Anda di halaman 1dari 9

VAKSINASI PADA ORANG DEWASA DAN PELANCONG

Oleh Prof Dr Eddy Mart Salim, SpPD, K-AI

Divisi Alergi-Imunologi Klinik, P. Dalam, FK Unsri Palembang


Keberhasilan Vaksinasi Cacar (Small pox) telah membuktikan peran yang sangat besar dari vaksinasi
dalam mengapuskan penyakit ini dimuka bumi. Dahulu kita mengenal imunisasi umumnya dikakukan
terhadap bayi dan anak. Akhir akhir ini imunisasi juga dilakukan terhadap remaja maupun dewasa,
untuk mencegah bermacam penyakit yang sering menyerang usia tersebut. Kita mengenal vaksinasi
untuk mencegah kangker leher rahim, yang diberikan terutama pada remaja wanita yaitu HPV
(Human Papiloma Virus), yang diharapkan kedepan akan menurunkan morbiditas dan mortalitas
akibat Ca Cervics. HPV tidak saja mengenai genitalia wanita, juga dapat menyerang anal, penis
maupun anus pria, terutama pelaku seksual menyimpang.

Vaksinasi pada orang dewasa, selama ini telah dilakukan pada Jemaah Haji, berupa Vaksin
Meningitis, yang berupa keharusan. Belakangan ini Vaksin Influensa telah dianjurkan pula, bahkan
Jemaah Haji tahun 2010 diwajibkan untuk disuntik obat ini, dan kejadian Flu Burung yang ditakuti
mewabah ditanah suci tidak terjadi. Begitu pula Vaksin Pneumokok, akhir akhir ini disarankan pula
untuk diberikan pada Jamah Haji Indonesia, terutama Lansia, untuk menurunkan morbiditas
maupun mortalitas Pneumonia. Saat ini wabah virus Mers tengah terjadi di timur tengah. Apakah
juga diperlukan Vaksin Influenza, walaupun tidak spesifik virus ini ?

Vaksinasi Hepatitis B telah dilakukan sejak tahun 1980-an sampai sekarang, dan kita bisa melihat
menurunnya kasus penyakit tersebut maupun komplikasinya berupa Sirosis dan Karsinoma Hati.
Begitu juga Vaksinasi Hepatitis A, walaupun tidak sepopuler Vaksinasi Hepatitis B.

Kedepan, selain vaksin yang disebutkan diatas, mengingat masih begitu banyaknya penyakit infeksi
menyerang orang dewasa yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia,
maka perlu kita menggalakkan vaksinasi pada kelompok umur ini. Beberapa vaksin
yang dianjurkan pada orang dewasa antara lain : Tetanus, Difteri, Meales, Mump, Rubella, Varisela
Zoster, Herpes Zoster, Tifoid, Yellow Fever, Japanese Encephalitis, Rabies, dan lain lain.

Kedokteran Wisata (Travel Medicine) juga mengembang dan mempromosikan pula untuk Vaksinasi
pada para Pelancong, untuk mencegah infeksi didaerah tujuan, selama diperjalanan dan
sekembalinya mereka ditanah air. Bahkan beberapa negara mewajibkan vaksinasi tertentu, bila
memasuki negaranya, untuk mencegah menularnya infeksi suatu penyakit yang dibawa oleh
pelancong.

Jadi, diperlukan sekali meningkatkan pengetahuan kita tentang Vaksinasi pada Orang Dewasa mapun
Pelancong, yang menjadi topik Work Shop PAPDI kali ini. Kita berharap semoga morbiditas maupun
mortalitas terutama penyakit infeksi dapat diturunkan bahkan dihapuskan dari muka bumi ini.
IMUNISASI DEWASA

MANFAAT IMUNISASI PADA ORANG DEWASA


Indikasi imunisasi pada orang dewasa didasarkan pada riwayat paparan, resiko penularan,
usia lanjut, imunokompromais dan rencana bepergian. Di Amerika Serikat perkiraan efektivitas
penggunaan vaksin pada orang dewasa dapat dilihat pada tabel 1.

Penyakit Perkiraan Kematian Efektivitas vaksin Penggunaan Kematian yang


Pertahun dapat dicegah
Influenza 20.000 70 30 9800
Infeksi 40.000 60 14 20.640
pneumokok
Hepatitis B 5000 90 10 4.050
Tetanus Difteri < 25 99 40 <10
MMR <30 95 bervariasi >30

Tabel 1. Perkiraan Efektivitas dan Penggunaan Vaksin


Kemajuan dalam teknologi kedokteran, memungkinkan untuk menghasilkan vaksin dengan
beberapa cara misalnya tehnik rekombinan DNA. Pendekatan baru dalam pembuatan vaksin:
1. Vaksin rekombinan.
Satu atau lebih gen yang mengkode determinan penting imunitas pada mikroorganisme di
insersikan ke vektor. Vektor yang biasa digunakan adalah virus (poxvirus vaccinia, canarypox,
adenovirus) dan bakteri (Salmonella). Contohnya adalah vaksin hepatitis B.
2. Vaksin DNA
Beasal dari asam nukleat yang mengkode antigen penting. Masih dalam penelitian dan
dikembangkan untuk memproduksi vaksin influenza, HIV, dan herpes simpleks.

Kontraindikasi pemberian vaksin:


1. Kontraindikasi absolut: anafilaksis terhadap komponen yang terdapat dalam vaksin
2. Kontraindikasi sementara: perempuan yang mendapat vaksinasi MMR herus menghindari
kehamilan dalam waktu sedikitnya 3 bulan sedangkan untuk vaksin varisela 1 bulan.
Efek Samping pemberian vaksin:
1. Lokal
Reaksi lokal berupa bengkak dan nyeri pada tempat suntikan, akan hilang dalam 48 jam
2. Sistemik
Reaksi sistemik dapat berupa demam, rasa lemah, nyeri otot dan nyeri kepala, reaksi ini akan
menghilang dalam 48 jam. Reaksi alergi (melalui IgE) berupa urtikaria, angioedema, dan
anafilaksis dapat terjadi, begitu juga reaksi kompleks imun namun hal ini jarang.

Terdapat dua jenis imunisasi atau vaksin yaitu vaksin aktif dan vaksin pasif. Vaksin aktif akan
menstimulasi sistem imun tubuh untuk memproduksi antibodi yang spesifik dan meningkatkan
imunitas selulaer sehingga bahan patogen dapat dieliminasi sehingga terhindar dari berbagai
penyakit. Sedangkan vaksin pasif adalah vaksin dimana antibodi yang telah tersedia dapat
menetralisasi berbagai kuman patogen.

Gambar 1. Terjadinya imunitas spesifik

IMUNISASI AKTIF
Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup atau
dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, stabil dalam cuaca
ekstrim dan nonpatogenik. Efeknya harus tahan lama dan mudah direaktivasi dengan suntikan
booster antigen. Baik sel B maupun sel T diaktifkan oleh imunisasi. Keuntungan dari pemberian
vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan
dosis yang lebih besar dan respon imun ditempat infeksi alamiah. BCG merupakan pembawa yang
baik untuk antigen yang memerlukan imunitas sel CD4 dan salmonella sehingga dapat memberikan
imunitas melalui pemberian oral.

IMUNISASI PASIF
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang lain yang
telah mendapat imunisasi aktif. Imunisasi aktif menginduksi respon imun. Imunisasi pasif dapat
diperoleh dari antibody dari ibu atau dari globulin gama homolog yang dikumpulkan. Beberapa
serum mengandung titer tinggi antibody terhadap pathogen spesifik dan digunakan pada terapi atau
dalam usaha pencegahan terhadap berbagai penyakit. Imunisasi pasif dapat dibagi menjadi:
1. Imunitas pasif alamiah : - imunitas maternal melalui plasenta
- imunitas maternal melalui kolostrum
2. Imunitas pasif buatan:
- Immune serum globulin nonspesifik (Human Normal Immunoglobulin),
- Immune serum globulin spesifik:
 Human immunoglobulin yang menggunakan kumpulan gamma globulin, yaitu
Hepatitis A, Hepatitis B, Campak, varisela.
 Human Immunoglobulin yang menggunakan donor yang diimunisasi, yaitu vaksin
rabies (HRIG), tetanus (HTIG), varisela zoster (HVIG), botulism
 Immunoglobulin asal hewan yang diimunisasi, yaitu Tetanus, rabies, Botulism,
Difteri, Anti bisa ular, laba- laba dan kalajengking.

