Nama : Rebecca beatrix Fan Gultom

NIM : 120430026

Kelas : RA

Ethical Issues Pada Embrionik Dan Ips Cell

Pendahuluan

Sel punca embrionik (embryonic stem cells) merupakan sel punca yang memiliki
kemampuan yang dapat menjadi semua sel baik itu jaringan atau organ tubuh. Selain itu,
memiliki kemampuan dalam memperbaharui dan meregenerasi dikenal juga sebagai sifat
pluripoten. Sel ini ada saat sel manusia masih blastokista, yaitu saat embrio pada hari ke-4
hingga ke-7. Setelah hari ke-7, sel tersebut menghilang yang akan berubah menjadi 3 lapisan
jaringan. Sel embrionik manusia yang digunakan dalam penelitian medis karena dua
keunggulan, yaitu tidak terspesialisasi dan bersifat pluripoten. Pro dan kontra dalam penelitian
sel punca embrionik diantaranya adalah manfaat potensial menggunakan sel embrionik manusia
untuk memeriksa atau mengobati penyakit dibandingkan dengan sel punca somatik (dewasa).
Hal tersebut dipercaya bahwa penelitian sel punca embrionik dapat membantu mengembangkan
perawatan medis yang lebih efisien. Namun, pihak kontra menentang penelitian sel punca
embrionik dianggap tidak bermoral merusak perkembangan alami perkembangan janin dan
mengganggu hak embrio manusia untuk hidup.

Sel induced pluripotent stem (iPS) merupakan sel punca pluripoten dari sel somatik yang
telah diprogram ulang secara genetik menjadi dalam keadaan hampir sama dengan sel punca
embrionik melalui ekspresi gen dan faktor-faktor penting untuk mempertahankan sifat-sifat yang
menentukan dari embrionik stem. Yamanaka dan rekan-rekannya pertama kali memproduksi
iPSC dari fibroblas dermal pada tikus. Setahun sesudahnya mulai iPS diterapkan pada manusia.
Hal tersebut mengantarkan era baru yang menarik untuk bidang biologi sel punca dan kedokteran
regeneratif, serta pemodelan penyakit dan penemuan obat.

Kesimpulan

Dengan adanya penemuan dan pengembangan iPS membuat suatu jalan keluar dalam
permasalahan etik pada penggunaan sel puncak embrionik. Karena dari keduannya memiliki
kedekatan/kemiripan secara fungsional.