ES cells diambil dari inner cell mass (suatu kumpulan sel yang terletak
di satu sisi blastocyst yang berumur 5 hari dan terdiri dari ~100 sel).
4. Parthenogenesis
◦ Larangan mendapatkan stem sel embrionik dari embrio manusia namun usaha
mendatangkan dan menggunakan stem sel embrio manusia untuk kondisi tertentu
diijinkan secara hukum.
◦ Ijin untuk pembuatan embrio untuk digunakan sebagai sumber stem cell secara
legal.
DILARANG!
Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menyatakan tidak setuju
atas penggunaan terapi menggunakan ES cells akan tetapi pihaknya
menyetujui penggunaan sel embrio sisa hasil proses bayi tabung.
Embrio, dari segi nilai tidak dapat disamakan dengan nyawa manusia
karena mereka masih belum dapat bertahan di luar rahim. Embrio hanya
memiliki potensi kehidupan.
Aborsi adalah hal yang legal di banyak negara dan embrio hasil
aborsi akan dihancurkan, mengapa tidak menggunakan
embrionya untuk penelitian dan pengobatan dengan stem sel?
Stem sel dewasa dari tubuh pasien sendiri mungkin tidak efektif dalam
mengobati penyakit genetic. Transplantasi stem sel embrionik
allogeneic akan lebih praktis dalam kasus ini daripada terapi gen dari sel
pasien sendiri.
Memang sekalipun embrio tersebut adalah embrio IVF yang tidak digunakan,
itu tetap merupakan embrio dan memiliki hak yang sama dengan manusia
lainnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa jika embrio tersebut tidak digunakan,
embrio tersebut akan dihancurkan. Daripada embrio tersebut terbuang sia-sia,
akan lebih baik jika digunakan untuk menolong manusia lain yang
membutuhkan pertolongan.
Selain itu, perlu ada undang-undang yang jelas mengenai penelitian dan
penggunaan stem cells di Indonesia sehingga penelitian yang dilakukan
memang benar untuk kebaikan umat manusia dan bukan untuk
disalahgunakan untuk keperluan lain. Kami mengecam pembuatan embrio
secara sengaja untuk diambil stem cells nya.
Kasus
NEWTONABBEY - Keajaiban medis terjadi pada Dakota Clarke, bocah dari
Irlandia. Lahir dengan cacat mata, gadis cilik dua tahun itu bahkan tak
mampu mengenali kedua orang tuanya. Namun, sekarang si kecil yang
sudah divonis buta tersebut dapat melihat berkat terapi stem cell (sel
induk). Dakota menjalani program cangkok sel di Qingdao, Tiongkok.
Dakota lahir dengan kerusakan saraf pada optik mata. Dalam dunia
medis, kelainan itu disebut septo-optic dysplasia. Selain itu, dia
mengalami masalah akut pada perut dan keseimbangan tubuh. Untuk
berjalan, dia harus dipapah dua orang. Selain kemajuan pada pandangan,
kestabilan tubuhnya kini membaik. Dakota sudah bisa berjalan di
samping ayahnya dengan hanya menggandeng satu tangan. Pada kasus
Dakota, sel induk dimasukkan melalui urat pembuluh darah lewat lubang
tumbuh rambut di kepala, kemudian berjalan menuju urat optik mata.
Lantas, sel-sel tersebut memperbarui daerah yang rusak. Stem cell donasi
seorang ibu di Tiongkok itu juga menyebar ke otak dan memperbaiki
kestabilan tubuh Dakota dan membantunya untuk berfungsi dengan baik.
(Jawa Pos, 29 Maret 2009)