VAKSINASI YANG DIANJURKAN PADA ORANG DEWASA


Vaksin yang dianjurkan pada orang dewasa yaitu :
1. Vaksin Hepatitis A, adalah strain khusus yang lemah dapat diproduksi dalam kultur sel
diploid manusia. Partikel virus diinaktifkan dan dimatikan dengan formaldehid diberi
adjuvan aluminium hidroksida dan ternyata imunogenik serta aman. Dosis vaksin
dewasa adalah 1,0 mldiberikan secara intramuskular dideltoid. Booster dianjurkan
diberikan dalam 6 – 12 bulan setelah pemberian pertama.
2. Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi Hepatitis B dapat secara efektif menurunkan angka pengidap
maupun angka infeksi virus Hepatitis B ( VHB)
Vaksinasi Hepatitis B dapat menurunkan insidens karsinoma hepatoseluler
( KHS)
Vaksinasi Hepatitis B rekombinan DNA mempunyai efek proteksi jangka
panjang, sehingga tidak diperlukan dosis penguat secara periodik bagi
responden.
Pemberian vaksin pada dewasa yaitu dalam 3 kali pemberian bulan ke 0, 1 dan 6
, secara intramuskular.
3. Vaksin pada Tifus abdominalis
Vaksin parenteral, terdapat 2 jenis, dimana sel utuh S. Typhi yang dimatikan
dikenal sebagai aseton inaktivated (K vaccine) dan heat inactivated phenol
preserved (L vaccine). Pada orang dewasa masing- masing 0,5 ml, diberikan
2 dosis dengan interval 2 minggu dan dapat dibooster setiap 3 tahun
Vaksin oral Yy21a vivotif Berna, tersedia dalam bentuk 4 kapsul diminum
selang sehari dalam 1 minggu.
Vaksin Polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux, pemberian vaksin
cukup sekali baik pada dewasa maupun anak- anak dengan dosis 0,5 ml
diberikan secara intramuskular
4. Vaksin MMR pada Campak, gondongan dan rubela, diberikan dengan dosis 0,5 ml
secara subkutan pada deltoid.
5. Vaksin tetanus , dapat diberikan pada orang dewasa yang belum mendapatkan
imunisasi dasar, diberikan 3 kali, masing- masing pada bulan I, bulan II, Bulan III.
6. Vaksin pada varisela , yang beredar di Indonesia yaitu Varilix dan Okavax. Vaksin
diberikan pada usia diatas 13 tahun, diberikan 2 kali dengan selang waktu 4-8
minggu.
7. Vaksinasi pada Influenza, dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan antigen dan
proses pemurnian yang dilakukan:
Live inactivated vaccines, merupakan vaksin yang paling seringdigunakan
karena mempunyai keuntungan yaitu mirip infeksi alami yang terjadi
pada manusia. Virus yang divaksinasikan berkembang biak pada manusi
yang mendapatkan vaksinasi dan merangsang pembentukan antibodi
seperti pada reaksi cell- mediated immunity, contohnya Whole virion
vaccine, split particle vaccine, subunit vaccine.
Live attenuated vaccines, merupakan bentuk vaksin yang cukup aman
tetapi imunitas yang terbentuk lama dan harus dilakukan pemberian
boosteer
Indikasi pemberian vaksin influenza, menurut CDC (Centers for Disease Control and
prevention) dan ACIP (Advisory Committee on Immunization practices), terutama
pada:
Usia diatas 65 tahun
Penderita penyakit kronik dalam perawatan rumah atau panti- panti
dengan kondisi penyakit kronik
Anak dan dewasa penderota kelainan kardiovaskular atau paru-paru .
Orang dewasa yang memerlukan perawatan rutin atau rawat inap selama
bertahun- tahun karena penyakit metabolik, misalnya diabetes melitus,
kelainan ginjal, kelainan darah, mendapat imunosupresan, atau
penderita HIV
Anak- anak dan usia remaja yang mendapat terapi aspirin jangka panjang
dan mempunyai resiko terjadinya sindroma Reye
Wanita hamil trimester dua atau tiga dalam masa berjangkitnya influenza.
8. Vaksin pada Pneumokok, , dapat dilakukan dengan pemberian pneumococcal
polysaccharide vaccine (PPV), dan vaksin ini dapat dipakai untuk mencegah
pneumonia, bakteremia dan meningitis pneumokok. Indikasi pemberian:
- Usia 65 tahun lebih
- Usia > 2 tahun dengan kondiis asplenia, splenic dysfunction atau sicle cell disease.
- Usia > 2 tahun dengan kondisi penyakit paru dan jantung kronik( kecuali asma),
sirosis hati, alkoholik, sindrom nefrotik, infeksi virus HIV dan kondisi lain yang
dihubungkan dengan immunosupressi, chronic cerebrospinal fluid leak, diabetes
melitus.
Dosis dan cara pemberian, yaitu o,5 ml secara subkutan atau intramuskular dan
tidak diperbolahkan dengan cara intravena, diberikan 1 kali seumur hidup,
kecuali orang beresiko tinggi perlu diberikan 1 kali ulangan.
9. Vaksin Meningokok, vaksin dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A,C, W135 dan Y,
Vaksin tersebut diberikan pada wisatawan yang bepergian kedaerah epidemi dan
pencegahan infeksi karena kontak dekat. Vaksin diberikan dosis tunggal 0,5 ml
subkutan dan diberikan paling lama 2 minggu sebelum tiba didaerah yang dituju.
10. Vaksin rabies, terdapat 2 tipe:
- Vaksin rabies yang mengaktifkan respons sistem imun, termasuk didalam nya
produksi (Ig) terhadap rabies. Respon antibodi terbentuk ± 7-10 hari setelah
vaksinasi dan bertahan sampai lebih dari 2 tahun
- Rabies immune globuline (RIG), merupakan imunitas pasif yang diberikan pada
keadaan akut dan akan bertahan didalam tubuh selama ± 21 hari.

