Anda di halaman 1dari 2

PRESIDEN TIGA PERIODE, TOLAK ATAU TERIMA?

Elsa Manura 1902026035


Prodi Hukum Pidana Islam
Kampus UIN Walisongo Semarang
Email elsamanura0305@gmail.com 081215015086

Pada dewasa ini dikemukakan bahwasanya untuk kepemimpinan presiden


akan ditambah satu periode lagi. Hal ini tentu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua peraturan yang
berkaitan dengan kepemimpinan presiden di negara Indonesia telah dibanyak
dirubah melalui amandemen. Apabila jabatan presiden akan ditambah dengan satu
periode lagi, maka akan menimbulkan kekacauan publik yang baru. Akan
terjadinya banyak huru hara diantara kalangan yang pro dengan yang kontra.

Pada kalangan yang pro hal ini sangat didukung dengan alasan menghemat
biaya operasional jika diadakan pemilu kembali dengan pertimbangan bahwa pada
masa ini negara masih berusaha bangkit ditengah waspada dan maraknya
Pandemi. Pada kelompok prosangat mendukung dikarenakan, biaya yang
dikeluarkan dengan diadakan nya pemilu kembali sangatlah banyak, dan kegiatan
pemilu ini menggunakan keuangan negara, dan hak tersbut sangat riskan dengan
mengingat hutang negara yang telah bertambah. Akan tetapi, pada kalangan yang
kontra, hal ini tentu saja bertentangan dengan perundang-undangan yang telah
disahkan dalam amandemen sebelumnya. Selain itu, pada kalangan yang kontra,
sangat menginginkan pergantian kepemimpinan dikarenakan telah ditemukan
banyak kecurangan menurutnya. Serta pada kalangan yang kontra, menurut
mereka pada umumnya kepemimpinan pada presiden yang sekarang telah banyak
memiliki arah dan tujuan yang menyimpang. Maka dengan adanya kebijakan
tersebut, pasti mempengaruhi integrasi yang ada pada bangsa Indonesia ini.

Jika ditinjau dari perspektif warna negara yang bisa dikatakan sebagai
orang awam dalam keilmuan pemerintah, banyak terjadi penolakan pada
keputusan tersebut. Hal ini menurut masyarakat sebagai warganegara yang baik,
alangkah baiknya kepemimpinan diganti sesuai dengan perundang-undangan
yakninya hanya 2 kali periode saja. Karena banyaknya masyarakat yang tidak
setuju akan hal ini, terutama masyarakat kalangan bawah yang sangat terasa
dampaknya akan hal ini. Terlebih lagi karena adanya kebijakan baru yang sangat
berakibat pada kehidupan bermasyarakat sehari-hari, seperti kebijakan kenaikan
BBM dan minyak goreng. Hal ini juga menjadi dasar bagi masyarakat untuk
menolak kepemimpinan menjadi tiga periode.

Meskipun hal ini masih wacana yang akan dipertimbangkan, akan tetapi
dalam hal keterkaitan dengan sumber sejarah negara Indonesia, maka keterkaitan
terletak pada sumber politik yang telah terbentuk pasca Indonesia merdeka. Hal
ini dikarenakan, dalam perundang-undangan yang berkaitan dengan
kepemimpinan presiden dan wakil presiden ditetapkan bahwa masa jabatan
tersebut hanya terbatas pada dua periode saja. Jika diakitan dengan sumber
historis, maka akan terbentuk siklus seperti masa pemerintahan presiden Soekarno
yang memimpin negara sebagai presiden seumur hidup. Hal ini tentu akan
menjadi sebuah cikal bakal dari hal disintegrasi bangsa. Secara sosiologis, hal ini
juga memberikan dampak besar terhadap kehidupan dan tatanan negara yang telah
diatur sedemikian rupa. Tentunya hal ini memiliki keterkaitan dengan sumber
sejarah secara historis, sosiologis, hingga secara politik. Apabila hal ini tetap
dilakukan, maka bisa dipastikan akan terjadi kembali gejolak politik yang sangat
besar di negara ini.

Isu dan wacana ini, juga bertentangan dengan peraturan perundang-


undangan yang telah ditetapkan sebelumnya mengenai lama jabatan presiden di
negara kita. Karena dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang telah diamandemen atau dilakukan perubahan, bahwasanya
lama jabatan hanya dua periode. Maka hal ini sangat bertentangan dengan hal
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai