A. Identifikasi Istilah
1. Apa itu vulnus laceratum? (Dwi Mega)
2. Apa itu digiti? (Citra Mega)
3. Apa itu apa itu composmentis? (Deta arinda)
4. Apa itu hecting? (Citra Andera)
Menjawab:
1. Vulnus laceratum adalah luka robek yang disebabkan ole goresan benda.
( Dimas Prayoga)
2. Digiti adalah terputusnya hubungan jari. (Della apriyanti)
3. Composmentis adalah kesadaran penuh. (Devi Melya)
4. Hecting adalah penjahitan luka. (Dwi Mega)
B. Klasifikasi Masalah
1. Apakah ada efek samping dari dilakukannya amputasi? (Della Apriyanti)
2. Apa penanganan pertama pada kasus? (Citra Andera)
3. apakah luka tersebut dapat mempengaruhi jari yang lain? (Deta Arinda)
4. Apa Akibanya jika luka robek tersebut tidak segera ditangani? (Dwi
Mega)
Menjawab:
1. Efek samping dari dilakukannya amputasi adalah pendarahan, infeksi
nyeri, kerusakan jaringan tubuh serta perubahan psikologis. (Citra Mega)
2. Menghentikan pendarahan, membersihkan luka pastikan luka perlu di
hecting atau tidak, dan berikan pereda rasa nyeri. (Dwi Mega)
3. luka robek bila tidak segera ditangani akan menyebabkan pendarahan
bahkan bisa menyebabkan kematian. (Devi Melya)
4. luka tidak dapat menjalar kebagian lain, namun jika salah penanganan
aakn menyebabkan infeksi yang akan menjalar kejari yang lain. (Dimas
Prayoga)
C. Pathway
Non mekanis Mekanis
(Termis, Elektris, Kimia) (Termis, Elektris, Kimia)
Traumatic Jaringan
Vulnus Luceratum
(Luka Robek)
2.
3.
4. Fase penyembuhan luka menurut (Arisanty, 2015) antara lain:
a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka
terjadi hari ke-0 sampai hari ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua
kegiatan utama pada fase ini, yaitu respon vaskuler dan respon
inflamasi. Respon vaskuler diawali dengan respon hemostatic tubuh
selama 5 detik pasca luka. Sekitar jaringan yang luka mengalami
iskemia yang merangsang pelapisan histamine dan vasoaktif yang
menyebabkan vasodilatasi, pelepasan trombosit, reaksi vasodilatasi
dan vasokontriksi, dan pembentukan lapisan fibrin.
Respon inflamasi adalah reaksi non spesifik tubuh dalam
mempertahankan atau memberi perlindungan terhadap benda asing
yang masuk kedalam tubuh (Arisanty, 2013).Fase inflamasi ditandai
dengan adanya nyeri, bengkak, panas, kemerahan dan hilangnya
fungsi jaringan. Tubuh mengalami aktifitas biokimia dan bioseluler,
dimana reaksi tubuh memperbaiki kerusakan sel kulit, leukosit
memberikan perlindungan dan membersihkan makrofag.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah 3
hari penutupan luka sayat. Fase ini ditandai dengan pengeluaran
makrofak dan neutrofil sehingga area luka dapat melakukan sintesis
dan remodelling pada mariks sel ekstraselular. Pada fase proliferasi
makrofak berfungsi menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan
kolagen dan elastin kemudian terjadi prose angiogenesis. Fibroblast
yang normalnya ditemukan pada jaringan ikat, bermigrasi ke daerah
yang luka karena berbagai macam mediator seluler. Fibroblast
meletakkan substansi dasar dan serabut-serabut kolagen serta
pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Fibroblast bermigrasi
ke daerah luka dan mulai berproliferasi hingga jumlahnya lebih
dominan dibandingkan sel radang pada daerah tersebut. Fase ini
terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima.
Dalam melakukan migrasi, fibroblast mengeluarkan matriks
mettaloproteinase (MMP) untuk memecah matriks yang menghalangi
migrasi. Fungsi utama dari fibroblast adalah sintesis kolagen sebagai
komponen utama ECM. Kolagen tipe I dan III adalah kolagen utama
pembentuk ECM dan normalnya ada pada dermis manusia. Kolagen
tipe III dan fibronectin dihasilkan fibroblast pada minggu pertama dan
kemudian kolagen tipe III digantikan dengan tipe I. Kolagen tersebut
akan bertambah banyak dan menggantikan fibrin sebagai penyusun
matriks utama pada luka.
Pembentukan pembuluh darah baru / angiogenesis adalah proses
yang dirangsang oleh kebutuhan energi yang tinggi untuk proliferasi
sel. Selain itu angiogenesis juga dierlukan untuk mengatur
vaskularisasi yang rusak akibat luka dan distimulasi kondisi laktat
yang tinggi, kadar pH yang asam, dan penurunan tekanan oksigen di
jaringanPada proses granulasi kolagen dan elastin yang dihasilkan
menutupi luka dan membentuk matriks jaringan baru. Epitelasi terjadi
setelah tumbuh jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka yang
mengalami proses migrasi membentuk lapisan tipis yang menutupi
luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel
mengalami kontraksi sehingga tepi luka menyatu dan ukuran luka
mengecil.
c. Fase Remodeling
Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua
tahun. Pada fase ini terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk
penyembuhan luka (Hubrecht & Kirkwood, 2015). Jaringan kolagen
ini akan membentuk jaringan fibrosis atau bekas luka dan
terbentuknya jaringan baru. Sitokin pada sel endothelial mengaktifkan
faktor pertumbuhan sel dan vaskularisasi pada daerah luka sehingga
bekas luka dapat diminimalkan (Piraino & Selemovic, 2015).
Aktifitas yang utama pada fase ini adalah penguatan jaringan
bekas luka dengan aktifitas remodeling kolagen dan elastin pada kulit.
Kontraksi sel kolagen dan elastin terjadi sehingga menyebabkan
penekanan ke atas kulit. Kondisi umum pada fase remodeling adalah
rasa gatal dan penonjolan epitel di permukaan kulit. Pada fase ini kulit
masih rentan terhadap gesekan dan tekanan sehingga memerlukan
perlindungan.
Citra Mega Tazmadi, Berdasarkan (Arisanty, I. P (2-014), Konsep
Dasar manajemeen Perawatan Luka. Jakarta. EGC
5. Secara umum luka dapat dibagi menjadi 2 yaitu: simple bila hanya
melibatkan kulit, kompukatum bila melibatkan kulit dan jaringan
dibawahnya (Hardiyanti, 2017). Trauma arteri umumnya dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam (50%) misalnya karena
tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan
lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera :
a. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus
dinding.
b. Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga
terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat.
c. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis
menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami
vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen
elastisitasnya.
Citra Andera Putri, Berdasarkan (Hardiyanti, S. (2017).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah. Analisis
Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Vulnus Laceratum
Dengan Perawatan Luka Modern.
6. komplikasi yang dapat terjadi dari vulnus lacertum adalah sebagai
berikut:
a. Komplikasi dini : hematoma, seroma, dan infeksi
b. Komplkasi lanjut : keloid, parut hipertrifik dan kontraktur.
Devi Melya sari, Berdasarkan (A potter dan ferry, Buku Ajar
Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan praktik EGC:;
Jakarta, 2006)
7. Cara mengatasi terhjadinya pendarahan yaitu sebagai berikut:
a. Pasang dua jalur infus intravena berikan 1 - 2 liter kristaloid,
seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat, atau koloid seperti
dektran IV dalam 30-60 menit, pantau kemungkinan terjadinya
edema paru. Pada orang dewasa, cairan garam berimbang (RL)
dapat diberikan sebanyak 2-3 liter selama 20-30 menit untuk
memulihkan tekanaan darah, tekanan vena sentral, dan
diuresis. Berikan tranfusi darah bila diperlukan hingga
hematokrit > 30%.
b. Kegagalan resusitasi dengan cairan kristaloid hampir selalu
disebabkan oleh pendarahan masif, karena itu harus dipikirkan
untuk secara mengambil tindakan hemostasis dengan
pembedahan (luka dijahit).