VAKSINASI PADA KEADAAN KHUSUS

1. Vaksinasi pada usia lanjut


Karakteristik pasien berusia lanjut, khususnya pasien geriatrik mengakibatkan sulitnya
penanganan berbagai gangguan kesehatan yang muncul. Menurunnya daya cadangan faali
serta adanya gangguan nutrisi akan menambah berat beban yang harus diupayakan untuk
memulihkan kesehatan pada usia lanjut. Infeksi sebagai penyebab tersering morbiditas pada
pasien berusia lanjut ini akan menempati posisi penting dalam pengelolaan kesehatan.
Untuk itu pada usia lanjut dapat diberikan vaksinasi Influenza dan vaksinasi Pneumoni.

2. Vaksinasi untuk Jemaah Haji


Vaksinasi untuk jemaah haji terutama diberikan untuk memberikan kekebalan akibat para
jemaah haji yang berkumpul dikota mekah berasal dari berbagai negara, termasuk negara
yang endemik dengan meningitis seperti Afrika, sehingga jemaah haji Indonesia yang pada
umumnya belum mempunyai kekebalan terhadap meningokokus akan beresiko tertular
meningokokus dari jemaah haji negara lain. Begitu juga dengan penularan influenza sangat
mudah terjadi melalui batuk dan bersin yang membentuk partikel infeksius diudara yang
dapat berpindah dari orang yang sakit kepada orang yang mempunyai resiko tertular.
Pemerintah Arab Saudi mewajibkan vaksinasi meninngitis terhadap seluruh jamah
haji/umroh/TKI. Jemaah haji juga dianjurkan untuk vaksinasi influenza, mengingat para
jemaah haji pada umumnya berusia lanjut, serta sebagian mengidap penyakit kronis, dan
akan berdesak-desakan dengan jemaah lain, sangat beresiko untuk tertular influenza.

3. Vaksinasi untuk orang yang bepergian


Tujuan pemberian imunisasi bagi orang yang bepergian ( Traveller), yaitu:
- Mencegah traveller mendapat infeksi penyakit menular ditempat tujuan.
- Mencegah traveller membawa penyakit menular dari tempat keberangkatan ke
tempat tujuan.
- Mencegah traveller membawa penyakit menular dari tempat tujuan pulang
kembali ke tempat keberangkatan.
Imunisasi yang wajib saat ini menurut WHO dan Departemen Kesehatan yaitu yellow fever
dan meningitis dan harus mendapat sertifikat international certificate of vaccination (ICV).

