gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal
dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua termodinamika di


dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan menyatakan, kekacauan dari
sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang kotak adalah
lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati setengah ruang kotak.
Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai
temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi lebih kacau,
dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan temperatur T
adalah lebih lemah bila dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A
bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur T2".

Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah,  pers.
(1): S = k log w

dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter kekacauan,


yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan yang mungkin
ditempati.

Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana banyaknya
molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar, maka kemungkinan
sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah sebanding dengan V;
yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di
dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah, pers. (2):

W1  = c V

dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di dalam


volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang terdiri
dari N molekul berada di dalam volume V adalah, pers.(3):

w = w1N  = (cV)N.

Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal dalam proses
ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah
bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah
besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran


termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan hukum
kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi menuju
entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan
yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi
maksimum secara termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan
tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-tiap
proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan yang
paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku pada suatu
hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu
ruangan.

2.4.3  TERMODINAMIKA III

Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa paramagnetikhingga sekitar


0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek
magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm,
penurunan medan magnetik secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar
bahan pada temperatur Tᶠ¹, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor
secara isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan semula.
Penurunan medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan temperatur yang
lebih rendah lagi, Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik
dapat dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai nol mutlak.

Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa semakin
rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang sama berlaku juga untuk
efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian, penurunan medan secara adiabat yang tak
trhingga banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari
pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut :

Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang banyaknya terhingga.Ini
dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau ketaktercapaian hukum ketiga
termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga termodinamika adalahhasil percobaan yang
menuju ke perhitungan bahwa bagaimana ΔST berlaku ketika T mendekati nol. ΔST ialah
perubahan entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung proses isoterm terbuktikan.
Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun, ΔST berkurang jika sistem itu zat cair
atau zat padat. Jadi prinsip berikut dapat di terima:

Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-terkondensasi


mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol. Pernyataan tersebut merupakan hukum
ketiga termodinamika menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang
menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem terkondensasi mendekati nol.
Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia, perubahan status fisik, atau secara
umum tiap perubahan yang dalam prinsip dapat dilakukan secara reversibel.

Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai :

Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis   0, bukan hanya beda entropi
yg = 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T  padat atau cair dalam keseimbangan dakhir pada suhu
nol. Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun.D0 K,
perubahan entropi transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan
bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan
entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

StD Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi yang berkaitan dengan


perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K bernilai nol.

Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau molekular
maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya
entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan
derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu tidak akan ada
perubahan entropi.

BAB III

   PENUTUP

A.      KESIMPULAN

ü  BENTUK-BENTUK ENERGI

Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal,

       mekanis, kinetis, potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.

ü  SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA

    Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup

dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada
masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-
keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.

ü  HUKUM TERMODINAMIKA I,II,III


ü  Hukum Pertama Termodinamika: Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan
total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap
sistem.

ü  Hukum kedua Termodinamika: Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini
menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

ü  Hukum ketiga Termodinamika: Hukum ketiga termodinamika terkait dengantemperatur nol


absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.

B.     SARAN

Ø  Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika

http://www.cuacajateng.com/hukumpertamathermodinamika.html

http://www.forumsains.com/fisika-smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/

http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html

www.infofisioterapi.com/info/makalah-termodinamika.html

www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html

http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/makalah-kimia-fisik-termodinamika.html

http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-perkuliahan/

http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html

NAMA    : SUSI MELINDAH

NIM        :201310410311052

KELAS   :FARMASI B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


JL.BENDUNGAN SUTAMI 108

MALANG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Saya telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya
sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan saya, semoga bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada teman-teman sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya dan insyaAllah sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah ini saya
sajikan untuk membahas tentang “TERMODINAMIKA”. Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang
termodinamika kepada kita semua.

Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk memperbaiki makalah saya selanjutnya.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih.

                                                                                                          Malang, 10 Oktober 2013

                                                                                                                     Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR                       …………………………………………………… 2

DAFTAR ISI                                      …………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN                 ………………………………………………….... 4

   1.1            Latar Belakang                         ………….………………………………………... 4

   1.2            Rumusan Masalah                     …………………………………………………...  4

   1.3            Tujuan                                       …………………………………………………...  4
 1.4       Manfaat                                    …………………………………………………...  4

BAB II PEMBAHASAN                 

   2.1          Pengertian Termodinamika        …………………………………………………...  5

   2.2         Bentuk-Bentuk Energi               …………………………………………………...  6

   2.3         Sistem, Proses & Siklus Termo  …………………………………………………..   7

   2.4         Hukum Termodinamika             …………………………………………………..   8

            2.4.1 Termodinamika I              …………………………………………………..   9

               2.4.2 Termodinamika II            …………………………………………………... 12

               2.4.3 Termodinamika III           …………………………………………………... 14

BAB III PENUTUP                          

Kesimpulan                                         …………………………………………………..   16

Saran                                                   …………………………………………………..   16

DAFTAR PUSTAKA                        ………………………………………………......   17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Thermodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem dan piranti yang ada didalamnya
terjadi perpindahan formasi energi. Implikasi thermodinamika bercakupan jauh, dan penerapannya
membentang ke seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi kita,
perkembangan sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan
menggunakan energi tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita melibatkan
perpindahan energi dan perubahan energi.  

            Thermodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam
dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi
listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain .
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.
1.2  Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:

·         Apa pengertian dari hukum-hukum Termodinamika?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan penulisan Makalah ini yaitu:

·         Dapat memahami bentuk-bentuk energi thermodinamika

·         Dapat mengetahui hukum-hukum dari Thermodinamika

1.4  Manfaat

Makalah ini dapat memberikan beberapa manfaat, diantarnya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar Thermodinamika

Thermodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesific membahas

tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam
alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia,
energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-
lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
tehnologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

Prinsip thermodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari.
Bumi setiap hari menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan di bumi energi
tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses pertumbuhan
berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga
merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam makanan menjadi
energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi yang sangat bernilai yaitu energi
pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam
berbagai proses thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme untuk membantu
manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut, maupun udara
merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi, yang merubah energi kimia
dalam bahan bakar atau sumber. energi lain menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak atau
perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa.

Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin pembangkit energi
listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita
memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas, danrefrigerators  yang menggunakan prinsip
dasar thermodinamila. Aplikasi thermodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena
perkembangan ilmu thermodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan penemuan mesin uap di
Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika seperti Willian Rankine, Rudolph Clausius,
dan Lord Kelvin pada abad ke 19. Pengembangan ilmu thermodinamika dimulai dengan pendekatan
makroskopik, yaitu sifat thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang
menjadi media pembawa energi, yang disebut pendekatan thermodinamika klasik.

Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-partikel
disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan perkembangan ilmu thermodinamika modern,
atau disebut thermodinamika statistik. Pendekatan thermodinamika statistik dimungkinkan karena
perkembangan teknologi komputer, yang sangat membantu dalam menganalisis data dalam jumlah
yang sangat besar.

2.2 Bentuk-Bentuk Energi

Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal, mekanis, kinetis, potensial,
elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.

Di dalam thermodinamika yang dipelajari adalah besarnya perubahan dari satu bentuk energi ke
bentuk lainnya, bukan menghitung jumlah anergi dari suatu sistem.

          Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:

1.    Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti gravitasi, magnetik,
elektrik dan tegangan permukaan.

Energi Makroskopik terdiri dari:

·       Energi Kinetik ( KE ): Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap suatu referensi.
Adapun besarnya dalam berntuk energi per-satuan masa dengan: * m= satuan masa media
pembawa energi

                                  * v=  satuan kecepatan gerakan masa

·       Energi  Potensial ( PE ): Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam medan gravitasi,


besarnya adalah:

PE= m.g.
z

  

2.    Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat aktivitas molekul.


Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam (internal energy) , dengan simbol U.

Energi Mikroskopik terdiri dari:

·       Energi Sensibel          : Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan (translasi, rotasi, vibrasi)
molekul sistem.

·       Energi Latent                        : Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair,

  menguap dll.
·       Energi Kimia             : Berhubungan dengan ikatan atm-atom dalam sistem.

Dengan demikian energi total suatu sistem hanya dipengaruhi oleh energi kinetik,energi

potensial dan energi dalam.

2.3                           SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA

Suatu sistem thermodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan obyek
analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan
lingkungannya disebut batas sistem (boundary), dalam aplikasinya batas sistem merupakan bagian
dari sistem maupun lingkungannya, dan

dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak.

Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup

dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis

tetap dan tidak ada masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem,

tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup

adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup

adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi
volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Dalam sistem
terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem.
Sebagian besar mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar
adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk
kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem. melalui knalpot.

       Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem thermodinamika
terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem tersebut. Karakteristik
yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem, seperti tekanan P, temperatur T,
volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu ada juga property  yang
disefinisikan dari property  yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis, dan lain-
lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila masing-masing
jenis propertysistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya.
Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai
nilai property  yang tetap. Apabila property  nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut
mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut
sistem dalam keadaan seimbnag (equilibrium). Perubahan sistem thermodinamika dari keadaan
seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara
keadaan awal dan akhir disebut lintasan proses. Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila
sistem tersebut menjalani rangkaian beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke
keadaan awalnya.

2.4  HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA

          Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi dalam gas
berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas
tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak tampak tetapi
terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.

Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam keadaan gerak
yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh partikel yang
bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau
sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-
partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding dengan
suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu  gas akan menyebabkan perubahan energi dalam
gas.

Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta umum
gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:

·                 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.

·                 Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahanenergi dalam dari
suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

·                 Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi
dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

·                 Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

2.4.1     TERMODINAMIKA I

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu
sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan
hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang
mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu
akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan
menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal
sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara
matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U  adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana,
hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.

Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda
(krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan
benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti
mengalami perubahan energi dalam  ∆U.

·                Proses Isotermik

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di


dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini
dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan
energi dalam (∆U  = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan
usaha yang dilakukan sistem

  (Q = W).

Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem
dan kalor dapat dinyatakan sebagaiDimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

·                Proses Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan
proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V =  0), gas tidak melakukan usaha
(W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat
dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U

·                Proses Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan
melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha
(W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya
telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume
konstan

QV =∆U

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap
gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).

·                Proses Adiabatik

Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem
(Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W =
∆U).

Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-
masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah
menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai

Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan
dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1). Proses adiabatik dapat
digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada proses
isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari kekekalan
energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi.
Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:

“ Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas
yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungannya. ”

Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui eksperimen-
eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat dikonversikan.
Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi
keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang dipertukarkan
dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."

2.4.2 TERMODINAMIKA II

          Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat azas
dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika seperti yang
diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk
menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda
lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses terbalikkan: pemuaian
isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal dengan
pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan
tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang
hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai.
Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan
keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem
tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan
lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya
semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua termodinamika di


dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan menyatakan, kekacauan dari
sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang kotak adalah
lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati setengah ruang kotak. Jika
dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai temperatur
yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti,
pernyataan "semua molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih
lemah bila dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A bersesuaian dengan
temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur T2".

Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah,  pers. (1): S
= k log w

dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter kekacauan,


yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan yang mungkin
ditempati.

Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana banyaknya
molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar, maka kemungkinan
sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah sebanding dengan V;
yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di
dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah, pers. (2):

W1  = c V

dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di dalam


volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang terdiri
dari N molekul berada di dalam volume V adalah, pers.(3):

w = w1N  = (cV)N.

Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal dalam proses ekspansi
isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai positip. Ini
berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran termodinamika
dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan hukum kedua
termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi menuju entropi yang
lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih
mungkin. Dalam hal ini,keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum secara
termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapifluktuasi, misal gerak
Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-tiap proses
spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan yang paling
tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku pada suatu hari musim
panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan.
2.4.3  TERMODINAMIKA III

Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa paramagnetikhingga sekitar


0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi dapat dicapai dengan menerapkan efek
magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah penaikan medan magnetik semula secara isoterm,
penurunan medan magnetik secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan
pada temperatur Tᶠ¹, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor secara
isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan semula. Penurunan
medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan temperatur yang lebih rendah lagi,
Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik dapat dipakai untuk
mendinginkan zat hingga mencapai nol mutlak.

Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa semakin rendah
temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang sama berlaku juga untuk efek
magnetokalorik.dengan persyaratan demikian, penurunan medan secara adiabat yang tak trhingga
banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat
dinyatakan sebagai berikut :

Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang banyaknya terhingga.Ini
dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau ketaktercapaian hukum ketiga
termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga termodinamika adalahhasil percobaan yang
menuju ke perhitungan bahwa bagaimana ΔST berlaku ketika T mendekati nol. ΔST ialah perubahan
entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung proses isoterm terbuktikan. Percobaansangat
memperkuat bahwa ketika T menurun, ΔST berkurang jika sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi
prinsip berikut dapat di terima:

Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-terkondensasi


mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol. Pernyataan tersebut merupakan hukum ketiga
termodinamika menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang
menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem terkondensasi mendekati nol.
Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia, perubahan status fisik, atau secara
umum tiap perubahan yang dalam prinsip dapat dilakukan secara reversibel.

Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai :

Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis   0, bukan hanya beda entropi yg
= 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T  padat atau cair dalam keseimbangan dakhir pada suhu nol.
Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun.D0 K, perubahan
entropi transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

StD Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi  yang berkaitan dengan


perubahan kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K bernilai nol.
Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau molekular
maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya
entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan derajat
ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu tidak akan ada perubahan
entropi.

BAB III

   PENUTUP

A.      KESIMPULAN

ü  BENTUK-BENTUK ENERGI

Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi thermal,

       mekanis, kinetis, potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir.

ü  SISTEM, PROSES DAN SIKLUS TERMODINAMIKA

    Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup

dan sistem terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa
keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar
masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja.

ü  HUKUM TERMODINAMIKA I,II,III

ü  Hukum Pertama Termodinamika: Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total
dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
ü  Hukum kedua Termodinamika: Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini
menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

ü  Hukum ketiga Termodinamika: Hukum ketiga termodinamika terkait dengantemperatur nol


absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum.

B.     SARAN

Ø  Agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika

http://www.cuacajateng.com/hukumpertamathermodinamika.html

http://www.forumsains.com/fisika-smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/

http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html

www.infofisioterapi.com/info/makalah-termodinamika.html

www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html

http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/makalah-kimia-fisik-termodinamika.html

http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-perkuliahan/

http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html

Anda mungkin juga menyukai