4. Vaksinasi untuk tenaga kesehatan


Vaksinasi pada tenaga kerja/kesehatan perlu pertimbangan risiko dan manfaat, serta
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. Advisory commitee on immunization practice
(ACIP) dan Hospital infection control practices advisory committee (HICPAC) di Amerika
merekomendasikan beberapa vaksin yang diberikan pada pekerja kesehatan dalam 3
kategori, yaitu:
- Imunisasi aktif yang sangat dianjurkan: hepatitis B, influenza, MMR, varicella
- Imunisasi aktif dan pasif terhadap beberapa penyakit dengan indikasi berbagai
alasan kuat, yaitu vaksin terhadap hepatitis A, tifoid, TBC, meningikok, dan
pertusis.
- Imunisasi yang direkomendasikan pada semua orang dewasa, seperti difteri,
tetanus, pneumokok.
Di Indonesia, belum menggunakan pedoman diatas, tapi karena hepatitis A, B, influenza,
tifoid, TBC merupakan penyakit endemis dengan prevalensi tinggi maka vaksinasi terhadap
penyakit ini merupakan anjuran yang dapat dipertimbangkan bagi tenaga kesehatan.

5. Vaksinasi untuk tenaga penyaji makanan


Rekomendasi secara umum mengenai vaksinasi pada pekerja telah banyak diusulkan, tetapi
rekomendasi pada penyaji makanan secara khusus masih jarang dipublikasikan. Beberapa
vaksin yang diperlukan untuk tenaga penyaji makanan adalah:
- Vaksin demam tifoid
- Vaksin kolera
SIMPULAN

Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,


memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respons memori terhadap patogen
tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Imunisasi
merupakan proses pembentukan kekebalan tubuh baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif)
ataupun pemberian antibodi (imunisasi pasif).
Indikasi imunisasi pada orang dewasa didasarkan pada riwayat paparan, resiko
penularan, usia lanjut, imunokompromais dan rencana bepergian. Imunisasi dewasa juga
amat penting untuk dapat disebarluaskan kepada seluruh masyarakat agar dapat tercapai
masyarakat yang sehat dan terbebas oleh penyakit- penyakit menular.
Pemerintah telah melaksanakan program imunisasi pada anak-anak, dan diharapkan
juga imunisasi pada orang dewasa dapat berjalan lancar, mengingat semakin tingginya
aktivitas seluruh warga masyarakat baik yang bekerja dilingkungan sekitar tempat kerja,
maupun yang melakukakan aktivitas kenegara- negara lain sehingga perlunya pengetahuan
mengenai imunisasi pada orang dewasa, dimana melalui Satgas Imunisasi dewasa telah
membuat konsensus tentang jadwal imunisasi pada orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djauzi S, Sundaru H. Imunisasi Dewasa. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta, 2003
2. Rusmil K, Vaksinasi pada Anak dan Remaja. Dalam:Dahlan Z, Kartasasmita CB,
Supandiman I, Sumarman I, Djajakusumah TS. Editor. Penatalaksanaan Alergi
Imunologi. Edisi 2. PERALMUNI Cabang Bandung, Bandung. Maret 2010: 19-27
3. Baratawidjaja KG, Rengganis I, Imunisasi. Dalam: Imunologi Dasar. Edisi 10. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.2012: 557-618
4. CDC. Health Requirement, and Recommendations for Travel to Saudi Arabia during
the Hajj: Information for U.S. Travellers Available at http://www.
Cdc.gov/travel//content/in-the-news/hajj-aspx
5. Guideline for vaccinating pregnant Woman from Recommendations of the Advisory
Comitee on Immunization practices (ACIP). October 1998. Available from:
http://www.cdc.gov/vaccine/pub/down loads/b_preg-guide.pdf
6. Konsensus Imunisasi Dewasa 20013, Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI: Jakarta 2013

Anda mungkin juga menyukai